id
stringlengths 1
7
| url
stringlengths 31
389
| title
stringlengths 1
250
| text
stringlengths 2
534k
|
---|---|---|---|
3514 | https://id.wikipedia.org/wiki/Portugal | Portugal | Portugal atau Portugis, dengan nama resmi disebut sebagai Republik Portugis () adalah sebuah negara kesatuan yang bersistem semi-presidensial dengan berbentuk republik konstitusional di Eropa Selatan. Negara ini berbatasan dengan Spanyol di sebelah utara dan sebelah timur, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Atlantik. Selain itu, Portugal juga mempunyai daerah di Madeira, Azores dan Kepulauan Selvagens. Portugal mengklaim sebuah daerah kecil bernama "Olivença" yang dikuasai Spanyol sejak Kongres Wina. Nama lama atau latin dari negara ini adalah Lusitania.
Kata Portugis (dari kata asalnya português) sering dipakai untuk menyebutkan penduduk atau orang yang berasal dari Portugal dan juga bahasa yang dipakai oleh bangsa ini. Negara-negara berbahasa Portugis sering disebut sebagai negara-negara Lusophone.
Portugal juga termasuk sebagai negara maju dan termasuk kedalam anggota negara Uni Eropa, bergabung pada tahun 1986.
Selama abad kelima belas, dan keenam belas, Portugis adalah pelopor (yang pertamakali) dalam hal eksplorasi lepas pantai, mendirikan kerajaan kolonial pertama dari lingkup global, dengan harta benda di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan, menjadi kekuatan dunia ekonomi, politik, dan militer. Pada tahun 1580, setelah "krisis suksesi", disatukan dengan Spanyol dalam panggilan Uni Iberia yang akan berlangsung hingga 1640. Setelah Perang Pemulihan itu dikembalikan ke kemerdekaan di bawah dinasti baru Braganza, dengan pemisahan dari dua mahkota, dan kerajaan. Gempa bumi 1755 di Lisbon, invasi Spanyol, dan Prancis, hilangnya harta terbesar teritorial luar negeri, Brasil, diikuti oleh perang sipil, mengakibatkan pemotongan stabilitas politik, dan ekonomi, mengurangi status Portugal sebagai kekuatan global dalam abad kesembilan belas.
Setelah jatuhnya monarki pada tahun 1910 diproklamasikan sebuah republik dengan memulai sistem pemerintahan saat ini. Republik Pertama tidak stabil diikuti oleh kediktatoran dengan nama Negara Baru. Dalam paruh kedua abad kedua puluh, setelah perang kolonial Portugis, dan kudeta Revolusi Anyelir tahun 1974, kediktatoran itu digulingkan, dan mendirikan demokrasi parlementer, dengan semua wilayah untuk memperoleh kemerdekaannya, terutama Angola, dan Mozambik di Afrika, wilayah luar negeri terakhir, Macau, diserahkan ke China pada tahun 1999.
Portugal adalah sebuah negara maju, ekonomi makmur, sosial, dan politik yang stabil, dan dengan Indeks Pembangunan Manusia sangat tinggi. Apakah di antara 20 negara dengan kualitas terbaik hidup sementara yang PDB per kapita yang terendah di antara negara-negara Eropa Barat. Dia adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa (pada saat aksesi pada tahun 1986, MEE), dan anggota pendiri NATO, OECD, zona euro (Uni Eropa) dan CPLP. Berpartisipasi dalam berbagai misi penjaga perdamaian PBB. Portugal juga merupakan negara anggota wilayah Schengen.
Sejarah
Geografi
Portugal adalah negara pesisir pantai di wilayah Eropa barat daya, yang terletak di ujung barat Semenanjung Iberia, berbatasan dengan Spanyol (di perbatasan utara dan timurnya: total 1.214 kilometer (754 mil)). Wilayah Portugis juga mencakup serangkaian kepulauan di Samudra Atlantik ( Açores dan Madeira ), yang merupakan pulau-pulau strategis di sepanjang Atlantik Utara. Ekstrem selatan tidak terlalu jauh dari Selat Gibraltar, mengarah ke Laut Mediterania. Secara total, negara ini menempati area seluas 92.090 kilometer persegi (35.560 mil persegi) dimana 91.470 kilometer persegi (35.320 mil persegi) adalah tanah dan 620 kilometer persegi (240 mil persegi) air.
Benua : Eropa
Wilayah : Semenanjung Iberia , Eropa Selatan
Koordinat :
koordinat perbatasan : 39.9 -31.6 ←↕→ -24.7 36.7
titik pusat peta : 38°18′N 28°09′W / 38.3°N 28.15°W
Daerah Peringkat : 109
Total : 92.391 km 2 (35.672 sq mi)
Tanah :99,55%
Air : †%
Garis pantai : 1.794 km (1.115 mi)
Perbatasan : Total perbatasan darat perbatasan Portugal-Spanyol (1214 km)
Titik tertinggi : Gunung Pico 2351 m
Titik terendah : Permukaan laut ( Samudra Atlantik
Sungai terpanjang : Tagus (275 km dalam Portugal)
Danau terbesar : Danau Alqueva
Zona ekonomi eksklusif : 1.727.408 km 2 (666.956 sq mi).
</div>
Terlepas dari definisi ini, perbatasan Portugal-Spanyol tetap menjadi sengketa wilayah yang belum terselesaikan antara kedua negara. Portugal tidak mengakui perbatasan antara delta Sungai Caia dan Ribeira de Cuncos , sejak awal pendudukan Olivenza pada tahun 1801 oleh Spanyol. Wilayah ini, meskipun di bawah pendudukan de facto Spanyol, tetap menjadi bagian de jure dari Portugal, akibatnya tidak ada batas yang selanjutnya diakui di daerah ini.
Politik
Portugal adalah negara republik dengan Lisbon sebagai ibu kota negara. Empat komponen utama dalam pemerintahan Portugal adalah: Presiden sebagai kepala negara, Parlemen, Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan, dan mahkamah tinggi. Konstitusi membagi kekuasaan tersebut menjadi eksekutif, legislatif dan yudikatif. Presiden dipilih setiap lima tahun sekali, sementara Perdana Menteri dipilih langsung oleh presiden, dan umumnya merupakan pemimpin dari partai pemenang pemilu. Lembaga legislatif terdiri atas 230 orang deputi yang akan menjabat selama 4 tahun. Sementara mahkamah terdiri dari yudisial, administratif, dan fiskal.
Pembagian administratif
Portugal memiliki 18 distrik dan 308 munisipalitas.
Ekonomi
Portugal adalah negara maju dan berpenghasilan tinggi, dengan PDB per kapita 77% dari rata-rata EU28 pada 2017 (meningkat dari 75% pada 2012) dan HDI 0,843 (tertinggi ke-41) pada 2016. Pada akhir 2018, PDB Portugal (PPP) adalah $ 32.554 per kapita, menurut laporan OECD. Mata uang nasional Portugal adalah euro (€), yang menggantikan Portugis Escudo, dan negara itu adalah salah satu negara anggota asli zona euro. Bank sentral Portugal adalah Banco de Portugal, bagian integral dari Sistem Bank Sentral Eropa. Sebagian besar industri, bisnis, dan lembaga keuangan terkonsentrasi di daerah metropolitan Lisbon dan Porto - distrik Setúbal, Aveiro, Braga, Coimbra dan Leiria adalah pusat ekonomi terbesar di luar kedua bidang utama ini. Menurut World Travel Awards, Portugal adalah Destinasi Golf Terkemuka di Eropa pada 2012 dan 2013.
Pada dekade kedua abad ke-21, ekonomi Portugis mengalami resesi paling parah sejak tahun 1970-an, yang mengakibatkan negara tersebut harus diselamatkan oleh Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF). Dana talangan, yang disepakati pada 2011, mengharuskan Portugal untuk melakukan serangkaian langkah penghematan dengan imbalan dukungan dana sebesar € 78.000.000.000. Pada Mei 2014, negara itu keluar dari bailout tetapi menegaskan kembali komitmennya untuk mempertahankan momentum reformisnya. Pada saat keluar dari bailout, ekonomi telah mengalami kontraksi sebesar 0,7% pada kuartal pertama 2014; namun, pengangguran, meskipun masih tinggi, telah turun menjadi 15,3%.
Gaji rata-rata di Portugal adalah € 910 per bulan, tidak termasuk individu yang bekerja sendiri dan upah minimum, yang diatur oleh undang-undang, adalah € 635 per bulan (dibayar 14 kali per tahun) pada 2020.
Laporan Daya Saing Global untuk 2014–2015, diterbitkan oleh World Economic Forum, menempatkan Portugal pada posisi ke-36 pada indeks ekonomi.
Demografi
Budaya
Portugal telah mengembangkan budaya tertentu sementara dipengaruhi oleh berbagai peradaban yang telah melintasi benua Mediterania dan Eropa, atau diperkenalkan ketika memainkan peran aktif selama Zaman Penemuan. Pada 1990-an dan 2000-an (dekade), Portugal memodernisasi fasilitas budaya publiknya, di samping Calouste Gulbenkian Foundation yang didirikan pada 1956 di Lisbon.
Ini termasuk Pusat Budaya Belém di Lisbon, Yayasan Serralves dan Casa da Música, keduanya di Porto, serta fasilitas budaya publik baru seperti perpustakaan kota dan ruang konser yang dibangun atau direnovasi di banyak kota di seluruh negeri. Portugal adalah rumah bagi 17 Situs Warisan Dunia UNESCO, peringkat 9 di Eropa dan 18 di dunia.
Arsitektur
Musik
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Lihat pula
Daftar negara-negara di dunia
Olahraga dan bela diri tradisional dari Portugal
Pranala luar
Portal resmi
Situs resmi pariwisata
Portugal.org
Negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
Republik
Negara di Eropa |
3518 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan%20Savage | Kepulauan Savage | {{Geobox|Island
| name = Kepulauan Savage
| native_name = Ilhas Secara
| other_name = Islas Salvajes
| category =ulun o0 Pulau
| native_category = Ilha
| etymology = ', bahasa Portugis untuk savage
| official_name =
| nickname = 1
| image = Selvagem Pequena - 1ago04.jpg
| image_caption = Sebuah karang di sepanjang pantai Selvagem Pequena, yang lebih kecil dari pulau utama
| image_size = 235
| country =
| state_type = Wilayah Otonomi
| state =
| region_type = Pulau
| region = Selvagem
| parent_type = Lokasi
| parent = Daerah Tore-Madeira
| parent1_type = Lokasi
| parent1 = Lempeng Tektonik Afrika
| parent2_type = Lokasi
| parent2 = Samudera Atlantik
| range = Madeira
| range_type = Kepulauan
| border =
| part_type = Munisipalitas
| part = Funchal
| city_type = Paroki Sipil
| city = Sé
| landmark =
| river =
| highest = Pico da Atalaia
| highest_location = Selvagem Grande
| highest_region = Funchal
| highest_state = Madeira
| highest_elevation = 163
| highest_lat_d =
| highest_lat_m =
| highest_lat_s =
| highest_lat_NS = N
| highest_long_d =
| highest_long_m =
| highest_long_s =
| highest_long_EW = W
| lowest = Permukaan laut
| lowest_location = Samudera Atlantik
| lowest_region =
| lowest_country =
| lowest_elevation = 0
| lowest_lat_d =
| lowest_lat_m =
| lowest_lat_s =
| lowest_lat_NS =
| lowest_long_d =
| lowest_long_m =
| lowest_long_s =
| lowest_long_EW =
| length =
| length_orientation = Northwest-Southeast
| width =
| width_orientation = North-South
| area =
| geology = Basal alkali
| geology1 = Tefra
| geology2 = Trasit
| geology3 = Trasibasal
| orogeny = Vulkanisme
| period = Holosen
| biome = Sedang
| biome1 = Mediterania
| plant =
| animal =
| free_type = Demonim
| free =
| free1_type = Kelompok etnis
| free1 = Portugis
| map = Selvagens.png
| map_size = 235
| map_caption = Lokasi Kepulauan Savage di kepulauan Madeira
| map_background =
| map_location =
| map_locator =
| commons = Ilhas Selvagens
| statistics = Instituto Nacional de Estatística
| website =
| footnotes = Geographic detail from CAOP (2010) produced by Instituto Geográfico Português (IGP)
}}Kepulauan Savage''' ( ; ), adalah kepulauan Macaronesia kecil di Atlantik Utara, kira-kira di tengah antara Madeira dan Kepulauan Canary.
Kepulauan ini terdiri dari dua pulau besar dan pulau beberapa berbagai ukuran, yang mewakili perluasan selatan dari Portugal, ditetapkan sebagai Cagar Alam, terdiri dari dua wilayah: satu di Selvagem Grande dan yang kedua pada Selvagem Pequena Kepulauan ini dikelola oleh Portugal, munisipalitas Funchal, dan berkenaan dengan paroki sipil Madeira dari Sé. Mereka ditetapkan sebagai Cagar Alam, terdiri dari dua wilayah: satu di Pulau Selvagem Grande dan yang kedua pada Pulau Selvagem Pequena.
Referensi
Kepulauan Madeira |
3529 | https://id.wikipedia.org/wiki/Latin%20%28disambiguasi%29 | Latin (disambiguasi) | Latin bisa mengacu kepada:
Abjad Latin
Amerika Latin
Bahasa Latin
Daftar Kalimat Latin
Latini, atau Orang Latin (Inggris: Latins), orang Italia kuno penghuni awal Kota Roma
Misa Latin, Misa Katolik Roma dalam bahasa Latin
Ritus Latin, dokumen-dokumen Gereja Katolik untuk Gereja Katolik Barat, yang berbeda dengan Gereja-gereja ritus Timur
Jazz latin, musik yang mengkombinasikan ritme dari negara-negara Afrika dan Amerika Latin |
3535 | https://id.wikipedia.org/wiki/Fals | Fals | Fals yang diambil dari bahasa Belanda, vals, artinya adalah "menyimpang". Terutama dalam menyanyi atau memainkan sebuah alat musik apabila ada nada musik yang menyimpang, maka ini disebut fals.
Musik |
3543 | https://id.wikipedia.org/wiki/Fatamorgana | Fatamorgana | Fatamorgana () adalah sebuah fenomena bayangan udara di mana ilusi optik yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es.
Peristiwa Fatamorgana terjadi akibat oleh pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi seolah ada. Fenomena ini biasa dijumpai di tempat panas dan Gunung Brocken di Jerman.
Seringkali di gurun pasir, fatamorgana menyerupai danau atau air atau kota. Ini sebenarnya adalah pantulan daripada langit yang dipantulkan udara panas. Udara panas ini berfungsi sebagai cermin. Kata 'Fatamorgana' adalah nama saudari Raja Arthur, Faye le Morgana, seorang peri yang bisa berubah-ubah rupa.
Lihat pula
Bayangan udara
Referensi
Pranala luar
Fenomena optis atmosfer |
3555 | https://id.wikipedia.org/wiki/Fiord | Fiord | Fiord atau Fyord, ( , diserap dari bahasa Norwegia; fjord) merupakan semacam teluk yang berasal dari lelehan gletser, yaitu tumpukan es yang sangat tebal dan berat.
Fiord bisa sangat dalam dan sangat panjang. Fyord banyak ditemukan di negara Skandinavia dan di Amerika Utara, terutama Alaska dan Kanada.
Lokasi
Fiord ditemukan di sepanjang pesisir:
Norwegia
Islandia
Greenland
Labrador
pesisir barat Skotlandia (disebut "loch laut")
barat laut sudut Selandia Baru (lihat Fiordland)
di pesisir barat Newfoundland di Taman Nasional Gros Morne
British Columbia sampai ke Puget Sound
pesisir selatan dan barat Alaska
selatan Chili
di pesisir Laut Baltik di Jerman
di sebagian Antartika, terutama Semenanjung Antartika
berbagai Pulau Arktik dan Kepulauan Sub-antartika
Fiord terpanjang di dunia adalah:
Scoresby Sund di Greenland, (350 km)
Sognefjord di Norway (203 km)
Hardangerfjord di Norway (179 km)
Teluk panjang yang meyerupai fiord di pesisir New England sering disebut sebagai "fiards".
Teluk Lim di Istria, Kroasia, sering kali disebut "Fiord Lim" meskipun sebenarnya bukan fiord yang tercipta secara glasial tetapi sebuah estuaria yang dibentuk oleh gaya erosi dari Sungai Pazinčica.
Referensi
Teluk
Italia
Kroasia
Slovenia
Austria
Albania
Malta
Spanyol
Yunani
Bulgaria
Kosovo |
3559 | https://id.wikipedia.org/wiki/Faringal | Faringal | Faringal, lafaz: [faringgal], adalah sebuah kata sifat (adjektiva) yang berhubungan dengan faring (kerongkongan).
Linguistik
Faringal, adalah nama fonem dan juga tempat artikulasi yang berada di rongga leher, di bawah glotis. Bunyi fonem ini direalisakan
dengan menggerakan ujung belakang lidah ke belakang. Bahasa Arab memiliki fonem-fonem faringal yang disebut sebagai huruf-huruf emfatik; sad, dad dan thad.
Lihat pula:
Daftar Istilah Linguistik
Linguistik |
3564 | https://id.wikipedia.org/wiki/Festival | Festival | Festival (dari , yang berasal dari kata dasar "festa" yang berarti pesta) umumnya berarti pesta besar atau acara meriah yang diadakan dalam rangka memperingati sesuatu. Festival juga bisa diartikan dengan hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting atau bersejarah, atau pesta rakyat yang bersifat suatu acara yang bersenang senang baisanya untuk menyambut sesuatu yang datang.
Festival disalahkaprahkan dengan sayembara atau perlombaan (kompetisi).
Jenis-jenis festival
Festival film
Festival musik
Festival makanan
Festival seni
Festival budaya
Referensi |
3573 | https://id.wikipedia.org/wiki/Faring | Faring | Faring, dari bahasa Yunani, pharynx, adalah tenggorok atau kerongkongan yang merupakan bagian dari sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Istilah ini terutama dipakai dalam kalangan ilmu kedokteran. Faring adalah tabung fibromuskular yang terdapat persis didepan tulang leher yang berhubungan dengan rongga hidung, rongga telinga tengah, dan laring.
Pada umumnya faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Faring nasal yang berhubungan dengan rongga hidung, Faring oral yang berhubungan dengan rongga paru-paru, dan Faring laryngeal yang berhubungan dengan epiglotis dari laring serta menuju ke Esofagus.
Fungsi
Fungsi utama faring adalah sebagai saluran alat pencernaan yang membawa makanan dari rongga mulut hingga ke esofagus. Hubungan faring dengan rongga hidung dan laring ini membuat faring menjadi cukup penting dalam produksi suara, serta memungkinkan manusia untuk bernapas menggunakan mulut serta jika diperlukan secara medis memasukkan makanan melalui hidung.
Lihat pula
Faringalisasi
Faringitis
Pranala luar
Pharynx Anatomy Medscape
The Pharynx Anatomy oleh Henry Gray
Sistem pencernaan
Anatomi mulut |
3580 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kedermawanan | Kedermawanan | Kedermawanan atau Filantropi (bahasa Yunani: philein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia) adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Biasanya, filantropi seorang kaya raya yang sering menyumbang untuk kaum miskin.
Seorang filantropis sering kali tidak mendapatkan dukungan menyeluruh terhadap tindakannya. Tuduhan yang sering diterima adalah masalah tujuan amal (seperti mendanai seni bukannya memerangi kelaparan dunia), atau memiliki tujuan terselubung seperti penghindaran pajak dengan efek samping popularitas.
Kemanusiaan
Sosioekonomi |
3588 | https://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor | Fosfor | Fosfor adalah zat yang menunjukkan fenomena luminesensi; ia memancarkan cahaya ketika terkena beberapa jenis energi radiasi. Istilah ini digunakan baik untuk zat fluoresen ataupun fosforesen yang bersinar pada paparan sinar ultraviolet atau cahaya tampak, dan zat katodoluminesen yang bersinar ketika dihantam oleh berkas elektron (sinar katode) dalam tabung sinar katode.
Ketika fosfor terkena radiasi, elektron orbital dalam molekulnya tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi; ketika mereka kembali ke tingkat sebelumnya, mereka memancarkan energi sebagai cahaya warna tertentu. Fosfor dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori: zat fluoresen yang memancarkan energi segera dan berhenti bersinar ketika radiasi yang mengeksitasi dimatikan, dan zat fosforesen yang memancarkan energi setelah penundaan, sehingga mereka tetap bersinar setelah radiasi dimatikan, meluruh dalam kecerahan selama periode milidetik hingga hari.
Bahan fluoresen digunakan dalam aplikasi di mana fosfor tereksitasi terus menerus: tabung sinar katode (cathode-ray tube, CRT) dan layar tampilan video plasma, layar fluoroskop, lampu fluoresen, sensor skintilasi, dan LED putih, serta cat bercahaya untuk seni cahaya hitam. Fosforesen digunakan di mana cahaya persisten diperlukan, seperti tampilan jam bercahaya dalam gelap dan instrumen pesawat, dan di layar radar untuk memungkinkan 'blip' target tetap terlihat saat pancaran radar berputar. Fosfor CRT distandarisasi mulai sekitar Perang Dunia II dan ditandai dengan huruf "P" diikuti dengan angka.
Fosforus, unsur kimia pemancar cahaya dimana fosfor mendapatkan namanya, memancarkan cahaya karena kemiluminesen, bukan fosforesen.
Proses emisi cahaya
Proses skintilasi pada bahan anorganik disebabkan oleh struktur pita elektronik yang terdapat pada kristal. Partikel yang masuk dapat mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi atau pita eksiton (terletak tepat di bawah pita konduksi dan dipisahkan dari pita valensi oleh celah energi). Ini meninggalkan lubang terkait di belakang, di pita valensi. Kotoran menciptakan level elektronik di celah terlarang. Eksiton adalah pasangan elektron–lubang terikat longgar yang berkeliaran melalui kisi kristal sampai mereka ditangkap secara keseluruhan oleh pusat pengotor. Yang terakhir kemudian dengan cepat dideeksitasi dengan memancarkan cahaya kilau (komponen cepat). Dalam kasus skintilator, anorganik, pengotor aktivator biasanya dipilih sehingga cahaya yang dipancarkan berada dalam kisaran tampak atau dekat UV, di mana pengganda foto menjadi efektif. Lubang dan elektron tersebut ditangkap secara berurutan oleh pusat pengotor yang menarik keadaan metastabil tertentu yang tidak dapat diakses oleh eksiton. Deeksitasi tertunda dari keadaan pengotor metastabil tersebut, diperlambat oleh ketergantungan pada mekanisme terlarang probabilitas rendah, sekali lagi menghasilkan emisi cahaya (komponen lambat).
Fosfor sering merupakan senyawa logam transisi atau senyawa tanah jarang dari berbagai jenis. Dalam fosfor anorganik, ketidakhomogenan dalam struktur kristal ini biasanya dibuat dengan penambahan sejumlah kecil dopan, pengotor yang disebut dengan aktivator. (Dalam kasus yang jarang terjadi, dislokasi atau cacat kristal lainnya dapat memainkan peran pengotor.) Panjang gelombang yang dipancarkan oleh pusat emisi bergantung pada atom itu sendiri dan pada struktur kristal di sekitarnya.
Lihat pula
Katodoluminesen
Laser
Luminofor
Fotoluminesen
Referensi
Bibliografi
Pranala luar
sejarah tampilan elektroluminesen.
Fluoresen, Fosforesen
Karakteristik Fosfor CRT (nomor P)
Komposisi fosfor CRT
Oksinitrida berbasis silikon dan fosfor nitrida untuk LED putih—Ulasan
& – Manual RCA, Layar fluoresen (hlm. 1 hingga hlm. 24)
Komposisi Fosfor Anorganik, Persiapan dan Sifat Optik, William M. Yen dan Marvin J. Weber
Luminesensi
Pencahayaan
Teknologi tampilan
Bahan optik |
3593 | https://id.wikipedia.org/wiki/Farmakologi | Farmakologi | Farmakologi adalah Istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Farmakos yang memiliki arti obat dan Logos yang artinya ilmu. Jadi secara harfiah, farmakologi dapat ditafsirkan sebagai suatu ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologis. Terutama tentang obat yang berkaitan dengan respons bagian-bagian tubuh terhadap sifat obat, pengaruh sifat fisika-kimiawinya terhadap tubuh, kegunaan obat bagi kesembuhan dan nasib yang dialami obat dalam tubuh. Artinya farmakologi ini akan menelaah efek-efek dari senyawa kimia pada jaringan hidup makhluk hidup.
Dalam farmakologi sistem hidup itu harus dipengaruhi obat, sehingga memunculkan prinsip dasar agar molekul obat harus bisa mempengaruhi secara kimia pada satu atau lebih isi sel agar dapat menghasilkan respon farmakologik. Molekul-molekul obat harus mendekati molekul-molekul yang membentuk sel dalam jumlah yang cukup untuk menutup rapat sehingga fungsi molekul sel menjadi berubah. Obat-Obat pada zaman dahulu dibuat dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Catatan pemakaian obat telah dilakukan sejak 2700 tahun sebelum masehi di Timur tengah dan Tiongkok. Obat-Obat yang sering dipakai pada waktu itu adalah emetik untuk memicu muntah. Pada tahun 1550 sebelum masehi, orang Mesir menuliskan pengamatan empiris ke dalam terapi obat pada Ebers Medical Papyrus. Mereka menyarankan minyak kastroli sebagai laktasif dan candu untuk nyeri. Mereka juga menyarankan pemakaian roti berjamur untuk luka dan memar (3500 tahun sebelum Alexander Flemming menemukan penisilin) Dokter Romawi dan penulis Galen (131 201 sesudah masehil dianggap sebagai orang-orang yang berpengaruh dalam kedokteran dan farmasi selama ratusan tahun. Mereka memulai pemakaian resep secara umum dan menggunakan beberapa campuran untuk mengobati penyakit tertentu.
Sejarah
Farmakologi periode kuno
Farmakologi periode kuno dimulai sebelum tahun 1700, ditandai dengan adanya observasi empirik yang dilakukan manusia terhadap penggunaan obat. Sejarah ini tercatat dalam Materia Medika yang disusun oleh Dioscorides (Pedanius). Sebelum masa ini, catatan mengenai penggunaan obat-obatan juga ditemukan pada zaman Cina dan Mesir kuno. Beberapa ahli Farmakologi kuno antara lain sebagai berikut.
Claudius Galen (129-200 sesudah masehi atau sebelum masehi)
Theophrastus von Hohenheim (1493-1541 SM)
Johann Jakob Wepfer (1620-1695 SM).
Farmakologi periode modern
Farmakologi modern dimulai abad 18 sampai dengan 19. Periode ini ditandai dengan penelitian tentang perkembangan obat, serta tempat dan cara kerja obat pada tingkat organ maupun jaringan. Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah farmakologi modern adalah sebagai berikut.
Rudolf Buchheim (1820-1879), merupakan pendiri fakultas farmasi pertama di dunia. Fakultas tersebut didirikan di Universitas Dorpat, Tartu, Estonia.
Oswald Schmeideberg (1838-1921), salah satu dari penulis jurnal farmakologi pertama di dunia
Bernhard Naunyn (1839-1925) bersama Oswald menulis jurnal farmakologi pertama di dunia
John J. Abel (1857-1938), bapak farmasi Amerika Serikat, pendiri The Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, yang sampai sekarang selalu menjadi acuan di dunia farmakologi.
Cabang Ilmu
Ilmu Farmakokinetik, adalah ilmu yang mempelajari tentang absorpsi, distribusi, metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi obat (ADME). Secara singkat artinya pengaruh tubuh terhadap obat.
Ilmu Farmakoterapi, ilmu yang mempelajari penggunaan obat-obatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Ilmu Farmakodinamik, adalah ilmu yang mempelajari efek obat terhadap fungsi berbagai organ, cara kerja obat dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia serta struktur dan fungsi organ.
llmu Toksikologi, adalah ilmu yang mempelajari keracunan dan zat-zat yang menyebabkan keracunan.
Rujukan
Pranala luar
Pharmaceutical Business Review
International Conference on Harmonisation
US Pharmocopea
Biokimia
Teknologi biomedis |
3598 | https://id.wikipedia.org/wiki/Orion%20%28rasi%20bintang%29 | Orion (rasi bintang) | Orion atau Waluku ("Bintang Bajak"), adalah suatu rasi bintang yang sering disebut-sebut sebagai sang Pemburu. Rasi ini mungkin merupakan rasi yang paling terkenal dan mudah dikenali di angkasa. Orang Jawa mengenal bagian deretan tiga bintang sabuk (ζ,ε, dan δ) dan deretan tiga bintang pedang (M43, M42, dan ι) sebagai deretan bintang Belantik atau Beluku, deretan bintang ini juga dikenal dalam penanggalan masyarakat Badui (dan masyarakat Sunda lainnya) sebagai Kidang. Bintang-bintang terangnya terletak pada ekuator langit dan terlihat dari seluruh dunia, sehingga membuat rasi ini dikenal secara luas.
Orion sang pemburu berdiri di sebelah sungai Eridanus dengan dua anjing pemburunya, Canis Major (anjing besar) dan Canis Minor (anjing kecil), melawan Taurus, sang kerbau. Buruan lainnya seperti Lepus, si kelinci, juga ada di dekatnya.
Daftar bintang
Bintang-bintang yang berada pada rasi ini adalah:
Bintang-bintang utama Orion semuanya sangat mirip baik dari segi usia maupun ciri-ciri fisik, menandakan bahwa mereka mungkin saja memiliki asal yang sama. Betelgeuse adalah satu-satunya perkecualian.
Orion sangat bermanfaat dalam menentukan letak bintang-bintang lain. Dengan memperpanjang garis dari sabuk ke arah barat daya, Sirius (α Canis Majoris) dapat ditemukan; di arah timur laut terdapat Aldebaran, α Tauri. Suatu garis ke arah timur melalui kedua bahu menunjuk ke arah Procyon, α Canis Minoris. Suatu garis dari Rigel melalui Betelgeuse mengarah ke Castor dan Pollux, α dan β Geminorum.
Objek langit jauh utama
Sebuah pedang tergantung pada sabuk Orion, terdiri dari bintang ganda θ1 dan θ2 Orionis, yang disebut Trapezium dan Nebula Orion (M42) yang dekat. Objek ini adalah objek yang spektakuler yang dapat diidentifikasi dengan jelas oleh mata telanjang sebagai suatu benda yang bukan merupakan bintang; menggunakan binokuler, kita bisa mengamati kabut yang berputar di sekitar bintang-bintang cerahnya, gas yang bercahaya, dan debu.
Nebula lain yang terkenal adalah IC 434, Nebula Kepala Kuda, dekat ζ Orionis. Nebula ini terdiri dari awan debu gelap yang dari bentuk digunakan untuk menamai nebula ini.
Di samping nebula-nebula ini, mengamati Orion dengan teleskop kecil akan memperlihatkan banyak objek langit jauh yang menarik.
Sejarah
Sebagai rasi bintang yang cerah, Orion telah dikenal oleh berbagai peradaban kuno, sekalipun dengan berbagai gambaran.
Sumeria kuno melihat pola bintang ini sebagai domba, sedangkan di Tiongkok kuno, Orion adalah satu dari 28 zodiak Xiu (宿). Dikenal sebagai Shen (參), yang secara harfiah berarti "tiga", rasi bintang ini mungkin dinamai demikian karena tiga bintangnya yang terletak pada sabuk Orion. Lihat juga Rasi bintang Tiongkok.
Bintang-bintang ini dianggap sebagai Dewa Cahaya, Osiris oleh Bangsa Mesir Kuno.
"Sabuk dan pedang" Orion sering kali disebut-sebut dalam literatur kuno dan modern, dan juga dikenali dalam lambang bahu Divisi Infantri ke-27 Tentara Amerika selama kedua perang dunia. Hal ini mungkin disebabkan oleh Komandan Pertama divisinya adalah Mayor Jendral John F. O'Ryan.
Pelaut Austronesia menggunakannya sebagai pembantu penunjuk garis khayal barat-timur. Petani Jawa menggunakannya sebagai petunjuk masa dimulainya penanaman padi di sawah tadah hujan.
Mitologi
Tidaklah terlalu mengejutkan bahwa rasi terkenal ini mempunyai banyak cerita tentangnya dalam mitologi Yunani.
Dalam salah satu versi, Orion menganggap dirinya sebagai pemburu terbesar di dunia. Hal ini terdengar oleh Hera, istri Zeus, dan dia memutuskan untuk mengirim kalajengking pada Orion. Orion pun disengat hingga mati oleh kalajengking itu. Zeus menyesali hal ini dan menempatkan Orion di langit. Kalajengking itu pun juga ditempatkan di langit, sebagai rasi bintang Scorpius. Fakta yang cukup menarik bahwa saat satu dari dua rasi bintang ini terbit dari horison, rasi yang lain akan sudah terbenam. Dengan demikian dua pesaing ini tidak akan pernah bertemu kembali.
Mungkin saja nama rasi bintang ini mendahului mitologinya. Orion mungkin dinamai dari bahasa Akkadia Uru-anna, cahaya langit, suatu nama yang kemudian masuk ke dalam mitologi Yunani. Oleh karena itu, mitos di sekitar Orion mungkin dirumuskan dari posisi rasi-rasi bintang di sekitarnya.
Dalam beberapa penggambaran, Orion tampak disusun oleh tiga badan, memiliki tiga tangan, dua kaki yang terbuka, dan satu di bagian tengah yang kecil. Oleh karena itu, bersama dengan rasi-rasi lainnya di daerah lambang Zodiak Gemini (Bima Sakti, bagian yang sekarang merupakan rasi Camelopardalis dan Lynx, dan juga rasi Gemini, Auriga, dan Canis Major), ini merupakan asal-muasal dari mitos sang ternak Geryon, yang menjadi Keduabelas Pekerja Herakles.
Dalam literatur
Rasi bintang ini disebut-sebut dalam Ode oleh Horace, Odyssey dan Iliad oleh Homer, dan Aeneid oleh Virgil.
Rasi bintang Orion juga muncul dalam Paradise Lost oleh Milton, dan Locksley Hall oleh Tennyson, "Orion Agung meluncur perlahan ke arah barat".
Referensi
Lihat pula
Orvandil
Pranala luar
Peta Orion
Rasi bintang |
3602 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kanser | Kanser | Dalam astronomi dan astrologi, Kanser, kepiting, adalah salah satu dari 12 rasi bintang zodiak. Kanser (juga dikenal dengan Cancer) berukuran kecil dan redup, dan banyak orang menganggap rasi ini tidak menyerupai kepiting. Rasi ini berada di antara Gemini di sebelah barat dan Leo di sebelah timur, Lynx di sebelah utara serta Canis Minor dan Hydra di sebelah selatan.
Dalam Zodiak, individu yang memiliki bintang Kanser, terlahir pada 22 Juni hingga 22 Juli, ketika matahari ada pada bintang Kanser.
Daftar bintang
Bintang-bintang yang ada pada rasi ini di antaranya adalah:
Lihat pula
Daftar bintang menurut rasi Kanser
Rasi bintang
Zodiak |
3625 | https://id.wikipedia.org/wiki/Asensio%20rekta | Asensio rekta | Asensio rekta atau panjatan tegak ( (RA), dengan simbol α) adalah istilah astronomi yang dikaitkan dengan sistem koordinat ekuator. RA merupakan salah satu dari dua koordinat bola langit pada sistem koordinat khatulistiwa. Koordinat lainnya adalah deklinasi.
RA bisa dibandingkan dengan garis bujur, diukur dari titik nolnya yang berada di titik Aries atau titik vernal ekuinoks. RA diukur dalam jam, menit, dan detik; dengan satu jam sama dengan 15 derajat.
Lihat pula
Deklinasi
Sistem koordinat ekuator |
3632 | https://id.wikipedia.org/wiki/Ranah%20internet%20tingkat%20teratas | Ranah internet tingkat teratas | Ranah Internet tingkat teratas () merupakan rujukan kepada huruf-huruf terakhir setelah tanda titik dalam sebuah nama domain. Misalnya www.google.com memiliki domain teratas .com (atau COM, karena nama domain tidak mempermasalahkan huruf besar atau kecil).
Otoritas Nomor yang Ditugaskan Internet (IANA) saat ini mengklasifikasikan Ranah Internet tingkat teratas ke dalam 3 jenis:
Ranah internet tingkat atas kode negara (ccTLD)
Dipergunakan untuk kode negara atau wilayah dependensi. Terdiri dari 2 huruf, misalnya.id untuk Indonesia, dan .jp untuk Jepang
Ranah internet tingkat atas generik (gTLD)
Dipergunakan oleh macam-macam organisasi (sebagai contoh, .com untuk organisasi komersial). Domain ini terdiri dari 3 huruf atau lebih. Sebagian besar gTLD tersedia untuk dapat digunakan secara luas, tetapi untuk alasan historis, .mil (militer Amerika Serikat) dan .gov (Pemerintahan Federal Amerika Serikat) dibatasi dan hanya dapat digunakan oleh kedua otoritas tersebut. Domain-domain dalam gTLD disubklasifikasikan ke dalam ranah yang disponsori (Ranah internet tingkat teratas bersponsor (sTLD)), misalnya .aero, .coop dan .museum, dan ranah yang tidak disponsori (Ranah internet tingkat atas yang tidak bersponsor (uTLD)), misalnya .biz, .info, .name, dan .pro.
Ranah internet tingkat atas infrastruktur
Satu-satunya yang diterima adalah .arpa. Sementara domain .root ada tetapi tanpa kejelasan mengenai untuk apa keberadaannya.
TLD umum
.aero: industri pesawat terbang
.arpa: Address and Routing Parameter Area
.biz: bisnis
.com: komersial
.coop: koperasi
.info: informasi
.int: internasional
.jobs: sumber daya manusia
.museum: museum
.name: nama perorangan
.net: jaringan
.org: organisasi
.page: -
.pro: profesi
.site: umum
.space: ruang kreatif
.travel: industri wisata
.tv: televisi
.xyz: umum
TLD eksklusif Amerika Serikat
.edu: pendidikan (eksklusif untuk Departement Pendidikan Amerika Serikat)
.gov: pemerintah (eksklusif untuk pemerintah Amerika Serikat)
.mil: militer (eksklusif untuk militer Amerika Serikat)
Walau demikian, nama ranah .edu digunakan pula dalam praktiknya untuk beberapa situs Indonesia.cara.
TLD di Indonesia
.id: domain utama negara Indonesia
.go.id: untuk organisasi kepemerintahan di Indonesia
.mil.id: penggunaan secara khusus oleh militer Indonesia
.co.id: bagi perusahaan atau lembaga komersial Indonesia
.or.id: untuk organisasi nirlaba Indonesia
.web.id: didesignasi untuk badan informal maupun pribadi warga indonesia
.my.id: untuk badan informal maupun pribadi warga indonesia
.net.id: untuk organisasi / ranah umum untuk situs Internet Indonesia
.war.net.id: diperuntukkan warnet (warung Internet)
.sch.id: ranah khusus untuk lembaga sekolah di Indonesia
.ac.id: diperuntukkan bagi lembaga akademik (Universitas, Akademi, Sekolah Tinggi) di Indonesia
desa.id: untuk situs Desa di Indonesia
TLD negara
Pranala luar
Pendaftaran nama ranah Indonesia Registrasi ranah .id
Informasi IANA tentang TLD http://www.iana.org/domain-names.htm
Survei Domain Internet memberikan kita gambaran mengenai seberapa sering sebuah TLD digunakan: http://www.isc.org/ops/ds/reports/2004-01/dist-bynum.php
Pendaftaran Domain Internet Indonesia GT88
Ranah internet tingkat teratas
Daftar negara |
3636 | https://id.wikipedia.org/wiki/Aries | Aries | Aries (perbintangan)
Aries (astrologi) |
3640 | https://id.wikipedia.org/wiki/Pavo | Pavo | Pavo, sang Merak, adalah suatu rasi bintang di belahan langit selatan. Rasi ini dinamai oleh Johann Bayer.
Daftar bintang
Bintang-bintang yang berada pada rasi ini adalah:
Ciri-ciri
Pavo berbatasan dengan Telescopium di sebelah utara, Apus dan Ara di sebelah barat, Octans di sebelah selatan, dan Indus di sebelah timur dan timur laut. Membentang seluas 378 derajat persegi, masuk urutan ke-44 dalam 88 rasi bintang modern dari segi ukuran dan meliputi 0,916% luas langit pada malam hari. Singkatan tiga huruf rasi bintang ini mulai dipakai oleh International Astronomical Union pada tahun 1922, yaitu "Pav". Batas rasi bintang secara resmi ditetapkan oleh Eugène Delporte pada tahun 1930, didefinisikan dalam bentuk suatu poligon yang terdiri dari 10 segmen. Dalam sistem koordinat ekuatorial, koordinat right ascension batas-batas ini terletak antara dan , sedangkan koordinat declination terletak antara −56.59° dan −74.98°. Sebagai salah satu rasi bintang selatan dalam, rasi bintang ini selalu berada di bawah horizon pada latitude utara dari paralel 30 derajat di belahan utara, dan circumpolar pada latitude selatan dari paralel 50 derajat pada belahan selatan. Sejumlah bintang dalam rasi ini membentuk suatu asterisme yang dikenal sebagai "the Saucepan" ("panci saus") di Australia bilamana digunakan untuk navigasi, karena menunjuk ke arah kutub selatan selestial.
Fitur terkenal
Bintang-bintang
Meskipun menggambarkan Pavo pada petanya, Bayer tidak memberi penomoran bintang-bintangnya menurut designasi Bayer. Penjelajah dan astronom Prancis Nicolas Louis de Lacaille memberi label pada bintang-bintang itu "Alpha" sampai "Omega" pada tahun 1756, tetapi tidak menyebut "Psi" dan "Xi", serta memberi label dua pasang bintang yang terletak berdekatan Mu dan Phi Pavonis. Pada tahun 1879, astronom Amerika Benjamin Gould memberi label bintang Xi Pavonis karena ia merasa tingkat kecerahannya mengizinkan penamaan, tetapi menggugurkan penamaan Chi Pavonis karena pudar.
Alpha Pavonis, bintang paling terang dalam Pavo, terletak dekat batas rasi bintang sebelah utara yang bersebelahan dengan Telescopium. Nama awamnya—"Peacock" ("burung merak")— merupakan terjemahan bahasa Inggris dari nama rasi bintang ini. Nama ini diberikan oleh Her Majesty's Nautical Almanac Office Britania pada akhir tahun 1930-an; waktu itu Royal Air Force bersikeras agar semua bintang yang terang diberi nama, sedangkan bintang ini belum mempunyai nama resmi. Alpha mempunyai besaran/magnitude apparent (atau visual) 1,91 dan jenis spektral B2IV.
Dengan magnitude visual 3,43, Beta Pavonis merupakan bintang paling terang nomor dua dalam rasi bintang ini. Merupakan suatu bintang raksasa putih dengan kelas spektral A7III.
Pavo memuat beberapa bintang variable terkenal. Lambda Pavonis merupakan sebuah bintang irregular variable yang berkisar antara magnitude 3,4 dan 4,4; variasi ini dapat dilihat dengan mata telanjang. Digolongkan sebagai kelas Gamma Cassiopeiae variable atau shell star, termasuk tipe spektral B2II-IIIe dan terletak sekitar 1430 tahun cahaya jauhnya dari Bumi.
Kappa Pavonis merupakan suatu bintang W Virginis variable subkelas Tipe II Cepheid.
Eta dan Xi Pavonis terletak di bagian barat rasi bintang dan menggambarkan ekor burung merak.
Benda-benda angkasa dalam
"Objek angkasa dalam" (deep-sky object) dalam Pavo meliputi NGC 6752, gugus bola (globular cluster) paling terang ketiga di langit, setelah 47 Tucanae dan Omega Centauri. Diperkirakan berdiameter 100 tahun cahaya dan terdiri dari 100.000 bintang. Di sebelah selatannya, sekitar tiga derajat, terletak NGC 6744, suatu galaksi spiral yang jauhnya sekitar 30 juta tahun cahaya dari bumi dan mirip dengan Galaksi Bima Sakti, tetapi diameternya dua kali lebih besar. Supernova tipe 1c ditemukan dalam galaksi ini pada tahun 2005; dikenal sebagai "SN2005at", memuncak pada magnitude 16,8. Galaksi kerdil IC 4662 terletak 10 arcminute sebelah timur laut Eta Pavonis, dengan magnitude 11,62. Terletak hanya 8 juta tahun cahaya jauhnya, galaksi ini mempunyai beberapa region pembentukan bintang yang tinggi. Suatu galaksi dengan magnitude ke-14IC 4965 terletak 1,7 derajat di sebelah barat Alpha Pavonis, dan merupakan anggota sentral Supercluster Shapley.
Hujan meteor
Pavo merupakan radian dari dua hujan meteor tahunan: Delta Pavonids dan August Pavonids.
Delta Pavonids muncul dari tanggal 21 Maret sampai 8 April dan biasanya memuncak sekitar 5 atau 6 April, dianggap berkaitan dengan Komet Grigg-Mellish. Hujan meteor ini pertama kali ditemukan oleh seorang bernama Michael Buhagiar dari Perth, Australia, yang mengamatinya sebanyak enam kali dalam 11 tahun antara 1969 dan 1980.
August Pavonids memuncak sekitar 31 Agustus dan dianggap berkaitan dengan komet sejenis Komet Halley, yaitu Komet Levy (P/1991 L3).
Galeri
Referensi
Rasi bintang |
3661 | https://id.wikipedia.org/wiki/Karavan | Karavan | Karavan bisa berarti:
nama alternatif untuk kafilah, iring-iringan sekelompok orang, terutama di padang pasir.
sebuah bentuk kendaraan yang mengandung sejenis tempat tinggal. Rumah beroda. Sebuah karavan bisa merupakan bagian daripada sebuah mobil, atau sebuah kendaran lepas, di atas roda yang ditarik oleh mobil. |
3673 | https://id.wikipedia.org/wiki/Frustrasi | Frustrasi | Frustrasi, berasal dari bahasa Latin frustratio, adalah perasaan kecewa akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Makin penting tujuannya, makin besar frustrasi dirasakan.
Frustrasi merupakan emosi yang kompleks dan bisa menimbulkan dampak yang besar pada orang yang mengalaminya. Kompleksitas frustrasi ditunjukkan dengan munculnya respon emosi seperti kemarahan, kesedihan, dan bisa menjurus ke stres, depresi, hingga kehilangan minat dalam hidup. Namun, frustrasi juga bisa menjadi indikator yang berguna bagi masalah hidup seseorang, yaitu menjadi motivasi untuk berubah dan bangkit dari masalah.
Sumber Frustrasi
Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang.
Internal: saat seseorang tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang diinginkan maka akan timbul rasa kecewa hingga frustrasi. Hal tersebut merupakan akibat dari hilangnya rasa percaya diri dan ketakutan untuk menghadapi situasi sosial. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain.
Eksternal: faktor di luar diri seseorang juga bisa menjadi sumber frustrasi, seperti orang lain, tempat, dan hal-hal lain yang menjadi hambatan bagi seseorang dalam meraih tujuannya. Faktor eksternal dari frustrasi tidak dapat dihindari, tetapi bisa diatasi. Contohnya mencari rute alternatif saat seseorang terjebak kemacetan lalu lintas.
Tanda-Tanda Frustrasi
Tanda Fisiologis
Frustrasi dapat dianalisis dari perubahan-perubahan yang terjadi secara fisiologis, seperti respon kulit terhadap aliran galvanis, tekanan darah, aktivitas saraf, dan ketegangan otot. Saat mengalami frustrasi respon kulit terhadap aliran galvanis (sentuhan dari luar) cenderung berkurang. Tekanan darah juga menjadi indikator seseorang mengalami frustrasi, makin tinggi tekanan darah, makin tinggi level frustrasi atau stres. Berdasarkan penelitian juga ditemukan perubahan ketegangan pada otot wajah. Selain itu, stres atau frustrasi bisa meningkatkan temperatur pada wajah sehingga wajah menjadi memerah.
Referensi
Emosi |
3678 | https://id.wikipedia.org/wiki/Fonem | Fonem | Fonem (serapan dari ) sebuah istilah linguistik dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Lihat pula
Fonemik
Fonetik
Fonologi
Daftar istilah linguistika
l
Fonetik
Fonologi |
3690 | https://id.wikipedia.org/wiki/Ursa%20Minor | Ursa Minor | Ursa Minor adalah suatu rasi bintang di langit utara, yang namanya berarti Beruang Kecil dalam bahasa Latin. Rasi ini adalah salah satu dari 88 rasi bintang modern, dan juga satu dari 48 yang didaftar oleh Ptolemy. Rasi bintang ini dikenal pula sebagai rasi biduk kecil, bintang biduk kecil, atau bintang tujuh kecil, dan mempunyai 'ekor' bernama Polaris sebagai bintang kutub utara.
Di dunia maritim, terutama oleh nelayan, rasi ini dijadikan petunjuk untuk memperkirakan titik utara langit, dengan menarik garis lurus dari dua bintang (alfa dan beta) ke arah horison.
Daftar bintang
Bintang-bintang yang berada pada rasi ini adalah:
Referensi
Rasi bintang |
3694 | https://id.wikipedia.org/wiki/Lacerta | Lacerta | Lacerta, sang Kadal, adalah salah satu dari rasi bintang kecil. Rasi ini terletak di antara Cygnus, Cassiopeia dan Andromeda.
Daftar bintang
Bintang-bintang yang berada pada rasi ini adalah:
Referensi |
3698 | https://id.wikipedia.org/wiki/Caelum | Caelum | Caelum (pahat) adalah suatu rasi bintang kecil di belahan selatan yang diperkenalkan oleh Nicolas Louis de Lacaille.
Daftar bintang
Bintang-bintang yang ada pada rasi ini diantaranya adalah:
Lihat pula
Daftar bintang di rasi Caelum
Rasi bintang |
3729 | https://id.wikipedia.org/wiki/Thimphu | Thimphu | Thimpu (, Dzongkha: ཐིམ་ཕུ་), adalah kota terbesar dan ibu kota Bhutan. Kota ini terletak di bagian barat Bhutan dan dikelilingi perbukitan yang semuanya termasuk ke dalam Distrik Thimphu. Kota ini menjadi ibu kota Bhutan pada tahun 1961. Pada tahun 2005, jumlah penduduknya sekitar 79.185 jiwa, sedangkan seluruh Distrik Thimphu berpenduduk 98.676 orang. Kota ini terbelah menjadi 2 sungai Wang Chu yang membelah kota ini pada arah utara-selatan. Thimphu sendiri berada pada ketinggian antara dan . Kota ini juga tidak mempunyai bandara sendiri. Bandara terdekat dari kota ini adalah Bandara Paro di Paro, Bhutan yang terhubung lewat jalan darat 54 km dari kota ini.
Thimphu, sebagai pusat politik dan ekonomi Bhutan, menopangkan pendapatannya dari pertanian dan peternakan, yang berkontribusi terhadap 45% GNP negara ini. Tashichoedzong, sebuah benteng/biara, didirikan pada abad ke-13. Gedung ini adalah gedung pemerintahan Bhutan semenjak tahun 1952. Biara Tango dan Cheri terletak dekat kota. Istana Dechenchoeling, rumah Raja, terletak di sebelah utara ini.
Transportasi
Di kota ini tersedia 'City Bus' yang melayani setiap hari. Kota ini juga memiliki rencana untuk membangun sebuah tram yang ramah lingkungan dan efisiensi.
Geografi
Iklim
Kota kembar
Manokwari, Republik Indonesia
Kırklareli, Republik Turki
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
Thimphu on Bhutannica
Department of Tourism, Bhutan
City map RAO online
Thimphu Dzongkhag
Five year plan 2002-2007
Attractions in Thimphu
'A Walk in the Clouds', Thimphu in the rains, Travelogue in The Indian Express, 21-06-2009, by Arjun Razdan
Lihat pula
Daftar Ibukota |
3733 | https://id.wikipedia.org/wiki/Hikayat%20Abdullah | Hikayat Abdullah | Hikayat Abdullah bisa dikatakan merupakan sebuah otobiografi. Hal ini membuat hikayat ini istimewa dalam khazanah Sastra Melayu. Karya sastra ini ditulis pada pertengahan abad ke-19.
Edisi
Naskah Hikayat Abdullah dalam bentuk manuskrip diselesaikan pada tahun 1843, tetapi edisi cetaknya baru diterbitkan pada 1849 di Singapura menggunakan cap batu. Keduanya menggunakan huruf Jawi. Edisi tahun 1849 ini sangat langka karena kebakaran di rumah Abdullah, tempat sebagian besar eksemplar edisi ini disimpan. Cetakan huruf Latin edisi ini mulai diterbitkan pada 1903. Cetakan-cetakan ini terutama ditujukan sebagai bacaan pelajar di Singapura, Pulau Pinang, dan Semenanjung Malaya.
Pada tahun 1882 H. C. Klinkert menerbitkan edisi Hikayat Abdullah untuk digunakan sebagai bacaan rakyat Hindia Belanda.
Raihoel Amar Datoek Besar dan R. Roolvink pada 1953 menerbitkan edisi huruf Latin berdasarkan edisi tahun 1849. Edisi ini menjadi bacaan yang disukai para sarjana, karena ditampilkan dengan teks yang diolah secara ilmiah.
Lihat pula
Sastra Melayu
Sejarah Singapura
Rujukan
Pranala luar
Terjemahan Hikayat Abdullah dalam bahasa Inggris
Sastra Melayu |
3746 | https://id.wikipedia.org/wiki/Filemon%20%28disambiguasi%29 | Filemon (disambiguasi) | Filemon - tokoh Perjanjian Baru
Surat Paulus kepada Filemon |
3759 | https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar%20kabupaten%20dan%20kota%20di%20Indonesia | Daftar kabupaten dan kota di Indonesia | Berikut merupakan artikel tentang Daftar Kabupaten dan Kota di Indonesia. Halaman ini berisi daftar kabupaten (416), kabupaten administrasi (1), kota (98), dan kota administrasi (5) dalam 38 provinsi di Indonesia.
Pulau Sumatra
Aceh
Berikut adalah daftar 18 kabupaten dan 5 kota di Aceh per
Sumatra Utara
Berikut adalah daftar 25 kabupaten dan 8 kota di provinsi Sumatra Utara per
Sumatra Barat
Berikut adalah daftar 12 kabupaten dan 7 kota di provinsi Sumatra Barat per
Riau
Berikut adalah daftar 10 kabupaten dan 2 kota di provinsi Riau per
Jambi
Berikut adalah daftar 9 kabupaten dan 2 kota di provinsi Jambi per
Sumatra Selatan
Berikut adalah daftar 13 kabupaten dan 4 kota di provinsi Sumatra Selatan per .
Bengkulu
Berikut adalah daftar 9 kabupaten dan 1 kota di provinsi Bengkulu per
Lampung
Berikut adalah daftar 13 kabupaten dan 2 kota di provinsi Lampung per
Kepulauan Bangka Belitung
Berikut adalah daftar 6 kabupaten dan 1 kota di provinsi Kepulauan Bangka Belitung per
Kepulauan Riau
Berikut adalah daftar 5 kabupaten dan 2 kota di provinsi Kepulauan Riau per
Pulau Jawa
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Berikut adalah daftar 1 kabupaten administrasi dan 5 kota administrasi di provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) per
Jawa Barat
Berikut adalah daftar 18 kabupaten dan 9 kota di provinsi Jawa Barat per
Jawa Tengah
Berikut adalah daftar 29 kabupaten dan 6 kota di provinsi Jawa Tengah per
Daerah Istimewa Yogyakarta
Berikut adalah daftar 4 kabupaten dan 1 kota di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta per
Jawa Timur
Berikut adalah daftar 29 kabupaten dan 9 kota di provinsi Jawa Timur per
Banten
Berikut adalah daftar kabupaten dan kota di provinsi Banten per
Kepulauan Nusa Tenggara
Bali
Berikut adalah daftar 8 kabupaten dan 1 kota di provinsi Bali per
Nusa Tenggara Barat
Berikut adalah daftar 8 kabupaten dan 2 kota di provinsi Nusa Tenggara Barat per
Nusa Tenggara Timur
Berikut adalah daftar 21 kabupaten dan 1 kota di provinsi Nusa Tenggara Timur per
Pulau Kalimantan
Kalimantan Barat
Berikut adalah daftar 12 kabupaten dan 2 kota di provinsi Kalimantan Barat per
Kalimantan Tengah
Berikut adalah daftar 13 kabupaten dan 1 kota di provinsi Kalimantan Tengah per
Kalimantan Selatan
Berikut adalah daftar 11 kabupaten dan 2 kota di provinsi Kalimantan Selatan per
Kalimantan Timur
Berikut adalah daftar 7 kabupaten dan 3 kota di provinsi Kalimantan Timur per
Kalimantan Utara
Berikut adalah daftar 4 kabupaten dan 1 kota di provinsi Kalimantan Utara per
Pulau Sulawesi
Sulawesi Utara
Berikut adalah daftar 11 kabupaten dan 4 kota di provinsi Sulawesi Utara per
Sulawesi Tengah
Berikut adalah daftar 12 kabupaten dan 1 kota di provinsi Sulawesi Tengah per
Sulawesi Selatan
Berikut adalah daftar 21 kabupaten dan 3 kota di provinsi Sulawesi Selatan per
Sulawesi Tenggara
Berikut adalah daftar 15 kabupaten dan 2 kota di provinsi Sulawesi Tenggara per
Gorontalo
Berikut adalah daftar 5 kabupaten dan 1 kota di provinsi Gorontalo per
Sulawesi Barat
Berikut adalah daftar 6 kabupaten di provinsi Sulawesi Barat per
Kepulauan Maluku
Maluku
Berikut adalah daftar 9 kabupaten dan 2 kota di provinsi Maluku per
Maluku Utara
Berikut adalah daftar 8 kabupaten dan 2 kota di provinsi Maluku Utara per
Pulau Papua
Papua
Berikut adalah daftar 8 kabupaten dan 1 kota di provinsi Papua per
Papua Barat
Berikut adalah daftar 7 kabupaten di provinsi Papua Barat per
Papua Selatan
Berikut adalah daftar 4 kabupaten di provinsi Papua Selatan per
Papua Tengah
Berikut adalah daftar 8 kabupaten di provinsi Papua Tengah per
Papua Pegunungan
Berikut adalah daftar 8 kabupaten di provinsi Papua Pegunungan per
Papua Barat Daya
Berikut adalah daftar 5 kabupaten dan 1 kota di provinsi Papua Barat Daya per
Lihat juga
Daftar provinsi Indonesia
Daftar kota non-administrasi di Indonesia
Daftar kecamatan dan kelurahan di Indonesia
Pembagian administratif Indonesia
Pemekaran daerah di Indonesia - lengkap dengan dasar hukum pembentukan provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia
Rencana pemekaran daerah di Indonesia
Lambang kabupaten dan kota di Indonesia
Daftar lebih detail
Daftar kota di Indonesia menurut provinsi
Daftar kota di Indonesia menurut jumlah penduduk
Daftar kota di Indonesia menurut kepadatan penduduk
Daftar kabupaten dan kota di Sumatra
Daftar kabupaten dan kota di Jawa
Daftar kabupaten dan kota di Kepulauan Nusa Tenggara
Daftar kabupaten dan kota di Kalimantan
Daftar kabupaten dan kota di Sulawesi
Daftar kabupaten dan kota di Kepulauan Maluku
Daftar kabupaten dan kota di Pulau Papua
Referensi
Pranala luar
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
Data Wilayah Kemendagri 2017
Depdagri: Daftar Provinsi
Hasil sensus penduduk tahun 2010 |
3774 | https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu | Bengkulu | Bengkulu (Jawi: بڠكولو Aksara Ulu: ꥏꤷꥍꤰꥈꤾꥈ) adalah sebuah wilayah provinsi yang berada di Pulau Sumatra, Indonesia. Ibu kota provinsi Bengkulu terletak di kota Bengkulu. Provinsi ini terletak di bagian Barat Daya Pulau Sumatra dan pantai barat di bagian Selatan Pulau Sumatra yang berbatasan langsung dengan provinsi Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan dan Lampung di wilayah sekitarnya. Pada tahun 2020, jumlah penduduk provinsi ini sebanyak 2.091.314 jiwa, dengan kepadatan 105 jiwa/km².
Geografi
Provinsi Bengkulu terletak di bagian Barat Daya Pulau Sumatera dan berada di pantai barat bagian Selatan Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan garis pantai Samudera Hindia di sisi barat provinsi tersebut. Dengan luas wilayah yang hanya sebesar 19.919,33 km2, Provinsi Bengkulu merupakan provinsi terkecil urutan pertama di daratan Pulau Sumatera dan provinsi terkecil urutan kesepuluh di Indonesia. Namun, apabila di tambah dengan provinsi yang berbentuk kepulauan yang terpisah dari daratan Pulau Sumatera, Provinsi Bengkulu merupakan provinsi terkecil urutan ketiga dari sepuluh provinsi yang terdapat di Pulau Sumatera, setelah Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Batas wilayah
Berikut merupakan batas-batas wilayah dari Provinsi Bengkulu:
Sejarah
Di wilayah Bengkulu pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal. Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada. Bencoolen/Coolen yang berasal dari bahasa Inggris Cut Land yang berarti tanah patah wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di dunia dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut.
Sejak tahun 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Sukarno. Pada masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi istrinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatra Selatan. Wilayah Bengkulu dahulu juga meliputi Kawedanan Krui yang meliputi Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat saat ini. Akan tetapi, berdasarkan hasil plebisit pada tahun 1951, Krui menjadi bagian dari Lampung. Pada tanggal 18 November 1968 Bengkulu menjadi provinsi Indonesia ke-26 (termuda sebelum Timor Timur).
Politik dan pemerintahan
Daftar kabupaten
Daftar kecamatan, desa, dan kelurahan
Daftar gubernur
Perwakilan
Demografi
Suku bangsa
Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang heterogen dari segi suku bangsa. Penduduknya terdiri dari suku-suku asli dan masyarakat pendatang. Suku-suku asli Bengkulu meliputi suku Suku Rejang, Serawai, Mukomuko, Enggano, Kaur, Lembak, Pekal, Besemah, Semende, Merpas, Nasal dan Melayu Bengkulu. Di antara suku-suku asli, Rejang dan Serawai adalah dua suku dengan populasi tertinggi, masing-masing dengan persentase 20,60% dan 18,91%. Ada pula masyarakat pendatang meliputi Suku Jawa dengan persentase 22,64% sekaligus sebagai populasi etnis tunggal terbesar di Provinsi Bengkulu, Serawai, suku lokal lainnya, Melayu, Minangkabau, Batak, Sunda, Lampung, dan lainnya.
Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Bengkulu:
Catatan:* Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, pribumi lainnya sudah termasuk suku-suku lokal lainnya, seperti: suku Lembak, Kaur, Mukomuko, Pekal, Enggano, Merpas, dan Nasal. Sedangkan suku lainnya sudah termasuk semua suku-suku pendatang lainnya, seperti: Bugis, Kerinci, Madura, Aceh, Mentawai, dan Nias.
Seni dan budaya
Bengkulu memiliki kerajinan tradisional batik besurek, yakni kain batik yang dihiasi huruf-huruf Arab gundul dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sebagi salah satu bagian warisan budaya Republik Indonesia serta turut memperkaya khazanah budaya di Indonesia. Kebudayaan Bengkulu sangat kental bercirikan dengan budaya Pribumi di Bengkulu yang memiliki beberapa ciri berbeda karena dipengaruhi oleh suku-suku berbeda yakni kebudayaan Rejang, Serawai, Melayu, Kaur, Mukomuko, Pekal, Lembak, Enggano, Merpas, & Nasal. Budaya tabut merupakan satu kultur unik yang memadukan tradisi lokal dengan Islam Syiah secara kultural.
Makanan tradisional
Makanan tradisional dari Bengkulu antara lain:
Bay Tat
Godok-godok
Kelicuk
Keripik ikan beledang
Lema
Lempok durian
Pendap
Tari tradisional
Tari-tarian tradisional dari Bengkulu antara lain:
Tari Tombak Kerbau
Tari Gandai
Tari Putri Gading Cempaka
Tari Pukek
Tari Andun
Tari Kejei
Tari Penyambutan
Tari Bidadari Menimang Anak
Seni musik
Seni musiknya adalah:
Geritan, cerita sambil berlagu.
Serambeak, seni yang berupa patatah-petitih.
Andei-andei, seni sastra yang berupa nasihat.
Sambei, seni vokal khas suku Rejang yang biasanya untuk pesta perkawinan.
Doll, seni musik yang di mainkan dengan cara di pukul yang terbuat dari bongkol kelapa. Dan biasa di mainkan dalam acara festival Tabot(bulan Muharram)atau acara penyambutan
Wisata alam
Pantai Panjang
Lokasi pantai Panjang sekitar 3 km dari kota Bengkulu. Sekitar 7 km panjang pantai dengan 50 meter lebar dari jalan raya. Banyak transportasi umum yang menuju ataupun pergi dari Pantai Panjang. Pohon cemara yang rindang menghiasi sepanjang pantai. Hotel dan restoran juga banyak terdapat di sana. Pantai ini juga memiliki fasilitas area parkir, kolam renang, cottage dan lainnya yang mendukung wisata di sana.
Pantai Pasir Putih
Pantai ini terletak di arah selatan bagian Pantai Panjang. Ada patung Gajah Putih yang menandai daerah ini. banyak hotel dan penginapan yang tersedia. Jarak sekitar 19 km dari pusat kota Bengkulu. Kondisi jalan menuju kesana sangat baik. Bisa melewati jalan Jenggalu Lingkar Barat. Tempat ini dapat dicapai dengan kendaraan roda empat jenis apapun. Kondisi pantai sangat bersih dengan pasir pantainya yang putih dan pohon cemara yang tumbuh di sekitarnya.
Pantai Laguna Samudra
Pantai yang berlokasi di ujung selatan provinsi Bengkulu menjelang perbatasan dengan Lampung. Lokasi ini bisa ditempuh melalui Jalan Lintas Barat Sumatra yang menghubungkan Lampung dan Bengkulu hingga Sumatra Barat. Tepatnya terletak di desa Merpas, Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur. Pantai yang memiliki laguna sangat luas ini berkonsep hutan pantai. Pengunjung bisa berenang dengan aman hingga berperahu di dalam laguna ini.
Pulau Tikus
Pulau ini terdiri dari satu pulau induk dan beberapa pulau-pulau kecil lainnya yang mengitari dan dengan karang-karang yang indah. Pulau tikus sangat cocok untuk wisata laut. Pulau ini dapat dicapai sekitar 1 jam dari kota Bengkulu dengan menggunakan kapal boat.
Danau Dendam Tak Sudah
Danau ini dikelilingi oleh perbukitan kecil, dengan bukit barisan sebagai latar belakangnya. Jaraknya sekitar 8 km dari pusat kota Bengkulu. Anggrek air Vanda Hookeriana tumbuh sepanjang danau. Ketika musim bunga anggrek tersebut membuat danau menjadi indah dan lebih sejuk.
Tapak Padri dan Pantai Jakat
Terletak sangat dekat dengan Benteng Marlborough dengan pemandangan laut yang indah. Tapak Padri dataran yang cukup tinggi sehingga kita dapat melihat matahari terbenam.
Taman Hutan Hujan Tropis (Tahura)
Lokasinya sekitar 16 km dari pusat kota Bengkulu yang dapat dicapai oleh berbagai jenis kendaraan roda empat. Tempat ini biasanya digunakan sebagai tempat untuk area observasi dan tempat kemah dengan keadaan alam yang indah.
Taman Berburu Seblat
Terletak di wilayah kabupaten Bengkulu Utara, taman berburu ini merupakan tempat ideal bagi kita yang hobi berburu. Adapun hewan buruan yaitu babi, kancil, kelinci, kijang, tupai, rusa, dll. Selain hewan tersebut ada juga hewan-hewan lain yang hidup di sana antara lain monyet dan kera.
Taman Wisata Konak
Taman terpadu dengan konsep alami dan modern yang berlokasi di wilayah Kepahiang. Taman ini memiliki banyak koleksi satwa berukuran kecil hingga sedang serta memiliki banyak wahana permainan keluarga.
Danau Tes
Danau terbesar di Bengkulu, danau yang memiliki pemandangan dengan latar bukit bukit yang menghijau. Di tengah danau terletak persawahan penduduk dan sebuah gunung pasir.
Danau Gedang dan Bukit Menghijau
Danau yang masih sangat asri di wilayah Bengkulu Utara.
Danau Mas Harun Bastari
Terletak di kecamatan Selupu Rejang, Rejang Lebong. Danau yang unik dengan pulau kecil dari rerumputan liar di tengahnya. Danau ini telah memiliki fasilitas-fasilitas yang sangat lengkap dan bagus.
Danau Musi
Danau di kabupaten Kepahiang yang terletak di sekitar Suro Ilir.
Taman Nanua
Taman ini berada di pulau terluar Indonesia, yakni Enggano. Ini merupkan taman burung dan reptil mini.
Tanah Lot Lais
Formasi batu-batu karang di pinggir pantai Lais, Bengkulu Utara yang sungguh indah. Cocok untuk melihat sunset yang indahnya luar biasa,karena keindahannya itulah tempat ini dinamai Tanah Lot Lais karena mirip dengan Tanah Lot yang asli di Bali
Danau Picung
Ialah danau disekitar Tubei,ibu kota kabupaten Lebong. Danau ini terletak di pusat kota dengan akses akomodasi yang lancar. Rumah dinas bupati juga menghadap kedanau indah ini. Pinggiran danau dibuka untuk umum sebagai wilayah pemancingan
Taman Wisata Dio Bagite
Ialah kebun binatang mini dengan koleksi cukup banyak satwa. Taman ini terletak sangat strategis dipenggkolan jalan Curup-Lubuk Linggau.
Danau Tujuh Warna
Terletak di daerah Rimbo Pengadang, ialah telaga dengan 7 kawah yang masing-masing berbeda warnanya. Ada kawah berwarna putih, biru dan lainnya. Jalan menuju kesana cukup baik, bisa menggunakan roda empat. Namun alangkah menariknya kalau dilakkan dengan berjalan kaki secara beramai-ramai. Pada saat akan menuju kawah, kita pertama kali akan menjumpai kawah biru dan harus melewati jalan setapak yang cukup terjal. Banyak pepohonan yang berdiameter satu meter lebih yang menghiasi pemandangan di kiri kanan jalan setapak. Matahari akan terlihat cahayanya saja karena terhalang pepohonan. Suhu yang cukup tinggi sehingga bisa untuk memasak telur atau menanak nasi. Beberapa kawah bersuhu 70 derajat celsius cocok untuk terapi penyakit kulit dan reumatik.
Wisata budaya dan peninggalan sejarah
Benteng Marlborough
Benteng Marlborough dibangun oleh perusahaan india timur di bawah kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. The fort constitutes the strong fort, Benteng Marlborough berdiri menghadap selatan dan memiliki luas 44,100 meter persegi. Benteng ini mempunyai bentuk bangunan abad 18, menyerupai kura-kura. Pintu utamanya dikelilingi parit yang luas dan dapat dilalui oleh jembatan. Menurut masyarakat di sekitar benteng itu juga terdapat pintu keluar bawah tanah yang dulu digunakan pada waktu perang.
Rumah Pengasingan Bung Karno
Pada zaman koloni Belanda(1939-1942), Soekarno (Yang kemudian menjadi Presiden RI yang pertama) pernah diasingkan di Bengkulu. Selama dalam pengasingan Soekarno tinggal di rumah yang beralamat di Anggut Atas dan sekarang dikenal dengan jalan Soekarno-Hatta. Beberapa peralatan, sepeda, perpustakaan buku-buku, dan yang lainnya yang pernah dimiliki oleh soekarno disimpan di dalam rumah ini. Selama tinggal di Bengkulu, Soekarno mendesain masjid, yang sekarang dikenal dengan Masjid Jamik (Jamik Mosque).
Parr and Hamilton Monuments
Parr Monuments terletak di depan Pasar Barukoto diseberang benteng Marlborough, sedangkan Hamilton Monuments terletak di Jalan Soekarno-Hatta. Monument ini dibangun oleh Inggris untuk memperingati kekalahan mereka di Bengkulu.
Museum Provinsi Bengkulu
Museum Bengkulu terletak di bagian selatan dari jalan utama kota Bengkulu, yaitu di jalan Pembangunan. Disini kita dapat melihat berbagai macam benda benda bersejarah. dan juga baju batik buatan Bengkulu yang dinamakan kain Besurek.
Rejang Lebong
Air Panas dan Air Terjun Suban. Terletak 6 km dari Curup yang dihubungkan oleh jalan aspal dan terdapat air panas serta dua air terjun. oleh pemerintah dibangun berbagai macam fasilitas umum untuk menunjang pariwisata di sana.
Danau Pematang
Terletak 16 km dari Curup dan dapat dicapai dengan mudah dengan transportasi umum. Danau ini dikelilingi oleh perbukitan. Bukit Kabal Terletak 19 km dari Curup dengan jalan aspal yang menghubungkannya. Dengan tinggi sekitar 1,936 m di atas permukaan laut dengan keindahan alam yang menakjubkan.
Danau Tes
Terletak 51 km dari Curup di Kecamatan Lebong Selatan, Danau ini adalah danu terbesar di provinsi Bengkulu dengan jarak 3 km. dan digunakan juga sebagai pembangkit listrik tenaga air. Tempat ini juga biasanya sebagai tempat peristirahatan bagi turis untuk melihat panorama yang indah dan matahari terbenam.
Kolam Renang Tabarena
Terletak 4 km dari Curup yang dihubungkan oleh jalan aspal. Tabarena adalah kolam renang alam yang berada di sungai dengan airnya yang bersih dan dingin.
Air Terjun Kepala Curup
Terletak 29 km dari Curup dengan tinggi 100 meter dengan airnya yang segar dan sering dikunjungi oleh wisatawan.
Sungai Air Putih
Terletak di Tambang Sawah, sekitar 15 km dari Muara Aman atau 80 km dari Curup, sungainya terdiri dari air panas dan air dingin.
Makam Sentot Alibasyah
Terletak di Desa Bajak, Kecamatan Teluk Segara, Bengkulu. Sentot Alibasyah merupakan salah satu Panglima Pangeran Dipenegoro yang dikirim ke Bonjol sewaktu Perang Padri.
Pusat Pelatihan Gajah
Terletak di Seblat, kecamatan Napal Putih - Bengkulu Utara.
Gunung Kaba
Terletak di Curup, Gunung ini dijadikan tempat rekreasi alam terfavorit bagi pendaki baik dari wilayah Bengkulu, Sumatra Selatan, dan sekitarnya.
Suban
Curup, Tempat pemandian air panas ini terletak d kaki gunung kaba. Disini anda bisa mandi dengan air panas yang asli dari alam dan anda juga bisa menikmati keindahan alam yang masih alami dan segar.
Objek wisata andalan
Padma Raksasa
Pada masa pemerintahan Inggris, bunga ini dipopulerkan secara ilmiah oleh Sir Thomas Raffles dan Dr. Arnoldy pada tahun 1818 di wilayah hutan yang lokasinya terletak di antara Kabupaten Kepahiang dan Bengkulu Tengah. Bunga ini adalah bunga terbesar di dunia dengan diameter 100 cm. Bunga ini membutuhkan 6 sampai 8 bulan untuk tumbuh dan 15 hari setelah itu untuk berbunga. Keunikan dari bunga ini adalah tidak adanya akar, daun dan batang. Tumbuhan ini termasuk parasit karena tidak adanya klorofil dan haustoria. Bunga ini sering tumbuh dan ditemukan di Taba Penanjung I dan Taba Penanjung III (Bengkulu Tengah), daerah di wilayah kabupaten Kepahiang, dan daerah di wilayah kabupaten Rejang Lebong.
Bunga Kibut (Amorphopalus Titanuum)
Bunga ini sangat menarik dan cantik. Tidak memiliki batang dengan tetapi memiliki bunga yang tinggi sekitar 3 m dan kuat. Bunga ini tumbuh di sekitar Rejang Lebong mengelilingi Kepahiang, Bengkulu Utara, dan Bengkulu Selatan.
Anggrek Air Vanda Hookeriana
Berdasarkan ahli tanaman yang datang ke Bengkulu, anggrek air ini hanya terdapat di Danau Dendam Tak Sudah yang terletak sekitar 5 km dari kota Bengkulu. Beberapa macam anggrek liar dan alami lainnya dapat pula ditemukan di Provinsi Bengkulu.
Kekayaan Hutan
Berbagai macam kekayaan hutan yang dapat ditemukan di Bengkulu seperti Kayu Medang, Meranti, Rattan, Damar. Tanaman lainnya yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah Minyak sawit, getah karet, kopi, durians, jeruk, sayuran, dan lainnya.
Fauna
Beberapa macam hewan seperti macan, kijang, gajah, monyet, rangkong adalah hewan yang menempati hutan di provinsi Bengkulu.
Upacara Tabut
Tabut adalah upacara tradisional tentang kepahlawanan Hasan dan Husen, Mereka mati dalam peperangan melawan orang-orang Yazid. Perayaan pertama kali dilaksanakan oleh Syekh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada abad ke 15. Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo) Menikah dengan wanita Bengkulu kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga pewaris Tabut. upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharam (berdasar kalender Islam) setiap tahun.
Upacara Lainnya yang mengiringi Tabut
Upacara Mengambil Tanah, dilakukan malam 1 Muharram. Duduk Penja, 4 dan 5 Muharram. Menjara, 5 sampai 6 of Muharram. Anak Jari-Jari dan Seroban, 7 sampai 8 Muharam. Arak Gedang, 9 Muharam. Tabut Tebuang, 10 Muharam.
Taman Laut
Taman ini terletak sekitar pulau Enggano.
Taman Nasional
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Terletak di Kecamatan Seblat sekitar 100 km dari kota Bengkulu. Taman Nasional lainnya terletak di Selatan Kaur, 80 km dari Manna. Taman ini merupakan bagian dari Taman Nasional Sumatra Selatan(TNSS I). Berbagai macam hewan dapat dijumpai di sana.
Taman Berburu
Gunung Nanu'ua, hutan yang masih alami yang terletak di Pulau Enggano. Hewan yang dapat diburu adalah banteng liar, babi hutan, kijang, dan beberapa jenis lainnya. Semidang Bukit Kaba, terletak di Taba Penanjung dengan luas area 15.300 hektare.
Elephant Training Center (ETC) di Seblat
Terletak di sebelah sungai Seblat, Putri Hijau, Bengkulu utara. Tempat latihan ini adalah salah satu dari tempat latihan yang ada di Indonesia(Way Kambas ETC, Lampung; Lhokseumawe ETC, Aceh; Sebangau ETC, Riau; Sebokor ETC, Sumatra Selatan). Untuk mencapai ke sini dapat menggunakan kendaraan roda empat. Terletak 132 km dari Bengkulu atau sekitar 3 jam perjalanan. Kita dapat melalui: Simpang Air Muring ke Desa Suka Maju, kemudian berjalan kaki sekitar 5 km. Dan Simpang Desa, Kota Bani, Suka Merindu, dan Suka Baru. Sayang sekali, jalur ini tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat.
Lihat pula
Pulau Enggano
Referensi
KnndlAseterangan
Bacaan lanjutan
Miller, C. 1777. "An Account of The Island of Sumatra". Philosophical Transactions of the Royal Society of London pp. 160–179.
Pranala luar
Situs web resmi pemerintah provinsi
Informasi Lengkap Seputar Bengkulu
Sejarah singkat Bengkulu. Rujukan untuk bagian Sejarah.
ANTARANews Bengkulu. Rujukan untuk portal berita online terupdate Bengkulu.
(Indonesia) Live Indonesia. ID, informasi soal komunitas dan kearifan lokal Bengkulu
(Indonesia) www.jelajahhutan.com , informasi seputar wisata, kuliner, sosial dan budaya di Bengkulu
History of Bengkulu, blog berisi informasi sejarah pendudukan Bengkulu oleh EIC.
A. J. Stockwell. Britons in south-east Asia, Oxford Dictionary of National Biography, online edn., Oxford University Press, May 2007.
Provinsi di Indonesia |
3781 | https://id.wikipedia.org/wiki/Permainan | Permainan | Permainan sesuatu yang digunakan untuk bermain (sebuah mainan), sebuah barang atau sesuatu yang pada umumnya digunakan untuk hiburan atau kesenangan, dan kadang-kadang digunakan sebagai alat pendidikan. Permainan berbeda dari pekerjaan, yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan upah, dan dari seni, yang lebih sering merupakan ekspresi elemen estetika atau ideologis. Namun, perbedaannya tidak jelas, dan banyak permainan juga dianggap sebagai karya (seperti pemain profesional olahraga atau permainan penonton) atau seni (seperti puzzle atau permainan yang melibatkan tata letak artistik seperti mahyong, solitaire, atau beberapa permainan video).
Diuji sejak 2600 SM, permainan adalah bagian universal dari pengalaman manusia dan hadir dalam semua budaya. Permainan Kerajaan Ur, Senet, dan Mancala adalah beberapa permainan tertua yang diketahui.
Definisi
Jenis permainan
Permainan anak-anak
Di lingkungan yang masih terlihat keakraban antar anggota masyarakat, banyak permainan yang dilakukan oleh anak-anak secara beramai-ramai dengan teman-teman mereka di halaman atau di teras rumah. Mereka berkelompok, berlarian, atau duduk melingkar memainkan salah satu permainan dan tercipta keakraban. Beberapa permainan ini karena tercipta pada masa yang lama berlalu disebut dengan permainan tradisional, sedangkan di sisi lain beberapa permainan yang lebih akhir (dan biasanya menggunakan peralatan yang canggih) disebut permainan modern.
Permainan dewasa
Permainan elektronik
Permainan elektronik adalah jenis-jenis permainan yang dapat dimainkan dengan media elektronik seperti konsol, ponsel, dan komputer. Terdapat tujuh kategori permainan elektronik, yaitu permainan petualangan, strategi, aksi, olahraga, simulasi, puzzle, dan simulasi. Permainan elektronik dapat dimainkan oleh siapa saja, secara umum terdapat empat kategori pemain, yaitu U3+ (Kelompok pemain berusia tiga tahun atau lebih), U7+ (Kelompok pemain berusia tujuh tahun atau lebih), U13+ (Kelompok pemain berusia tiga belas tahun atau lebih), dan U18+ (Kelompok pemain berusia delapan belas tahun atau lebih).
Mengasah kemampuan mendidik anak dengan game tebak-tebakan bisa menjadi cara yang menyenangkan dan efektif untuk mengajarkan anak-anak keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kerjasama.
Berikut adalah beberapa ide permainan tebak-tebakan di smartphone yang dapat membantu mengasah kemampuan mendidik anak :
Berikut adalah beberapa ide permainan tebak-tebakan di smartphone yang dapat membantu mengasah kemampuan mendidik anak:
Tebak Gambar: Anda dapat menunjukkan gambar objek atau binatang pada anak-anak dan meminta mereka menebak namanya atau ciri-cirinya. Ini akan membantu anak-anak mengasah kemampuan memperhatikan detail dan mengembangkan kosakata mereka.
Tebak Kata: Anda dapat memberikan beberapa petunjuk tentang kata tertentu, dan anak-anak harus menebak kata apa yang dimaksud. Ini membantu anak-anak mengasah kemampuan berpikir kritis dan memahami hubungan antara kata-kata.
Tebak Angka: Anda dapat memberikan beberapa petunjuk tentang angka tertentu, dan anak-anak harus menebak angka apa yang dimaksud. Ini membantu anak-anak mengasah kemampuan berpikir logis dan matematika.
Tebak Siapa: Anda dapat mengajukan pertanyaan tentang seseorang dan meminta anak-anak menebak siapa orang itu. Ini dapat membantu anak-anak mengasah kemampuan mengingat dan memperhatikan detail.
Tebak Lagu: Anda dapat memainkan beberapa baris lagu atau melodi dan meminta anak-anak menebak judul atau artisnya. Ini akan membantu anak-anak mengasah kemampuan musik dan memori.
Dalam memainkan game tebak-tebakan, pastikan untuk memberikan dukungan positif dan memberikan pujian ketika anak-anak dapat menjawab dengan benar. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka dan memotivasi mereka untuk belajar lebih banyak. Selain itu, pastikan juga untuk mengubah tebak-tebakan agar tetap menarik dan menantang bagi anak-anak.
Lihat pula
Olahraga
Boomerang
Bola Voli
Puzzle
Referensi
Bacaan lanjutan
Komunitas Hong: Surga Permainan Anak Indonesia
Ensiklopedia Advis Mainan Anak Tradisional Indonesia
Avedon, Elliot; Sutton-Smith, Brian, The Study of Games. (Philadelphia: Wiley, 1971), reprinted Krieger, 1979. ISBN 0-89874-045-2
Aktivitas santai |
3787 | https://id.wikipedia.org/wiki/Filum | Filum | Filum (dari bahasa Yunani; (, "race, stock"), berkaitan erat dengan (, "puak, klan")) adalah tingkat klasifikasi atau peringkat taksonomi di bawah kerajaan dan di atas kelas. Filum juga biasa dipakai dalam ilmu bahasa perbandingan.
Dalam biologi, klasifikasi ini menjadi: subfilum, kelas, ordo, famili, genus dan spesies.
Dalam ilmu bahasa, filum merupakan kelompok bahasa atau rumpun bahasa yang berpisah antara 50 sampai 100 abad yang lampau.
Referensi
Lihat pula
Daftar Utama
Kata
Divisio (untuk tumbuhan)
Peringkat taksonomi |
3793 | https://id.wikipedia.org/wiki/Futurisme | Futurisme | Futurisme dari bahasa Prancis, futur atau bahasa Inggris, future yang keduanya berarti "masa depan" adalah sebuah ilmu yang mempelajari masa depan. Selain itu aliran ini juga merupakan sebuah aliran seni yang avant-garde atau sebelum masanya, terutama pada tahun 1909. Aliran ini terutama paling kuat muncul di Italia, meskipun ada juga pengikut-pengikutnya di Britania Raya dan Rusia (misalnya, Velimir Khlebnikov serta Vladimir Mayakovsky).
Futurism merupakan aliran seni di Italia yang didirikan oleh Filippo Marinetti pada tahun 1908. Gerakan ini diinspirasi dari kehidupan yang berubah karena penemuan mesin yang menghasilkan unsur gerak dan kecepatan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia di awal abad ke-20. Tipografi dalam Futurisme berkembang menjadi media ekspresi dalam desain, bukan makna saja tetapi juga bentuknya, divisualkan dengan puisi yang memakai bentuk-bentuk tipografi sebagai ungkapan perasaan yang mendukung karya puisi tersebut (Heller, and Seymour 90-4).
Referensi
Gerakan sastra
Gerakan seni
Seni modern
Futurologi |
3800 | https://id.wikipedia.org/wiki/Khalifah | Khalifah | Khalifah (; khalīfah) ada dua definisi yaitu gelar makhluk yang akan diciptakan Allah di bumi, yaitu Manusia, untuk menggantikan makhluk yang ada sebelumnya. Definisi kedua adalah gelar yang diberikan untuk penerus Muhammad dalam kepemimpinan umat Islam. Wilayah kewenangan khalifah disebut kekhalifahan atau Khilafah (; khilāfah). Gelar lain yang juga melekat dengan khalifah adalah amīr al-mu'minīn (أمير المؤمنين) Amirul Mukminin atau "pemimpin orang-orang yang beriman yang telah dibaiat dengan hukum Kitabillah wa Sunnah", meski pada keberjalanannya, gelar ini juga disandang oleh pemimpin Muslim selain khalifah.
Sepanjang sejarahnya, peran khalifah dan bentuk kekhalifahan memiliki beragam corak yang sangat dipengaruhi keadaan politik dan keagamaan pada masa tersebut. Dilihat dari latar belakang khalifah, kekhalifahan dibagi ke dalam empat periode: Kekhalifahan Rasyidin (632–661), Kekhalifahan Umayyah (661–750), Kekhalifahan Abbasiyah (750–1258 dan 1261–1517), dan Kekhalifahan Utsmaniyah (1517–1924).
Kekhalifahan dimulai seiring dibaiatnya Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam tepat setelah meninggalnya Muhammad pada tahun 632. Abu Bakar dan tiga penerusnya, semuanya sahabat Nabi dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Muhammad, dikelompokkan sebagai Khulafaur Rasyidin atau Kekhalifahan Rasyidin. Pemilihan keempat khalifah pertama ini didasarkan melalui musyawarah dan kepantasan pribadi calon sehingga Kekhalifahan Rasyidin kerap dipandang sebagai bentuk awal demokrasi Islam.
Setelah perang saudara pertama di penghujung masa Kekhalifahan Rasyidin, Hasan bin 'Ali menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Mu'awiyah yang kemudian mengubah bentuk kekhalifahan menjadi monarki-dinasti, menandai dimulainya masa Kekhalifahan Umayyah. Berpusat di Damaskus, Bani Umayyah memegang tampuk kekhalifahan selama hampir seabad sebelum akhirnya digulingkan kelompok Abbasiyah yang mendirikan kekhalifahan-dinasti mereka sendiri mulai tahun 750. Berbeda dengan masa Khulafaur Rasyidin atau Umayyah, khalifah pada masa Abbasiyah tidak lagi memimpin secara langsung seluruh wilayah dunia Islam dan wilayah kekuasaannya hanya berkisar di kawasan Mesopotamia. Beberapa kepala negara Muslim (bergelar amir atau sultan) memimpin wilayah kekuasaan mereka secara mandiri tanpa campur tangan khalifah. Meski begitu, khalifah tetap dipandang sebagai pemimpin dunia Islam secara keseluruhan dan kepala negara Muslim yang lain memberikan ketundukkan mereka secara simbolis kepada khalifah. Berbeda dengan Umayyah yang sangat bercorak Arab, Abbasiyah yang berpusat di kawasan Mesopotamia memberikan corak Persia yang kental pada kekhalifahan.
Fungsi khalifah sebagai kepala negara lenyap seiring jatuhnya Baghdad oleh Mongol pada 1258. Keturunan Abbasiyah yang tersisa melanjutkan tampuk kekhalifahan di Mesir yang saat itu di bawah kekuasaan Kesultanan Mamluk. Tanpa wilayah kekuasaan dan kekuatan politik yang memadai, khalifah hanya berperan sebagai pemersatu umat Islam secara simbolis sehingga khalifah pada periode ini dikenal sebagai "khalifah bayangan."
Setelah Kesultanan Mamluk ditaklukkan oleh Kesultanan Utsmani pada 1517, pemimpin Utsmani mengambil gelar khalifah untuk mereka sendiri. Gelar khalifah terbatas hanya sebagai pemimpin simbolis dunia Islam setelah 1258 dan hal itu tetap tidak berubah pada masa Utsmani. Para penguasa Utsmani memiliki kekuasaan karena kedudukan mereka sebagai sultan dan padisyah (kaisar), bukan karena status mereka sebagai khalifah. Pada praktiknya, para penguasa Utsmani terbilang sangat jarang menggunakan gelar khalifah (pemimpin umat Islam) mereka dalam perpolitikan dalam dan luar negeri dan lebih sering menggunakan status mereka sebagai sultan dan padisyah (kepala negara Utsmani). Gelar khalifah mulai digunakan penguasa Utsmani pada saat Perjanjian Küçük Kaynarca, untuk menegaskan kedudukannya sebagai pelindung umat Islam di Rusia. Sultan Abdul Hamid II merupakan penguasa Utsmani yang paling sering menggunakan gelar khalifah dalam upayanya menggalang persatuan di dunia Islam untuk menghadapi imperialisme Barat.
Pada November 1922, Majelis Agung Nasional Turki membubarkan Kesultanan Utsmani dan sultan terakhirnya, Mehmed VI, diasingkan ke Malta. Meski begitu, Mustafa Kemal (Atatürk) belum berani membubarkan kekhalifahan demi menjaga dukungan masyarakat, juga karena kekhalifahan adalah lambang pemersatu umat Islam Sunni seluruh dunia, berbeda dengan Kesultanan Utsmani yang merupakan sebatas negara. Majelis Agung Nasional Turki kemudian mengangkat sepupu Mehmed VI sebagai Khalifah Abdul Mejid II pada 19 November 1922. Abdul Mejid II merupakan satu-satunya khalifah dari Wangsa Utsmani yang tidak merangkap sebagai sultan. Namun karena khawatir Abdul Mejid II akan menggunakan statusnya sebagai khalifah untuk campur tangan dalam urusan dalam dan luar negeri Turki sebagaimana yang dilakukan para Sultan Utsmani terdahulu, Majelis Agung Nasional Turki akhirnya membubarkan kekhalifahan pada 3 Maret 1924, menjadikan Abdul Mejid II sebagai khalifah terakhir. Negara-negara Muslim mempertanyakan keabsahan pembubaran kekhalifahan oleh pihak Turki dan terdapat beberapa pertemuan para tokoh Muslim terkait keberlangsungan kekhalifahan, tetapi tidak ada kesepakatan bersama yang dapat dicapai.
Khalifah berbeda dengan sultan. Bila khalifah merupakan pemimpin seluruh umat Islam (baik secara hierarkis atau hanya sekadar simbolis), sultan merupakan kepala dari suatu negara Muslim tertentu dan bukan pemimpin umat Muslim secara keseluruhan. Kedua gelar ini kerap disamakan pada masa-masa sekarang, sangat mungkin lantaran penguasa Utsmani (negara adidaya Muslim terakhir pada milenium kedua) memegang kedua gelar ini secara bersamaan. Penguasa Utsmani merupakan seorang sultan dalam kapasitasnya sebagai kepala negara Utsmaniyah dan sebagai khalifah dalam artian pemimpin simbolis seluruh umat Islam.
Etimologi
Kata "khalifah" (; khalīfah) bermakna "penerus" atau "perwakilan." Dalam Al-Qur'an disebutkan,
Dalam konteks khusus, khalifah adalah pengganti atau penerus Muhammad sebagai pemimpin umat Islam. Kepemimpinan umat ini memiliki dimensi duniawi dan agama, sehingga pada dasarnya, khalifah adalah pemimpin dan pembimbing umat Islam dalam urusan administratif kenegaraan ataupun moral dan agama. Secara tradisi, khalifah sendiri merupakan kependekan dari Khalīfat Rasūl Allāh (penerus utusan Allah).
Khalifah juga dapat dimaknai sebagai kewenangan yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk mengelola alam untuk keperluan hidupnya. Kewenangan ini diberikan dengan adanya batasan atas tanggung-jawab yang baik dan tidak berlebihan. Bekal yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk memenuhi peran ini adalah akal. Keberadaan akal membuat manusia dapat melakukan pengamatan terhadap alam semesta. Dengan perannya ini, manusia diberi tanggung jawab untuk memakmurkan alam sehingga tercipta keseimbangan antara alam dan kehidupan manusia. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an pada Surah Luqman ayat 20. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah mengatur langit dan Bumi agar sesuai dengan kebutuhan hidup manusia secara sempurna. Ini dijadikan olehNya sebagai tanda-tanda kekuasaanNya. Sedangkan peran manusia sebagai pemakmur Bumi ditetapkan oleh Allah pada Surah Hud ayat 61. Ayat ini juga mengaitkan peran manusia sebagai pemakmur Bumi dan penciptaan manusia dari tanah.
Khalifah utama
Khulafaur Rasyidin
Segera setelah kematian Muhammad pada 632, Abu Bakar dibaiat sebagai pemimpin umat Islam di Masjid Nabawi. Dikenal dengan sebutan Ash-Shiddiq (, "Tepercaya"), Abu Bakar termasuk salah satu pemeluk Islam awal dan melalui putrinya, 'Aisyah. Masa kekuasaannya yang singkat dikerahkan untuk menumpas pemberontakan dari berbagai suku Arab yang merasa tidak punya tanggung jawab kesetiaan lagi pada pihak Madinah sepeninggal Muhammad. Abu Bakar sangat menjaga agar kebijakan yang dia ambil tidak berbeda dengan Muhammad.
Setelah Abu Bakar meninggal dunia pada 634 dengan meninggalkan keadaan kekhalifahan yang mulai stabil, 'Umar bin Khattab dibaiat sebagai khalifah kedua. Sebagaimana Abu Bakar, 'Umar juga merupakan mertua Muhammad melalui Hafshah. Di masanya, 'Umar melakukan berbagai pembaharuan dan perluasan. Tapal batas kekhalifahan meluas keluar dari semenanjung Arabia, mengakhiri riwayat Kekaisaran Sasaniyah dan mengambil alih dua pertiga wilayah Kekaisaran Romawi Timur. Segala capaiannya menjadikan 'Umar sebagai salah satu khalifah paling berpengaruh sepanjang sejarah.
'Utsman bin 'Affan meneruskan tampuk kekhalifahan sepeninggal 'Umar dan berbeda dengan pendahulunya, 'Utsman lebih memberikan kekuasaan otonomi yang lebih longgar pada bawahannya. Hal ini menjadikan perluasan wilayah kekhalifahan dapat dilangsungkan secara lebih mandiri, sehingga dapat mencapai wilayah yang lebih jauh. Pada masanya, kekhalifahan sudah mencapai sebagian wilayah Khorasan Raya (kawasan Asia Tengah) di batas timur. Di masanya, masyarakat menjadi lebih makmur dalam masalah ekonomi dan menikmati kebebasan yang lebih besar di bidang politik. Namun 'Utsman juga dikritik dengan dalih Nepotisme, karena lebih mendahulukan keluarga besarnya untuk mengisi berbagai kedudukan penting, menjadikan munculnya gelombang demonstrasi besar-besaran yang berujung pada pengepungan rumahnya pada tahun 656. 'Utsman yang tidak ingin menjadi penyebab perang saudara menolak bantuan militer dari kerabat dan pihak lain, menjadikannya terbunuh di akhir pengepungan.
'Ali mewarisi kedudukan khalifah setelahnya. Masa kekuasaannya merupakan salah satu masa-masa tersulit dalam sejarah Islam lantaran pada masa kekuasaannya terjadi perang saudara Islam pertama yang berawal dari terbunuhnya 'Utsman. 'Ali dibunuh kelompok Khawarij dan putranya, Hasan, diangkat menjadi khalifah oleh sekelompok Muslim pada 661. Namun beberapa bulan setelahnya, Hasan menyerahkan tampuk kekhalifahan kepada Mu'awiyah demi menghindari perang saudara lebih lanjut.
Di wilayah yang dulu dikuasai Kekaisaran Sasaniyah dan Romawi, khalifah menurunkan pajak dan memberikan kelonggaran otonomi melalui gubernur pilihan mereka. Berkebalikan dengan Romawi, khalifah memberikan kebebasan beragama yang lebih luas dan memberikan masyarakat non-Muslim hak otonomi untuk mengatur urusan mereka sendiri. Segala kebijakan ini mengangkat moral dan kepercayaan masyarakat yang selama ini terbebani dengan pajak tinggi dan segala kekacauan yang diakibatkan Perang Romawi-Persia yang berturut-turut.
Kerap dipandang sebagai bentuk ideal kekhalifahan oleh banyak umat Islam, khalifah pada masa ini memegang peran sebagai pemimpin umat Islam dalam urusan dunia dan agama. Tidak hanya dalam urusan kenegaraan, para khalifah juga merupakan pengambil keputusan dalam berbagai urusan yang berkaitan dengan ibadah. Kekhalifahan sendiri cenderung berwujud negara kesatuan pada masa ini dan para gubernur secara hierarkis berada di bawah khalifah.
Wangsa Umayyah
Setelah Hasan bin 'Ali turun takhta pada 661, Mu'awiyah berkuasa sebagai khalifah. Penetapan putranya sebagai putra mahkota membuat bentuk kekhalifahan berubah menjadi monarki dinasti yang kedudukan kepala negaranya diwariskan hanya di antara keluarga besar penguasa sebelumnya, dan dari sinilah Wangsa Umayyah lahir. Secara silsilah, khalifah dari Wangsa Umayyah terbagi menjadi dua:
Kelompok Sufyani, yakni yang merupakan keturunan dari Abu Sufyan bin Harb. Ada tiga orang khalifah yang berasal dari garis Sufyani.
Kelompok Marwani, merujuk kepada Marwan bin al-Hakam dan keturunannya. Ada sebelas orang khalifah yang berasal dari garis Marwani.
Abu Sufyan dan Al-Hakam (ayah Marwan) adalah cucu dari Umayyah bin 'Abd asy-Syams dan dari sini nama Bani Umayyah ditetapkan.
Wangsa Umayyah melanjutkan perluasan wilayah kekhalifahan, meliputi kawasan Transoxiana, Sindh, Arab Maghrib, dan Al-Andalusia, menjadikan kekhalifahan saat itu sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia yang pernah ada, baik dari segi luas wilayah maupun populasi, dengan luas mencakup 11,100,000 km2 dengan penduduk sekitar 33 juta jiwa.
Pada masa Umayyah, bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi dari kekhalifahan yang terdiri dari penduduk multi-etnis tersebut. Perpindahan agama besar-besaran menjadi mualaf juga terjadi pada masa Umayyah. Pembangunan banyak bangunan Muslim bersejarah juga dibangun pada masa ini, seperti Kubah Shakhrah di kompleks Masjid Al Aqsha dan Masjid Agung Umayyah. Umayyah juga memberikan kebebasan beragama pada umat non-Muslim dan meskipun mereka tidak bisa menempati hierarki teratas lembaga-lembaga penting, banyak yang menjadi pejabat tinggi di pemerintahan, menjadikan sebagian kalangan Muslim menilai bahwa Wangsa Umayyah terlalu sekuler. Umayyah juga mampu menyerap dan menghidupkan berbagai kebudayaan asli dari bangsa-bangsa yang telah tergabung dalam naungan kekhalifahan, salah satunya tercermin dari arsitektur. Masjid Agung Umayyah sebelumnya merupakan katedral Kristen yang dipersembahkan untuk Yohanes Pembaptis (Yahya dalam Islam) yang awalnya merupakan kuil Romawi untuk pemujaan Dewa Yupiter.
Terlepas dari segala capaiannya, Umayyah dikritik karena sangat menganakemaskan Muslim Arab dibandingkan Muslim dari etnis lain yang jumlahnya semakin besar. Pembunuhan Husain dalam Pertempuran Karbala pada 680 oleh pihak Umayyah menjadikan perpecahan antara Sunni dan Syiah semakin nyata. Perang saudara juga melanda kekhalifahan mulai tahun 744, menjadikan kendali Wangsa Umayyah atas negara melemah. Gelombang non-Arab yang menjadi mualaf juga mengubah keadaan dalam negeri kekhalifahan karena banyak dari mereka yang lebih terdidik dari bangsa Arab sendiri, sehingga mengubah keadaan politik dalam kekhalifahan. Pada akhirnya, pendukung Bani Hasyim dan garis keturunan 'Ali berhasil meruntuhkan kekuasaan Umayyah pada 750. Banyak anggota Wangsa Umayyah yang dibunuh setelahnya, di antaranya adalah Marwan bin Muhammad yang merupakan khalifah terakhir dari Wangsa Umayyah di Syam. Di antara anggota Wangsa Umayyah yang selamat adalah 'Abdurrahman ad-Dakhil yang mengungsi ke Al-Andalus dan berkuasa di sana.
Pada masa Umayyah, dimensi keagamaan dalam gelar khalifah memudar seiring menurunnya akhlak dan keagamaan dari sebagian khalifah. Ibnu Katsir menyebutkan kepribadian Khalifah Yazid yang suka mabuk-mabukan. Dari semua khalifah dari Wangsa Umayyah, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz dikenal yang paling saleh dan kerap dipandang sebagai khulafaur rasyidin kelima. Meski begitu, peran khalifah sebagai kepala negara dari seluruh dunia Islam masih terjaga.
Wangsa Abbasyiah
Wangsa Abbasiyah memegang tampuk kekhalifahan setelah kekuasaan Umayyah di Syam runtuh pada 750. Keluarga besar ini merupakan keturunan dari Abbas bin Abdul Muthalib, paman Muhammad. Berpusat di kawasan Mesopotamia, Abbasiyah mengadopsi secara besar-besaran kebudayaan Persia ke dalam tubuh kekhalifahan.
Pada keberjalanannya, wilayah kekuasaan khalifah pada masa Abbasiyah perlahan semakin menyusut hingga hanya di sekitar Mesopotamia. Banyak pihak mendirikan dinasti mereka sendiri dan menguasai suatu bagian dari dunia Islam seperti Wangsa Idrisiyyah yang menguasai Maroko, Aghlabiyyah yang memerintah di Ifriqiya, Dinasti Thuluniyah di Mesir dan Palestina, Bani Buwaih di Iran, Dinasti Samaniyah di Transoxiana, dan Seljuk yang menguasai wilayah yang sangat luas di kawasan Timur Tengah, Kaukasus, dan Asia Tengah. Sebagian dari penguasa dinasti ini menggunakan gelar amir atau bahkan syahansyah (raja diraja), gelar penguasa Persia pra-Islam. Pada masa ini mulai muncul gelar sultan yang mulai digunakan untuk kepala negara Muslim dan mulai menggeser penggunaan gelar amir. Meski banyak dari dinasti baru ini menguasai wilayah yang jauh lebih luas dari khalifah sendiri dan memerintah secara mandiri tanpa campur tangan khalifah, tetapi para amir dan sultan ini tetap mengakui kedaulatan khalifah atas mereka secara simbolis dan khalifah tetap dipandang sebagai pemimpin dunia Islam secara keseluruhan.
Salah satu hal paling menonjol pada masa kekuasaan Abbasiyah adalah dukungan besar mereka pada ilmu pengetahuan, salah satunya adalah pembangunan Baitul Hikmah, tempat penerjemahan, pengumpulan, penggabungan, dan pengembangan ilmu dari kebudayaan Romawi kuno, Tiongkok, Persia, India, Mesir, Afrika Utara, Yunani, dan Romawi Timur. Tidak hanya menjadi jantung kekuasaan dan pemerintahan, Baghdad, dan dunia Islam secara umum, juga menjelma menjadi pusat ilmu pengetahuan, filsafat, pendidikan, dan kesehatan pada masa yang dikenal dengan zaman keemasan Islam. Pada berbagai bidang - matematika, astronomi, alkimia, kedokteran, optik, dan sebagainya - ilmuwan kekhalifahan berada pada garda terdepan dalam kemajuan ilmu pengetahuan pada masa itu. Tidak hanya Muslim, ilmuwan dari kalangan non-Muslim juga turut memberi sumbangsih besar pada perkembangan ini.
Sastra dan literatur juga menjadi salah satu perhatian pada masa ini. Salah satu fiksi dari dunia Islam yang terkenal hingga saat ini, Seribu Satu Malam, yang merupakan kumpulan hikayat dan legenda, utamanya dikumpulkan pada masa Abbasiyah. Epik ini diyakini mulai terbentuk pada abad kesepuluh dan mencapai bentuk akhirnya pada abad keempat belas, jumlah dan jenis ceritanya berbeda-beda antara satu manuskrip dengan yang lain. Syair Arab juga mencapai puncaknya pada masa ini. Salah satu syair terkenal dalam masalah percintaan adalah Layla dan Majnun. Berbeda pada masa kekhalifahan sebelumnya, peran perempuan dalam ranah publik memudar di zaman Abbasiyah. Budaya Persia pra-Islam, utamanya di kalangan atas, sangat ketat dalam melakukan pemisahan dunia laki-laki dan perempuan. Perempuan kalangan atas hidup dipingit dalam harem sebagai lambang kesucian dan tingginya status sosial keluarga yang bersangkutan. Norma tersebut kemudian diadopsi Abbasiyah dan diikuti banyak umat Muslim pada masa-masa berikutnya.
Berbeda pada masa sebelumnya, kekhalifahan sudah tidak bisa dikatakan sebagai negara kesatuan lagi. Banyak dinasti baru bermunculan dan pemimpin mereka berkuasa secara berdaulat tanpa campur tangan khalifah. Meski begitu, mereka masih memberikan ketundukkan mereka kepada khalifah meski hanya sebatas formalitas. Khalifah sendiri masih memiliki peran sebagai kepala negara sebagai penguasa di kawasan Mesopotamia. Peran khalifah sebagai kepala negara baru benar-benar lenyap setelah Hulagu Khan menduduki Baghdad pada 1258 dan membunuh Khalifah 'Abdullah Al-Musta'shim. Setelah peristiwa tersebut, dunia Islam mengalami kekosongan dari kepemimpinan khalifah selama sekitar tiga tahun. Dari naiknya Wangsa Abbasiyah setelah penggulingan Umayyah sampai jatuhnya Baghdad, terdapat 37 khalifah.
Bani Abbasiyah di Kairo
Setelah jatuhnya Baghdad, anggota Wangsa Abbasiyah yang selamat melarikan diri ke Mesir yang saat itu dikuasai Kesultanan Mamluk dan melanjutkan tampuk kekhalifahan di sana mulai tahun 1261. Namun berbeda saat masih di Baghdad, khalifah pada masa ini sama sekali tidak memiliki wilayah kekuasaan. Khalifah hanya mengurus permasalahan upacara dan keagamaan, sementara kekuatan politiknya sangat terbatas. Peran khalifah sebagai pemimpin umat Islam yang tadinya memiliki kekuatan politik sebagai kepala negara bergeser menjadi sepenuhnya hanya sekadar simbol. Hal ini mejadikan khalifah sering terombang-ambing saat terjadi guncangan di pemerintahan Mesir. Tidak hanya mampu menunjuk khalifah baru yang dikehendaki, Sultan Mamluk bahkan mampu menggulingkan khalifah yang masih bertakhta saat terjadi perselisihan. Keadaan tersebut membuat khalifah pada periode ini sering disebut sebagai "khalifah bayangan".
Keadaan ini berlangsung sampai tahun 1517 saat Kesultanan Utsmani yang berpusat di Konstantinopel menduduki Mesir, mengakhiri riwayat Mamluk. Khalifah saat itu, Muhammad Al-Mutawakkil, kemudian menyerahkan gelar khalifah kepada Sultan Utsmani, Selim I, menandai berakhirnya peran Wangsa Abbasiyah dan Quraisy sebagai khalifah. Dari tahun 1261 sampai penaklukkan Mesir oleh Utsmani, terdapat 17 khalifah. Di antara mereka, tiga khalifah menjabat sebanyak dua kali dan seorang khalifah menjabat sebanyak tiga kali. Secara keseluruhan, Wangsa Abbasiyah menyandang gelar khalifah selama hampir tujuh setengah abad, menjadikannya sebagai dinasti terlama yang memegang peran sebagai pemimpin dunia Islam ini sepanjang sejarah kekhalifahan.
Wangsa Utsmaniyah
Sebelum menjadi sebuah kekaisaran lintas benua, Utsmani awalnya adalah sebuah kadipaten kecil di kawasan Anatolia yang merupakan bawahan Kesultanan Seljuk. Saat Seljuk di ambang keruntuhan, kadipaten-kadipaten di Anatolia memerdekakan diri, termasuk kadipaten yang berada di bawah pimpinan Osman. Perlahan kadipaten yang dipimpin Osman dan keturunannya meluaskan wilayah dan menyatukan kadipaten yang lain, juga mulai meluaskan wilayahnya ke kawasan Balkan. Anak keturunannya menggunakan nama Osman untuk nama dinasti dan negara mereka yang semakin berkembang ini, yang kemudian dieja menjadi Utsman atau Utsmaniyah di Indonesia dan Ottoman di Barat.
Seiring menguatnya Kesultanan Utsmaniyah, para pemimpin mereka mulai mengklaim gelar khalifah untuk diri mereka sendiri, meski saat itu Wangsa Abbasiyah yang berada di Mesir masih memegang gelar ini dari generasi ke generasi. Klaim Utsmani atas kepemimpinan dunia Islam semakin menguat saat di bawah kepemimpinan Selim I, mereka menaklukkan Kesultanan Mamluk yang menguasai Mesir, Syam, dan Hijaz pada 1517. Wangsa Abbasiyah yang sejak tahun 1261 hidup dalam perlindungan Mamluk kemudian menyerahkan kedudukan mereka sebagai khalifah kepada pihak Utsmani, menjadikan Selim secara resmi sebagai khalifah pertama dari Wangsa Utsmani dan non-Arab.
Semenjak jatuhnya Baghdad, khalifah kehilangan fungsinya sebagai kepala negara dan hanya berperan sebagai pemimpin dunia Islam secara simbolis. Keadaan itu sebenarnya tetap tidak berubah pada masa Utsmani. Para penguasa Utsmani memiliki kekuatan politik atas kedudukan mereka sebagai sultan dan padisyah, bukan karena status mereka sebagai khalifah. Pada praktiknya, penguasa Utsmani sangat jarang menggunakan gelar khalifah pada percaturan politik di dalam dan luar negeri.
Di masa-masa selanjutnya, status penguasa Utsmani sebagai sultan melemah seiring bergesernya kendali pemerintahan di tangan wazir agung (perdana menteri) dan tokoh-tokoh terkemuka lain, tetapi fungsi khalifah justru makin berkembang. Gelar khalifah mulai digunakan saat Perjanjian Küçük Kaynarca (1774) yang dilakukan antara pihak Kesultanan Utsmani yang saat itu dipimpin Sultan Abdul Hamid I (berkuasa 1773 – 1789) dan Kekaisaran Rusia yang dipimpin Maharani Yekaterina II. Atas kemenangan Rusia atas Utsmani pada Perang Kozludzha, Utsmani dipaksa mengakui kedaulatan Kekhanan Krimea yang awalnya merupakan bawahan Utsmani dalam Perjanjian Küçük Kaynarca. Meski secara politik kehilangan Krimea, Abdul Hamid I menggunakan statusnya sebagai khalifah untuk menegaskan kepemimpinan keagamaannya atas Muslim Krimea. Yekaterina sendiri juga mengklaim sebagai pelindung umat Kristen Ortodoks di wilayah Utsmani pada perjanjian ini. Dari perjanjian ini, status khalifah yang merupakan pemimpin dunia Islam mulai berkembang dari yang hanya sekadar simbol menjadi sebuah gelar yang memiliki kekuatan politik.
Di antara semua penguasa Utsmani, Sultan Abdul Hamid II (berkuasa 1876 – 1909) adalah yang paling sering menggunakan kedudukannya sebagai khalifah. Melalui statusnya sebagai khalifah, Abdul Hamid II berusaha menyatukan masyarakatnya yang multi-etnis atas dasar agama sebagai reaksi atas keadaan Utsmani yang semakin melemah dan terpecah, juga menghimpun kekuatan dari seluruh dunia Islam untuk bersatu dalam melawan imperialisme Barat. Upayanya ini mengancam negara-negara Eropa, yakni Austria melalui Muslim Albania, Rusia melalui Tatar dan Kurdi, Prancis melalui Muslim Maroko, dan Britania Raya melalui Muslim India. Upaya ini membuahkan hasil dalam beberapa hal. Setelah kemenangan Utsmani pada Perang Yunani-Turki, banyak umat Muslim memandang ini sebagai kemenangan Muslim. Pemberontakan dan penolakan penjajahan bangsa Eropa dilaporkan di surat kabar di berbagai wilayah Muslim.
Meski berupaya menyatukan dunia Islam, atas permintaan duta Amerika untuk Utsmani Oscar Straus, Abdul Hamid II sepakat untuk menulis surat kepada Suku Suluk di Kesultanan Sulu agar mereka tidak melakukan perlawanan kepada Amerika. Hal ini menjadikan Muslim Sulu mengakui kedaulatan Amerika atas mereka.
Terlepas dari segala hasil yang dicapai, upaya Abdul Hamid II dalam menyatukan masyarakat dengan identitas Islam tidak sepenuhnya berhasil. Hal ini karena besarnya jumlah populasi non-Muslim dan pengaruh Eropa atas Utsmani. Setelah Abdul Hamid II digulingkan pada 1909, baik status Sultan Utsmani maupun khalifah kehilangan kekuatan politiknya.
Khalifah lain
Sebagai posisi pemimpin dunia Islam, idealnya hanya ada satu khalifah dalam satu masa. Namun sejarah menyaksikan bahwa dalam beberapa kurun waktu, terdapat beberapa pihak yang mengklaim gelar khalifah selain khalifah utama. Beberapa alasan yang mendasarinya adalah reaksi penolakan atas kebijakan tertentu dari khalifah, kekuatan khalifah utama yang semakin memudar, atau pihak-pihak terkait merasa telah memiliki pengaruh yang cukup besar sehingga dipandang sebagai pemimpin dunia Islam. Mereka ini tidak dimasukkan ke dalam daftar khalifah utama atas dasar mereka klaim mereka sebagai khalifah tidak tersambung dengan khalifah sebelumnya.
Pernyataan pihak-pihak lain ini sebagai khalifah tidak berarti bahwa mereka menyatakan diri sejajar dengan khalifah utama. Khalifah adalah posisi untuk pemimpin dunia Islam dan harusnya hanya ada satu khalifah pada satu masa. Saat pihak ini menyatakan dirinya sebagai khalifah, mereka menyatakan kepemimpinan atas seluruh umat Islam (terlepas wilayah kekuasaan mereka secara de facto) dan sekaligus memandang pihak lain sebagai khalifah yang tidak sah.
'Abdullah bin Zubair
'Abdullah bin Zubair adalah salah satu pihak awal yang melakukan pernyataan diri sebagai khalifah dan menjadi khalifah paralel saat Wangsa Umayyah di Damaskus juga masih menyandang gelar ini. Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, keponakan Khadijah binti Khuwailid dari jalur ayah dan sepupu Muhammad dari jalur ibu. Ibunya adalah Asma', putri Khalifah Abu Bakar dan kakak ipar Muhammad.
'Abdullah bin Zubair pada awalnya menolak kesetiaan kepada khalifah setelah Mu'awiyah bin Abu Sufyan melantik putranya sendiri, Yazid, sebagai putra mahkota. Setelah Yazid mangkat setelah tiga tahun berkuasa dan kekuasaan diwariskan kepada putranya, Mu'awiyah II, 'Abdullah bin Zubair menyatakan dirinya sebagai amirul-mu'minin, salah satu gelar lain untuk khalifah. Kedudukannya sebagai khalifah diakui oleh masyarakat Hijaz, Yaman, Mesir, dan Iraq. Kekuasaan 'Abdullah bin Zubair berakhir saat Khalifah 'Abdul Malik bin Marwan mengutus Al-Hajjaj bin Yusuf untuk menundukkannya. Al-Hajjaj mengepung Makkah selama sekitar enam bulan dan banyak dari para pengikut 'Abdullah bin Zubair menyerah pada masa ini. 'Abdullah bin Zubair tetap menolak untuk menyerah dan melanjutkan perlawanan sampai dia terbunuh pada Oktober atau November 692.
Wangsa Fatimiyah
Wangsa Fatimiyah adalah dinasti beraliran Syi'ah Ismailiyah yang menyatakan diri sebagai keturunan putri bungsu Muhammad, Fatimah az-Zahra. Mereka mengklaim gelar khalifah mulai tahun 909 dan menjadi khalifah pesaing dari Wangsa Abbasiyah yang bertakhta di Mesopotamia. Pada masa puncaknya, Fatimiyah menguasai kawasan Afrika Utara, Sisilia, Syam, dan Hijaz. Fatimiyah awalnya berkuasa di kawasan Tunisia dan kemudian memindahkan ibu kotanya di Kairo setelah Mesir ditaklukkan pada 969.
Fatimiyah membentuk tentara berlandas etnis yang terbukti membawa keberhasilan di medan perang, tetapi tidak dalam ranah politik dalam negeri. Perselisihan antar kelompok militer menjadikan kekuasaan dinasti ini merosot dengan cepat pada akhir abad kesebelas dan abad kedua belas. Shalahuddin mengakhiri kekuasaan dinasti ini pada 1171, mendirikan dinasti Al-Ayyubi yang menyatakan kesetiaan pada Wangsa Abbasiyah. Terdapat empat belas khalifah dari Wangsa Fatimiyah dan mereka berkuasa dalam rentang waktu lebih dari dua setengah abad.
Khalifah di Kordoba
Semenanjung Iberia, juga dikenal dengan Al-Andalusia, telah menjadi bagian dari kekhalifahan pada masa Umayyah. Setelah kekuasaan Umayyah di Syam runtuh pada 750, 'Abdurrahman ad-Dakhil pergi ke semenanjung Iberia dan menjadi penguasa di sana setelah menggulingkan penguasa sebelumnya, memerintah kawasan Iberia dari kota Kordoba. Meski moyangnya telah menyandang gelar khalifah selama hampir seabad saat berkuasa di Syam, anggota Wangsa Umayyah yang berkuasa di Iberia awalnya hanya menyandang gelar "amir" (setara dengan 'adipati') dan mengakui klaim pihak Abbasiyah sebagai pemimpin seluruh umat Islam, meski perselisihan di antara kedua belah pihak masih berlanjut.
Namun setelah Fatimiyah yang mengklaim gelar khalifah mulai mengancam kekuasaan Umayyah di Al-Andalus, keturunan 'Abdurrahman ad-Dakhil, 'Abdurrahman III, menyatakan dirinya sebagai khalifah pada 16 Januari 929. Hal ini menjadikan terdapat tiga pihak yang mengklaim gelar khalifah: Abbasiyah di Baghdad, Fatimiyah yang berpusat di Mesir, dan penguasa di Kordoba. Tak hanya dalam masalah kekuasaan, Kordoba juga menjadi pesaing Baghdad terkait perannya sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya. Pada masa Al-Hakam II, perpustakaan istana memiliki 500.000 volume buku. Sebagai perbandingan, Biara Santo Gallen di Swiss hanya memiliki 100 volume. Universitas di Kordoba juga menjadi yang paling terkenal di dunia kala itu, didatangi murid Muslim ataupun Kristen dari segala penjuru Eropa Barat. Universitas ini melahirkan seratus lima puluh penulis. Universitas dan perpustakaan lain juga tersebar di kawasan Iberia pada masa ini.
Pada keberjalanannya, kekuasaan Wangsa Umayyah di Andalusia semakin melemah, menjadikan Wangsa Hammud, sebuah dinasti Muslim Arab-Berber, mampu merebut tampuk kekhalifahan selama beberapa waktu. Umayyah dapat mengambil kembali status khalifah, tetapi negara tersebut sudah sangat melemah dengan beberapa wilayah telah lepas dari kendali khalifah. Penggulingan Hisyam III pada 1031 menjadi akhir dari riwayat khalifah di Kordoba. Setelahnya, wilayah yang dulu dikuasai khalifah terpecah menjadi negara-negara kecil yang disebut taifa. Meski khalifah di Kordoba hanya bertahan selama sekitar satu abad, kekuasaan umat Muslim di Andalusia masih berlanjut sampai Wangsa Nasrid penguasa Granada dikalahkan pihak Katolik Spanyol pada 1492.
Keruntuhan kekhalifahan
Setelah Abdul Hamid II digulingkan pada 1909, dua sultan penerusnya hampir kehilangan kekuatan politik sepenuhnya dan hanya berperan sebagai lambang kepala negara semata tanpa kekuasaan yang nyata. Kesultanan Utsmaniyah kehilangan sebagian besar wilayahnya setelah kalah dalam Perang Dunia I, menjadikan hanya menguasai kawasan Anatolia dan ujung tenggara Balkan. Istanbul (Konstantinopel) dikuasai Britania Raya setelahnya, menciptakan sebuah kevakuman politik dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup kantor-kantor pemerintahan dengan paksa.
Kekalahan Utsmani menimbulkan reaksi yang disebut Gerakan Khilafat sebagai bentuk kekhawatiran akan kesatuan umat Islam. Meski gerakan ini didengungkan di berbagai belahan dunia Islam, kegiatannya paling banyak dilangsungkan di India sehingga juga disebut Gerakan Muslim India. Sebagai pemenang perang, pihak Eropa menjanjikan untuk melindungi status penguasa Utsmani sebagai khalifah, tetapi Perjanjian Sèvres yang ditandatangani pada 1920 menjadikan kawasan Iraq, Syam, dan Mesir diserahkan pada negara-negara Eropa.
Pada 1 November 1922, Majelis Agung Nasional Turki secara resmi membubarkan Kesultanan Utsmani. Sultan terakhirnya, Mehmed VI, diasingkan ke Malta. Setelah pembubaran Utsmani, Republik Turki yang berasaskan sekuler didirikan dengan Mustafa Kemal sebagai presiden pertamanya.
Meski demikian, Mustafa Kemal tidak berani membubarkan kekhalifahan demi menjaga dukungan rakyat. Meski sudah kehilangan peran politiknya sejak lama, khalifah tetap dipandang sebagai lambang pemersatu umat Islam Sunni seluruh dunia. Pembubaran kesultanan juga lebih mudah lantaran keberlangsungan kekhalifahan saat itu menyenangkan para pendukung kesultanan. Pada 17 November 1922, Majelis Agung Nasional Turki mengangkat sepupu Mehmed VI sebagai Khalifah Abdul Mejid II. Hal ini menjadikan Abdul Mejid II sebagai satu-satunya khalifah dari Wangsa Utsmani yang tidak merangkap sebagai sultan.
Hal tersebut menjadikan keadaan di Turki terbelah dengan pemerintahan republik yang baru di satu sisi dan pemerintahan Islam yang dikepalai khalifah di sisi lain. Khalifah memiliki perbendaharaan pribadi dan pelayanan pribadi, termasuk personel militer. Abdul Mejid II juga menerima duta asing, juga turut serta dalam upacara dan perayaan resmi. Mustafa Kemal mengkhawatirkan bahwa Abdul Mejid II nantinya akan memegang kendali urusan negara selayaknya seorang sultan.
Dalam keadaan seperti ini, Maulana Mohammad Ali dan Maulana Syaukat Ali yang merupakan pemimpin Gerakan Khilafat menyebarkan pamflet yang menyerukan rakyat Turki untuk mendukung kekhalifahan demi kepentingan Islam. Oleh pihak republik, hal ini dipandang sebagai campur tangan pihak asing yang dapat membahayakan keamanan negara. Hal ini menjadi pembenaran Mustafa Kemal untuk mengakhiri kekhalifahan. Pada 3 Maret 1924, Majelis Agung Nasional Turki membubarkan kekhalifahan dan mengasingkan Abdul Mejid II beserta para pangeran dan putri Wangsa Utsmaniyah dari Republik Turki.
Pasca pembubaran kekhalifahan
Banyak pihak mempertanyakan keabsahan pembubaran kekhalifahan oleh pihak Turki secara sepihak. Syarif Makkah, Husain bin Ali, mengklaim gelar khalifah untuk dirinya sendiri. Mantan Sultan Mehmed VI memberi dukungan melalui telegram kepada Husain, tetapi pengakuannya tidak diterima oleh semua umat Muslim. Setelah Husain turun takhta, putranya tidak melanjutkan klaim ayahnya sebagai khalifah.
Pada Mei 1926, diselenggarakan pertemuan di Kairo terkait upaya untuk kembali menegakkan kekhalifahan, tetapi banyak negara Muslim yang tidak hadir dan tidak ada tindakan nyata setelah pertemuan tersebut. Dua konferensi Islam juga diselenggarakan di Makkah (1926) dan Yerusalem (1927), tetapi tidak mencapai kesepakatan.
Pada perkembangan selanjutnya, gelar Amir al-Mukmin disandang oleh Raja Maroko dan Mullah Mohammed Omar, pemimpin rezim Taliban di Afganistan, tetapi kebanyakan Muslim di luar daerah kekuasaan mereka menolak untuk mengakuinya. Saat ini banyak pecahan negara-negara muslim yang membentuk Organisasi Konferensi Islam atau OKI, sebuah organisasi internasional dengan pengaruh yang terbatas yang didirikan pada tahun 1969 beranggotakan negara-negara mayoritas Muslim.
Peran dan kedudukan khalifah
Kebanyakan akademisi menyetujui bahwa Muhammad tidak secara langsung menyarankan atau memerintahkan pembentukan kekhalifahan Islam setelah kematiannya. Permasalahan yang dihadapi ketika itu adalah mengenai pihak yang paling berhak menggantikan Muhammad sebagai pemimpin umat Islam dan batasan kekuasaan yang dimilikinya.
Pengganti Muhammad
Fred M. Donner dalam bukunya The Early Islamic Conquests (1981) berpendapat bahwa kebiasaan bangsa Arab ketika itu adalah untuk mengumpulkan para tokoh masyarakat dari suatu keluarga (bani dalam bahasa arab), atau suku, untuk bermusyawarah dan memilih pemimpin dari salah satu di antara mereka. Tidak ada prosedur spesifik dalam syuro atau musyawarah ini. Para kandidat biasanya memiliki keterkaitan silsilah dari pemimpin sebelumnya, walaupun hanya merupakan keluarga jauh.
Hingga pada tiba saatnya Muhammad meninggal, kaum Muslim berdebat tentang siapa yang berhak untuk menjadi penerus kepemimpinan umat Islam hingga saat ini apa yang dibicarakan di dalam masa tenggang itu masih menjadi kontroversi di kalangan kaum Muslim. Namun dapat dipastikan bahwa mayoritas kaum Muslim yang hadir dalam musyawarah saat itu meyakini bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah penerus kepemimpinan umat Islam karena sebelum Muhammad meninggal, ia dipercaya untuk menggantikan posisi sebagai imam shalat. Pada akhirnya, Abu Bakar pun terpilih menjadi khalifah pertama dalam sejarah Islam.
Namun beberapa kalangan dari kaum Muslim Makkah dan Madinah saat itu meyakini bahwa Muhammad telah memberikan banyak tanda yang menunjukan bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantunya, sebagai pengganti dirinya dan semua khalifah yang diangkat sebelum 'Ali dipandang sebagai khalifah yang tidak sah. Hal inilah yang memicu munculnya kaum Syiah belakangan pada masa kekhalifahan Muawiyah, lebih tepatnya setelah masa kekuasaan Ali bin Abi Thalib berakhir.
Kekuasaan
"Siapa yang akan menggantikan Muhammad" bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi umat Islam saat itu; tetapi juga menetapkan seberapa besar kekuasaan pengganti sang nabi. Berbeda dengan Muhammad, tidak satu pun dari para khalifah yang mendapatkan wahyu dari Allah. Untuk mengatasinya, wahyu Allah yang disampaikan oleh Muhammad kemudian ditulis dan dikumpulkan menjadi Al-Quran, dijadikan patokan dan sumber utama hukum Islam, dan menjadi batas kekuasaan khalifah Islam. Artinya, Khalifah adalah seseorang pemimpin yang tunduk pada Al-Qur'an dan Hadits dan kekuasaannya pun dibatasi keduanya.
Bagaimanapun, ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa khalifah mempercayai bahwa mereka mempunyai otoritas untuk memutuskan beberapa hal yang tidak tercantum dalam Al-Quran. Mereka juga mempercayai bahwa mereka adalah pempimpin spiritual umat islam, dan mengharapkan "kepatuhan kepada khalifah" sebagai ciri seorang muslim sejati. Sarjana modern Patricia Crone dan Martin Hinds, dalam bukunya God's Caliph, menggarisbawahi bahwa fakta tersebut membuat khalifah menjadi begitu penting dalam pandangan dunia Islam ketika itu. Mereka berpendapat bahwa pandangan tersebut kemudian hilang secara perlahan-lahan seiring dengan bertambah kuatnya pengaruh ulama di kalangan umat Islam. Kaum Muslim beranggapan bahwa ulama sama berhaknya menentukan apa yang dianggap legal dan baik di kalangan umat, sesuai dengan hadis yang menyebutkan bahwa suatu kaum akan ditinggalkan oleh Allah ketika mereka meninggalkan para ulama. Pemimpin umat Islam yang paling tepat, menurut pendapat para ulama, adalah pemimpin yang menjalankan saran-saran spiritual dari para ulama, sementara para khilafah hanya mengurusi hal-hal yang bersifat duniawi sehingga mengakibatkan perdebatan di antara keduanya. Perselisihan pendapat antara Khalifah dan para ulama tersebut menjadi konflik yang berlarut-larut dalam beberapa bagian sejarah kekhalifahan Islam. Namun akhirnya, konflik ini berakhir dengan kemenangan para ulama. Kekuasaan Khalifah selanjutnya menjadi terbatas pada hal yang bersifat keduniawian. Khalifah hanya dapat dianggap menjadi "Khalifah yang benar" apabila ia menjalankan saran spiritual para ulama. Patricia Crone dan Martin Hinds juga berpendapat bahwa muslim Syiah, dengan pandangan yang berlebihan kepada para imam, tetap menjaga kepercayaan murni umat islam, namun tidak semua ilmuwan setuju akan hal ini.
Kebanyakan Muslim Sunni saat ini mempercayai bahwa para khalifah tidak selamanya hanya menjadi pemimpin masalah duniawi, dan ulama sepenuhnya bertanggung jawab atas arah spiritual umat islam dan hukum syariah umat islam. Mereka menyebut empat khalifah pertama sebagai Khulafaur Rasyidin, Khalifah yang diberi petunjuk, karena mereka menjalankan dan berpegang pada hukum yang terdapat pada Al-Quran dan sunnah Muhammad dalam segala hal. Mereka juga mempercayai bahwa sekali khalifah dipilih untuk memimpin, maka sepanjang hidupnya ia akan memerintah kecuali jika ia keluar dari aturan syariat.
Karakter kepemimpinan
Ibnu Taymiyah mengatakan bahwa karakter pemimpin Islam ialah menganggap bahwa otoritas dan kekuasaan yang dimilikinya adalah sebuah kepercayaan (amanah) dari umat Islam dan bukan kekuasaan yang mutlak dan absolut. Hal ini didasarkan pada hadis yang berbunyi:
"It (sovereignty) is a trust, and on the Day of Judgment it will be a thing of sorrow and humiliation except for those who were deserving of it and did well."
Hal ini sangat kontras dengan keadaan Eropa saat itu di mana kekuasaan raja sangat absolut dan mutlak.
Peranan seorang kalifah telah ditulis dalam banyak sekali literatur oleh teolog islam. Imam Najm al-Din al-Nasafi menggambarkan khalifah sebagai berikut:
"Umat Islam tidak berdaya tanpa seorang pemimpin (imam, dalam hal ini khalifah) yang dapat memimpin mereka untuk menentukan keputusan, memelihara dan menjaga daerah perbatasan, memperkuat angkatan bersenjata (untuk pertahanan negara), menerima zakat mereka (untuk kemudian dibagikan), menurunkan tingkat perampokan dan pencurian, menjaga ibadah pada hari jumat (salat jumat) dan hari raya, menghilangkan perselisihan di antara sesama, menghakimi dengan adil, menikahkan wanita yang tak memiliki wali. Sebuah keharusan bagi pemimpin untuk terbuka dan berbicara di depan orang yang dipimpinnya, tidak bersembunyi dan jauh dari rakyatnya.Ia sebaiknya berasal dari kaum Quraish dan bukan kaum lainnya, tetapi tidak harus dikhususkan untuk Bani Hasyim atau anak-anak Ali. Pemimpin bukanlah seseorang yang suci dari dosa, dan bukan pula seorang yang paling jenius pada masanya, tetapi ia adalah seorang yang memiliki kemampuan administratif dan memerintah, mampu dan tegas dalam mengeluarkan keputusan dan mampu menjaga hukum-hukum Islam untuk melindungi orang-orang yang terzalimi. Dan mampu memimpin dengan arif dan demokratif.
Ibnu Khaldun kemudian menegaskan hal ini dan menjelaskan lebih jauh tentang kepemimpinan kekhahalifah secara lebih singkat:
"Kekhalifahan harus mampu menggerakan umat untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan menyeimbangkan kewajiban di dunia dan akhirat. (Kewajiban di dunia) harus seimbang (dengan kewajiban untuk akhirat), seperti yang diperintahkan oleh Muhammad, semua kepentingan dunia harus mempertimbangkan keuntungan untuk kepentingan akhirat. Singkatnya, (Kekhalifahan) pada kenyataannya menggantikan Muhammad, beserta sebagian tugasnya, untuk melindungi agama dan menjalankan kekuasaan politik di dunia."
Landasan agama
Al-Qur'an
Hadits
Muhammad bersabda,"Bani Israil, kehidupan mereka selalu didampingi oleh para Nabi, bila satu Nabi meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi sepeninggal aku. Yang ada adalah para khalifah yang banyak jumlahnya". Para sahabat bertanya; "Apa yang Anda perintahkan kepada kami?". Muhammad menjawab: "Penuihilah baiat kepada khalifah yang pertama (lebih dahulu diangkat), berikanlah hak mereka karena Allah akan bertanya kepada mereka tentang kepemimpinan mereka". (H.R. Bukhari) "Apabila ada dua khalifah yang dibaiat, maka bunuhlah yang paling terakhir dari keduanya ." (H.R. Muslim) "Kekhalifahan di ummatku selama tiga puluh tahun kemudian setelah itu kerajaan." (H.R. Tirmidzi) “Akan ada masa kenabian pada kalian selama yg Allah kehendaki Allah mengangkat atau menghilangkan kalau Allah menghendaki. Lalu akan ada masa khilafah di atas manhaj nubuwwah selama Allah kehendaki kemudian Allah mengangkat jika Allah menghendaki. Lalu ada masa kerajaan yg sangat kuat selama yg Allah kehendaki kemudian Allah mengangkat bila Allah menghendaki. Lalu akan ada masa kerajaan [kejam] selama yg Allah kehendaki kemudian Allah mengangkat bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi masa kekhilafahan di atas manhaj nubuwwah.“ Kemudian beliau diam.” (H.R. Ahmad)
Ijma’ Sahabat
Ijma’ Sahabat yang menekankan pentingnya pengangkatan dan pembaiatan pemimpin tampak jelas dalam kejadian bahwa mereka menunda kewajiban menguburkan jenazah Muhammad dan mendahulukan pengangkatan dan pembaiatan seorang pemimpin. Padahal menguburkan mayat secepatnya adalah suatu kewajiban dan diharamkan atas orang-orang yang wajib menyiapkan pemakaman jenazah untuk melakukan kesibukan lain sebelum jenazah dikebumikan. Namun, para Sahabat yang wajib menyiapkan pemakaman jenazah Muhammad ternyata sebagian di antaranya justru lebih mendahulukan usaha-usaha untuk mengangkat dan membaiat Khalifah daripada menguburkan jenazah Muhammad. Sedangkan sebagian Sahabat lain mendiamkan kesibukan mengangkat dan pembaiatan Khalifah tersebut, dan ikut pula bersama-sama menunda kewajiban menguburkan jenazah Muhammad sampai dua malam, padahal mereka mampu mengingkari hal ini dan mampu mengebumikan jenazah Nabi secepatnya. Fakta ini menunjukkan adanya kesepakatan (ijma’) mereka untuk segera melaksanakan kewajiban mengangkat dan membaiat pemimpin daripada menguburkan jenazah.
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah menyampaikan bahwa dia tidak mau dipanggil sebagai khalifatullah dan lebih memilih jika dipanggil sebagai khalifatur-rasul.
Ada satu riwayat dari Umar bin Khattab pernah menanyakan kepada Salman, “Saya ini seorang Raja atau Khalifah?” Salman manjawab, “Jika engkau mengambil (hasil) dari bumi kaum Muslimin satu dirham atau lebih, lalu engkau pergunakan tidak pada tempatnya (berbuat zalim), maka sesungguhnya engkau adalah raja bukan Khalifah”. Mendengar jawaban itu Umar bin Khattab menangis.
Dalil Dari Kaidah Syar’iyah
Dalam usul fikih dikenal kaidah syar’iyah yang disepakati para ulama:
"Sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali adanya sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula keberadaannya." Menerapkan hukum-hukum yang berasal dari Allah dalam segala aspeknya adalah wajib. Sementara hal ini tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna tanpa adanya kekuasaan Islam.
Pendapat Para Ulama
Syaikh Abdurrahman Al Jaziri menyatakan,
Imam Asy-Syaukani menuliskan,
Ibnu Hazm mengatakan,
Beberapa tulisan ulama yang menilai wajibnya keberadaan khilafah di antaranya Imam Al Mawardi dalam Al Ahkamush Shulthaniyah, hlm. 5; Abu Ya’la Al Farraa’ dalam Al Ahkamush Shulthaniyah, hlm.19; Ibnu Taimiyah dalam As Siyasah Asy Syar’iyah, hlm.161; Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ul Fatawa, jilid 28, hlm. 62; Imam Al Ghazali dalam Al Iqtishaad fil I’tiqad, hlm. 97; Ibnu Khaldun dalam Al Muqaddimah, hlm. 167; Imam Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi, juz 1, hlm.264; Ibnu Hajar Al Haitsami dalam Ash Shawa’iqul Muhriqah, hlm. 17; Ibnu Hajar A1 Asqallany dalam Fathul Bari, juz 13, hlm. 176; Imam An Nawawi dalam Syarah Muslim, juz 12, hlm. 205; Dr. Dhiya’uddin Ar Rais dalam Al Islam Wal Khilafah, hlm.99; Abdurrahman Abdul Khaliq dalam Asy Syura, hlm.26; Abdul Qadir Audah dalam Al Islam Wa Audla’una As Siyasiyah, hlm. 124; Dr. Mahmud Al Khalidi dalam Qawaid Nizham Al Hukum fil Islam, hlm. 248; dan Sulaiman Ad Diji dalam Al Imamah Al ‘Uzhma, hlm. 75; Muhammad Abduh dalam Al Islam Wan Nashraniyah, hlm. 61.
Sedangkan beberapa karya ulama dan tokoh Islam yang menyatakan ketidakwajiban khalifah di antaranya adalah Al Islam Wa Usululul Hukm oleh Ali Abdur Raziq, Mabadi` Nizham Al Hukmi fil Islam oleh Abdul Hamid Mutawalli, dan Tidak Ada Negara Islam oleh Nurcholish Madjid.
Daftar Khalifah
Lihat pula
Negara Islam Irak dan Syam
Kekhalifahan dunia
Kekhanan
Keamiran
Syah
Padisyah
Shaykh al-Islām
Rujukan
Daftar pustaka
Barton, Simon (2004). A History of Spain. New York: Palgrave MacMillan. .
.
Crone, Patricia, and Martin Hinds. God's Caliph: Religious Authority in the First Centuries of Islam. Cambridge: Cambridge University Press, 1986. ISBN 0-521-32185-9.
Donner, Fred. The Early Islamic Conquests. Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1981. ISBN 0-691-05327-8.
Hourani, Albert. A History of the Arab Peoples, Faber and Faber, 1991.
Previté-Orton, C. W (1971). The Shorter Cambridge Medieval History. Cambridge: Cambridge University Press.
| Diterjemahkan oleh Seyyed Hossein Nasr.
Gelar Islam
Sejarah Islam |
3807 | https://id.wikipedia.org/wiki/Flora | Flora | Flora, dari bahasa Latin, alam tumbuhan atau nabatah adalah khazanah segala macam jenis tanaman atau tumbuhan. Biasanya ditulis di depan nama geografis. Misalnya, nabatah Jawa, nabatah Asia atau nabatah Australia.
Untuk hewan hal ini disebut fauna/alam hewan. Alam tumbuhan dan hewan berarti semua khazanah kehidupan tanpa mikrob.
Flora, fauna dan bentuk-bentuk kehidupan yang lain semisal fungi, semuanya dikelompokkan sebagai biota. Pada sisi yang lain, kelompok-kelompok bakteria, alga, dan beberapa macam jasad renik yang lain, juga acap disebut flora; sehingga dikenal adanya flora bakteria, flora alga, flora pohon dan lain-lain.
Flora berbeda, namun sering dikelirukan, dengan vegetasi; di mana flora secara ringkas berisi (daftar) kekayaan jenis tetumbuhan, sedangkan vegetasi berarti kelompok-kelompok tetumbuhan yang berinteraksi membentuk suatu komunitas tertentu (misalnya hutan, sabana, padang rumput, dan lain-lain).
Etimologi
Perkataan "flora" berasal dari bahasa Latin, yakni diambil dari Flora, nama seorang dewi pelindung bunga dan taman serta dewi kesuburan dalam Mitologi Romawi.
Klasifikasi flora
Pengelompokan tetumbuhan ke dalam flora biasanya didasarkan pada wilayah, perioda, lingkungan tertentu, atau iklim. Wilayah-wilayah yang berbeda secara geografis, misalnya pegunungan dibandingkan dataran, biasa memiliki flora yang berbeda. Flora juga bisa merujuk ke perioda waktu tertentu; flora fosil, misalnya, memuat jenis-jenis tetumbuhan yang didapati dalam bentuk fosil dari kurun waktu sejarah yang tertentu. Flora yang lain, didefinisikan berdasarkan lingkungan, keadaan atau sifat yang khusus. Misalnya:
Flora asli; ialah (daftar) tetumbuhan yang asli, yang hidup di suatu wilayah tertentu.
Flora tanaman (pertanian dan hortikultura); mencakup melulu tetumbuhan yang ditanam atau dibudidayakan manusia.
Flora gulma; yakni (daftar) jenis-jenis tetumbuhan yang tidak diinginkan tumbuh di lahan pertanian atau tempat lain, yang disusun dan dipelajari dalam kaitannya dengan upaya memberantas atau mengendalikan tumbuhan tersebut. Kini, flora serupa ini bisa dibedakan lebih lanjut atas jenis-jenis tumbuhan pengganggu (gulma); jenis-jenis invasif; serta jenis-jenis asing (eksotik). Satu contohnya adalah jenis-jenis yang dimuat dalam Weeds of Rice in Indonesia.
Publikasi flora
Flora yang berada di suatu wilayah atau perioda waktu tertentu biasa didokumentasi dan diterbitkan dalam suatu publikasi atau serial publikasi yang disebut Flora; pemberian huruf besar (kapitalisasi) di awal kata adalah untuk membedakan kedua pengertian itu. Sebagai contoh, Flora of Java Backer berisikan pertelaan aneka jenis flora yang hidup di Pulau Jawa. Sementara serial Flora Malesiana diterbitkan semenjak tahun 1950 oleh Nationaal Herbarium Nederland, mencakup seri Tumbuhan Berbiji dan Tumbuhan Paku yang menjadi kekayaan Kawasan Malesia.
Selain daftar jenis-jenis tetumbuhan, Flora biasanya memuat pemerian setiap jenisnya, ilustrasinya (jika ada), dan kunci dikotomi untuk mencandra (mengenali) jenis-jenis tersebut. Juga lain-lain informasi yang dianggap penting dan terkait erat dengan keberadaan jenis tersebut di wilayah yang dipertelakan.
Beberapa jenis Flora yang lain memiliki cakupan yang lebih terbatas. The Mountain Flora of Java (kini diterjemahkan sebagai Flora Pegunungan Jawa), yang diterbitkan pertama kali pada 1972, membahas aneka jenis tumbuhan yang menghuni wilayah-wilayah pegunungan Pulau Jawa. Akan tetapi di samping itu, buku ini juga membahas aneka aspek ekologi vegetasi yang melingkungi kekayaan flora tersebut. Buku yang lebih sederhana, Flora, untuk sekolah di Indonesia, diterjemahkan dari sebuah schoolflora berbahasa Belanda dan diperuntukkan bagi para pelajar; karena itu, meskipun tidak lengkap, buku ini cukup akurat untuk mencandra.
Beberapa terbitan Flora klasik, di antaranya:
Indonesia
Herbarium Amboinense atau Het Amboinsche kruidboek (6 volume). Georg Eberhard Rumphius, 1741 (ditulis pada 1670–1690).
Flora Javae. Carl Ludwig Blume & Joanne Baptista Fischer, 1828.
India
Hortus indicus malabaricus. Hendrik van Rheede, 1683–1703.
Eropa
Flora Scorer. Paolo Di Canio, 1723.
Flora Suecica. Carolus Linnaeus, 1745.
Flora Londinensis. William Curtis, 1777–1798. Inggris.
Flora Graeca. John Sibthorp, 1806–1840. Inggris.
Flora Danica. Simon Paulli, 1847. Denmark.
Flora Jenensis. Heinrich Bernhard Rupp, 1718. Jerman.
Lihat pula
{{Portal box|Biologi|
Catatan kaki
Pranala luar
eFloras — kumpulan Flora on-line
Chilebosque — ceklis flora asli Cili
Flora Eropa Barat-laut
Flora Australia on-line
Serial Flora Selandia Baru on-line
Informasi Flora dan Fauna Indonesia
Botani |
3814 | https://id.wikipedia.org/wiki/Fiting | Fiting | Fiting dari bahasa Inggris, fitting adalah sebuah tempat untuk menaruh sebuah lampu bohlam, yang berbentuk bulat dengan lubang di tengahnya yang digunakan untuk menaruh bohlam
Dalam fiting lampu bohlam dan saluran listrik berpadu.
Zaman sekarang ada dua jenis fiting yang sering dipakai:
fiting berulir
fiting 'sumpit', di sini lampu tidak diulirkan tetapi ditusukkan ke tempatnya.
Listrik |
3824 | https://id.wikipedia.org/wiki/Magnitudo%20semu | Magnitudo semu | Magnitudo semu atau Magnitudo tampak () dari suatu bintang, planet atau benda langit lainnya adalah pengukuran dari kecerahan atau kecemerlangan yang tampak; yaitu banyaknya cahaya yang diterima dari objek itu. Istilah magnitudo sebagai skala kecerahan bintang muncul lebih dari 2000 tahun yang lampau.
Hipparchus, seorang astronom Yunani, membagi bintang-bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang ke dalam 6 kelas kecerlangan. Ia membuat sebuah katalog yang berisi daftar lebih dari 1000 bintang dan mengurutkan berdasarkan “magnitudo”-nya dari satu hingga enam, dari yang paling cerlang hingga yang paling redup.
Pada tahun 180-an, Claudius Ptolemaeus memperluas pekerjaan Hipparchus, dan sejak saat itu sistem magnitudo menjadi bagian dari tradisi astronomi. Pada 1856, Norman Robert Pogson meng-konfirmasi penemuan terdahulu John Herschel bahwa bintang bermagnitudo 1 menghasilkan kira-kira 100 kali fluks cahaya daripada bintang bermagnitudo 6.
Sistem magnitudo dibuat dengan mendasarkan diri pada mata manusia yang memiliki respon tidak linear terhadap cahaya. Mata dirancang untuk menahan perbedaan dalam kecerlangan. Ini adalah keistimewaan mata yang membuatnya dapat berpindah dari ruang gelap ke tempat yang terang tanpa mengalami kerusakan.
Kamera elektronik, yang memiliki respon linear, tidak dapat melakukan hal itu tanpa langkah-langkah pencegahan terlebih dahulu. Ciri-ciri yang sama juga yang membuat mata merupakan pemilah yang buruk bagi perbedaan kecil kecerlangan sementara sebaliknya kamera elektronik (CCD) adalah pemilah yang baik.
Pogson memutuskan untuk mendefinisikan kembali skala magnitudo sehingga perbedaan lima magnitudo merupakan faktor yang tepat 100 dalam fluks cahaya. Jadi rasio fluks cahaya untuk perbedaan satu magnitudo adalah 1001/5 atau 102/5 atau 2,512. Rasio fluks untuk perbedaan 2 magnitudo adalah (102/5)2, perbedaan 3 magnitudo adalah (102/5)3 dan seterusnya. Definisi ini sering disebut sebagai skala Pogson.
Karena banyaknya cahaya yang diterima bergantung pada ketebalan dari atmosfer pada garis pengamatan ke objek, maka magnitudo tampak adalah nilai yang sudah dinormalkan pada nilai yang akan dimiliki di luar atmosfer. Semakin redup suatu objek, semakin tinggi magnitudo tampaknya. Perlu diingat bahwa kecerahan yang tampak tidaklah sama dengan kecerahan sebenarnya — suatu objek yang sangat cerah dapat terlihat cukup redup jika objek ini cukup jauh.
Magnitudo absolut, , dari suatu benda, adalah magnitudo tampak yang dimiliki apabila benda itu berada 10 parsec jauhnya.
Daftar benda langit menurut magnitudo semu
Referensi
Lihat pula
Magnitudo absolut
Daftar bintang paling terang
Daftar bintang terdekat
Daftar bintang terbesar
Astronomi |
3834 | https://id.wikipedia.org/wiki/Elektronika%20digital | Elektronika digital | Elektronika digital adalah sistem elektronika yang menggunakan isyarat digital. Elektronika digital adalah representasi dari aljabar boolean dan digunakan di komputer, telpon genggam dan berbagai produk konsumen lainnya. Dalam sebuah sirkuit digital, sinyal direpresentasikan dengan satu dari dua macam kondisi yaitu 1 (high, active, true,) dan 0 (low, nonactive, false).
Atau jika direspresentasika dalam tegangan 1 dapat berarti tegangan maksimum (umumnya 5 V atau 3 V) dan 0 berarti tegangan minimum (umumnya 0 v, tetapi ada pula yang 2,5 V). hal ini dikarenakan varian dari bahan pembuatnya.
Kelebihan
1. Kemudahan dalam merancang Elektronika digital menggunakan rangkaian kontak dan saklar, selain itu besar arus dan tegangan tidak terlalu penting
2. Kemudahan menyimpan informasi Komponen yang digunakan untuk menyimpan informasi digital tergantung seberapa lama menghendakinya dan dalam ruang yang relatif kecil, pengambilan gambar juga dilakukan di mana saja.
3. Lebih tepat Sistem digital memiliki ketepatan dan ketelitian lebih tinggi karena didapat dengan penggunaan komponen yang sama, sehingga ketepatan mudah dipertahankan pada seluruh sistem. Saat sinyal sudah berbentuk digital, maka informasi yang tersimpan tidak akan memiliki perubahan saat diproses.
Kekurangan
1. Besaran alam pada umumnya analog, manusia yang tanpa sadar melakukan pendekatan diskret terhadap nilai-nilai analog
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk pemrosesan digital karena pada tahap awal dan akhir dalam rangkaian digital besaran analog harus diubah ke digital dan sebaliknya
3. Sinyal digital tidak sesuai benar dengan sinyal analognya biasanya kesalahan pencuplikan atau sampling
Referensi |
3849 | https://id.wikipedia.org/wiki/Isa | Isa | Isa ()adalah tokoh dalam Al-Qur'an. Isa adalah nabi dan rasul, ulul azmi ke-24 pada Islam.
Ayat
Nama
Ada beberapa pendapat mengenai nama asli Isa. Sebagian menyatakan bahwa nama Yesus dalam bahasa Ibrani Yesyua‘ atau Y'syua‘ merupakan nama asli Isa. Nama ini disebut merupakan kependekan dari Yehosyua‘. Klemens dari Aleksandria dan Sirilus dari Yerusalem berpendapat bahwa nama Yunani Iēsous merupakan nama asli Isa dan nama ini bukan turunan dari bentuk Ibraninya. Pendapat lain menyatakan bahwa nama asli Isa menggunakan nama Aram , dibaca Yesyu‘ dalam dialek Suryani Barat atau Isyo‘ dalam dialek Suryani Timur, mengingat dia tumbuh dan berdakwah utamanya dengan bahasa Aram. Nama Yesus yang digunakan umat Kristen diturunkan dari nama Yunani Iēsous. Umat Kristen Arab menyebut Isa dengan Yasū‘ yang diturunkan dari Yesyua‘ dengan perubahan fonetik. Yasū‘ digunakan sejak sebelum masa Islam dan dan tetap digunakan pada masa-masa setelahnya.
Asal-muasal nama Isa yang digunakan dalam Al-Qur'an masih belum sepenuhnya terpecahkan dan ada beberapa pendapat terkait hal ini.
Turunan dari dialek Suryani Timur Isyo‘.
Turunan dari nama ‘Esau. Namun tidak ada bukti bahwa umat Yahudi pernah menyebut Isa dengan nama ini.
Merupakan bentuk penyerasian agar selaras dengan nama Musa, sebagai bentuk gaya puisi Al-Qur'an.
Isa juga digunakan oleh beberapa kelompok Kristen di negara-negara Muslim. Terjemahan Injil Matius dalam bahasa Persia pada abad ke-14, salah satu manuskrip naskah terawal yang masih ada, menggunakan kata Isa. Kemudian, terjemahan dalam bahasa lainnya juga mengikuti penamaan tersebut. Beberapa terjemahan Evangelikal modern juga menggunakan kata Isa, seperti Life of Christ (Arab 1987) karya David Owen.
Kisah
Al-Qur'an (kitab suci Islam) menyebut nama Isa sebanyak 25 kali. Dia juga disebut ibnu Maryam sebanyak 23 kali dan Al-Masih 11 kali. Kisahnya disebutkan dalam Surah Ali 'Imran (3): 49-55, Al-Ma'idah (5): 110-118, dan Maryam (19): 24-36. Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisahnya disebutkan dalam Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Latar belakang
Setelah Sulaiman mangkat, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: kerajaan di utara yang juga disebut Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel lama; dan Kerajaan Yehuda di selatan. Kerajaan Samaria ditaklukkan Asyur pada 720-an SM. Satu setengah abad kemudian, Kerajaan Yehuda ditaklukkan Babilonia Baru pada tahun 587 SM dan Bait Suci (Baitul Maqdis, Masjid Al-Aqsha) yang menjadi pusat ibadah Bani Israil turut dihancurkan. Banyak Bani Israil kemudian diasingkan ke Babilonia. Pada masa antara Sulaiman dan sebelum pengasingan Bani Israil ke Babilonia disebut periode Bait Suci pertama. Pada masa-masa selanjutnya, Bani Israil (sebutan untuk keturunan Ya'qub) juga kerap disebut dengan bangsa Yahudi, meski ada juga non-Bani Israil yang menjadi penganut ajaran Yahudi.
Setelah lima puluh tahun di pengasingan, Kekaisaran Persia Akhemeniyah memperkenakan Bani Israil kembali ke Palestina dan Bait Suci kembali dibangun, menandakan dimulainya periode Bait Suci kedua. Antara tahun 332-160 SM, kawasan Palestina dikuasai dinasti-dinasti dari Yunani. Mereka mendorong proses Helenisasi di wilayah bawahannya, menjadikan kebudayaan Yunani sangat dominan di Palestina dan kehidupan sosial-keagamaan Bani Israil. Proses Helenisasi ini memicu umat Yahudi melancarkan Pemberontakan Makabe dan umat Yahudi berhasil berkuasa secara mandiri di bawah kepemimpinan Dinasti Yahudi Hashmonayim. Saat meluaskan wilayahnya, Hashmonayim juga memaksa penduduk taklukan untuk memeluk agama Yahudi, meskipun penduduknya bukanlah Bani Israil. Bangsa Edom kemudian menjadi Yahudi. Pada 37 SM, kekuasaan Hashmonayim atas Palestina berakhir, digantikan oleh Herodes yang Agung, raja bawahan Romawi. Herodes adalah keturunan bangsa Edom yang menjadi pemeluk Yahudi pada masa Hashmonayim. Setelah Herodes Agung mangkat pada 4 SM, wilayah Palestina dibagi-bagi untuk tiga putranya: Herodes Arkhelaus, Herodes Antipas, dan Herodes Filipus II. Secara resmi, mereka tidak menyandang gelar raja sebagaimana ayah mereka. Arkhelaus menyandang gelar etnark (semacam gubernur), sedangkan Antipas dan Filipus bergelar tetrark (semacam gubernur). Sebagaimana ayah mereka, ketiganya juga penguasa bawahan Kaisar Romawi.
Isa dan Yahya hidup pada satu zaman. Mereka berdakwah di Palestina pada masa kekuasaan Kaisar Romawi kedua, Tiberius (berkuasa 14-37 M), saat Pontius Pilatus menjabat prefek (Wali negeri) Provinsi Iudaea (Palestina). Isa tumbuh di Galilea (Palestina utara) dan kebanyakan dakwahnya dilakukan di sana. Bahasa yang digunakan di Galilea dan Palestina pada masa itu termasuk bahasa Aram Palestina Yahudi, Ibrani, dan Yunani Koine, dengan dominan bahasa Aram. Ada konsensus substansial bahwa Isa memberikan sebagian besar ajarannya dalam bahasa Aram dialek Galilea.
Keagamaan
Saat berada di pengasingan Babilonia dan tidak adanya Bait Suci sebagai pusat peribadahan, rumah-rumah umat Yahudi (beit knesset atau sinagoga) menjadi tempat pertemuan utama untuk beribadah dan beth midrash sebagai tempat pembelajaran Taurat dan tafsirnya. Meski Akhemeniyah kemudian memperbolehkan Bani Israil kembali ke Palestina dan membangun Bait Suci kembali, Bani Israil tidak diizinkan mendirikan kerajaan. Tanpa keberadaan raja, kedudukan imam atau pendeta Yahudi (כֹּהֵן, kohen) menjadi sangat dominan dan kewenangan Bait Suci dalam kehidupan masyarakat semakin kuat. Di waktu inilah muncul aliran Saduki sebagai wadah para imam yang menjadi kelompok elit dalam masyarakat. Para imam Saduki memegang berbagai urusan kenegaraan, seperti mengurus urusan dalam negeri, mengumpulkan pajak, memimpin pasukan, dan mengelola hubungan dengan negara lain atau negara penguasa, seperti Romawi.
Meski imam memegang kendali ritual di Bait Suci, ahli dan guru Taurat (kelak disebut rabi) yang mendominasi pengajaran Taurat. Kelompok Farisi muncul dari kalangan para guru dan ahli Taurat. Mereka populer di kalangan rakyat biasa, berbeda dengan Saduki yang diasosiasikan dengan kelas elit. Farisi sangat dikenal mendetail dalam hukum Taurat, menerapkan hukum Yahudi pada kegiatan-kegiatan duniawi untuk menguduskan dunia setiap hari.
Kelahiran
Al-Qur'an menjelaskan bahwa Maryam mengandung Isa secara mukjizat, yakni dalam keadaan perawan dan tanpa campur tangan laki-laki. Al-Qur'an dan keterangan para ulama menyebutkan bahwa Maryam keluar dari Baitul Maqdis ketika haid atau ada keperluan. Saat Maryam mengasingkan diri dari keluarganya ke sebelah timur, seorang laki-laki mendatanginya. Maryam yang sangat menjaga diri dari lelaki asing kemudian mengatakan, "Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa." Laki-laki yang ternyata adalah jelmaan Malaikat Jibril tersebut mengabarkan bahwa Maryam akan memiliki seorang putra. Maryam terheran-heran lantaran dia belum bersuami, juga menyatakan bahwa dirinya bukan pezina. Malaikat Jibril menyebutkan bahwa hal itu mudah bagi Allah dan sudah menjadi ketetapan-Nya.
Alkitab menyebutkan bahwa Malaikat Jibril menyampaikan kabar tersebut saat Maryam ada di Nazaret. Disebutkan pula bahwa Maryam sudah berstatus sebagai tunangan seorang lelaki Bani Israil keturunan Dawud bernama Yusuf, tapi mereka belum hidup sebagai suami istri. Saat itu kerabat Maryam, Elisyeba, sedang mengandung Yahya dan usia kandungannya sudah sekitar enam bulan. Maryam melahirkan putranya, Isa, di Betlehem saat masa kekuasaan Kaisar Romawi Augustus. dan Palestina dipimpin Raja Herodes Agung. Para sarjana berpendapat bahwa Isa lahir antara tahun 6 sampai 4 SM.
Al-Qur'an menjelaskan bahwa saat merasa sakit karena melahirkan, Maryam bersandar pada pohon kurma dan berujar, "Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan." Kemudian ada yang menyeru Maryam dari tempat yang rendah, mengatakan agar dia tidak bersedih dan Allah telah menjadikan anak sungai mengalir di bawahnya. Maryam juga diminta menggoyang-goyangkan pangkal pohon kurma supaya buah kurma akan jatuh pada Maryam. Maryam juga diperintahkan untuk tidak berbicara pada siapapun pada hari ini. Terkait sosok yang menyeru Maryam, sebagian penafsir menyebutkan bahwa dia adalah Jibril, sedangkan tafsiran lain menyebutkan bahwa dia adalah Isa.
Dalam riwayat hadits disebutkan bahwa setiap bayi yang dilahirkan pasti akan menangis karena disentuh setan, kecuali Maryam dan putranya.
Diterangkan dalam Al-Qur'an bahwa saat Maryam kembali dengan menggendong Isa, kaumnya mencelanya, menyatakan bahwa dia telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar. Mereka juga menyatakan, "Hai saudari Harun! Ayahmu bukanlah seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang pezina!" Namun Maryam tidak menjawab cercaan mereka dan memberi isyarat pada bayinya. Kaumnya terheran-heran karena diminta bicara dengan seorang bayi. Namun Isa yang masih bayi berbicara pada mereka, menjelaskan bahwa dirinya adalah hamba Allah yang diangkat sebagai nabi, dianugerahi kitab, dan diberkahi oleh Allah. Alkitab tidak menyebutkan mukjizat Isa yang bisa berbicara saat masih bayi.
Hijrah
Alkitab menyebutkan bahwa demi menghindari kelahiran seorang mesias, Raja Herodes Agung menitahkan agar membunuh semua bayi laki-laki di Betlehem yang berumur dua tahun ke bawah. Isa, Maryam, dan Yusuf sendiri hijrah ke Mesir dan tinggal di sana. Peristiwa hijrahnya Isa dan Maryam ke Mesir tidak tercantum dalam Al-Qur'an, tetapi ayat yang menyatakan bahwa Allah melindungi Maryam dan putranya "di sebuah dataran tinggi dengan mata air yang mengalir" ditafsirkan sebagai isyarat akan hal tersebut.
Tradisi Kristen Ortodoks menyebutkan bahwa Zakariyya dibunuh saat pembantaian anak-anak di Betlehem karena menyembunyikan keberadaan putranya, Yahya, yang lahir sekitar enam bulan sebelum Isa. Namun sebagian besar penulis biografi modern dari Herodes Agung menampik kisah pembantaian itu sebagai kenyataan sejarah dan memandangnya sebagai kisah buatan.
Alkitab menyebutkan bahwa Isa, Maryam, dan Yusuf kembali lagi ke Palestina setelah Herodes Agung mangkat. Namun mereka tidak kembali ke Betlehem karena kawasan tersebut sekarang masuk dalam wilayah kekuasaan Herodes Arkhelaus. Akhirnya mereka tinggal di kawasan Galilea (Palestina utara) di kota Nazaret. Galilea masuk dalam wilayah kekuasaan Herodes Antipas. Herodes Agung diperkirakan mangkat pada 4 SM.
Kehidupan
Berbagai riwayat ulama menerangkan kehidupan Isa yang sangat sederhana. Disebutkan bahwa Isa merupakan pemimpin orang-orang zuhud di hari kiamat. Riwayat lain menjelaskan bahwa Isa mengenakan pakaian bulu, memakan dedaunan, tidak memiliki rumah, keluarga, harta benda, dan tidak menyimpan sesuatu untuk hari besok. Ada juga yang menyatakan bahwa Isa makan dari hasil ibunya sebagai tukang tenun. Kisah lain menerangkan bahwa saat Isa merasakan kenikmatan saat tidur dengan berbantalkan batu, Iblis menghampirinya dan berkata, "Wahai Isa, bukankah engkau pernah bilang bahwa engkau tidak menginginkan kenikmatan dunia? Bukankah batu itu bagian dari kenikmatan dunia?" Isa kemudian bangun dan melemparkan batu itu pada Iblis.
Diterangkan bahwa suatu hari, Isa membawa emas dan pasir di masing-masing tangannya. Dia bertanya pada orang-orang mengenai benda yang lebih menyenangkan hati dan mereka menjawab emas. Isa kemudian membalas, "Bagiku, keduanya adalah sama."
Yahya
Isa dan Yahya hidup pada satu zaman. Alkitab menyebutkan bahwa saat Elisyeba mengandung Yahya dan kehamilannya memasuki usia enam bulan, Maryam mulai mengandung Isa. Dalam Al-Qur'an, Yahya disebutkan membenarkan kalimat atau firman dari Allah. Ayat selanjutnya menyebutkan bahwa yang dimaksud kalimat dari Allah adalah sosok Isa bin Maryam.
Dalam Kristen, sosok Yahya utamanya memiliki peran khusus sebagai pendahulu kedatangan Isa yang dipandang sebagai mesias yang sudah dinubuatkan. Alkitab menyebutkan bahwa Yahya membaptis Isa di Sungai Yordan.
Dakwah
Isa diutus untuk berdakwah pada Bani Israil. Selain penyembahan pada Allah, seruan Isa yang paling sering disebutkan dalam Al-Qur'an adalah bahwa dia datang untuk membenarkan kitab Taurat. Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa Isa "menghalalkan bagi kamu sebagian dari yang telah diharamkan untukmu." Terkait ayat ini, sebagian ulama menafsirkan bahwa ajaran Isa tidak memperbarui Taurat sama sekali, tetapi hanya menjelaskan perkara yang disalahpahami dan diperselisihkan Bani Israil. Ulama lain berpendapat bahwa memang ajaran Isa mengubah dan memperbarui sebagian syariat Taurat. Meski demikian, Taurat tetap menjadi dasar utama dari ajaran Isa dan Injil berperan sebagai pelengkap dan penyempurna. Alkitab menjelaskan bahwa Isa tidak datang untuk menghapus syariat Taurat, tapi menggenapinya.
Mukjizat
Dalam menjelaskan seruan Isa, Al-Qur'an biasanya juga menyebutkan mukjizat-mukjizat Isa. Ada enam mukjizat Isa yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan sebagian besarnya disebutkan sekilas tanpa penjelasan terperinci. Berbagai literatur Muslim menuliskan dan merincikan mukjizat-mukjizat Isa dengan mengambil sumber di luar Al-Qur'an, seperti Alkitab, sumber non-kanon, dan cerita rakyat.
Para ulama menyatakan bahwa Allah membekali nabi dengan mukjizat yang sesuai dengan keadaan zamannya. Pada masa Isa, sedang terkenal ilmu kesehatan dan biologi. Maka Isa dibekali mukjizat yang berkaitan dengan penyembuhan dan mengungguli ilmu kesehatan manusia pada masa itu, seperti menyembuhkan kebutaan dan membangkitkan orang mati.
Bicara saat bayi
Al-Qur'an menyebutkan bahwa Isa dapat berbicara saat masih bayi. Dia berbicara saat Maryam dituduh berzina, menjelaskan bahwa dirinya adalah hamba Allah yang diangkat sebagai nabi, dianugerahi kitab, dan diberkahi oleh Allah.
Burung dari tanah
Al-Qur'an juga menyebutkan bahwa Isa membuat burung dari tanah liat, kemudian meniupnya, sehingga menjadi burung yang hidup. Injil Kanak-Kanak Tomas menyebutkan bahwa Isa melakukan mukjizat itu saat masih kanak-kanak.
Penyembuhan
Mukjizat lain yang disebutkan dalam Al-Qur'an adalah menyembuhkan al-akmah dan kusta. Terkait makna al-akmah, sebagian ulama menafsirkan bahwa maknanya adalah orang yang dapat melihat di siang hari, tapi tidak bisa saat malam hari. Pendapat lain menyatakan sebaliknya. Ulama lain berpendapat bahwa maknanya adalah orang yang rabun. Pendapat lain menyebutkan bahwa makna al-akmah adalah orang yang buta sejak lahir. Alkitab mengisahkan bahwa Isa menyembuhkan dua orang buta yang mengikutinya. Namun meski Isa memperingatkan untuk jangan mengatakan kepada orang lain terkait masalah ini, dua orang itu justru menyebarkan kabar mukjizat Isa pada khalayak.
Alkitab menerangkan bahwa Isa juga menyembuhkan orang yang lumpuh, bisu, tuli, dan lainnya. Tidak hanya penyakit fisik, Isa juga disebutkan mengusir setan yang merasuki manusia.
Menghidupkan
Isa juga dapat menghidupkan kembali orang yang mati. Dalam sebuah riwayat sahabat Nabi disebutkan bahwa Isa pernah membangkitkan Ham bin Nuh. Isa dan Ham kemudian bertanya jawab soal bahtera Nuh. Alkitab menjelaskan bahwa Isa menghidupkan seorang lelaki bernama Lazarus yang telah mati empat hari. Kejadian itu disaksikan keluarga Lazarus dan orang-orang yang datang melayat.
Mengetahui hal tersembunyi
Isa juga mampu mengetahui makanan yang telah disantap orang atau yang disimpan di rumah. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa mukjizat ini terjadi saat Isa masih kanak-kanak. Isa memberi tahu anak-anak sebayanya bahwa orang tua mereka memiliki makanan yang disembunyikan dan anak-anak itu kemudian meminta makanan tersebut pada orang tua mereka. Orang tua mereka menjadi tidak suka dengan Isa dan menganggapnya telah merusak anak mereka. Saat hendak menemui teman-teman bermainnya, Isa tidak menemui mereka karena orang tua mereka mengunci mereka di suatu rumah. Saat Isa mendengar suara gaduh dari rumah tersebut, orang tua mereka mengatakan kalau itu suara kera dan babi. Akhirnya anak-anak tersebut benar-benar berubah menjadi kera dan babi.
Hidangan
Al-Qur'an menjelaskan bahwa para pengikut Isa meminta hidangan dari langit. Isa kemudian berdoa agar Allah menurunkan hidangan dari langit dan hari turunnya akan menjadi hari raya bagi mereka. Beberapa ulama menafsirkan bahwa hidangan tersebut turun dari langit secara harfiah dan ditutupi dua awan. Pengikut Isa tidak mau makan sebelum Isa makan, tetapi Isa menyatakan bahwa pengikutnyalah yang harus memakannya karena mereka yang meminta. Setelahnya, Isa mengundang orang-orang miskin, papa, dan sakit untuk makan bersama hidangan tersebut. Mereka yang menderita penyakit menjadi sembuh setelah menyantapnya.
Namun ada ulama yang berpendapat bahwa hidangan tersebut tidak jadi diturunkan. Al-Qur'an menerangkan bahwa setelah murid-murid Isa meminta hidangan dari langit, Isa berdoa memohon kepada Allah. Allah berfirman bahwa hidangan tersebut akan diturunkan, tetapi mereka yang tetap kafir setelah turunnya hidangan tersebut akan ditimpakan azab yang tidak pernah ditimpakan pada umat lain. Setelahnya, tidak ada lagi keterangan mengenai hidangan tersebut. Menurut pendapat ini, setelah mendapat peringatan dari Allah, para murid Isa tidak jadi meminta hidangan tersebut karena takut mendapat azab jika mereka mengingkarinya.
Alkitab tidak menerangkan mengenai hidangan yang turun dari langit, tetapi disebutkan bahwa Isa memberkahi makanan yang jumlahnya sedikit hingga dapat disantap banyak orang. Disebutkan bahwa setelah mendengar Yahya dibunuh, Isa pergi mengasingkan diri. Namun banyak orang kemudian mengikutinya. Saat sudah mulai malam, Isa mengambil lima roti dan dua ikan, kemudian memecah-mecah dan membagikannya pada orang-orang. Disebutkan bahwa lima ribu laki-laki menyantap makanan tersebut sampai kenyang.
Mukjizat lain
Ada juga mukjizat Isa yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, seperti berjalan di atas air.
Tantangan
Berbeda pada masa Bait Suci pertama yang masih akrab dengan penyembahan berhala, umat Yahudi pada periode Bait Suci kedua (termasuk pada masa Isa) cenderung merupakan penganut monoteisme ketat. Bila rasul lain berdakwah pada umat musyrik yang menyekutukan Allah, Isa berdakwah pada umat yang sudah mengesakan Allah, tapi menyalahgunakan hukum-hukum Allah atau menjalankan dengan tidak semestinya. Alkitab menjelaskan bahwa Isa beberapa kali berselisih dengan kelompok Saduki dan Farisi dan memperingatkan murid-muridnya terhadap ajaran dua kelompok tersebut.
Alkitab menggambarkan Farisi sebagai kelompok yang lebih mementingkan aturan lahiriah suatu hukum di atas makna yang ada dalam hukum tersebut. Isa mencela kaum Farisi yang tersibukkan mengurus hukum yang begitu terperinci, tetapi melupakan syariat Taurat yang paling utama, yakni keadilan, belas kasih, dan kesetiaan. Kaum Farisi juga dicela atas sikap riya' mereka, mengenakan busana yang membuat mereka terlihat seperti orang saleh di hadapan orang lain, dan gila pujian. Isa juga menyatakan bahwa kaum Farisi mendapat kekuasaan untuk menafsirkan hukum Musa dan dia meminta orang-orang untuk mematuhi ajaran kaum Farisi, tapi jangan meniru perbuatan mereka, karena kaum Farisi tidak menjalankan hal yang mereka ajarkan. Isa mencela dan mengibaratkan mereka seperti kuburan yang dilabur putih, tampak bagus di luar tetapi penuh tulang dan kebusukan di dalamnya. Isa juga berdebat dengan kelompok Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan setelah mati dan mencela mereka sebagai orang yang tidak memahami kitab suci maupun kekuasaan Allah.
Seruan Isa disambut banyak orang dan kabar mengenai mukjizatnya tersebar luas. Saat pergi ke Yerusalem bersama para muridnya, Isa memasuki Bait Suci (Baitul Maqdis), kemudian mengusir orang-orang yang berjual beli di sekitarnya, juga menjungkirbalikkan meja dan bangku pedagang. Hal ini menambah kebencian pihak berwenang Yahudi, yakni kaum Saduki dan Farisi. Sangat mungkin kelompok Saduki menentang Isa bukan karena ajarannya, tetapi lebih kepada alasan-alasan politik. Isa dipandang mengancam stabilitas di masyarakat, terutama setelah dia dan murid-muridnya memasuki Baitul Maqdis. Seruan Isa ditakutkan akan memprovokasi pihak Romawi untuk menyerang bangsa Yahudi, sehingga para imam dan kaum Farisi sepakat untuk membunuh Isa, tetapi mereka tidak bisa menangkapnya secara terang-terangan karena khawatir dengan perlawanan rakyat.
Murid
Al-Qur'an menyebut murid-murid Isa dengan sebutan al-ḥawāriyyūn (). Al-Qur'an tidak memberikan keterangan terperinci mengenai pengikut Isa mana saja yang masuk golongan hawariyyun dan para penafsir Muslim biasanya sepakat dengan nama-nama yang disebutkan dalam Alkitab. Dijelaskan dalam Alkitab bahwa Isa memiliki murid-murid pilihan yang disebut Dua Belas Rasul, yakni Simon Kefas (Petrus), Andreas, Yakobus (Ya'qub) bin Zebedeus, Yohanes (Yohanan) bin Zebedeus, Filipus, Bartolomeus, Tomas, Matius, Yakobus (Ya'qub) bin Alfeus, Yudas Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas (Yehuda) Iskariot. Di antara para murid, sosok Maria (Miryam) Magdalena disebut sebagai murid yang paling dekat dengan Isa dan paling memahami ajarannya, dan Maria dihormati sebagai "rasulnya para rasul". Sebagai catatan, istilah "rasul" (utusan) dalam konteks ini bermakna bahwa mereka adalah sosok yang diutus Isa untuk menyebarkan ajarannya dan memiliki makna yang berbeda dalam tradisi Islam (lihat rasul). Disebutkan pula bahwa Isa memiliki murid rahasia, yakni Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus.
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hawariyyun menyatakan diri mereka sebagai penolong agama, orang yang beriman, dan berserah diri pada Allah, dan mereka dijadikan percontohan bagi orang beriman yang lain. Dikisahkan pula bahwa mereka meminta Isa untuk menurunkan hidangan dari langit untuk menguatkan iman mereka. Sebagian penafsir juga berpendapat bahwa tiga orang yang diutus pada suatu kaum yang dikisahkan dalam Surah Yasin adalah murid-murid Isa.
Penyaliban
Alkitab menyebutkan bahwa Yudas Iskariot mengkhianati Isa dan bekerja sama dengan para imam Yahudi untuk menangkapnya. Setelah Isa makan malam bersama murid-muridnya, mereka pergi ke Taman Getsemani di kaki bukit Zaitun, Yerusalem. Yudas Iskariot kemudian datang bersama sekelompok orang bersenjata yang dikirim oleh para imam kepala dan sesepuh Yahudi dan menangkap Isa. Isa kemudian dibawa ke Sanhedrin (badan peradilan Yahudi) untuk diadili, kemudian dibawa ke hadapan Pontius Pilatus. Isa sempat dibawa ke hadapan Herodes Antipas sebelum kemudian dikembalikan lagi ke Pilatus. Para imam dan tetua Yahudi menghasut orang-orang untuk mendesak Pilatus agar Isa disalib. Pilatus enggan menghukum orang yang tidak jelas kesalahannya, tapi tidak mau terjadi kerusuhan dan pemberontakan, sehingga dia menyerah dengan tuntutan orang-orang. Isa kemudian dipancang di kayu salib bersama dua orang penyamun. Setelah beberapa jam digantung di kayu salib, tubuh Isa diturunkan dan dibawa pergi oleh Yusuf dari Arimatea.
Al-Qur'an tidak menyebutkan peristiwa penangkapan maupun proses penyaliban Isa, tetapi dalam Surah An-Nisa' disebutkan bahwa Isa tidak dibunuh maupun disalib, tetapi diserupakan seolah-olah Isa mati disalib. Menggunakan ayat ini sebagai dasar, mayoritas tradisi Islam menolak kematian Isa di kayu salib dan terdapat perbedaan pendapat dan teori mengenai makna "diserupakan" dalam ayat tersebut. Pendapat pertama, teori orang pengganti. Menurut teori ini, ada orang yang wajah dan perawakannya diserupakan dengan Isa, sehingga dialah yang ditangkap dan disalib, bukan Isa. Jati diri orang pengganti ini juga diperdebatkan. Pendapat kedua, teori koma. Menurut teori ini, Isa memang benar-benar ditangkap dan dipancang di kayu salib. Isa mengalami koma atau mati suri dalam proses penyaliban, tidak mati dalam arti sesungguhnya, tetapi diserupakan seperti sudah benar-benar mati di mata orang-orang. Dia kemudian diturunkan dari kayu salib dalam keadaan kritis, tetapi belum mati, dan dibawa pergi muridnya. Ada juga pendapat lain.
Kepercayaan Isa yang tidak mati disalib tidak hanya dianut umat Muslim, tapi juga dianut oleh sebagian kecil kalangan Kristen. Begitu pula sebaliknya, kematian Isa di kayu salib juga dianut sebagian kalangan Muslim. Umat Kristen arus utama menyatakan bahwa Isa memang mati disalib, kemudian dibangkitkan kembali.
Teori orang pengganti
Keyakinan bahwa orang yang disalib adalah orang yang mirip dengan Isa dianut oleh penganut Gnostisisme, Mandaeisme, Muslim, dan Kristen Jepang. Departemen Agama Republik Indonesia mengacu pada teori ini dalam menerjemahkan Surah An-Nisa'. Sebagian menyebutkan bahwa jati diri dari orang pengganti tersebut adalah salah seorang musuh Isa, pendapat lain menyebutkan bahwa dia adalah pengikut Isa yang sengaja mengajukan diri untuk menjadi pengganti Isa.
Sebagian sumber apokrif Gnostik menyebutkan bahwa orang pengganti Isa adalah Simon dari Kirene. Beberapa ulama seperti Al-Baidhawi, Ibnu Jarir ath-Thabari, dan Ibnu Katsir menyatakan bahwa ada murid setia Isa yang menawarkan diri menjadi pengganti Isa, tanpa menyebutkan jati diri murid tersebut secara terperinci.
Dalam versi Injil Barnabas disebutkan bahwa orang pengganti tersebut adalah Yudas Iskariot. Disebutkan bahwa Isa dibawa pergi para malaikat melalui jendela. Saat Yudas masuk ruangan untuk mencari Isa, penampilannya diserupakan dengan Isa, sehingga pasukan yang masuk ruangan belakangan kemudian menangkapnya.
Mati disalib
Sebagian kalangan berpendapat bahwa Isa memang telah mati disalib. Ja'far ibn Mansur al-Yaman (w. 347 H/958 M), Abu Hatim Ahmad ibn Hamdan ar-Razi (filsuf Syi'ah, wafat 322 H/935 M), Abu Yaqub as-Sijistani (dai Syi'ah, wafat 358 H/971 M) , Mu'ayyad fi'l-Din as-Shirazi (ulama Syi'ah, w. 470 H/1078 M), dan kelompok Ikhwan As-Shafa juga menegaskan historisitas penyaliban, menyatakan bahwa Isa disalibkan dan tidak digantikan oleh orang lain sebagaimana dinyatakan dalam tafsiran pada umumnya. Terkait Surah An-Nisa' ayat 157, ulama Lebanon Mahmoud M. Ayoub menyatakan, "Al-Qur'an, seperti telah kita bahas, tidak menyangkal kematian Al-Masih. Sebaliknya, itu menantang manusia yang dalam kebodohan mereka telah menipu diri mereka sendiri untuk percaya bahwa mereka akan mengalahkan firman Ilahi, Isa Al-Masih, utusan Allah. Kematian Isa ditegaskan beberapa kali dan dalam berbagai konteks."
Teori koma
Menurut teori ini, Isa memang benar-benar ditangkap dan dipancang di kayu salib, kemudian pingsan atau koma dalam prosesnya. Namun Isa tampak serupa seperti sudah mati, sehingga dia kemudian diturunkan dari salib. Diperkirakan teori ini lahir pada sekitar abad ke-17 atau 18 di Barat. Beberapa cendekiawan Muslim modern seperti Ahmed Deedat dan Zakir Naik juga menggunakan teori ini dalam karya atau ceramah mereka.
Dalam tulisan dan ceramahnya, Ahmed Deedat menganalisis kejadian penyaliban dalam Alkitab dan mengambil kesimpulan alternatif yang berbeda dengan yang diyakini umat Kristen. Terkait makna "disalib", Deedat memberikan permisalan dengan seorang yang diberi putusan untuk dieksekusi. Orang ini didudukkan di kursi listrik untuk disetrum, tetapi daya listriknya kurang sehingga orang ini masih hidup. Orang ini tidak bisa dikatakan telah dieksekusi hanya lantaran sudah disetrum, karena dia masih hidup. Dalam kejadian Isa, dia memang telah menjalani proses penyaliban, tapi tidak bisa dikatakan bahwa Isa telah disalib karena dia masih hidup. Makna "disalib" tidak hanya sekadar diikat di kayu salib, tetapi "membunuh dengan cara mengikat pada sebuah salib".
Disebutkan bahwa setelah Isa digantung di kayu salib selama beberapa jam, umat Yahudi meminta agar dia dan dua penyamun itu diturunkan. Hal ini lantaran penyaliban terjadi pada hari Jum'at dan saat senja berarti sudah masuk hari suci pekanan Yahudi, Sabat. Untuk mempercepat kematian, penjagal bisa mematahkan kaki korban. Kedua kaki penyamun tersebut dipatahkan, tetapi tidak dengan Isa karena mereka melihat bahwa dia sudah mati. Kemudian salah satu prajurit menikam perut Isa sehingga keluarlah darah dan air. Deedat menyatakan bahwa kejadian tersebut adalah cara Allah menyelamatkan Isa. Dengan tidak dipatahkannya tulang Isa, dia selamat dari kematian. Dinyatakan pula bahwa saat mengalami rasa sakit yang sangat, seseorang akan pingsan. Dalam kasus Isa yang digantung di kayu salib, aliran darahnya berjalan sangat lambat lantaran posisi tubuhnya. Penikaman yang membuat darah dan air langsung keluar tersebut justru melancarkan kembali sirkulasi darah teratur kembali.
Diangkat ke langit
Al-Qur'an menyatakan bahwa Isa diangkat ke hadirat Allah dan ini menjadi pijakan dalam keyakinan tradisi Muslim pada umumnya bahwa Isa diangkat ke langit secara jasmaniah. Ada juga pendapat minoritas, mengacu pada penjelasan Mu'tazilah dan Syi'ah, yang menyatakan bahwa Isa hanya diangkat rohnya, tidak bersama tubuhnya.
Waktu
Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci mengenai waktu kejadian tersebut dan setidaknya ada dua pendapat:
Setelah penyaliban. Alkitab menjelaskan bahwa setelah keluar dari gua tempatnya dibaringkan (hidup kembali menurut ajaran Kristen, sadar dari pingsan atau koma menurut teori koma), Isa menemui beberapa muridnya. Setelahnya, dia diangkat ke langit disaksikan mereka. Ibnu Katsir juga menyatakan bahwa Isa diangkat setelah peristiwa penyaliban.
Sebelum penyaliban. Injil Barnabas menyatakan bahwa Isa diangkat ke langit tepat sebelum para prajurit menangkapnya. Dalam pendapat kedua ini, biasanya disebutkan bahwa Isa kembali turun dan menemui murid-muridnya, kemudian kembali diangkat ke langit.
Kematian
Terdapat beberapa penafsiran mengenai makna dari kata mutawafik (متوفيك) dalam Surah Ali 'Imran ayat 55 dan Al-Maidah ayat 117. Tafsiran pertama, artinya adalah "untuk mengakhiri setelah jangka waktu tertentu" atau "mengambilmu". Dari penafsiran ini, kebanyakan umat Muslim percaya bahwa Isa mengalami kenaikan secara jasmani tanpa didahului atau disertai kematian.
Tafsiran kedua, "mewafatkan", yakni mewafatkan Isa. Sebagian pihak, tidak semua, yang berpendapat bahwa mutawafik bermakna wafat menyatakan bahwa Isa telah wafat dan ini menjadi pijakan untuk mempertanyakan kebenaran mengenai kedatangannya kedua kali menjelang hari kiamat kelak. Bila ditafsirkan bahwa Isa telah wafat, maka setidaknya ada lima pendapat di kalangan umat Muslim perihal kematiannya:
Wafat disalib
Meninggal selama beberapa waktu, kemudian dihidupkan kembali, dan setelahnya diangkat ke langit.
Isa selamat dari penyaliban, hidup normal selama bertahun-tahun, kemudian meninggal secara wajar. Pihak yang memegang pendapat ini di antaranya adalah kelompok Ahmadiyyah. Diyakini bahwa Isa pergi ke India bersama Maryam setelah selamat dari penyaliban, kemudian berdakwah kepada suku Bani Israil yang hilang di sana. Disebutkan bahwa Isa meninggal di Kashmir.
Wafat setelah kenaikan. Sebagian ulama menyatakan bahwa kalimat "mewafatkanmu (mutawafik) dan mengangkatmu kepada-Ku" dalam Surah Ali 'Imran ayat 55 termasuk versi ungkapan muqaddam dan mu'akhkhar, yakni mendahulukan yang akhir dan mengakhirkan yang awal. Jadi maknanya adalah bahwa Isa diangkat terlebih dahulu, baru diwafatkan. Sebagian menyebutkan bahwa kematian Isa ini terjadi setelah kedatangannya yang kedua kali menjelang hari kiamat.
Sebagian ulama berpendapat bahwa maknanya memang wafat, tapi bukan mati dalam arti yang sebenarnya, tetapi serupa dengan keadaan tidur, sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-An'am (6): 60, "Dan Dialah Yang menidurkan kalian (yatawaffākum) di malam hari."
Pandangan agama
Kristen
Isa (disebut Yesus dalam Kristen) adalah tokoh utama dalam Kristen. Pandangan Isa dalam Kristen beragam. Ada beberapa keyakinan yang dipegang oleh aliran-aliran Kristen, tapi ada juga doktrin-doktrin yang diakui satu aliran tetapi tidak diakui aliran lain dan terdapat perbedaan teologis di antara umat Kristen selama berabad-abad. Ajaran Kristen menyatakan bahwa kematian Isa di kayu salib dan kebangkitannya kembali menjadi penebusan atau keselamatan dosa manusia, baik dosa secara umum maupun dosa asal secara khusus.
Setelah masa para rasul (murid Isa), terdapat perdebatan teologis dalam tubuh umat Kristen mengenai kedudukan Isa dan berbagai hal keagamaan lain, sehingga diadakanlah rangkaian konsili ekumenis, yakni pertemuan para pemuka agama Kristen untuk membahas dan mengambil keputusan yang menyangkut doktrin Gereja dan aturan praktisnya.
Trinitas
Trinitas adalah doktrin ketuhanan yang dianut Kristen arus utama. Doktrin ini menyatakan bahwa Tuhan itu satu, tapi memiliki tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam trinitas, Isa dipandang sebagai pribadi kedua Tuhan (Putra). Isa diyakini sebagai firman Allah yang menjadi daging (manusia). Isa juga disebutkan sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia. Bapa, Putra, dan Roh Kudus dalam paham Trinitas sama dalam kesetaraan dan kekekalan, sama-sama tidak diciptakan dan tanpa awal mula, tetapi ketiganya bukan tiga Tuhan, tapi tiga pribadi Tuhan dalam satu entitas.
Non-Trinitas
Paham Trinitas tidak diterima secara universal dalam semua kalangan Kristen. Terdapat banyak sekali aliran Kristen non-trinitas dan mereka memiliki beragam paham mengenai Isa, ada yang memandangnya sebagai Tuhan, semi-ilahi, makhluk sempurna, dan lainnya.
Triteisme: Meyakini bahwa Allah, Isa, dan Roh Kudus adalah tiga Tuhan
Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir atau Mormon: seperti Triteisme yang meyakini adanya tiga Tuhan. Mereka percaya bahwa Allah menciptakan Isa, sehingga Isa lebih rendah dari Allah, dan Isa yang menciptakan alam semesta.
Arianisme: Isa bukan Tuhan, tetapi ilahi atau memiliki sifat ketuhanan. Dia adalah putra Tuhan Bapa dan diciptakan Tuhan Bapa, sehingga kedudukannya lebih rendah dari Bapa.
Unitarianisme: Isa dipandang sebagai manusia agung dan nabi Tuhan, bahkan sangat mungkin juga makhluk supernatural, tapi bukan Tuhan itu sendiri
Saksi-Saksi Yehuwa: Isa dipandang sebagai satu-satunya ciptaan langsung Allah, dan ciptaan Allah yang paling pertama. Mereka memberikan "sembah sujud" (penghormatan, sebagaimana kepada seorang raja) atau "pemujaan" kepada Isa. Mereka juga berdoa pada Isa karena Isa dipandang sebagai perantara antara Allah dan manusia. Sebelum terlahir sebagai manusia, Isa adalah Malaikat Mikail.
Iglesia ni Cristo: gerakan keagamaan Kristen yang lahir di Filipina dan mengadopsi paham Unitarianisme. Isa dipandang sebagai makhluk Tuhan tertinggi dan menolak keilahiannya. Mereka berpandangan bahwa menyembah Isa adalah perintah Tuhan.
Kristadelfian: Isa dipandang sebagai putra Tuhan Bapa, dia adalah manusia dan bukan Tuhan
Yahudi
Yahudi arus utama menolak gagasan bahwa Isa adalah Tuhan, atau seorang perantara Tuhan, ataupun bagian dari Trinitas. Mereka berkeyakinan bahwa Isa bukanlah Mesias, dengan alasan bahwa Isa tidak memenuhi nubuat Mesianik yang tertulis di dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan juga tidak memenuhi kualifikasi personal Mesias. Menurut tradisi Yahudi, tidak ada nabi lagi setelah Maleakhi, yang menyampaikan nubuat-nubuatnya pada abad ke-5 SM.
Kritik Yahudi terhadap Isa telah ada sejak dahulu. Talmud, yang ditulis dan disusun dari abad ke-3 hingga ke-5 M, memuat kisah-kisah yang sejak abad pertengahan telah dianggap sebagai laporan-laporan yang merendahkan Isa. Dalam Talmud disebutkan bahwa Yesyu ha-nozri ("Yesus orang Nazaret"), murid dari Rabbi Yehoshua ben Peraḥya adalah seorang yang dihukum mati dengan dilempari (dirajam) batu karena mempraktikkan sihir, menyebabkan orang Israel menyembah berhala (menyembah Yesus) dan menyesatkan orang Yahudi.
Islam
Isa dipandang sebagai nabi dan rasul dalam Islam dan merupakan salah satu ulul azmi. Setidaknya ada tiga surah Al-Qur'an yang namanya memiliki kaitan dengan Isa: surah ketiga dinamai Ali 'Imran (keluarga Imran) yang merupakan nama kakek Isa, surah kelima dinamai Al-Ma'idah (hidangan) karena berisi Isa yang berdoa meminta hidangan dari langit, surah ke-19 dinamai Maryam yang merupakan nama ibu Isa. Isa lahir di perkirakan antara tahun 4 SM sampai sekitar 6 SM
Penyebutannya dalam Al-Qur'an utamanya menekankan pada dua aspek: kemuliaan dan kemanusiaannya. Isa disebutkan sebagai sosok yang terkemuka di dunia dan akhirat, didekatkan kepada Allah, saleh, suci, dan diberkahi. Disebutkan pula bahwa Allah mengajarkan kitab, hikmah, Taurat, dan Injil kepada Isa. Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah Isa, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.
Di sisi lain, Isa juga disebutkan sebagai seorang hamba Allah dan tidak enggan untuk menjadi hamba Allah. Bersama Maryam, Isa disebutkan biasa menyantap makanan, ungkapan akan sisi kemanusiaannya. Penciptaan Isa juga disejajarkan dengan penciptaan Adam, menjelaskan bahwa penciptaan keduanya adalah karena kekuasaan Allah. Al-Qur'an juga memberikan penentangan terhadap berbagai macam paham yang mengultuskan Isa, seperti menganggapnya sebagai Tuhan, putra Allah, atau memandang bahwa Allah adalah Isa itu sendiri.
Riwayat hadits menyebutkan berbagai hal terkait Isa. Nabi Muhammad menyatakan bahwa Isa adalah sosok berpostur tubuh sedang, berdada bidang, dan kulitnya kemerah-merahan seperti baru keluar dari pemandian. Saat peristiwa isra' mi'raj, Muhammad melihat Yahya dan Isa berada di langit kedua.
Disebutkan bahwa pada hari kiamat kelak, Allah menjadikan Isa sebagai hujjah (alasan) bagi orang-orang fakir dan miskin. Maknanya adalah orang-orang di hari kiamat kelak tidak bisa beralasan bahwa mereka tidak bisa beribadah karena repot dengan kekurangan dan kefakiran, lantaran Isa yang sebegitu miskinnya saja tetap taat beribadah kepada Allah.
Alkitab menyebutkan dua silsilah Isa: versi Injil Matius dan versi Injil Lukas. Meski Alkitab mengakui bahwa kehamilan Maryam yang perawan adalah mukjizat, silsilah Isa ditautkan dengan Yusuf, tunangan Maryam. Melalui Yusuf, kedua versi silsilah tersebut menyambungkan Isa dengan Dawud dari suku Yehuda, suku yang menurunkan raja-raja. Namun jumlah dan nama-nama orang yang disebutkan antara Yusuf dengan Dawud sangat berbeda antara satu versi dengan versi yang lain. Matius menyebutkan bahwa Yusuf adalah putra Ya'qub dan silsilahnya tersambung sampai Sulaiman bin Dawud. Ada 27 nama, terhitung dari Yusuf sampai Dawud. Lukas menyebutkan bahwa Yusuf adalah putra Eli atau Heli dan silsilahnya tersambung sampai Natan bin Dawud. Ada 42 nama, terhitung dari Yusuf sampai Dawud.
Terkait perbedaan ini, ada yang menyebutkan bahwa silsilah Isa dalam Injil Lukas merupakan silsilah dari pihak ibu, sehingga sosok yang bernama Eli sebenarnya adalah ayah kandung Maryam. Ada juga pendapat minoritas bahwa silsilah Isa dalam Injil Matius yang merupakan silsilah Maryam sehingga menurut pendapat ini, ayah Maryam adalah Ya'qub. Terkait pendapat ini, disebutkan bahwa nama Maryam tidak disebutkan secara tersurat lantaran dalam tradisi Ibrani kuno, nama perempuan tidak diperkenankan dimasukkan dalam rantai silsilah, sehingga nama suaminya yang disebutkan sebagai gantinya. Pendapat lain, bersumber dari Injil Yakobus (bukan bagian resmi dari Alkitab) menyebutkan bahwa nama ayah Maryam adalah Yoakhim. Ada juga pendapat lain terkait perbedaan ini.
Al-Qur'an dan hadis tidak memberikan keterangan mengenai silsilah Isa yang berujung pada Dawud. Sebagian ulama Muslim terdahulu, seperti Muhammad bin Ishaq dan Abul Qasim bin Asakir juga menyebutkan silsilah Isa. Kedua silsilah tersebut dimulai dari Isa bin Maryam binti 'Imran dan berujung pada Sulaiman bin Dawud, tapi ada perbedaan nama dan jumlah orang di antara kedua versi ini.
Cendekiawan modern menyatakan bahwa silsilah Isa dalam Alkitab cenderung merupakan konstruksi teologis dan bukan kenyataan sejarah. Kalangan non-imam biasanya tidak mencatat silsilah keluarga mereka dan kontradiksi antara kedua versi silsilah tersebut menjadi bukti yang jelas bahwa keterangan tersebut tidak berasal dari catatan yang valid. Selain itu, penggunaan gelar seperti 'Anak Allah' dan 'Anak Dawud' dipandang sebagai bukti bahwa keterangan tersebut tidak berasal dari tradisi Injil yang paling awal. Raymond E. Brown, seorang imam Katolik Amerika, mengatakan silsilah itu "tidak memberi tahu kita tentang kakek-neneknya atau buyutnya". Marcus Borg dan John Dominic Crossan berpendapat bahwa kedua silsilah tersebut adalah keterangan buatan untuk mendukung klaim Isa sebagai mesias sesuai kriteria Yahudi yang menyatakan bahwa mesias yang akan datang merupakan keturunan Dawud.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Isa merupakan keturunan Harun dari suku Lewi, suku yang menurunkan para imam. Alkitab menyebutkan bahwa Zakariyya dan istrinya, Elisyeba, adalah keturunan Harun dari suku Lewi dan disebutkan bahwa Maryam adalah kerabat Elisyeba. Dari ayat ini, sebagian cendekiawan Alkitab menyatakan bahwa Maryam adalah seorang suku Lewi, atau setidaknya separuh Lewi.
Al-Qur'an menyebutkan Maryam sebagai "saudari Harun". Lantaran kata "saudari" bisa digunakan untuk merujuk pada hubungan kekerabatan dan keturunan yang lebih jauh dan luas, beberapa cendekiawan Muslim seperti Yusuf Ali dan Muhammad Asad berpendapat bahwa Maryam berasal dari suku Lewi. Bila mengacu pada pendapat ini, berarti Isa juga seorang Lewi secara biologis.
Pengikut
Salah satu istilah yang digunakan untuk merujuk pada pengikut awal Isa adalah "Yudeo-Kristen" atau "Kristen Ibrani". Para pengikut awal Isa menyebut diri mereka sendiri dengan "Sang Jalan" ( - hė hodós), mungkin mengacu pada ayat dalam Tanakh, "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan." Istilah Kristen (secara harfiah bermakna "pengikut Kristus") pertama kali digunakan dari masyarakat non-Yahudi kepada pengikut Isa di Antiokhia.
Awalnya pengikut Isa seperti sekte atau gerakan keagamaan dalam tubuh Yahudi sebagaimana Farisi, Saduki, Eseni, dan Zelot. Komunitas ini awalnya terdiri dari bangsa Yahudi yang meyakini Isa sebagai mesias. Mereka tetap menjalankan syariat Taurat dan tradisi Yahudi, seperti menyucikan hari Sabat, khitan, menjaga makanan kosher, dan kehadiran di sinagoga.
Sepeninggal Isa, pengikutnya menyebarkan ajarannya di kalangan bangsa Yahudi diaspora yang tersebar di luar Palestina. Dakwah mereka juga menarik perhatian kalangan goy (bangsa non-Yahudi, , jamak: goyim) dan mereka akhirnya juga menjadi target dakwah. Kelompok Yudeo Kristen tradisional (pengikut Isa dari kalangan Farisi) bersikukuh bahwa kelompok goy juga harus dikhitan dan menjalankan syariat Taurat lantaran dalam tradisi Yahudi, khitan menjadi tanda bukti seseorang tergabung ke dalam agama Ibrahim. Namun khitan dipandang sebagai hal menjijikkan dalam tradisi Yunani dan Romawi yang sedang mendominasi kawasan timur Laut Tengah.
Paulus menentang penerapan tradisi Yahudi secara ketat kepada pengikut Isa dari kalangan goy, termasuk kewajiban khitan. Permasalahan ini dibawa dalam Konsili Yerusalem (sekitar 50 M) dan diputuskan bahwa pengikut Isa dari kalangan goy dibebaskan dari kewajiban menjalankan sebagian besar syariat Taurat. Meski disebutkan bahwa hasil konsili berasal dari kesepakatan, kalangan Yudeo Kristen tetap menentang keras. Pelonggaran ini menjadi ajaran Isa tersebar lebih jauh di luar kalangan bangsa Yahudi.
Saat pengikut Isa semakin berkembang di kalangan goy, tradisi mereka berkembang dan semakin terpisah dengan akar Yahudi mereka. Sejarawan masih memperdebatkan waktu saat Kristen benar-benar menjadi agama baru dan terpisah dari Yahudi. Sejarawan Amerika Shaye J. D. Cohen menyatakan bahwa "terpisahnya Kristen dari Yahudi adalah sebuah proses, bukan peristiwa." Kristen awal tidak lagi menjadi sekte Yahudi saat mereka tidak lagi menjalankan tradisi Yahudi, seperti khitan. Perpisahan ini tidak hanya terjadi antara Kristen dengan Yahudi, tapi juga antara Kristen goy (juga disebut Kristen Paulus) dengan Yudeo Kristen.
Baitul Maqdis (Bait Suci) kembali dihancurkan pada 70 M akibat Perang Yahudi-Romawi Pertama, menjadi pengalaman traumatis bagi bangsa Yahudi. Sekte Saduki, Eseni, dan Zelot lenyap setelahnya, tetapi Kristen awal dan Farisi tetap bertahan. Farisi kemudian bertransformasi menjadi Yahudi Rabinik, bentuk Yahudi paling umum sejak abad ke-6. Faktor yang berperan besar terhadap perpecahan di antara kedua kelompok tersebut adalah tafsiran keagamaan mereka terhadap kehancuran Baitul Maqdis kedua. Yahudi Rabinik memandang peristiwa tersebut sebagai hukuman karena mengabaikan Taurat. Kristen awal memandangnya sebagai hukuman bagi bangsa Yahudi karena menolak Isa, menjadikan mereka mengklaim diri sebagai "Israel sejati" yang baru. Klaim ini dianggap kalangan Yahudi Rabinik sebagai skandal. Lantaran umat Kristen awal percaya bahwa Isa telah menggantikan kedudukan Baitul Maqdis, mereka tidak begitu mempedulikan kehancuran Baitul Maqdis.
Pada abad pertama dan kedua, umat Kristen semakin berkembang pesat. Bila jamaah Yudeo Kristen terpusat di Yerusalem pada abad pertama, Kristen goy semakin terdesentralisasi pada abad kedua. Kristen terbagi dalam berbagai kelompok, masing-masingnya memiliki penafsiran agama dan pandangan terkait Isa yang berbeda-beda satu sama lain. Belum ada penetapan resmi atau pihak berwenang yang memutuskan mengenai ajaran mana yang dipandang baku dan yang dipandang sebagai bid'ah dan sesat. Pada masa ini pula kelembagaan dalam Kristen mulai berkembang. Setelah diadakan pertemuan para pemuka umat Kristen di Konsili Nicea I pada 325 M untuk membahas berbagai perdebatan keagamaan, kelompok Yudeo Kristen mendapat penentangan ganda karena mereka tidak hanya ditentang pihak Yahudi Rabinik, tapi juga oleh Kristen goy yang mengakui Konsili Nicea. Kristen goy menjadi bentuk baku ajaran Kristen dan mengambil alih rumah ibadah umat Yudeo Kristen yang telah dipandang sebagai kelompok bid'ah.
Paulus
Beberapa pihak menyatakan bahwa Paulus telah menyimpangkan ajaran asli Isa atau klaim bahwa Kristen sebagian besar adalah ciptaannya. Dakwaan pertama termasuk pendapat dari komentator sekuler seperti filsuf Friedrich Nietzsche dan Bertrand Russell. Kritik Nietzsche didasarkan pada keberatan moralnya terhadap pemikiran Paulus. Kaum Anarkis Kristen, seperti Leo Tolstoy dan Ammon Hennacy, percaya bahwa Paulus menyimpangkan ajaran Isa. Tolstoy mengklaim bahwa Paulus berperan dalam "penyimpangan" gereja dari pengajaran dan praktik Isa, sementara Hennacy percaya "Paulus merusak pesan Kristus." Thomas Jefferson, Presiden Amerika Serikat ketiga dan seorang penganut Deisme, menuliskan bahwa Paulus adalah orang pertama yang merusak doktrin Isa.
Sudah dipercaya sejak lama dalam tradisi Muslim bahwa Paulus dengan sengaja merusak ajaran asli Isa, memasukkan elemen paganisme, sehingga Kristen menjadi agama penebusan dosa dengan memperkenalkan ajaran dosa asal dan kebutuhan manusia akan perlunya penebusan. Saif bin Umar menyatakan bahwa para rabi tertentu membujuk Paulus untuk secara sengaja membujuk umat Kristen awal. Ibnu Hazm Al-Andalusi (wafat 1064) mengulang pernyataan Saif. Syed Muhammad Naquib Al-Attas menuliskan bahwa Paulus menyalahartikan pesan Isa dan Rasyid Ridha (wafat 1935) mendakwa Paulus memperkenalkan ajaran syirik ke dalam Kekristenan.
Umat Kristen sendiri tidak sepakat sejauh mana perselisihan antara Paulus dan jamaah Yerusalem. Kristen arus utama seperti Katolik Roma, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, dan Protestan konservatif berpendapat bahwa tulisan-tulisan Paulus adalah penafsiran yang sah dari Injil. Gagasan bahwa Paulus yang menciptakan Kekristenan diperdebatkan oleh banyak penulis Kristen. Menurut Christopher Rowland, Kristen Paulus adalah pengembangan pemikiran tentang Isa dalam konteks dakwah pada kalangan non-Yahudi. Rowland berpendapat bahwa pengaruh Paulus dalam Kristen terlalu dilebih-lebihkan, menyimpulkan bahwa Paulus tidak mengubah secara material ajaran-ajaran Isa.
Kedatangan kedua
Tradisi Islam meyakini bahwa Isa akan turun kembali. Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai peristiwa ini secara tersurat, tetapi sebagian penafsir menyatakan bahwa Surah Az-Zukhruf (43) ayat 61 merupakan isyarat yang membenarkan keterangan bahwa Isa akan turun menjelang hari kiamat.
Beberapa riwayat hadits menjelaskan hal ini secara jelas. Disebutkan bahwa kiamat tidak akan terjadi sebelum munculnya sepuluh tanda, di antaranya adalah turunnya Isa. Isa datang saat terjadi peperangan antara umat beriman dengan Dajjal dan pengikutnya. Dia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus, kemudian menemui umat Muslim yang saat itu hendak melaksanakan shalat. Pemimpin mereka (Al-Mahdi) meminta Isa untuk memimpin shalat, tapi Isa menolaknya, mengatakan bahwa pemimpin kalian berasal dari kalangan kalian sendiri. Setelahnya, Isa akan membunuh Dajjal, menjadi hakim yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapus jizyah.
Lihat pula
Nabi-nabi, di antaranya:
Ibrahim
Musa
Zakariyya
Yahya
Muhammad
Maryam
Bani Israil
Yesus
Eskatologi Islam
Kiamat
Catatan
Rujukan
B * مجاني
لتأخذ نفسا
ينظف
ميسون
الصهاينة المسيحيون
ممتاز
نية العالم
فوضى
غرفة
الاسلام الدين
ياسيف
دقائق DJ *
محمد محجي
معزي الروح
صحيح
الدينونة الأخيرة في عزرا
المسيح يحيا
راجناروك
صعود الفرقاطة من منطقة العديان
الى بدن السفينة
محكمة عزرا
قذف قطعة نقدية للقرعة
أستخدم أمينة (1976) ، مثال على المستقبل بين الأتاباي.
yahtawi Chetmin China (1988) ealaa eanasir min Kach niyam، lakina stran ghair Mutawaqay yaqul "Leta swalker ha، sania aflam kahanist kenay inchi cha، kel ke ch chena ingel kenay koy lena dana ni ha" الغرض: -4 1987 (PAMU) ( SAMU) () 1987-16 2014 قسط. ""
لوبريس نور إبراهيم ["الفاتح". محمد نور ابراهيم 1987 (تيراس دا فوركا).
atlub (C) 2016 Macanan Perkuma 61. 6. Digongkang
- "أنا أيلام" ؛
Daftar pustaka
Brown, Schuyler. The Origins of Christianity: A Historical Introduction to the New Testament. Oxford University Press (1993).
Pranala luar
Islami.co: Kisah Nabi Isa AS
Silsilah Nabi dan Rasul
Yesus
Tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an
Eskatologi Islam
Nabi Alkitab Ibrani dalam Al-Qur'an
Isa |
3857 | https://id.wikipedia.org/wiki/Teori%20informasi | Teori informasi | Teori informasi (Inggris: information theory) adalah disiplin ilmu dalam bidang matematika terapan yang berkaitan dengan kuantisasi data sehingga data atau informasi itu dapat disimpan dan dikirimkan tanpa kesalahan (error) melalui suatu kanal komunikasi. Entropi informasi (information entropy) sering dipakai sebagai alat untuk maksud ini, dan biasanya dinyatakan sebagai banyaknya bit rerata yang diperlukan untuk penyimpanan dan pengiriman informasi tersebut. Sebagai contoh, jika keadaan cuaca harian dinyatakan dengan entropi 3 bit, maka kita katakan bahwa cuaca itu mempunyai rata-rata 3 bit tiap harinya.
Aplikasi dari topik dasar dalam teori informasi meliputi kompresi data tanpa cacat (lossless data compression, pada file ZIP misalnya), kompresi data (lossy data compression, pada file MP3, misalnya), dan pengkodean kanal (channel coding, pada saluran DSL, ADSL dll). Biasanya teori informasi merupakan titik temu dari bidang –bidang matematika, statistika, ilmu komputer, fisika, neurobiologi, dan teknik listrik serta komputer. Implementasi dari teori ini berdampak langsung dengan misi ruang angkasa, pemahaman mengenai lubang hitam dalam galaksi, dengan penelitian linguistika dan persepsi manusia, dengan jaringan komputer, jaringan Internet serta jaringan telepon genggam.
Secara khusus, teori informasi adalah cabang dari matematika peluang dan statistik, yang berkaitan dengan konsep informasi dan entropi informasi seperti telah dijelaskan di atas. Claude Shannon (1916-2001) dikenal sebagai "bapak dari teori informasi". Shannon mendefinisikan pengukuran dari entropi informasi (dalam bit) sebagai:
Rumus ini jika diterapkan pada suatu sumber informasi, dapat menentukan kapasitas dari saluran yang diperlukan untuk mengirim data yang diterjemahkan ke dalam digit biner.
Pranala luar
NCIFCRF.gov , Eprint, Schneider, T., "Information Theory Primer"
ND.edu, Srinivasa, S. "A Review on Multivariate Mutual Information"
Conceptsearching.com , Challis, J., "Lateral Thinking in Information Retrieval"
Chem.wisc.edu, Journal of Chemical Education, Shuffled Cards, Messy Desks, and Disorderly Dorm Rooms - Examples of Entropy Increase? Nonsense!
ITsoc.org , IEEE Information Theory Society and ITsoc.org review articles
Cam.ac.uk, On-line textbook: "Information Theory, Inference, and Learning Algorithms" by David MacKay - giving an entertaining and thorough introduction to Shannon theory, including state-of-the-art methods from coding theory, such as arithmetic coding, low-density parity-check codes, and Turbo codes.
UMBC.edu, Eprint, Erill, I., "A gentle introduction to information content in transcription factor binding sites"
Matematika |
3878 | https://id.wikipedia.org/wiki/Santiparwa | Santiparwa | Santiparwa adalah kitab ke-12 Mahabharata. Kitab ini tidak didapatkan dalam bahasa Jawa kuno.
Dalam kitab ini diceritakan tentang nasihat-nasihat bagawan Bisma ketika berada di atas saratalpa atau "ranjang panah" ketika sudah dikalahkan pada perang Bharatayuddha. Ia terutama memberikan nasihat-nasihat penting kepada Raja Yudistira.
Kitab Mahabharata |
3882 | https://id.wikipedia.org/wiki/Angkor%20Wat | Angkor Wat | Angkor Wat (aksara Khmer: អង្គរវត្ត, artinya "kota candi" atau "kota percandian") adalah bangunan keagamaan (percandian) terbesar di dunia dari segi luas areal karena menempati lahan seluas 162,6 hektar (1,626 km²). Angkor Wat dibangun pada awal abad ke-12 sebagai candi kenegaraan oleh Raja Suryawarman II di Yasodarapura (aksara Khmer: យសោធរបុរៈ, sekarang Angkor), ibu kota Kerajaan Kambujadesa. Candi pendarmaan Raja Suryawarman II ini pada mulanya adalah candi agama Hindu yang dibaktikan kepada Dewa Wisnu, kemudian dialihfungsikan menjadi candi agama Buddha menjelang akhir abad ke-12.
Sebagai candi paling terawat di situs arkeologi Angkor, Angkor Wat adalah satu-satunya bangunan yang masih difungsikan sebagai pusat kegiatan religius sejak didirikan. Mahakarya arsitektur Khmer langgam klasik ini merupakan salah satu situs peziarahan utama umat Buddha Kamboja maupun umat Buddha dari seluruh penjuru dunia. Candi ini sudah menjadi lambang negara Kamboja, corak hias bendera Kamboja, dan daya tarik wisata utama di Kamboja. Angkor Wat juga turut berjasa mentransformasi Kamboja menjadi sebuah negara Buddha.
Angkor Wat merupakan perpaduan dua langgam utama bangunan candi Khmer, yakni langgam candi gunungan dan langgam candi berserambi. Angkor Wat dirancang sebagai lambang Mahameru, persemayaman para dewa menurut kosmologi Hindu-Buddha. Percandian yang dikelilingi waduk sepanjang lebih dari 5 kilometer (3 mil) dan dipagari tembok sepanjang 3,6 kilometer (2,2 mil) ini memiliki tiga serambi persegi panjang dengan ketinggian yang berbeda-beda satu sama lain. Di tengah-tengah percandian berdiri lima candi menara dalam tatanan pancayatana. Berbeda dari candi-candi Angkor pada umumnya, Angkor Wat dibangun menghadap ke barat. Belum ada kesepakatan di kalangan para ahli mengenai alasan yang melatarbelakangi perbedaan tersebut. Percandian ini dikagumi karena kemegahan tampilan maupun keselarasan tata bangunannya, relief-relief rendahnya yang berlimpah ruah, serta arca-arca para Buddha dan dewa yang terpahat pada dinding-dindingnya.
Etimologi
Nama Khmer modern untuk percandian ini, yakni Angkor Wat (aksara Khmer: អង្គរវត្ត) atau Nokor Wat (aksara Khmer: នគរវត្ត), berarti "kota candi" atau "kota percandian". Angkor (aksara Khmer: អង្គរ) adalah lafalan daerah setempat untuk kata nokor (aksara Khmer: នគរ), yang berarti "kota" atau "ibu kota". Kata nokor berasal dari kata nagara (aksara Dewanagari: नगर) dalam bahasa Sanskerta atau bahasa Pali yang berarti "kota". Wat (aksara Khmer: វត្ត) artinya "lingkungan candi", dari kata wāṭa (aksara Dewanagari: वाट) dalam bahasa Sanskerta atau bahasa Pali yang berarti "lingkungan".
Nama aslinya adalah Wrah Wisnuloka atau Parama Wisnuloka (aksara Dewanagari: परमविष्णुलोक; aksara Khmer: បរមវិស្ណុលោក, Barom Wisnulōk), yakni nama anumerta Raja Suryawarman II.
Sejarah
Angkor Wat terletak 5,5 kilometer (3,4 mil) di sebelah utara kota modern Siem Reap, tidak jauh di sebelah selatan dan sedikit ke timur dari bekas ibu kota Kerajaan Kambujadesa yang berpusat di candi Baphuon. Angkor Wat adalah situs terselatan di dalam lingkup kawasan utama situs-situs arkeologi Angkor.
Menurut mitos, Angkor Wat dibangun atas perintah Dewa Indra untuk dijadikan istana putranya, Preca Ket Mealea. Menurut keterangan musafir Tiongkok dari abad ke-13, Zhou Daguan, ada pihak-pihak yang percaya bahwa Angkor Wat dibangun hanya dalam semalam oleh dewa undagi.
Tahap awal perancangan dan pengerjaan Angkor Wat terlaksana pada paruh pertama abad ke-12, pada masa pemerintahan Raja Suryawarman II (memerintah tahun 1113 sampai kira-kira tahun 1150). Bertolak belakang dengan kebijakan raja-raja pendahulunya yang menganut aliran Saiwa, Suryawarman II membaktikan Angkor Wat kepada Dewa Wisnu. Percandian ini dibangun untuk digunakan sebagai kuil kenegaraan sekaligus ibu kota kerajaan. Nama asli Angkor Wat tidak diketahui, karena tidak ditemukan yupa prasasti maupun prasasti-prasasti lain dari masa pembangunannya yang menyebut-nyebut keberadaan percandian ini, tetapi mungkin saja namanya adalah "Warah Wisnulok", seperti nama dewa yang dipuja di dalamnya. Kegiatan pembangunan tampaknya terhenti tidak lama sesudah sang raja mangkat, terbukti dari sejumlah ukiran relief rendah yang belum rampung dikerjakan. Istilah Wrah Wiṣṇuloka atau Parama Wiṣṇuloka secara harfiah berarti "raja yang sudah berpindah ke kahyangan luhur Dewa Wisnu". Istilah tersebut adalah gelar anumerta yang diberikan kepada Suryawarman II dengan maksud mengabadikan kegemilangan dan kenangan akan dirinya.
Pada tahun 1177, kira-kira 27 tahun sesudah Suryawarman II mangkat, kota Angkor diserbu bangsa Campa, musuh bebuyutan bangsa Khmer. Kedaulatan negara Kambujadesa dipulihkan raja baru, Jayawarman VII. Sang raja mendirikan ibu kota dan candi kenegaraan baru beberapa kilometer di sebelah utara Angkor Wat, yakni kota Angkor Thom dan candi Bayon, yang ia baktikan untuk kepentingan agama Buddha, karena merasa sudah dikecewakan dewa-dewi Hindu. Angkor Wat juga sedikit demi sedikit diubah menjadi sebuah situs agama Buddha, dan banyak ukiran bertema Hindu diganti dengan karya seni agama Buddha.
Menjelang akhir abad ke-12, sedikit demi sedikit Angkor Wat diubah dari sebuah pusat peribadatan agama Hindu menjadi pusat peribadatan agama Buddha. Fungsi baru ini bertahan sampai sekarang. Tidak seperti candi-candi Angkor lainnya, Angkor Wat tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan orang, kendati sebagaian besar bangunannya sudah telantar selepas abad ke-16. Empat belas prasasti dari abad ke-17 yang ditemukan di area Angkor membuktikan bahwa para peziarah Buddha dari Jepang pernah mendirikan permukiman-permukiman kecil yang berdampingan dengan kampung-kampung pribumi Khmer. Para musafir Jepang pada masa itu menyangka Angkor Wat adalah Jetawana, taman Sang Buddha yang sesungguhnya terletak di Kerajaan Magada, India. Yang paling terkenal adalah prasasti yang menyebutkan bahwa Ukondayu Kazufusa merayakan Tahun Baru Khmer di Angkor Wat pada tahun 1632.
Salah seorang di antara musafir-musafir Barat pertama yang sampai ke situs Angkor Wat adalah António da Madalena. Padri Portugis yang berkunjung pada tahun 1586 ini mengungkapkan bahwa Angkor Wat "sungguh bangunan yang luar biasa sampai-sampai mustahil digambarkan lewat tulisan, terutama karena tidak ada satu pun bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini dilengkapi menara-menara, hiasan-hiasan, dan segala macam keindahan yang dapat dibayangkan manusia."
Pada tahun 1860, Angkor Wat secara efektif ditemukan Henri Mouhot, naturalis sekaligus penjelajah berkebangsaan Prancis yang memopulerkan situs ini di Dunia Barat lewat penerbitan catatan perjalanannya. Ia mengungkapkan di dalam catatannya sebagai berikut:
Tidak ada bekas-bekas tempat tinggal biasa, rumah-rumah, maupun jejak-jejak permukiman, termasuk perabot masak, senjata, atau barang-barang sandang yang lazim ditemukan di situs-situs kuno. Yang ada hanya monumen-monumen.
Warisan artistik Angkor Wat dan monumen-monumen Khmer lainnya di daerah Angkor mendorong Prancis menjadikan Kamboja sebagai salah satu negara protektoratnya pada tanggal 11 Agustus 1863, dan menginvasi Siam agar dapat sepenuhnya menguasai reruntuhan monumen-monumen tersebut. Langkah Prancis ini memampukan negara Kamboja untuk mendaulat kembali daerah-daerah di ujung barat laut wilayahnya yang dijajah bangsa Siam sejak tahun 1351 Masehi menurut Manich Jumsai (2001) atau sejak tahun 1431 Masehi menurut sumber-sumber lain.
Keindahan Angkor Wat dipertontonkan di museum cor-coran lepa Louis Delaporte yang diberi nama musée Indo-chinois di gedung pameran Palais du Trocadéro dari sekitar tahun 1880 sampai pertengahan era 1920-an.
Pada abad ke-20, Angkor Wat menjalani pemugaran besar-besaran. Sedikit demi sedikit, tim-tim pekerja dan arkeolog membabat hutan yang sudah menjalari batu-batu gedung Angkor Wat, sehingga sinar matahari kembali menerangi sudut-sudut gelap kuil itu. Angkor Wat memikat perhatian dan imajinasi sejumlah besar orang Eropa ketika paviliun Kamboja Protektorat Prancis, sebagai bagian dari Indocina Prancis, memamerkan replika Angkor Wat seukuran aslinya di ajang Pameran Kolonial Paris pada tahun 1931.
Kamboja beroleh kemerdekaan dari Prancis pada tanggal 9 November 1953, dan sejak saat itu meguasai Angkor Wat. Boleh dikata sejak zaman kolonial sampai dinominasikan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1992, Angkor Wat sudah menjadi unsur penting dalam pembentukan konsep modern warisan-budaya-terbangun yang lama-kelamaan mengglobal.
Kegiatan pemugaran sempat macet akibat meletusnya Perang Saudara Kamboja dan berkuasanya rezim Khmer Merah pada era 1970-an dan 1980-an, tetapi kerusakan yang timbul pada kurun waktu tersebut relatif sedikit. Pasukan-pasukan Khmer Merah yang berkemah di situs Angkor Wat mengambil segala macam kayu yang tertinggal di bangunan tersebut untuk dijadikan kayu bakar, dan tembak-menembak di antara pasukan Khmer Merah dan pasukan Vietnam mengakibatkan cacatnya sebuah relief akibat terhujam peluru nyasar. Kerusakan yang lebih besar justru timbul seusai perang, akibat ulah para pencuri benda seni yang berpangkalan di Muangthai. Pada akhir dasawarsa 1980-an dan awal dasawarsa 1990-an, para pencuri tersebut menggasak hampir semua kepala arca yang dapat diangkut keluar dari situs Angkor Wat, termasuk kepala-kepala arca hasil rekonstruksi.
Candi ini adalah salah satu lambang penting negara Kamboja, dan merupakan sumber utama kebanggaan nasional yang menjadi unsur penting di dalam hubungan diplomatik Kamboja dengan Prancis, Amerika Serikat, dan Muangthai. Gambar Angkor Wat sudah menjadi bagian dari berbagai versi bendera Kamboja, mulai dari versi pertama yang diperkenalkan sekitar tahun 1863. Meskipun demikian, dari sudut pandang historis dan bahkan lintas-budaya yang lebih luas, candi Angkor Wat tidak menjadi sebuah lambang kebanggaan nasional dengan sendirinya, tetapi terjadi lewat suatu proses politik-budaya yang lebih besar sebagai bagian dari warisan sejarah kolonial Prancis, karena pemerintah kolonial Prancislah yang mengantarkan Angkor Wat ke pentas dunia lewat pameran-pameran dunia maupun pameran negeri-negeri jajahan Prancis yang digelar di Paris dan Marseille antara tahun 1889 sampai 1937.
Lihat pula
Indosfer
India Raya
Agama Hindu di Asia Tenggara
Agama Buddha di Asia Tenggara
Daftar tempat ibadat agama Hindu
Daftar tempat ibadat agama Buddha
Referensi
Kepustakaan
Briggs, Lawrence Robert (1951, cetak ulang tahun 1999). The Ancient Khmer Empire. White Lotus. .
Falser, Michael (2020). Angkor Wat – A Transcultural History of Heritage. Jilid 1: Angkor in France. From Plaster Casts to Exhibition Pavilions. Jilid 2: Angkor in Cambodia. From Jungle Find to Global Icon. Berlin-Boston DeGruyter
Forbes, Andrew; Henley, David (2011). Angkor, Eighth Wonder of the World. Chiang Mai: Cognoscenti Books.
Freeman, Michael and Jacques, Claude (1999). Ancient Angkor. River Books. .
Higham, Charles (2001). The Civilization of Angkor. Phoenix. .
Higham, Charles (2003). Early Cultures of Mainland Southeast Asia. Art Media Resources. .
Hing Thoraxy. Achievement of "APSARA": Problems and Resolutions in the Management of the Angkor Area.
Petrotchenko, Michel (2011). Focusing on the Angkor Temples: The Guidebook, 383 halaman, Penerbit Percetakan Amarin, edisi ke-2,
Ray, Nick (2002). Lonely Planet guide to Cambodia (edisi ke-4). .
Pranala luar
Buckley, Michael (1998), Vietnam, Cambodia and Laos Handbook, Avalon Travel Publications, laman daring Pengarauan Lautan Susu, temu balik tanggal 25 Juli 2005.
Glaize, Maurice (terjemahan Inggris edisi tahun 2003 dari edisi ketiga Prancis tahun 1993), Monumen-Monumen Kelompok Angkor, temu balik tanggal 14 Juli 2005
Universitas Heidelberg, Jerman, Jawatan Sejarah Seni Rupa Global, Proyek (Michael Falser): Heritage as a Transcultural Concept – Angkor Wat from an Object of Colonial Archaeology to a Contemporary Global Icon
Mural Perang Kurusetra di Angkor Wat, Pusat Humaniora Abad ke-21, 2018
Galeri foto Angkor Wat dan Angkor oleh Jaroslav Poncar, bulan Mei 2010
Arsip media digital Angkor – foto, pindaian laser, panorama Setu Barat dan Banteay Kdei Angkor Wat, hasil kerjasama CyArk/Universitas Sophia/Universitas California.
BBC: Peta menyingkap bentang daerah perkotaan kuno, bulan Agustus 2007
Inventaris dewata (dewi-dewi Khmer) Angkor Wat, bulan Februari 2010
Buddhisme
Candi di Kamboja
Simbol nasional Kamboja
Situs arkeologi di Kamboja
Situs Warisan Dunia UNESCO di Kamboja
Tempat wisata di Kamboja |
3889 | https://id.wikipedia.org/wiki/Senjata | Senjata | Senjata adalah suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan sesuatu. Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri, bisa juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat digunakan untuk merusak (bahkan psikologi dan tubuh manusia) dapat dikatakan senjata. Senjata bisa sederhana seperti pentungan atau kompleks seperti peluru kendali balistik.
Jenis-jenis senjata
Senjata dapat dikategorikan dalam tiga jenis utama: berdasarkan siapa yang memakainya, cara pemakaiananya, dan apa targetnya.
Siapa pemakainya merujuk pada apa yang menggunakannya:
Senjata pribadi (atau senjata ringan) dibuat untuk digunakan satu orang.
Senjata multikru lebih besar dari senjata pribadi, membutuhkan lebih dari satu orang.
Senjata kendaraan dibuat untuk dipasang dan ditembakkan dari kendaraan.
Senjata udara dibuat untuk dibawa dan dipakai kendaraan udara seperti pesawat dan helikopter.
Senjata laut dibuat untuk ditembakkan dari kapal atau kapal selam.
Senjata antariksa dibuat untuk ditembakkan dari luar angkasa.
Cara pemakaian merujuk pada cara pengoperasian senjata:
Artileri adalah senjata yang menembak proyektil berhulu ledak ke jarak yang sangat jauh.
Panah adalah senjata yang menggunakan energi yang dihasilkan dari seutas tali yang dibentangkan dengan busur untuk melemparkan proyektil.
Roket menggunakan bahan kimia untuk meluncurkan proyektil berhulu ledak.
Misil atau peluru kendali adalah roket yang bisa dikendalikan setelah diluncurkan.
Senjata api menggunakan ledakan mesiu untuk menembakkan proyektil.
Senjata biologi menggunakan agen biologi seperti bakteri untuk menyerang manusia atau hewan.
Senjata kimia menggunakan bahan-bahan kimia untuk menyerang dan meracuni manusia.
Senjata energi menggunakan konsentrasi energi seperti laser, listrik, suhu, atau suara.
Senjata peledak menggunakan reaksi berupa ledakan untuk menghancurkan target.
Senjata pembakar menggunakan bahan-bahan tertentu yang bisa menghasilkan kerusakan dengan pembakaran.
Senjata tajam adalah alat yang ditajamkan dandigunakan langsung untuk melukai tubuh lawan.
Senjata nuklir menggunakan bahan radioaktif untuk menghasilkan fusi nuklir atau fisi nuklir yang menghasilkan ledakan dahsyat.
Senjata bunuh diri biasanya adalah bahan peledak yang diledakkan oleh operator, dan operatornya tidak akan selamat dari ledakan itu.
Apa targetnya merujuk senjata yang dirancang untuk menghancurkan benda tertentu:
Senjata anti-udara adalah senjata yang dirancang untuk menghancurkan pesawat, helikopter, peluru kendali, dan benda terbang lainnya.
Senjata anti-personel dirancang untuk menyerang manusia (infanteri).
Senjata anti-kapal menargetkan kapal dan kendaraan air lainnya.
Senjata anti-kapal selam dibuat untuk menghancurkan kapal selam.
Senjata anti-tank dibuat untuk menghancurkan kendaraan lapis baja.
Senjata berburu adalah senjata yang dibuat untuk dipakai untuk berburu binatang.
Senjata pendukung infanteri adalah senjata yang dirancang untuk menyerang dan mendukung infanteri, misalnya mortir dan senapan mesin.
Pranala luar
Museum Senjata Higgins
Senjata api modern di situs Modern Firearms
Sistem persenjataan Amerika Serikat di situs fas.org
Artikel kelas awal bertopik militer
Pertahanan |
3894 | https://id.wikipedia.org/wiki/Aranyakanda | Aranyakanda | Aranyakanda adalah kitab ke tiga epos Ramayana. Dalam kitab ini diceritakanlah bagaimana sang Rama dan Laksamana membantu para tapa di sebuah asrama mengusir sekalian raksasa yang datang mengganggu.
Lalu Laksamana diganggu oleh seorang raksasa yang bernama Surpanaka yang menyamar menjadi seorang wanita cantik yang menggodanya. Tetapi Laksamana menolak dan hidung si Surpanaka terpotong. Ia mengadu kepada suaminya sang Trisira. Kemudian terjadi perang dan para bala raksasa mati semua.
Maka si Surpanaka mengadu kakaknya sang Rawana sembari memprovokasinya untuk menculik Dewi Sita yang katanya sangat cantik. Sang Rawanapun pergi diiringi oleh Marica. Marica menyamar menjadi seekor kijang emas yang menggoda Dewi Sita. Dewi Sita tertarik dan memminta Rama untuk menangkapnya. Dewi Sita ditinggalkannya dan dijaga oleh si Laksamana.
Ramapun pergi memburunya, tetapi si Marica sangat gesit. Lalu iapun menjadi kesal dan memanahnya. Si Marica menjerit kesakitan lalu mati dan wujudnya kembali menjadi raksasa.
Sementara itu Sita yang mendengar jeritan tersebut merasa cemas dan mengira bahwa tadi adalah jeritan Rama. Lalu ia menyuruh Laksamana untuk mencarinya. Laksamana menolak tetapi Sita malah menuduhnya ingin memperistrinya jika Rama mati. Maka iapun terpaksa pergi, tetapi sebelumnya membuat sebuah lingkaran sakti sekeliling Sita supaya jangan ada yang bisa menculiknya.
Sementara itu Rawana datang menyamar sebagai seorang tua dan memanggil Sita yang langsung diculiknya. Rawana bertemu dengan seekor burung sakti sang Jatayu tetapi Jatayu kalah dan sekarat. Laksamana yang sudah menemukan Rama menjumpai Jatayu yang menceritakan kisahnya sebelum ia mati.
Ramayana |
3902 | https://id.wikipedia.org/wiki/Yuddhakanda | Yuddhakanda | Ahir nya ''' adalah kitab keenam epos Ramayana dan sekaligus klimaks epos ini. Dalam kitab ini diceritakan sang Rama dan sang raja kera Sugriwa mengerahkan bala tentara kera menyiapkan penyerangan Alengkapura. Karena Alengka ini terletak pada sebuah pulau, sulitlah bagaimana mereka harus menyerang.
Maka mereka bersiasat dan akhirnya memutuskan membuat jembatan bendungan (situbanda) dari daratan ke pulau Alengka. Para bala tentara kera dikerahkan. Pada saat pembangunan jembatan ini mereka banyak diganggu tetapi akhirnya selesai dan Alengkapura dapat diserang.
Syahdan terjadilah perang besar. Para raksasa banyak yang mati dan prabu Rawana gugur di tangan sri Rama.
Lalu Dewi Sita menunjukkan kesucian dan kesetiaannya terhadap Rama dengan dibakar di api, ternyata ia tidak apa-apa.
Setelah itu sang Rama, Sita, Laksamana pulang ke Ayodhyapura, disertai para bala tentara kera yang dipimpin oleh Sugriwa dan Hanuman. Di Ayodhyapura mereka disambut oleh prabu Barata dan ia menyerahkan kerajaannya kepada sang Rama. Sri Rama lalu memerintah di Ayodhyapura dengan bijaksana.
Ramayana |
3911 | https://id.wikipedia.org/wiki/Peluru%20kendali%20balistik | Peluru kendali balistik | Peluru kendali balistik adalah peluru kendali yang terbang dalam ketinggian sub-orbit melalui jalur balistik. Rudal balistik hanya dapat dikendalikan dalam tahap peluncurannya saja. Rudal balistik pertama adalah roket V-2 yang dikembangkan oleh Nazi Jerman antara 1930-an dan 1940-an berdasarkan perintah dari Walter Dornberger. Uji coba V-2 yang pertama sukses adalah pada 3 Oktober 1942 dan mulai dioperasikan pada 6 September 1944 melawan Paris diikuti dengan serangan terhadap London 2 hari kemudian. Sampai berakhirnya perang pada Mei 1945, lebih dari 3000 V-2 telah ditembakkan.
Trayektori rudal balistik terdiri dari 3 tahap yaitu tahap peluncuran, tahap terbang bebas yang menghabiskan sebagian besar waktu terbang rudal dan tahap memasuki kembali atmosfer bumi. Rudal balistik dapat diluncurkan dari lokasi tetap atau kendaraan peluncur (TEL, kapal, pesawat dan kapal selam). Tahap peluncuran dapat berkisar dari sekian puluh detik sampai beberapa menit dan dapat terdiri sampai tiga tingkat roket. Ketika berada di sub-orbit dan tidak ada lagi dorongan, rudal memasuki tahap terbang bebas. Untuk mencapai jangkauan yang jauh, rudal balistik umumnya diluncurkan sampai ke sub-orbit. Peluru kendali balistik antar benua dapat mencapai ketinggian sekitar 1.200 km.
Dalam peluncuran rudal balistik,ada 3 fase utama:
Boost Phase; Fase di mana rudal meluncur dengan dorongan mesin roket, ketinggian tergantung jarak tempuh rudal, untuk ICBM, bisa mencapai 400 km.
Mid-course Phase; Fase di mana rudal berada di luar atmosfer bumi, pada fase ini, rudal melepaskan Reentry Vehicle (RV) yang dimiliki ke target-target yang sudah ditentukan.
Re-entry Phase; Fase di mana RV memasuki atmosfer, rata2 dari ketinggian 100 km. Kecepatan rata-rata 4 km/s.
Jenis rudal
Rudal balistik bervariasi menurut penggunaan dan jangkauannya dan umumnya dibagi kedalam kategori menurut jangkauan.
Peluru kendali balistik jarak pendek (short-range ballistic missile atau SRBM) memiliki jangkauan kurang dari 1.000 km. Rudal jenis ini memiliki hulu ledak konvensional. Contoh dari rudal jenis ini antara lain adalah: V-2, Scud dan SS-21 Scarab.
Peluru kendali balistik jarak menengah (medium-range ballistic missile atau MRBM) meiliki jangkauan antara 1.000 sampai 2.500 km.
Intermediate-range ballistic missile atau IRBM memiliki jangkauan antara 2.500 sampai 3.500 km.
Peluru kendali balistik sub-benua (sub-continental ballistic missile atau SCBM).
Peluru kendali balistik antar benua (intercontinental ballistic missile atau ICBM) memiliki jangkauan lebih besar dari 3.500 km yang terdiri dari:
Peluru kendali balistik antar benua jarak terbatas (limited range intercontinental ballistic missile atau LRICBM) memiliki jarak antara 3.500 sampai 8.000 km.
LRICBM juga dikenal sebagai Peluru kendali balistik jarak kauh (LRBM).
Full range intercontinental ballistic missile atau FRICBM memiliki jangkauan antara 8.000 sampai 12.000 km.
Peluru kendali balistik berbasis kapal selam (submarine-launched ballistic missile atau SLBM).
Misil balistik jarak menengah dan pendek sering disebut sebagai misil balistik taktis atau teatrikal. Misil balistik jarak jauh umumnya dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir karena kapasitas muatnya sangat terbatas untuk peledak konvensional agar efisien. Menggunakan misil balistik dengan kemampuan jangkauan lebih jauh dari jarak target menjadi salah satu strategi untuk menyulitkan pertahanan. Contohnya, sebuah misil dengan jangkauan 3.000 km yang ditembakkan untuk target yang berjarak hanya 500 km dapat mencapai ketinggian yang lebih tinggi yaitu sekitar 1.200 km (secara kasar sama dengan ketinggian ICBM), dengan demikian misil tersebut akan menerjang target dengan kecepatan lebih dari 6 km/detik (Mach 17).
Lihat pula
Daftar peluru kendali udara ke udara
Daftar peluru kendali udara ke darat
Daftar peluru kendali darat ke udara
Daftar peluru kendali balistik
Fase penerbangan peluru kendali balistik
Bacaan
Bate, Mueller, White (1971). Fundamentals of Astrodynamics. Dover Publications, New York. ISBN 0-486-60061-0
Pranala luar
Ballistic Missiles and Ballistic Missile Defence
An introduction to ballistic missiles
Ballistic missiles on the Numbers - Center for American Progress
Cirincione, Joeseph & Andrew Wade (2007). www.americanprogress.org/issues/2007/05/missiles.html Get Smart on Ballistic Missiles – The Center for American Progress
Photos of Russian Strategic Missile Forces museum
U.S. D.O.D. Missile Defense Agency
Estimated Strategic Nuclear Weapons Inventories (September 2004)
Intercontinental Ballistic and Cruise Missiles
"A Tale of Two Airplanes" by Kingdon R. "King" Hawes, Lt Col, USAF (Ret.)
Artikel kelas awal bertopik militer |
3918 | https://id.wikipedia.org/wiki/Jumat%20Agung | Jumat Agung | Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Minggu Paskah, hari peringatan Penyaliban Yesus Kristus dan wafatnya di Golgota. Hari kematian itu sendiri tidak dicatat jelas di Alkitab. Ada yang menduga jatuh pada hari Rabu, tetapi lebih banyak yang menempatkan pada hari Jum'at.
Berdasarkan rincian kitab suci mengenai Pengadilan Sanhedrin atas Yesus, dan analisis ilmiah, peristiwa penyaliban Yesus sangat mungkin terjadi pada hari Jum'at, tetapi tanggal terjadinya tidak diketahui dengan pasti, dan akhir-akhir ini diperkirakan terjadi pada tahun 33 Masehi, oleh dua kelompok ilmuwan, dan sebelumnya diperkirakan terjadi pada tahun 34 Masehi oleh Isaac Newton via perhitungan selisih-selisih antara kalender Yahudi dan kalender Julian dan besarnya bulan sabit.
Dalam Alkitab
Yesus di hadapan Mahkamah Agama
Setelah sebelumnya mengadakan Perjamuan Malam (, , , ), Yesus bersama-sama dengan murid-murid-Nya pergi ke Taman Getsemani. Di sana Yesus berdoa.
Setelah Yesus berdoa, maka datanglah Yudas, "dan bersama-sama serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi" . Yesus lalu dibawa ke hadapan Mahkamah Agama Yahudi, di depan Imam Besar Kayafas.
Sementara itu Petrus yang mengikuti hingga di halaman Mahkamah Agama dikenali sebagai pengikut Yesus namun ia menyangkal tiga kali, dan pada saat itu berkokoklah ayam. Petrus yang teringat apa
yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Yesus di hadapan Pilatus
Karena yang berhak menghukum mati seseorang hanyalah pemerintah Romawi, maka Yesus dibawa ke hadapan Pontius Pilatus.
Yesus disiksa dan diolok-olok
Setelah Yesus divonis hukuman salib oleh Pontius Pilatus, Yesus disiksa terlebih dahulu seperti yang umum dilakukan pada zaman Romawi.
Yesus disalibkan
Setelah disesah, maka Yesus dihukum mati di atas kayu salib di Bukit Golgota atau Kalvari
Yesus wafat
Yesus pun wafat di atas kayu salib, bukan karena Ia mati lemas atau kehabisan darah, tetapi Ia sendiri yang menyerahkan nyawa-Nya ke tangan Bapa-Nya.
Perhitungan tanggal
Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Paskah, yang perhitungan tanggalnya berbeda antara Gereja Timur dan Gereja Barat (lihat Computus untuk penjelasan lebih rinci). Paskah jatuh pada hari Minggu pertama sesudah Bulan Purnama Paskah, bulan purnama pada atau sesudah 21 Maret, yang dijadikan tanggal dari vernal equinox. Perhitungan Barat menggunakan Kalender Gregorian, sedangkan perhitungan Timur menggunakan Kalender Julian, di mana tanggal 21 Maret-nya kini bertepatan dengan tanggal 3 April menurut kalender Gregorian. Perhitungan-perhitungan untuk menentukan tanggal bulan purnama tersebut juga berbeda. Lihat Metode Penentuan Tanggal Paskah (Astronomical Society of South Australia).
Karena Paskah di Gereja Barat dapat jatuh pada salah satu tanggal mulai tanggal 22 Maret sampai 25 April menurut kalender Gregorian, maka Jumat Agung dapat jatuh antara tanggal 20 Maret sampai 23 April. Dalam Gereja Timur, Paskah dapat jatuh antara 22 Maret sampai 25 April menurut kalender Julian (antara 4 April dan 8 Mei menurut kalender Gregorian, untuk periode 1900 dan 2099), jadi Jumat Agung dapat jatuh antara 19 Maret dan 22 April (atau antara 1 April dan 5 Mei menurut kalender Gregorian).
Lihat pula
Kematian Yesus
Minggu Sengsara
Sabtu Suci
Paskah
Doa Jumat Agung untuk Yahudi
Referensi
Pranala luar
Situs Paskah dan Jumat Agung Indonesia
Jumat Agung pada RE:Quest
Peringatan Jumat Agung Ortodoks Timur
Jumat Agung petunjuk-petunjuk dari Buku saku bagi para Petugas Gereja (Gereja Ortodoks Rusia) karya S. V. Bulgakov
"Jumat Agung" artikel dari Catholic Encyclopedia
Dari manakah istilah "Jumat Agung" berasal? United Methodist Church
Ibadat Jumat Agung Episkopal
Ibadat Jumat Agung Presbiterian
Himne Jumat Agung di St-Takla.org (Gereja Ortodoks Koptik)
Koenick v Felton perkara hukum—hak negara-negara bagian untuk menjadikan Hari Jumat Agung sebagai hari libur negara bagian dibela oleh Pengadilan Tinggi Amerika Serikat (findlaw.com)
Naskah Minggu Ini: Jumat Agung
Eksperimen Jumat Agung , sebuah pengujian yang dilakukan pada Jumat Agung, 1962, di Boston University untuk menentukan khasiat psilocybin untuk memfasilitasi pengalaman mistis.
Paskah
Hari raya di Indonesia
Hari raya dan festival Kristiani
Jumat
Pekan Suci |
3922 | https://id.wikipedia.org/wiki/Peluru%20kendali%20Blue%20Streak | Peluru kendali Blue Streak | Peluru kendali Blue Streak adalah peluru kendali balistik Britania Raya yang mulai dirancang pada 1955. Program ini kemudian dibatalkan pada 1960, tetapi roketnya digunakan sebagai roket tingkat satu dari roket Europa yang digunakan untuk meluncurkan satelit. Blue Streak sempat diuji coba di Woomera, Australia sebelum dibatalkan lagi pada 1972.
Referensi
Pranala luar
Blue Streak missile
http://www.spaceuk.org/bstreak/bstreak.htm
http://www.skomer.u-net.com/projects/bluestreak.htm
https://web.archive.org/web/20010409071059/http://www.geocities.com/CapeCanaveral/Launchpad/6133/bluestreak.html
Blue Streak including newsreel footage
RAF Spadeadam
National Museum of Scotland description of the Museum of Flight exhibit
Free papermodel of a blue streak missile
British Public information film on the Blue Streak at the National Archives (15 minutes Quicktime and Windows Media formats)
BBC Radio 4 – "The Archive Hour – Britain's Space Race". 11 August 2007.
A cutaway drawing of the Blue Streak
Blue Streak, Peluru kendali
Blue Streak, Peluru kendali
Blue Streak
Blue Streak
Blue Streak
Blue Streak
Blue Streak |
3929 | https://id.wikipedia.org/wiki/Demam%20Scarlet | Demam Scarlet | Penyakit Demam Scarlet adalah satu penyakit menular.
Masa inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit berbeda-beda (mungkin beberapa hari).
Infeksi: 1 sampai 3 hari.
Gejala
Sakit kerongkongan, demam tinggi dan muntah, diikuti dengan ruam dalam waktu 12 sampai 36 jam.
Tempo pengasingan yang disarankan
Ya, sampai sekurang-kurangnya 24 jam setelah perawatan telah mulai dan pesakit lebih sehat.
Pencegahan
Mencuci tangan menggunakan air dan sabun dengan teliti. Orang dekat yang sakit harus bertemu dengan dokter mereka.
Penyakit bakterial |
3935 | https://id.wikipedia.org/wiki/Garuda | Garuda | Garuda , atau Garula dalam bahasa Pāli , adalah salah satu makhluk antropomorfis-mitologis dalam Hinduisme, Buddhisme, dan Jainisme.
Menurut agama Hindu, ia merupakan wahana Dewa Wisnu (salah satu Trimurti atau tiga dewa utama); menurut agama Buddha, ia merupakan Dhammapala atau Astasena; dalam Jainisme, ia merupakan salah satu Yaksa (dewa pelindung) Tirthankara Shantinatha.
Interpretasi fisik Garuda bermacam-macam. Kebanyakan, ia digambarkan bertubuh tertutup bulu emas, berwajah putih, dan bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip yang dimiliki burung elang, tetapi tubuhnya sering kali seperti manusia. Ukurannya besar sehingga dalam salah satu cerita ia dapat menghalangi matahari.
Kisah Garuda terdapat dalam kitab Mahabharata dan Purana yang berasal dari India. Bangsa Jepang juga mengenal makhluk mirip Garuda, yang mereka sebut Karura. Di Thailand disebut sebagai Krut atau Pha Krut.
Indonesia dan Thailand menggunakan Garuda sebagai lambang negaranya.
Kepercayaan Hindu
Menurut kepercayaan Hindu, Garuda adalah seekor burung mitologis, berwujud setengah manusia setengah burung, mengabdi sebagai wahana Wisnu. Ia adalah raja burung-burung dan merupakan keturunan Resi Kasyapa dan Winata, salah seorang putri dari Daksa. Ia musuh bebuyutan para ular, sebuah sifat yang diwarisinya dari ibunya, yang pernah bertengkar dengan istri lain dari suaminya, yaitu Kadru, ibu para ular.
Sinar Garuda sangat terang sehingga para dewa mengiranya Agni (Dewa Api) dan memujanya. Garuda sering kali dilukiskan memiliki kepala, sayap, ekor dan moncong burung elang, dan tubuh, tangan dan kaki seorang manusia. Mukanya putih, sayapnya merah, dan tubuhnya berwarna keemasan.
Ia memiliki putra bernama Sempati (Sampāti) dan istrinya adalah Unati atau Winayaka. Menurut kitab Mahabharata, orang tuanya memberinya kebebasan untuk memangsa manusia, tetapi tidak boleh kaum brahmana. Suatu ketika, ia menelan seorang brahmana dan istrinya. Lalu tenggorokannya terbakar, kemudian ia muntahkan lagi.
Garuda dikatakan pernah mencuri amerta dari para dewa untuk membebaskan ibunya dari cengkeraman Kadru. Kemudian Indra mengetahuinya dan bertempur hebat dengannya. Amerta dapat direbut kembali, tetapi Indra luka parah dan kilatnya (bajra) menjadi rusak.
Kepercayaan Buddhis
Garuda, yang juga disebut Garula dalam bahasa Pali (bahasa pengantar naskah Buddhis), adalah golongan burung dengan sayap cemerlang dalam kepercayaan Buddhis. Menurut konsep agama Buddha tentang tumimbal lahir (saṃsāra), mereka adalah salah satu dari Astasena atau Astagatyaḥ, yaitu delapan kelompok makhluk gaib. Dalam seni rupa Buddha, mereka dirupakan dalam posisi duduk dan mendengarkan khotbah Sang Buddha. Musuh mereka adalah para Nāga (ular) dan kadangkala digambarkan sedang mencengkeram ular dengan cakarnya. Sebagaimana dalam kesenian Hindu, ikonografi yang berbentuk zoomorfis (wujud burung raksasa) maupun separuh antropomorfis (setengah burung, setengah manusia) merupakan hal yang lazim dalam tradisi Buddhis.
Menurut agama Buddha, Garuda merupakan burung predator raksasa dengan ukuran bentang sayap mencapai 330 yojana. Mereka diceritakan sebagai makhluk dengan kecerdasan dan perkumpulan sosial. Kadangkala mereka juga disebut (bahasa Pāli: ), sebuah kata Sanskerta yang berarti "bersayap bagus". Sebagaimana kaum Nāga, mereka mengkombinasikan karakteristik hewan dan makhluk supernatural, dan dapat dianggap sebagai golongan dewa terendah. Bangsa Garuda memiliki raja beserta kota untuk mereka, dan setidaknya memiliki kekuatan gaib untuk berubah bentuk menjadi manusia jika mereka ingin berurusan dengan manusia.
Menurut cerita Jataka, mereka merupakan penghuni Nagadipa atau Seruma.
Bangsa Garuda merupakan musuh para Nāga, golongan makhluk berwujud ular raksasa yang diburu para Garuda. Pada suatu cerita, para Garuda menangkap para nāga dengan menerkam kepala mereka. Lambat laun, para nāga akhirnya mendapat akal bahwa dengan menelan batu besar, maka makin beratlah mereka untuk ditangkap oleh Garuda, sehingga melelahkan para Garuda dan membuat mereka mati kecapaian. Siasat tersebut akhirnya dibongkar oleh petapa Karambiya kepada salah satu Garuda, yang kemudian disuruh untuk menggigit bagian ekor nāga agar batu dimuntahkan (Pandara Jātaka, J.518).
Bangsa Garuda adalah salah satu makhluk yang diperintahkan oleh Sakra untuk menjaga Gunung Sumeru dan surga (Pali: ) dari serangan para Asura.
Dalam Maha-samaya Sutta (Digha Nikaya 20), Sang Buddha membuat perdamaian sementara antara para Naga dan Garuda.
Nama lain
Garuda memiliki banyak nama dan julukan. Di bawah ini disajikan nama-namanya berikut artinya:
Nama-nama lain Garuda
Kaśyapi
Wainateya
Suparṇna
Garutmān
Dakṣāya
Śālmalin
Tārkṣya
Wināyaka
Nama-nama julukan
Sitānana, ‘wajah putih hijau’.
Rakta-pakṣa, ‘sayap merah’.
Śweta-rohita, ‘sang putih merah’.
Suwarṇakāya, ‘tubuh emas’.
Gaganeśwara, ‘raja langit’.
Khageśwara, ‘raja burung’.
Nāgāntaka, ‘pembunuh naga’.
Pannaganāśana, ‘pembunuh naga’.
Sarpārāti, ‘musuh ular-ular’.
Taraswin, ‘yang cepat’.
Rasāyana, ‘yang bergerak cepat sebagai perak’.
Kāmachārin, ‘yang pergi sesukanya’.
Kāmāyus, ‘yang hidup dengan senang’.
Chirād, ‘makan banyak’.
Wiṣṇuratha, ‘kereta Wisnu’.
Amṛtāharaṇa, ‘pencuri amerta’.
Sudhāhara, ‘pencuri’
Surendrajit, ‘penakluk Indra’.
Bajrajit, ‘penakluk kilat’.
Garuda sebagai lambang dan kebudayaan
Lambang negara
Garuda juga dipakai sebagai lambang negara Indonesia dan Thailand.
Lambang kota
Garuda dipakai sebagai lambang ibu kota Mongolia, Ulan Bator.
Lambang perusahaan
Garuda dipakai sebagai lambang maskapai penerbangan negara Indonesia, yaitu Garuda Indonesia.
Kebudayaan
Band beraliran death metal asal Florida Amerika yaitu Morbid Angel, menggunakan tokoh Garuda Bali dalam salah satu karya seni mereka.
Referensi
Makhluk dalam mitologi Hindu
Makhluk dalam mitologi Buddha
Burung mitologis
Simbol nasional Thailand
Simbol nasional Indonesia |
3941 | https://id.wikipedia.org/wiki/Talak | Talak | Talak () dalam syariat Islam adalah memutuskan hubungan antara suami istri dari ikatan pernikahan yang sah menurut syariat agama Islam. Kategori hukum tradisional utama ialah talak (penolakan), khul (talak bersama).
Latar Belakang
Pada zaman Arabia pra-Islam sebelum Islam datang ke tanah arab, masyarakat jahiliyah jika ingin melakukan talak dengan istri mereka dengan cara yang merugikan pihak perempuan. Mereka mentalak istrinya, kemudian merujuk kembali pada saat iddah istrinya hampir habis, kemudian mentalaknya kembali. Hal ini terjadi secara berulang-ulang, sehingga istrinya menjadi terkatung-katung statusnya. Dengan datangnya Islam, maka aturan seperti itu diubah dengan ketentuan bahwa talak yang boleh dirujuki itu hanya dua kali. Setelah itu boleh merujuk, tetapi dengan beberapa persyaratan yang berat.
Pengertian
Menurut Ulama mazhab Hanafi dan Hambali mengatakan bahwa talak adalah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung untuk masa yang akan datang dengan lafal yang khusus.
Menurut mazhab Syafi'i, talak adalah pelepasan akad nikah dengan lafal talak atau yang semakna dengan itu.
Menurut ulama Maliki, talak adalah suatu sifat hukum yang menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri.
Perbedaan definisi diatas menyebabkan perbedaan akibat hukum bila suami menjatuhkan talak Raj'i pada istrinya.
Menurut Hanafi dan Hanbali, perceraian ini belum menghapuskan seluruh akibat talak, kecuali iddah istrinya telah habis. Mereka berpendapat bahwa bila suami jimak dengan istrinya dalam masa iddah, maka perbuatan itu dapat dikatakan sebagai pertanda rujuknya suami.
Ulama Maliki mengatakan bila perbuatan itu diawali dengan niat, maka berarti merujuk.
Ulama syafi'i mengatakan bahwa suami tidak boleh jimak dengan istrinya yang sedang menjalani masa iddah, dan perbuatan itu bukanlah pertanda merujuk tujan rujuk. karena menurut mereka, rujuk harus dilakukan dengan perkataan atau pernyataan dari suami secara jelas dengan mengatakan "kita Rujuk", bukan dengan perbuatan.
Pembagian Talak
Dari segi cara suami menjatuhkan
Dilihat dari segi cara suami menjatuhkan talak pada istrinya, talak dibagi menjadi 2, yaitu:
Talak Sunni: talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dan istri dalam keadaan suci atau tidak bermasalah secara hukum syara', seperti haidh, dan selainnya.
Talak Bid'i: talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dan istrinya dalam keadaan haid, atau bermasalah dalam pandangan syar'i.
Dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk dengan istrinya, maka talak dibagi menjadi dua, yaitu talak raj'i dan talak ba'in.
Talak Raj'i: Talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya (talak 1 dan 2) yang belum habis masa iddahnya. Dalam hal ini suami boleh merujuk pada istrinya kapan saja selama masa iddah istri belum habis.
Talak Ba'in: Talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah habis masa iddahnya. Dalam hal ini, talak ba'in terbagi lagi pada 2 yaitu: talak ba'in sughra dan talak ba'in kubra.
Talak ba'in sughra adalah talak yang dijatuhkan suami pada istrinya (talak 1 dan 2) yang telah habis masa iddahnya. suami boleh merujuk lagi dengan istrinya, tetapi dengan aqad dan mahar yang baru. sedangkan talak ba'in kubra adalah talak yang dijatuhkan suami pada istrinya bukan lagi talak 1 dan 2 tetapi telah talak 3. dalam hal ini, suami juga masih boleh kembali dengan istrinya, tetapi dengan catatan, setelah istrinya menikah dengan orang lain dan bercerai secara wajar. oleh karena itu nikah seseorang dengan mantan istri orang lain dengan maksud agar mereka bisa menikah kembali (muhallil) maka ia dilaknat oleh Rasulullah SAW. dalam salah satu haditsnya. * Talak dua: pernyataan talak yang dijatuhkan sebanyak dua kali dan memungkinkan suami merujuk dengan tujuan rujuk kepada istri sebelum selesai masa iddah * Talak tiga: pernyataan talak yang bersifat final. Suami dan istri tidak boleh merujuk lagi, kecuali sang istri pernah dikawini oleh orang lain lalu diceraikan olehnya minimal selama 5 tahun berjalan.
Perceraian menurut Islam
Perceraian menurut Islam atau yang biasa disebut Talak berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata talaqa-yuthliqu-thalaqan yang semakna dengan kata thaliq yang bermakna al irsal atau tarku, yang berarti melepaskan dan meninggalkan. Talak adalah melepaskan atau mengurai tali pengikat, baik itu bersifat konkret seperti tali pengikat kuda maupun bersifat abstrak seperti tali pengikat pernikahan. Talak juga berarti memutuskan atau melepaskan ikatan pernikahan atas kehendak suami.
Hukum
Menurut Imam Hambali dan Hanafi berpendapat bahwa talak adalah Terlarang, kecuali karena alasan yang benar Seperti yang di Syaratkan dalam dalil Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang artinya "Sesungguhnya talak itu adalah ditangan yang menerima ikatan perjanjian (yaitu suami)", adapun istri tidak ada hak baginya untuk mentalak bahkan berdasarkan sabda Rasulullah SAW "Perempuan mana saja yang meminta talak pada suami tidak dibenarkan yang membenarkan maka haram baginya aroma syurga (H.R Abu Daud 1947, dan At-Tirmidzi). Sedangkan, golongan Hambaliyah berpendapat bahwa talak hukumnya kadang tidak wajib, kadang haram, kadang mubah dan tidak sunah. Talak dibolehkan adalah apabila suami meragukan kebersihan tingkah laku isterinya, atau sudah tidak lagi mencintai istrinya dengan alasan dan bukti-bukti yang terpercaya.
Rukun
Suami, jika selain suami tidak boleh menthalaq (talak)
Isteri, orang yang dilindungi oleh suami dan akan ditalak.
Lafazh yang ditujukan untuk mentalak, baik itu diucapkan secara langsung maupun dilakukan dengan sindiran dengan disertai niat.
Syarat
Benar-benar istri yang sah. Yaitu keduanya berada dalam ikatan pernikahan yang sah. Dan bukan istri orang lain
Telah Baligh. Tidak dibenarkan jika yang menthalaq adalah anak-anak.
Berakal sehat yaitu tidak gila.
Orang yang menjatuhkan thalaq harus dengan tidak ikhtiar. Tidak sah menjatuhkan thalaq tanpa tidak ikhtiar dan karena terlanjur dalam lisan.
Orang yang menjatuhkan talak harus orang yang memahami, mengerti makna dari bahasa talak. Tidak sah orang yang tidak mengerti arti thalaq.
Orang yang menjatuhkan talak tidak boleh terpaksa tidak sah menjatuhkan talak dengan dipaksa/tertekan.
Jenis
Dari Segi Waktu
Talak Sunni adalah talak yang dijatuhkan sesuai tuntutan sunnah. Thalaq ini dilakukan oleh suami saat istri berada dalam keadaan suci. Empat syarat talak Sunni:
Istri yang di talak sudah pernah digauli. Bila talak yang di jatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli, tidak termasuk talak sunni.
Istri dapat segera melakukan iddah suci setelah ditalak yaitu dalam keadaan suci dari haid. Menurut ulama' Syafi'iyah penghitungan idah bagi wanita berhaid ialah tiga kali suci, bukan tiga kali haid.
Suami tidak pernah menggauli selama masa suci dimana talak itu dijatuhkan.
Talak Bid'i yaitu talak yang tidak memenuhi syarat talak sunni, atau bertentangan dengan tuntunan sunnah. Talak ini ada beberapa macam keadaan, yang mana seluruh ulama telah sepakat menyatakan bahwa talak semacam ini hukumnya haram. Beberapa macam talak Bid'i yaitu:
Apabila seorang suami menceraikan istrinya ketika dalam keadaan haid atau nifas serta adanya hasutan camput tangan orang lain yang membuat suami istri terpisah.
Ketika dalam keadaan suci sedang ia telah menyetubuhinya pada masa suci tersebut, padahal kehamilannya belum jelas.
Seorang suami mentalak tiga istrinya dengan satu kalimat dengan tiga kalimatdalam satu waktu Talak 3 (mentalak tiga) sekaligus.
Talak La Sunni wala Bid'i adalah talak yang tidak termasuk talak sunni dan talak bid'i
Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli.
Talak terhadap istri yang belum pernah haid atau istri yang telah lepas haid.
Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil.
Dari Segi Ketegasan
Talak sarih adalah talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas, dipahami sebagai pernyataan talak setelah diucapkan dan tidak diragukan.
Contoh kata thalaq sarih:
Engkau saya talak sekarang juga
Engkau saya firaq sekarang juga
Engkau saya sarah sekarang juga
Talak kinayah adalah talak dengan menggunakan kata-kata sindiran atau samar-samar. Talak ini memerlukan adanya niat pada diri suami.
Contoh kata talak kinayah:
Pergilah kau istriku selesaikan sendiri segala urusanmu, Catatan : Dengan Niat Talak
Keluarlah dari rumah ini sekarang juga, Tersirat
Dari Segi Kemungkinan
Talak Raj'iyyah adalah talak yang dijatuhkan oleh suami terhadap istrinya yang pernah dicampuri. Cara untuk kembalinya mantan istri kepada mantan suami yaitu tidak memerlukan akad nikah, mahar dan persaksian. Dalam hal ini seorang suami masih mempunyai hak untuk kembali kepada istrinya, meskipun tanpa ada keridhaan darinya hal ini berdasarkan firman allah: Albaqarah: 229.
Talak Ba'in adalah talak yang tidak memberi hak merujuk bagi mantan suami kepada mantan isteri. Apabila sesudah itu suami-istri menginginkan untuk hidup berumah tangga kembali seperti semula, maka harus dilakukan akad baru dengan mahar baru dilengkapi dengan syarat dan rukun.
Talak dengan ucapan yaitu talak yang disampaikan oleh suami dengan ucapan dihadapan istrinya dan istri mendengar secara langsung ucapan suaminya itu.
Aturan
Cerai dengan cara yang baik (lemah lembut kepada wanita pada saat menceraikannya).
Mempunyai saksi talaqh.
Memberikan sesuatu kepada istri saat bercerai sesuai dengan kemampuan seperti, pasilitas tempat tinggal, perhiasan, pakaian dan sebagainya.
Berprasangka tidak baik kepada wanita yang ditalak dan mengajukan lamaran kepadanya.
Referensi
Islam
Pernikahan
Fikih |
3947 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal%20selam | Kapal selam | Kapal selam adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air, umumnya digunakan untuk tujuan dan kepentingan militer. Sebagian besar Angkatan Laut memiliki dan mengoperasikan kapal selam sekalipun jumlah dan populasinya di setiap negara berbeda. Selain digunakan untuk kepentingan militer, kapal selam juga digunakan untuk ilmu pengetahuan laut dan air tawar dan untuk bertugas di kedalaman yang tidak sesuai untuk penyelam manusia.
Jerman memiliki kapal selam yang populer dengan sebutan U-Boat yang merupakan ringkasan bagi Unterseeboot, mulai ditugaskan dalam Perang Dunia I sebagai sistem senjata yang mematikan bagi Angkatan Laut lawan terlebih-lebih pada Perang Dunia II. Sehingga terkenal dengan sebutan U-Class. Selain Jerman, negara yang populer menggunakan kapal selam sebagai kekuatan utama Angkatan Laut adalah Uni Soviet/Rusia
Salah satu pesawat selam yang lain adalah lonceng selam.
Kapal selam modern
Meskipun kapal selam mengapung dengan mudah, kapal itu mampu menyelam ke dasar samudra dan tetap berada pada posisi kedalamaan laut hingga berbulan-bulan lamanya. Rahasianya terletak pada konstruksi khas dinding rangkap kapal tersebut. Ruang-ruang khusus kedap air (atau tangki pemberat) antara dinding luar dan dinding dalam dapat diisi air laut sehingga meningkatkan bobot keseluruhan dan mengurangi kemampuan mengapungnya. Dengan dorongan baling-baling ke depan dan pengarahan bilah kemudi datar ke bawah, kapal itu menyelam.
Dinding dalam dari baja mampu menahan tekanan luar biasa di kedalaman. Setelah berada di dalam air, kapal mempertahankan posisinya dengan bantuan tangki-tangki pemberat sepanjang lunasnya. Untuk naik ke permukaan, kapal selam mengeluarkan air dari tangki pemberat. Periskop, radar, sonar, dan jaringan satelit merupakan alat navigasi utama kapal selam.
Selagi mengapung di permukaan, sebuah kapal selam dikatakan berdaya apung positif. Tangki-tangki pemberatnya hampir tak berisi air. Selagi menyelam, kapal memeroleh daya apung negatif karena udara di tangki pemberat dikeluarkan melalui katup udara untuk digantikan air yang masuk melalui lubang penggenang. Untuk melaju pada suatu kedalaman yang ajek, kapal selam menggunakan suatu teknik penyeimbang dengan apa yang disebut daya apung netral.
Dalam teknik ini, udara bertekanan dipompakan masuk tangki pemberat secukupnya, dan lubang penggenangnya dibiarkan terbuka. Untuk naik ke permukaan, udara bertekanan yang dibawa di kapal dipompakan masuk atangki pemberat, sehingga airnya keluar.
Kapal selam yang paling canggih membuat air tawar sendiri dari air laut. Ada pula cadangan udara yang dihasilkan dengan elektrolisis, suatu proses yang membebaskan oksigen dari air tawar.
Ketika berada dekat permukaan, kapal selam dapat mengambil udara dan melepaskan gas buang melalui snorkel tertutup yang membuka di atas muka air. Selain periskop, antena radio, dan tiang-tiang lainnya, beberapa snorkel menyembul di bangunan atas, atau menara komando.
Udara dipantau setiap hari untuk menjamin agar kadar oksigennya mencukupi. Udara juga disalurkan lewat saringan yang menyingkirkan segala kotoran. Gas buang keluar melalui pipa terpisah.
Cara kerja kapal selam
Proses penyelaman dan muncul ke permukaan
Proses buoyancy force untuk timbul dan tenggelam dalam air
Sebuah kapal selam atau sebuah kapal laut bisa mengapung karena berat air yang dipindahkannya sama dengan berat kapal itu sendiri. Pemindahan air ini menciptakan sebuah gaya ke atas yang disebut gaya apung (buoyancy force) dan bekerja berlawanan dengan gaya gravitasi, yang akan menarik kapal ke bawah. Tidak seperti kapal biasa, sebuah kapal selam bisa mengatur gaya apungnya, sehingga bisa membuatnya tenggelam dan muncul ke permukaan sesuai keperluan. Untuk mengatur gaya apungnya, kapal selam memiliki tangki-tangki pemberat dan tangki-tangki pelengkap atau penyeimbang yang bisa diisi dengan air maupun dengan udara. Ketika kapal selam berada di permukaan, tangki-tangki pemberat tersebut terisi dengan udara sehingga massa jenis keseluruhan kapal selam menjadi lebih kecil daripada massa jenis air di sekelilingnya. Ketika kapal menyelam, tangki-tangki pemberat dipenuhi dengan air, sedangkan udara yang ada di dalam tangki pemberat tersebut dilepaskan keluar dari kapal selam sampai massa jenis keseluruhannya menjadi lebih besar daripada massa jenis air di sekitarnya sehingga kapal selam mulai tenggelam (gaya apung negatif). Persediaan udara bertekanan dipertahankan di dalam kapal selam melalui tabung-tabung udara sebagai penopang hidup.
Hydroplane untuk mengontrol penyelaman
Sebagai tambahan, kapal selam mempunyai perangkat-perangkat yang bisa bergerak berbentuk sayap-sayap pendek yang disebut hydroplane di bagian buritan untuk membantu mengatur arah penyelaman. Hydroplane akan diarahkan sedemikian rupa sehingga air akan bergerak melewati buritan dan mendorong buritan ke atas sehingga kapal selam dapat mengarah ke bawah. Untuk menjaga kapal selam pada suatu tingkat kedalaman, kapal selam menjaga keseimbangan antara udara dan air di dalam tanki penyeimbang sehingga massa jenis keseluruhannya sama besar dengan massa jenis air di sekelilingnya (gaya apung netral).
Ketika kapal selam mencapai kedalaman jelajahnya, hydroplane akan diluruskan sehingga kapal selam bisa berjalan lurus melewati air. Air juga didorong di antara tanki penyeimbang haluan dan buritan untuk menjaga keseimbangan Ketika kapal selam muncul ke permukaan, udara bertekanan mengalir dari tabung-tabung udara ke tangki-tangki pemberat dan air di dalamnya didorong keluar dari kapal selam sampai massa jenis keseluruhannya lebih kecil dari massa jenis air di sekelilingnya (daya apung positif) dan kapal selam pun muncul. Hydroplane diarahkan sedemikian rupa sehingga air akan bergerak ke atas buritan, dan mendorong buritan ke bawah, akibatnya kapal selam akan mengarah ke atas. Dalam situasi darurat, tangki pemberat bisa diisi dengan cepat dengan udara bertekanan tinggi untuk membawa kapal selam tersebut naik ke permukaan dengan sangat cepat.
Secondary propulsion motor untuk berputar
Kapal selam bisa dikemudikan di dalam air dengan menggunakan kemudi ekor untuk berbelok ke kanan atau ke kiri dan dengan hydroplane untuk mengatur arah depan-belakang kapal. Sebagai tambahan, beberapa kapal selam dilengkapi dengan sebuah motor penggerak cadangan yang dapat dikeluar-masukkan sehingga bisa berputar 360 derajat.
Penanganan penopang hidup dalam kapal selam
Ada tiga masalah penting yang berkaitan dengan penopang hidup di lingkungan kapal selam yang tertutup yaitu: menjaga kualitas udara, menjaga suplai air bersih dan menjaga suhu.
Menjaga kualitas udara dalam kapal selam
Ada tiga hal yang harus terjadi untuk menjaga udara di dalam sebuah kapal selam agar tetap bisa dihirup:
Oksigen harus diisi ulang bila oksigen dikonsumsi. Jika kadar oksigen di udara terlalu rendah, seseorang akan merasa sesak.
Karbondioksida harus dihilangkan dari udara. Jika kadar karbondioksida naik, akan terjadi keracunan.
Embun dari udara yang kita hembuskan harus dihilangkan.
Oksigen disediakan dari tangki bertekanan, generator oksigen (yang bisa membentuk oksigen dari air yang dielektrolisis) atau semacam “tabung oksigen” yang mengeluarkan oksigen dengan sebuah reaksi kimia yang sangat panas. Oksigen bisa dikeluarkan secara terus-menerus oleh sebuah sistem terkomputerisasi yang mengontrol kadar oksigen di udara, atau bisa juga dikeluarkan dalam beberapa waktu secara periodik dalam sehari.
Menjaga kesinambungan suplai air bersih dalam kapal selam
Kebanyakan kapal selam mempunyai suatu perangkat penyulingan yang bisa menarik air laut dan menghasilkan air bersih. Instalasi penyulingan tersebut memanaskan air laut menjadi uap air yang akan menghilangkan garam, kemudian mendinginkan uap air tersebut ke dalam sebuah tangki penampungan air bersih. Instalasi penyulingan dalam beberapa kapal selam bisa menghasilkan 38.000-150.000 liter (10.000-40.000 galon) air bersih setiap hari. Air ini digunakan terutama untuk mendinginkan peralatan elektronik (seperti komputer dan peralatan navigasi), serta untuk menopang hidup para awak (misalnya, untuk minum, memasak, dan kebersihan diri).
Menjaga temperatur udara dalam kapal selam
Suhu lautan yang mengelilingi kapal selam biasanya sekitar 4 °C atau 39 °F. Logam dari kapal selam menghantarkan panas dari dalam kapal ke air di sekelilingnya. Oleh sebab itu, kapal selam harus dipanaskan secara elektrik untuk menjaga suhu yang nyaman bagi para awak. Tenaga listrik untuk pemanas datang dari reaktor nuklir, mesin diesel, atau baterai (untuk darurat).
Sistem navigasi kapal selam
Cahaya tidak bisa menembus lebih jauh kedalam lautan, akibatnya kapal selam harus dikemudikan melewati air dengan pandangan buta. Oleh sebab itu, kapal-kapal selam dilengkapi dengan bagian navigasi dan perlengkapan navigasi yang canggih. Perlengkapan navigasi tersebut adalah:
Global Positioning System (GPS)
Ketika di permukaan, sebuah sistem pemosisi global (GPS) yang canggih dengan akurat menentukan letak garis lintang dan garis bujur, tetapi sistem ini tidak bisa bekerja ketika kapal selam sedang menyelam dalam air. GPS adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. Dengan sistem navigasi GPS, kapal tidak akan tersesat. Setelah memasukkan data tujuan, GPS akan menampakkan di layar posisi, arah tujuan, kapan harus berbelok, dan bagaimana sampai di tujuan. GPS juga dapat menampilkan peta pada saat tidak dijalankan.
Inertial guidance
Di bawah air, kapal selam menggunakan sistem pemandu inersial (listrik, mekanik) yang menjaga jalur pergerakan kapal dari sebuah titik awal yang ditetapkan dengan menggunakan gyroscope. Sistem pemandu inersial ini tetap akurat hingga 150 jam waktu operasi dan harus kembali disetel kembali dengan sistem navigasi lain yang harus diakses di permukaan (GPS, radio, radar, satelit). Dengan adanya sistem ini, maka kapal selam bisa ternavigasi dengan akurat dan tetap berada dalam radius seratus kaki dari tujuannya.
SONAR System
Untuk mengetahui letak suatu target, sebuah kapal selam menggunakan SONAR (Sound Navigation and Ranging) baik secara aktif maupun pasif. Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi objek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan cara mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Sistem sonar bisa juga digunakan untuk menyempurnakan kembali sistem navigasi inersia dengan mengidentifikasi fitur-fitur dasar lautan.
Proses penyelamatan dalam kapal selam
Ketika sebuah kapal selam tenggelam akibat berbenturan dengan sesuatu (seperti dengan kapal lain, dinding jurang atau ranjau) atau akibat sebuah ledakan di dalam kapal, para awak akan mengirimkan panggilan darurat atau meluncurkan pelampung yang akan mengirimkan tanda bahaya dari lokasi kapal selam.
Kapal selam militer
Kapal selam militer digunakan untuk kepentingan perang atau patroli laut suatu negara, berdasarkan jenisnya setiap kapal selam militer selalu dilengkapi dengan senjata seperti meriam kanon, torpedo, rudal penjelajah / anti pesawat dan anti kapal permukaan, serta rudal balistik antar benua.
Jenis kapal selam
Berdasarkan tenaga penggerak (propulsi)
Kapal selam diesel elektrik
Kapal selam diesel elektrik adalah sistem penggerak kapal selam tertua yang masih digunakan sampai saat ini. Sistem propulsi ini begitu handal sehingga negara pemilik kapal selam nuklir pun masih merasa perlu memiliki kapal selam diesel elektrik. Dari 5 negara pemilik kapal selam nuklir hanya Amerika Serikat yang tidak menggunakan sistem propulsi ini. Dalam keadaan tertentu, kapal selam jenis ini lebih mematikan daripada kapal selam nuklir.
Kapal selam nuklir
Munculnya kapal selam nuklir
Sekitar enam bulan sebelum pecahnya PD II, pada Maret 1939 Dr George Pegram dari Columbia University, New York, mengusulkan kepada Angkatan Laut AS untuk mengembangkan pemakaian uranium sebagai sumber daya, termasuk untuk menggerakkan turbin kapal selam. Angkatan Laut tertarik dan memulai riset. Tetapi setelah pengeboman Pearl Harbour dan AS terlibat dalam perang, semua material yang berkaitan dengan tenaga atom ditarik, dipusatkan untuk "Proyek Manhattan" guna pembuatan bom atom pertama (Little Boy dan Fat Man)
Kapal selam engineless
Berdasarkan fungsi
Kapal selam militer
Kapal selam non militer
Berdasarkan tipe
SSK: Kapal selam bertenaga diesel
SSN: Kapal selam bertenaga nuklir
SSBN: Kapal selam bertenaga nuklir membawa rudal balistik
SLBM: Kapal selam peluncur rudal balistik
Galeri
Referensi
Pranala luar
Sejarah kapal selam.
Kapal selam Serigala Laut.
Submariners Association - UK Submariners site and Boat Database
German Submarines of WWII and U-boat losses in 1943
Role of the Modern Submarine
U.S. World War II Submarine Veterans History Project
Record breaking Japanese Submarines
German U-Boats 1935–1945
U.S. submarine photo archive
The Invention of the Submarine
The Fleet Type Submarine Online US Navy submarine training manuals, 1944-1946.
The Home Front: Manitowoc County in World War II: Video footage of submarine launches into Lake Michigan during World War II.
DutchSubmarines: Including first ever submarine
List of active Naval Submarines
http://www.youtube.com/ How to Build A Nuclear Submarine
Jenis kapal perang
Reka cipta Belanda |
3953 | https://id.wikipedia.org/wiki/Zen | Zen | Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Kata Zen adalah bahasa Jepang yang berasal dari bahasa mandarin "Chan" (禪, Pinyin: Chán). Kata "Chan" sendiri berasal dari bahasa Pali "jhana" atau bahasa Sanskerta dhyana( ध्यान ). Dalam bahasa vietnam Zen dikenal sebagai “thiền” dan dalam bahasa korea dikenal sebagai “seon”.
Jhana atau Dhyāna adalah sebuah kondisi batin yang terpusat yang ditemui dalam meditasi. Meski secara semantik, kata Chan sendiri berasal dari kata ‘dhyāna’ (Sansekerta) atau ‘jhana’ (Pali) atau 'Chan-na' 禪那 (Tionghoa). Zen tidak bertujuan pada pencapaian jhana. Ini sekadar menunjukkan bahwa ajaran Zen sangat menekankan pada aspek meditasi atau samadhi.
Asal usul dan pengaruh Tao
Ketika datang ke China dari India, ajaran Buddha awalnya disesuaikan dengan budaya dan pemahaman China sehingga terkena pengaruh Konfusianisme dan Taoisme. Goddard mengutip D.T. Suzuki dengan menyebut Chán sebagai sebuah “perubahan alami ajaran Buddha dalam kondisi Taois”.
Dilihat dari penerimaan oleh karya Han Hinayana dan dari komentar-komentar awal, tampak bahwa ajaran Buddha dirasakan dan dicerna melalui Daoisme religius (Taoisme). Buddha dipandang sebagai orang asing yang abadi yang telah mencapai beberapa bentuk abadi Daois. Kehati-hatian umat Buddha dalam bernapas dianggap sebagai perluasan latihan pernapasan Daois.
Terminologi Tao digunakan untuk mengekspresikan doktrin ajaran Buddha dalam terjemahan tertua dari teks-teks ajaran Buddha, dalam sebuah praktik yang disebut ko-i, yang berarti “sesuai dengan konsep-konsep”, saat ajaran Buddha versi China yang baru saja muncul harus bersaing dengan Taoisme dan Konfusianisme.
Umat Buddha pertama yang direkrut di China adalah kaum Tao. Mereka mengembangkan penghargaan yang tinggi terhadap teknik meditasi Buddha yang baru diperkenalkan, dan memadukannya dengan meditasi Tao. Anggota awal ajaran Buddha versi China seperti Sengzhao dan Tao Sheng sangat dipengaruhi oleh karya-karya dasar keimanan Tao yang ditulis oleh Laozi dan Zhuangzi. Berlawanan dengan latar belakang ini, konsep kealamian Tao diwariskan oleh para siswa awal Chán: mereka mensejajarkan sifat Tao and Buddha yang tak terlukiskan sampai batas waktu tertentu. Dengan demikian, mereka tidak merasa terikat pada "kebijaksanaan sutra" yang abstrak atau sifat-Buddha yang ditekankan yang dapat ditemukan di kehidupan manusia "sehari-hari", sama halnya dengan Tao.
Guru-guru Zen
Aliran Zen dianggap bermula dari Bodhidharma. Ia berasal dari India dan merupakan murid generasi ke-28 setelah Mahakassapa (dalam Bahasa Pali; bahasa Sanskerta:Mahakasyapa). Sekitar tahun 520 dia pergi ke Tiongkok Selatan di kerajaan Liang. Dia kemudian bermeditasi selama 9 tahun menghadap dinding batu di wihara di Luoyang. Di sinilah juga dipercayai berdirinya wihara Shaolin (少林寺).
Aliran Zen asli kemudian diteruskan sampai ke generasi ke-6 Hui Neng. Setelah itu aliran Zen berpencar di Tiongkok, dan Jepang.
Bodhidharma (atau Damo 達摩) lahir sekitar 440 - meninggal sekitar 528
Dazu Huike (慧可) lahir 487 - meninggal 593
Jianzhi Sengcan (僧燦) lahir ? - meninggal 606
Dayi Daoxin (道信) lahir 580 - meninggal 651
Hung Ren (弘忍) lahir 601 - meninggal 674
Hui Neng (慧能) lahir 638 - meninggal 713
Ajaran Zen
Meskipun narasi Zen menyatakan bahwa narasi tersebut adalah "penjabaran khusus di luar kitab suci" yang tidak tersusun atas kata-kata", Zen memang memiliki latar belakang doktrinal yang kaya. Yang paling penting adalah "ajaran yang paling mendasar adalah bahwa kita sudah sejak awal tercerahkan", dan idealisme Bodhisattva, yang melengkapi wawasan dengan Karunā, kasih sayang dengan semua makhluk hidup.
Hampir tidak mungkin untuk menunjuk “ajaran Zen mana yang penting”, mengingat banyaknya macam aliran, sejarah yang disampaikan selama 1500 tahun, dan penekanan pada pemahaman yang apa adanya, kenyataan sebagaimana mestinya, yang harus diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak dalam kata-kata. Tetapi yang umum untuk sebagian besar aliran dan ajaran adalah penekanan pada pemahaman yang apa adanya, idealisme Bodhisattva, dan prioritas zazen.
Ajaran Zen dapat disamakan dengan “jari yang menunjuk bulan”. Ajaran Zen mengarah ke bulan, membangitkan, “realisasi dari interpenetrasi dharmadhatu yang tidak segera terjadi”. Namun, tradisi Zen juga memperingatkan hal yang berlawanan dengan ajarannya, bahwa jari yang menunjuk, adalah wawasan itu sendiri.
Berbagai tradisi meletakkan berbagai penekanan dalam ajaran dan praktik mereka:
Ada dua cara yang berbeda untuk memahami dan benar-benar mempraktikkan Zen. Kedua cara yang berbeda ini dalam bahasa China disebut pen chueh dan shih-chueh. Istilah pen chueh mengacu pada keyakinan bahwa pikiran seseorang telah tercerahkan sejak awal, sementara shih-chueh mengacu pada keyakinan bahwa pada suatu titik dalam waktu, kita meloloskan diri dari penjara ketidaktahuan dan kebodohan menuju visi realisasi Zen yang sebenarnya: "Pencerahan kami adalah abadi, namun realisasi kita terjadi pada saatnya.” Menurut keyakinan ini, mengalami momen kebangkitan dalam hidup ini adalah sesuatu yang sangat penting.
Praktik Zen
Meditasi Zen
Yang utama dalam praktik Zen adalah dhyana atau meditasi. Tradisi Zen menyatakan bahwa dalam praktik meditasi, pengertian tentang doktrin dan ajaran mengharuskan adanya penciptaan berbagai gagasan dan penampilan (Skt. saṃjñā; Ch. 相, Xiang) yang mengaburkan makna kebijaksanaan tiap sifat makhluk Buddha. Proses penemuan kembali ini disebut dengan berbagai istilah seperti “introspeksi”, “langkah mundur”, “berbalik-haluan” atau “melihat lebih dalam”.
Mengamati napas
Selama duduk bermeditasi, praktisi biasanya mengambil posisi seperti posisi lotus, setengah lotus, Burma, atau postur seiza, dengan menggunakan dhyāna mudrā. Untuk mengatur pikiran, kesadaran diarahkan dengan menghitung atau mengamati napas, atau dimasukkan ke dalam pusat energi di bawah pusar (lihat juga anapanasati). Seringkali, bantal persegi atau bulat ditempatkan di atas tikar empuk dan digunakan untuk duduk. Dalam beberapa kasus lain, kursi juga dapat digunakan. Praktik ini bisa disebut duduk dhyana, yang juga disebut zuochan (坐禅) dalam bahasa Tionghoa, dan zazen (坐禅) dalam bahasa Jepang.
Mengamati pikiran
Di aliran Zen Soto, meditasi tanpa objek, hasrat, atau isi, adalah bentuk utama dari praktik meditasi ini. Pelaku meditasi berusaha menyadari aliran pikiran yang memungkinkan pikiran tersebut untuk muncul dan hilang tanpa gangguan. Pembenaran secara tekstual, filosofis, dan fenomenologis yang cukup besar untuk praktik ini dapat ditemukan di seluruh Dogen Shōbōgenzō, seperti misalnya dalam buku "Principles of Zazen" dan "Universally Recommended Instructions for Zazen”. Dalam bahasa Jepang, praktik ini disebut shikantaza.
Meditasi kelompok Intensif
Tradisi Zen mencakup periode meditasi kelompok intensif di sebuah biara. Dalam rutinitas sehari-hari, para biarawan diharuskan untuk bermeditasi selama beberapa jam setiap hari. Namun, selama periode intensif ini, mereka mengabdikan diri semata-mata hanya untuk mempraktikkan meditasi duduk. Periode meditasi selama 30-50 menit yang berkali-kali disisipi dengan istirahat pendek, makan, dan kadang-kadang, pekerjaan jangka pendek harus dilakukan dengan kesadaran yang sama; tidur malam dilakukan seminimal mungkin: 7 jam atau kurang dari itu. Dalam praktik ajaran Buddha modern di Jepang, Taiwan, dan Barat, siswa biasa sering menghadiri sesi-sesi latihan yang intensif, yang panjangnya biasanya 1, 3, 5, atau 7 hari. Sesi-sesi latihan ini diadakan di banyak pusat Zen, terutama dalam rangka pencapaian Anuttarā Samyaksaṃbodhi Buddha. Salah satu aspek yang khas dari meditasi Zen dalam kelompok adalah penggunaan serpihan kayu datar yang digunakan untuk menjaga pelaku meditasi tetap fokus dan terjaga. Dalam bahasa Jepang, praktik ini disebut sesshin.
Praktik Kōan
Pada awal Dinasti Song, praktik dengan metode kōan menjadi populer, sedangkan yang lain mempraktikkan "iluminasi sunyi.” Hal ini menjadi sumber beberapa perbedaan antara tradisi Linji dan Caodong dalam praktiknya.
Sebuah kōan, yang secara harfiah berarti "kasus umum", adalah sebuah cerita atau dialog yang menggambarkan interaksi antara seorang master Zen dan seorang siswanya. Anekdot ini mendemonstrasikan wawasan sang master. Kōan menekankan wawasan non-konsepsional yang ditunjukkan oleh ajaran Buddha. Kōan dapat digunakan untuk memancing timbulnya "keraguan besar", dan menguji kemajuan siswa dalam praktik Zen.
Penanyaan Kōan dapat dipraktikkan selama duduk meditasi (zazen), meditasi berjalan (kinhin), dan seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari. Praktik Kōan terutama ditekankan oleh aliran Rinzai Jepang, tetapi praktik ini juga dilakukan oleh aliran atau cabang Zen lain, tergantung dari cara mengajarnya.
Penguasaan murid Zen atas kōan yang telah diberikan disajikan kepada guru dalam wawancara pribadi (dalam bahasa Jepang disebut sebagai dokusan (独 参), daisan (代 参), atau sanzen
(参禅)). Meskipun tidak ada jawaban yang khusus untuk sebuah kōan, praktisi diharapkan untuk menunjukkan pemahaman mereka tentang kōan dan Zen melalui tanggapan mereka. Guru dapat menyetujui atau tidak menyetujui jawaban tersebut dan membimbing siswa ke arah yang benar. Interaksi dengan guru Zen penting dalam Zen, tetapi hal ini membuat praktik Zen, setidaknya di Barat, rentan terhadap kesalahpahaman dan eksploitasi.
Seni Zen
Dari abad ke-12 dan abad ke-13, perkembangan lebih lanjut ialah seni Zen, mengikuti perkenalan aliran ini oleh Dogen dan Eisai setelah mereka pulang dari Tiongkok. Seni Zen sebagian besar memiliki ciri khas lukisan asli (seperti sumi-E dan Enso) dan puisi (khususnya haiku). Seni ini berusaha keras untuk mengungkapkan intisari sejati dunia melalui gaya impressionisme dan gambaran tak terhias yang tak "dualistik". Pencarian untuk penerangan "sesaat" juga menyebabkan perkembangan penting lain sastra derivatif seperti Chanoyu (upacara minum teh) atau Ikebana; seni merangkai bunga. Perkembangan ini sampai sejauh pendapat bahwa setiap kegiatan manusia merupakan sebuah kegiatan seni sarat dengan muatan spiritual dan estetika, pertama-tama apabila aktivitas itu berhubungan dengan teknik pertempuran (seni beladiri).
Zen telah sangat mempengaruhi perkembangan seni bela diri seperti Kendo, Kyudo, Judo, Karate dan Aikido. Di Jepang kuno, Zen memiliki dampak besar pada prajurit Samurai, dan secara luas diadopsi sebagai agama resmi mereka. Samurai mencapai kesempurnaan dalam seni bela diri praktik Zazen. Praktik ini ideal bagi cara hidup Samurai karena menekankan pada diri ketenangan, kewaspadaan, dan kerelaan dalam menghadapi kematian. Bahkan dalam tingkat tertentu, Zen disebut agama Samurai. Pendekar besar Miyamoto Musashi dan beberapa 47 Ronin adalah pakar Zen.
Zen di Indonesia
Terdapat beberapa kelompok Zen yang sekarang berkembang di Indonesia, termasuk tradisi Plum Village, Dharma Drum Mountain (Chan Indonesia), dan Fo Guang Shan yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Referensi
Pranala luar
Pikiran Pemula
Meditasi Zen
Chan Indonesia
Fundamentals of Meditation
Buddhisme
Mahayana
Buddhisme di Jepang |
3971 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Aceh%20Barat | Kabupaten Aceh Barat | Aceh Barat () adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097,04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai Barat dan Selatan pulau Sumatra yang membentang dari barat ke Timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km².
Setelah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km² dan pada akhir tahun 2020 memiliki penduduk sebanyak 198.736 jiwa.
Sejarah
Masa kesultanan Aceh
Wilayah bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke-16 atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588-1604), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup tahun 1607-1636) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie.
Daerah ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasir Karam) yang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Teuku Keujuruen Meulaboh dan Negeri Daya (Kecamatan Jaya) yang pada akhir abad ke-15 telah berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya.
Dari perkembangan selanjutnya, wilayah Aceh Barat diakhir abad ke-17 telah berkembang menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh Uleebalang, yaitu: Kluang; Lamno; Kuala Lambeusoe; Kuala Daya; Kuala Unga; Babah Awe; Krueng No; Cara' Mon; Lhok Kruet; Babah Nipah; Lageun; Lhok Geulumpang; Rameue; Lhok Rigaih; Krueng Sabee; Teunom; Panga; Woyla; Bubon; Lhok Bubon; Meulaboh; Seunagan; Tripa; Seuneu'am; Tungkop; Beutong; Pameue; Teupah (Tapah); Simeulue; Salang; Leukon; Sigulai.
Silsilah Raja Meulaboh
Raja-raja yang pernah bertahta di kehulu-balangan Kaway XVI hanya dapat dilacak dari T. Tjik Pho Rahman, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama T. Tjik Masaid, yang kemudian diganti oleh anaknya lagi yang bernama T. Tjik Ali dan digantikan anaknya oleh T. Tjik Abah (sementara) dan kemudian diganti oleh T. Tjik Manso yang memiliki tiga orang anak yang tertua menjadi Raja Meulaboh bernama T. Tjik Raja Nagor yang pada tahun 1913 meninggal dunia karena diracun, dan kemudian digantikan oleh adiknya yang bernama Teuku Tjik Ali Akbar, sementara anak T. Tjik Raja Nagor yang bernama Teuku Raja Neh, masih kecil.
Saat Teuku Raja Neh (ayah dari H.T. Rosman. mantan Bupati Aceh Barat) anak dari Teuku Tjik Raja Nagor besar ia menuntut agar kerajaan dikembalikan kepadanya, namun T. Tjik Ali Akbar yang dekat dengan Belanda malah mengfitnah Teuku Raja Neh sakit gila, sehingga menyebabkan T. Raja Neh dibuang ke Sabang.
Pada tahun 1942 saat Jepang masuk ke Meulaboh, T. Tjik Ali Akbar dibunuh oleh Jepang bersama dengan Teuku Ben dan pada tahun 1978, mayatnya baru ditemukan di bekas Tangsi Belanda atau sekarang di Asrama tentara Desa Suak Indrapuri, kemudian Meulaboh diperintah para Wedana dan para Bupati dan kemudian pecah menjadi Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Jaya. (teuku dadek)
Dimasa penjajahan Belanda, melalui suatu perjanjian (Korte Verklaring), diakui bahwa masing-masing Uleebalang dapat menjalankan pemerintahan sendiri (Zelfsbestuur) atau swaparaja (landschap). Oleh Belanda Kerajaan Aceh dibentuk menjadi Gouvernement Atjeh en Onderhorigheden (Gubernemen Aceh dan Daerah Taklukannya) dan selanjutnya dengan dibentuknya Gouvernement Sumatra, Aceh dijadikan Keresidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (provinsi) dan afdeeling dibagi lagi atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan onderafdeeling dibagi menjadi beberapa landschap (kecamatan).
Penjajahan Belanda
Aceh Barat sangat berkaitan dengan sejarah Meulaboh, Ibu kota Kabupaten Aceh Barat yang terdiri dari Kecamatan Johan Pahlawan, sebagian Kaway XVI dan sebagian Kecamatan Meureubo adalah salah satu Kota yang paling tua di belahan Aceh bagian Barat dan Selatan. Menurut HM.Zainuddin dalam Bukunya Tarih Atjeh dan Nusantara, Meulaboh dulu dikenal sebagai Negeri Pasir Karam. Nama tersebut kemungkinan ada kaitannya dengan sejarah terjadinya tsunami di Kota Meulaboh pada masa lalu, yang pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi kembali.
Meulaboh sudah berumur 402 tahun terhitung dari saat naik tahtanya Sultan Saidil Mukamil (1588-1604), catatan sejarah menunjukan bahwa Meulaboh sudah ada sejak Sultan tersebut berkuasa.
Pada masa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), demikian HM.Zainuddin negeri itu ditambah pembangunannya. Di Meulaboh waktu itu dibuka perkebunan merica, tetapi negeri ini tidak begitu ramai karena belum dapat menandingi Negeri Singkil yang banyak disinggahi kapal dagang untuk mengambil muatan kemenyan dan kapur barus. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Djamalul Alam, Negeri Pasir Karam kembali ditambah pembangunannya dengan pembukaan kebun lada. Untuk mengolah kebun-kebun itu didatangkan orang-orang dari Pidie dan Aceh Besar.
Karesidenan Aceh
Seluruh wilayah Keresidenan Aceh dibagi menjadi 4 (empat) afdeeling yang salah satunya adalah Afdeeling Westkust van Atjeh atau Aceh Barat dengan ibu kotanya Meulaboh. Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) merupakan suatu daerah administratif yang meliputi wilayah sepanjang pantai barat Aceh, dari gunung Geurutee sampai daerah Singkil dan kepulauan Simeulue serta dibagi menjadi 6 (enam) onderafdeeling, yaitu:
Meulaboh dengan ibu kota Meulaboh dengan Landschappennya Kaway XVI, Woyla, Bubon, Lhok Bubon, Seunagan, Seuneu'am, Beutong, Tungkop dan Pameue;
Tjalang dengan ibu kota Tjalang (dan sebelum tahun 1910 ibu kotanya adalah Lhok Kruet) dengan Landschappennya Keluang, Kuala Daya, Lambeusoi, Kuala Unga, Lhok Kruet, Patek, Lageun, Rigaih, Krueng Sabee dan Teunom;
Tapaktuan dengan ibu kota Tapak Tuan;
Simeulue dengan ibu kota Sinabang dengan Landschappennya Teupah, Simalur, Salang, Leukon dan Sigulai;
Zuid Atjeh dengan ibu kota Bakongan;
Singkil dengan ibu kota Singkil.
Penjajahan Jepang
Di zaman penjajahan Jepang (1942–1945) struktur wilayah administrasi ini tidak banyak berubah kecuali penggantian nama dalam bahasa Jepang, seperti Afdeeling menjadi Bunsyu yang dikepalai oleh Bunsyucho, Onderafdeeling menjadi Gun yang dikepalai oleh Guncho dan Landschap menjadi Son yang dikepalai oleh Soncho.
Masa kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatra Utara, wilayah Aceh Barat dimekarkan menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan. Kabupaten Aceh Barat dengan Ibu kota Meulaboh terdiri dari tiga wilayah yaitu Meulaboh, Calang dan Simeulue, dengan jumlah kecamatan sebanyak 19 (sembilan belas) kecamatan yaitu Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya; Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang. Sedangkan Kabupaten Aceh Selatan, meliputi wilayah Tapak Tuan, Bakongan dan Singkil dengan ibu kotanya Tapak Tuan.
Pada tahun 1996 Kabupaten Aceh Barat dimekarkan lagi menjadi 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Barat meliputi kecamatan Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya dengan ibu kotanya Meulaboh dan Kabupaten Adminstrtif Simeulue meliputi kecamatan Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang dengan ibu kotanya Sinabang.
Kemudian pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5, Kabupaten Aceh Barat dimekarkan dengan menambah 6 (enam) kecamatan baru yaitu Kecamatan Panga; Arongan Lambalek; Bubon; Pantee Ceureumen; Meureubo dan Seunagan Timur. Dengan pemekaran ini Kabupaten Aceh Barat memiliki 20 (dua puluh) Kecamatan, 7 (tujuh) Kelurahan dan 207 Desa.
Selanjutnya pada tahun 2002 Kabupaten Aceh Barat daratan yang luasnya 1.010.466 Ha, kini telah dimekarkan menjadi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2002.
Geografi
Sebelum pemekaran, Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 hektare dan secara astronomi terletak pada 2°00'-5°16' Lintang Utara dan 95°10' Bujur Timur dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatra yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki Gunung Geurutee (perbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km.
Batas Wilayah
Setelah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km² dengan batas-batas sebagai berikut:
Rata-rata Suhu, Curah Hujan dan Hari Hujan
Pemerintahan
Kabupaten ini dipimpin oleh seorang Bupati yang terpilih dalam setiap Pilkada.
Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Program strategis pembangunan daerah
Pembangunan Kabupaten Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat. Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai penggerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan. Maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut:
Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat.
Peningkatan Sumber Daya Manusia.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Meningkatakan aksesibilitas daerah.
Meningkatkan pendapatan daerah.
Lambang daerah
Lambang daerah Kabupaten Aceh Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No. 12 Tahun 1976 Tanggal 26 November 1976 tentang Lambang Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor Pem./10/32/46-263 Tanggal 17 Mei 1976 serta telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Tingkat II Aceh Barat Nomor 10 Tahun 1980 Tanggal 3 Januari 1980.
Lambang Kabupaten Aceh Barat mempunyai perisai berbentuk kubah masjid yang berisi lukisan lukisan dengan bentuk, warna dan perbandingan ukuran tertentu dan mempunyai maksud serta makna sebagai berikut:
Perisai berbentuk kubah masjid, melambangkan ketahanan Nasional dan kerukunan yang dijiwai oleh semangat keagamaan;
Bintang persegi lima, melambangkan falsafah negara, Pancasila;
Kupiah Meukeutop, melambangkan kepemimpinan;
Dua tangkai kiri kanan yang mengapit Kupiah Meukeutop terdiri dari kapas, padi, kelapa dan cengkih, melambangkan kesuburan dan kemakmuran daerah;
Rencong, melambangkan jiwa patriotik/kepahlawanan rakyat;
Kitab dan Kalam, melambangkan ilmu pengetahuan dan peradaban;
Tulisan "Aceh Barat" mengandung arti bahwa semua unsur tersebut di atas terdapat di dalam Kabupaten Aceh Barat.
Lambang Daerah ini digunakan sebagai merek bagi perkantoran pemerintah Kabupaten Aceh Barat dan ;
Sebagai petanda batas wilayah Kabupaten Aceh Barat dengan Kabupaten lainnya.
Sebagai cap atau stempel jabatan dinas.
Sebagai lencana yang digunakan oleh pegawai pemerintah Kabupaten Aceh Barat yang sedang menjalankan tugasnya.
Sebagai panji atau bendera digunakan oleh suatu rombongan yang mewakili atau atas nama pemerintah Kabupaten Aceh Barat dan dapat dipergunakan pada tempat-tempat upacara resmi, pintu gerbang dan lain sebagainya.
Lambang daerah Kabupaten Aceh Barat ini dilarang digunakan apabila bertentangan dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1976 dan barang siapa yang melanggarnya dapat dikenakan hukuman selama-lamanya 1 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 10.000.- (sepuluh ribu rupiah).
Pendidikan
Aceh Barat memiliki beberapa kampus negeri yaitu :
Universitas Teuku Umar (UTU)
STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh
Prodi D-III Kebidanan dan D-III Keperawatan Poltekkes Aceh
Akademi Komunitas Negeri (AKN) Aceh Barat
Kesehatan
Referensi
Lihat pula
Meulaboh
Aceh Jaya
Nagan Raya
Simeulue
Kesultanan Aceh
Pranala luar
BPS Kabupaten Aceh Barat, 2007
Luas Kabupaten Aceh Barat menurut Situs Resmi Pemerintah Aceh
Profil Aceh Barat di situs NAD
Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Situs Aceh Barat di tripod
Kabupaten Aceh Barat. Harian Kompas, 21 Juni 2002
Aceh Barat
Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1956
Pendirian tahun 1956 di Indonesia |
3976 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Aceh%20Tenggara | Kabupaten Aceh Tenggara | Kabupatem Aceh Tenggara merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Aceh, Indonesia. Pusat pemerintahan kabupaten ini adalah Kota Kutacane, Kabupaten ini terdiri dari wilayah dataran tinggi Pegunungan Leuser, serta wilayah dataran rendah yang berada di Lembah Alas. Letak kabupaten ini berada di wilayah tenggara provinsi Aceh yang langsung berbatasan dengan provinsi Sumatra Utara.
Sejarah
Sejarah awal Kabupaten Aceh Tenggara dimulai dari penyusunan pemerintahan di seluruh wilayah Aceh pada awal tahun 1946 dengan mengelompokkan daerah-daerah yang berada kawasan tengah Aceh, yakni Takengon, Gayo Lues, dan Tanah Alas ke dalam satu "keluhakan" yang disebut Keluhakan Aceh Tengah. Ibukota keluhakan direncanakan digilir setiap enam bulan antara Takengon, Blangkejeren, dan Kutacane.
Jarak yang sangat jauh dan waktu yang sangat lama antara Kutacane Takengon, sekitar 250 km ditempuh dalam waktu 5-8 hari dengan kaki, atau jika menggunakan kendaraan harus melalui Aceh Timur dan Aceh Utara dengan menempuh jarak sekitar 850 km, menyebabkan pelaksanaan pemerintahan tidak berjalan efektif sehingga pada tanggal 21 September 1953 beberapa tokoh yang berasal dari Sumatra Utara mencoba memasukkan daerah Tanah Alas ke dalam wilayah Sumatra Utara.
Namun upaya ini tidak mendapat dukungan dari rakyat di Tanah Alas dan perlawanan dari Daud Beureueh sebagai pimpinan militer Aceh. Hal ini mendorong pemimpin di Tanah Alas dan Gayo Lues untuk membentuk kabupaten sendiri, terlepas dari Kabupaten Aceh Tengah. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya Wali kota Syahadat berhasil membuat Pangkowilhan I Letjend. Koesno Oetomo secara de facto mengesahkan Daerah Tanah Alas dan Gayo Lues Menjadi Kabupaten Aceh Tenggara pada tanggal 14 November 1967.
Pada tahun 1974, setelah berjuang selama 17 tahun sejak tahun 1956, Pemerintah akhirnya menerbitkan UU No. 4 tahun 1974 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara dan peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri, Amir Machmud pada tanggal 26 Juni 1974 dalam suatu acara peresmian di Kutacane. Pada hari itu juga Gubernur Daerah Istimewa Aceh A. Muzakkir Walad melantik Wali kota Syahadat sebagai Pejabat Bupati Kabupaten Aceh Tenggara. Pada tanggal 24 Juli 1975 Wali kota Syahadat secara definitif diangkat sebagai Bupati Aceh Tenggara yang pertama.
Kemudian pada tanggal 10 April 2002, 57% dari wilayah Kabupaten Aceh Tenggara dimekarkan untuk membentuk Kabupaten Gayo Lues berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002.
Geografi
Batas wilayah
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Kecamatan Babul Makmur
Kecamatan Babul Rahmah
Kecamatan Babussalam
Kecamatan Badar
Kecamatan Bambel
Kecamatan Bukit Tusam
Kecamatan Darul Hasanah
Kecamatan Deleng Phokisen
Kecamatan Ketambe
Kecamatan Lawe Alas
Kecamatan Lawe Bulan
Kecamatan Lawe Sigala-gala
Kecamatan Lawe Sumur
Kecamatan Leuser
Kecamatan Semadam
Kecamatan Tanah Alas
Demografi
Kabupaten Aceh Tenggara lebih multikultural dibandingkan dengan kabupaten atau kota yang ada di provinsi Aceh lainnya, Yakni didiami lebih dari 2 atau 3 suku yaitu; suku Alas sebagai suku asli dan terbesar, Selanjutnya Suku Karo, Toba, Singkil, Minang, Gayo, Jawa, Pakpak, Angkola, Mandailing, Tionghoa, Aceh dan Melayu.
Ekonomi
Komoditi Sektor Peternakan
Sapi: 35.137 ekor/thn
Kerbau: 3.386 ekor/thn
Kambing: 7.998 ekor/thn
Domba: 8.341 ekor/thn
Ayam Buras: 302.906 ekor/thn
Ayam Pedaging: 39.380 ekor/thn
Itik: 182.003 ekor/thn
Kuda: 198 ekor/thn
Komoditi Sektor Buah-buahan
Komoditi Sektor Perkebunan
Komoditi Andalan
Kabupaten Aceh Tenggara adalah penghasil tertinggi kakao (Coklat) terbesar di Provinsi Aceh dengan luas 19.994 hektar dengan jumlah produksi sebanyak 8.843 ton/hektar dengan hasil produktipitas 455 Kg/hektar/tahun dari sebanyak 21.623 jumlah petani. selain itu Kabupaten Aceh Tenggara juga dikenal sebagai penghasil kemiri terbesar di Aceh dan salah satu lumbung padi tak hanya bagi Provinsi Aceh tetapi juga bagi provinsi Sumatra Utara. Komoditas unggulan lainnya adalah karet, kayu glondongan, ikan air tawar dengan luas area Darat 3782.84 ton dan sungai 1583.21 ton. Durian, Rambutan dan Avokad
Pariwisata
Tempat Wisata
Benteng Kuta Reh
Taman Nasional Gunung Leuser
Arung Jeram Sungai Alas
Air Terjun Lawe Gurah (Simpur Jaya, Ketambe)
Air Terjun Ketambe
Air Terjun Lawe Dua
Air Terjun Gulo
Air Terjun Bakbahu (Deleng Pokhisen)
Air Terjun Pokhisen (Jambur Lateng)
Air Terjun Sampuran Manuk
Air Terjun Lawe Sikap (Mbarung)
Festival Seni Gayo-Alas
Bukit Cinta (Bukit Mbarung)
Pemandian Air Panas Lawe Ger-ger
Pemandian Air Panas Uning Sigugur
Jamur Mamang
Pantai Goyang
Pantai Barat
Pantai Timur
Masjid Agung At-Taqwa
Intan Waterboom
Pondok Jamniz
Pondok Wisata Batu Mbogoh
Alas Hills (Bukit Mbarung)
Referensi
Pranala luar
Situs Independen Putera Daerah Kabupaten Aceh Tenggara
Aceh Tenggara
Aceh Tenggara |
3980 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Pidie | Kabupaten Pidie | Pidie adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia. Pusat pemerintahan kabupaten ini berada di Sigli, kabupaten ini merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar kedua di provinsi Aceh setelah kabupaten Aceh Utara. Jumlah penduduk kabupaten Pidie pada tahun 2021 sebanyak 435.492 jiwa, dengan kepadatan 141 jiwa/km2.
Sejarah
Kerajaan Pedir
Pidie sebelumnya adalah kerajaan Pedir yang berbeda dengan Aceh, sehingga sampai sekarang Pidie tidak disebut sebagai Aceh Pidie, melainkan kabupaten Pidie saja. Ketika terjadi konfrontasi dengan Portugal, maka kerajaan Pedir menggabungkan diri dengan Kerajaan Aceh untuk melawan Penjajah Portugis. Daerah ini merupakan tempat cikal bakal lahirnya Gerakan Aceh Merdeka atau Hasan Tiro yang kini bermukim di Swedia. Namun anehnya, pergolakan justru paling banyak terjadi di kawasan tetangganya dibanding Pidie sendiri.
Ketika Meureudu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kerajaan Poli (Pedir) sebagai cikal bakal daerah Pidie. Keberadaan dan sejarah kerajaan-kerajaan tersebut masih perlu ditelusuri lagi. Catatan-catatan sejarah yang ada sekarang, hanya sedikit yang menjelaskan tentang hal itu. Meski demikian, kedatangan Sultan Iskandar Muda ke Negeri Meureudu sebelum menyerang Pahang di Semenanjung Malaya bisa membuka sedikit tabir informasi tersebut.
Informasi tentang kerajaan-kerajaan di Pidie dan Pidie Jaya sekarang lebih banyak didominasi oleh sejarah daerah tersebut setelah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam. Malah Negeri Meureudu dalam Kerajaan Aceh Darussalam memiliki peranan penting sebagai lumbung pangan. Informasi-informasi tentang keberadaan Negeri Meureudu sebelum Kerajaan Aceh Darussalam masih perlu penelitian lebih lanjut. Untuk membuka tabir informasi ke arah sana, keterangan dari sejarawan H M Zainuddin bisa menjadi informasi awal.
H M Zainuddin dalam makalahnya Aceh Dalam Inskripsi dan Lintasan Sejarah pada seminar sejarah dan budaya Aceh pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II Agustus 1972 mengungkapkan, sebelum Islam masuk ke Aceh, di Aceh telah berkembang kota-kota kerajan hindu seperti: Kerajaan Poli di Pidie yang berkembang sekitar tahun 413 M. Kerajan Sahe sering juga di sebut Sanghela di kawasan Ulei Gle dan Meureudu, kerajan ini terbentuk dan dibawa oleh pendatang dari pulau Ceylon. Kerajaan Indrapuri di Indrapuri. Kerajaan Indrapatra di Ladong. Kerajaan Indrapurwa di Lampageu, Kuala pancu (Ujong Pancu, -red).
Semua kota-kota Hindu tersebut setelah islam kuat di Aceh dihancurkan. Bekas-bekas kerajaan itu masih bisa diperiksa walau sudah tertimbun, seperti di kawasan Paya Seutui Kecamatan Ulim (perbatasan Ulim dengan Meurah Dua), reruntuhan di Ladong. Bahkan menurut H M Zainuddin, masjid Indrapuri dibangun diatas reruntuhan candi. Pada tahun 1830, Haji Muhammad, yang lebih dikenal sebagai Tuanku Tambusi juga meruntuhkan candi-candi dan batunya kemudian dimanfaatkan untuk membangun masjid dan benteng-benteng.
Untuk mengungkap tentang keberadaan Kerajaan Sahe/Sanghela itu, maka perlu diadakan penelitian secara arkeologi ke daerah Paya Seutui yang disebut H M Zainuddin tersebut. Dalam makalahnya H M Zainuddin mengatak pernah ada temuan sisa-sisa kerajaan Sahe/Sanghela itu di kawasan persawahan di Paya Seutui, namun ia tidak jelas menyebutkan di Paya Seutui bagian mana itu ditemukan.
Untuk mengetahui keberadaan para pendiri dan penduduk Kerajaan Sahe/Sanghela tersebut, informasi dari asal-usul kerajaan Poli/Pedir di Kabupaten Pidie sekarang mungkin bisa membantu, karena keberadaan negeri Meureudu dan Negeri Pedir keduanya tak bisa dipisahkan.
Selama ini kita mengetahui asal mula daerah Pidie sekarang adalah Kerajaan Poli atau Pedir, tapi ternyata jauh sebelumnya sudah ada Kerajaan Sama Indra sebagai cikal bakalnya. Kuat dugaan, Kerajaan Sama Indra ini berkembang pada waktu yang sama dengan kerajaan Sahe/Sanghela di Meureudu atau bisa jadi satu kesatuan yang hidup saling berdampingan.
Informasi tentang keberadaan Kerajaan Sama Indra ini diungkap oleh sejarawan lainnya, M Junus Djamil dalam sebuah buku yang disusun dengan ketikan mesin tik. Buku dengan judul Silsilah Tawarick Radja-radja Kerajaan Aceh itu diterbitkan oleh Adjdam-I/Iskandar Muda tidak lagi jelas tahun penerbitnya. Tapi pada kata pengantar yang ditulis dengan ejaan lama oleh Perwira Adjudan Djendral Kodam-I/Iskandar Muda, T Muhammad Ali, tertera 21 Agustus 1968.
Buku setebal 57 halaman itu pada halaman 24 berisi tentang sejarah Negeri Pidie/Sjahir Poli. Kerajaan ini digambarkan sebagai daerah dataran rendah yang luas dengan tanah yang subur, sehingga kehidupan penduduknya makmur.
M Junus Djamil menyebutkan batas-batas kerajaan ini meliputi, sebelah timur dengan Kerajaan Samudra/Pasai, sebelah barat dengan Kerajaan Aceh Darussalam, sebelah selatan dengan pegunungan, serta dengan selat Malaka di sebelah utara. Bila merujuk pada batas yang disebutkan tersebut, berarti kerajaan Sahe/Sanghela termasuk dalam wilayah kerjaan Sama Indra di bagian timur.
Suku yang mendiami kerajaan ini berasal dari Mon Khmer yang datang dari Asia Tenggara yakni dari Negeri Campa. Suku Mon Khmer itu datang ke Poli beberapa abad sebelum masehi. Rombongan ini dipimpin oleh Sjahir Pauling yang kemudian dikenal sebagai Sjahir Poli. Mereka kemudian berbaur dengan masyarakat sekitar yang telah lebih dahulu mendiami kawasan tersebut.
Setelah berlabuh dan menetap di kawasan itu, Sjahir Poli mendirikan sebuah kerajaan yang dinamai Kerajaan Sama Indra. Waktu itu mereka masih menganut agama Budha Mahayana atau Himayana. Oleh M Junus Djamil diyakini dari agama ini kemudian masuk pengaruh Hindu.
Tentang kedatangan bangsa Mon Khmer itu juga diungkapkan H Muhammad Said dalam makalah sejarahnya, Wajah Rakyat Aceh dalam Lintasan Sejarah, pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II, Agustus 1972 Ia menjelaskan, pada tahun 1891, seorang peneliti asing bernama G K Nieman sudah menemukan 150 kata dari bahasa Campa dalam bahasa Aceh. Demikian juga dengan bahasa Khmer (Kamboja) tetapi yang sangat dominan adalah bahasa Melayu dan bahasa Arab.
Sementara tentang pengaruh Hindu di Aceh pernah diungkapkan oleh sejarawan Belanda JC Van Luer, yang mengatakan bahwa sejarah dan budaya Aceh sebelum kedatangan Islam dan bangsa barat telah terisi dengan landasan Hindu-sentris (Indonesia Trade and Society, hal 261)
Lama kelamaan Kerajaan Sama Indra pecah mejadi beberapa kerajaan kecil. Seperti pecahnya Kerajaan Indra Purwa (Lamuri) menjadi Kerajaan Indrapuri, Indrapatra, Indrapurwa dan Indrajaya yang dikenal sebagai kerajaan Panton Rie atau Kantoli di Lhokseudu. Bisa jadi juga, Kerjaan Sahe/Sanghela berdiri setelah Kerajaan Sama Indra ini pecah menjadi beberapa kerajaan kecil, hingga kemudian membentuk sebuah kerajaan tersendiri.
Kala itu Kerajaan Sama Indra menjadi saingan Kerajaan Indrapurba (Lamuri) di sebelah barat dan kerajaan Plak Plieng (Kerajaan Panca Warna) di sebelah timur. Kerajaan Sama Indra mengalami goncangan dan perubahan yang berat kala itu. Menurut M Junus Djamil, pada pertengahan abad ke-14 masehi penduduk di Kerajaan Sama Indra beralih dari agama lama menjadi pemeluk agama Islam, setelah kerajaan itu diserang oleh Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Mansyur Syah (1354 – 1408 M). Selanjutnya, pengaruh Islam yang dibawa oleh orang-orang dari Kerajaan Aceh Darussalam terus mengikis ajaran hindu dan budha di daerah tersebut.
Setelah kerajaan Sama Indra takluk pada Kerajaan Aceh Darussalam, makan sultan Aceh selanjutnya, Sultan Mahmud II Alaiddin Johan Sjah mengangkat Raja Husein Sjah menjadi sultan muda di negeri Sama Indra yang otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Sama Indra kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Pedir, yang lama kelamaan berubah menjadi Pidie seperti yang dikenal sekarang.
Meski sebagai kerajaan otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam, peranan raja negeri Pidie tetap dipererhitungkan. Malah, setiap keputusan Majelis Mahkamah Rakyat Kerajaan Aceh Darussalam, sultan tidak memberi cap geulanteu (stempel halilintar) sebelum mendapat persetujuan dari Laksamana Raja Maharaja Pidie. Maha Raja Pidie beserta uleebalang syik dalam Kerajaan Aceh Darussalam berhak mengatur daerah kekuasaannya menurut putusan balai rakyat negeri masing-masing.
Masih menurut M Junus Djamil, setelah Sultan Mahmud II Alaiddin Jauhan Syah raja Kerajaan Aceh Darussalam Mangkat, maka Sultan Husain Syah selaku Maharaja Pidie diangkat sebagai penggantinya. Ia memerintah Kerajaan Aceh dari tahun 1465 sampai 1480 Masehi. Kemudian untuk Maharaja Pidie yang baru diangkat anaknya yang bernama Malik Sulaiman Noer. Sementara putranya yang satu lagi, Malik Munawar Syah diangkat menjadi raja muda dan laksamana di daerah timur, yang mencakup wilayah Samudra/Pase, Peureulak, Teuminga dan Aru dengan pusat pemerintahan di Pangkalan Nala (Pulau Kampey).
Geografi
Batas Wilayah
Batas wilayah kabupaten Pidie adalah sebagai berikut;
Iklim
Iklim Tropis (Dataran Rendah/Pesisir Pantai) ; Iklim Sejuk (Dataran Tinggi /Lembah/Pegunungan)
Curah Hujan dan Suhu Rata-Rata
Curah Hujan 1.532 mm pertahun ; Suhu rata-rata 24° – 32 °C
Panjang Pantai dan Sungai
Sungai 567, 40 KM ; Garis Pantai 42,9 KM
Jenis Tanah
Alluvial (Kembang Tanjong, Pidie, Simpang Tiga);
Hydromof (Peukan Baro,Geulumpang Tiga, Mutiara, Titeue, Keumala, Tiro, Teurusep, Muara Tiga) ;
Podsolik (Padang Tiji, Kota Sigli, Indra Jaya, Tangse)
Penggunaan Tanah
Sawah 29.391 Ha
Pekarangan 9.175
Tegalan/Kebun 26.857
Ladang/Huma 19.772
Padang Penggembalaan 16.194
Hutan Rakyat 23.782
Hutan Negara 81.448
Perkebunan 21.212
Rawa-Rawa 2.128
Tambak 2.890
Tebat/Empang 162
Pemukiman 30.714
Belum diupayakan 78.093
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
220.917 jiwa laki-laki ( 49,78 % ) + 222.801 jiwa perempuan ( 50,22 % ) = 443.718 jiwa ; 117.592 KK.
Kepadatan, Laju Pertumbahan Penduduk dan Jumlah Jiwa/KK
Kepadatan 143 jiwa / Km2 ; Laju pertumbuhan 2,29 % ; + 4 Jiwa / KK
Jumlah Penduduk per Kecamatan
Batee 20.405 Jiwa
Delima 22.986
Geumpang 6.657
Glumpang Tiga 19.542
Indra Jaya 24.987
Kembang Tanjong 22.561
Kota Sigli 22.311
Mila 10.221
Muara Tiga 19.367
Mutiara 21.267
Padang Tiji 23.575
Peukan Baro 20.314
Pidie 45.630
Sakti 21.752
Simpang Tiga 24.180
Tangse 27.720
Tiro/Truseb 8.298
Keumala 10.468
Mutiara Timur 36.451
Grong-Grong 7.018
Mane 9.391
Glumpang Baro 11.439
Titeue 7.178
Kelompok Umur
0-4 Thn 34.296 Jiwa ; 5-9 Thn 42.433 ; 10-14 Thn 42.433 ; 15-19 Thn 41.190 ; 20-24 Thn 43.501 ; 25-29 Thn 44.798 ; 30-34 Thn 39.172 ; 35-39 Thn 32.514 ; 40-44 Thn 27.837 ; 45-49 Thn 20.968 ; 50-54 Thn 19.253 ; 55-59 Thn 14.938 ; 60-64 Thn 12.670 ; 65-69 Thn 8.814 ; 70-74 Thn 8.183 ; Di atas 74 Thn 10.185; 00
Tingkat Pendidikan
Strata 3 = 16 Jiwa ; Strata 2 = 462 ; Srata 1 = 12.137 ;
D-III = 7.107 ; D-II = 6.506 ; SLTA = 94.284 ; SLTP = 79.226 ; SD = 90.451;
Tidak Tamat SD = 64.650 ; Belum Sekolah = 88.135
Mata Pencaharian
PNS 9.545 Jiwa ; TNI 964 ; POLRI 1.075 ; Pensiunan 3.523 ; Ibu Rumah Tangga 70.703 ; Pelajar/Mahasiswa 112.834 ; Pengusaha 2.570 ; Petani/Pekebun 60.963 ; Peternak 125 ; Nelayan 3.929 ; Industri 143 ; Konstruksi 88 ;
Transportasi 261 ; Kary.Swasta 1.685 ; Kary.BUMN 300 ; Honorer 3.516 ; Buruh Harian Lepas 2.516 ; Buruh Tani 4.722 ; Buruh Perikanan 649 ; Buruh Peternakan 38 ; Pembantu Rumah Tangga 244 ; Tukang Cukur 142 ; Tukang Listrik 86 ; Tukang Batu 518 ; Tukang Kayu 1.654 ; Tukang Sol Sepatu 26 ; Tukang Las 182 ; Tukang Jahit 1.052 ; Tukang Gigi 9 ; Penata Rias 18 ; Penata Busana 11 ; Penata Rambut 33 ; Mekanik 439 ; Seniman 34 ; Tabib 20 ; Perajin 6 ;
Perancang Busana 6 ; Penerjemah 3 ; Imam Masjid 57 ; Pastor 1 ; Wartawan 33 ; Ustaz/Mubaligh 794 ; Juru Masak 19 ; Promotor Acara 1 ; Agt. DPR-RI 5 ; Menteri 1; Gubernur 1; Bupati 1 ; Wakil Bupati 1 ; Agt. DPRA 6 ; Agt DPRK 45 ; Dosen 79 ; Guru 4.005 ; Pengacara 13 ; Notaris 5 ; Arsitek 6 ; Akuntan 1 ; Konsultan 21 ; Dokter 112 ; Bidan 511 ; Perawat 295 ; Apoteker 15 ; Penyiar TV 2 ; Penyiar Radio 7 ; Pelaut 50 ; Peneliti 9 ; Sopir 2.771 ; Pialang 6 ; Paranormal 11 ; Pedagang 11.766 ; Perangkat Gampong 124 ; Keuchik Gampong 209 ; Wiraswasta 36.668 ; Belum Bekerja 101,244 ; Lain-lain 99
Sarana Ibadah
Masjid 181 unit ; Meunasah 1.023 ; Mushalla 121
Pendidikan
Angka Partisipasi Murni (APM) tahun 2017 adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. Pada tahun 2017 Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Pidie tingkat SD/MI 100 persen, tingkat SMP/MTs sebesar 97,62 persen dan tingkat SMA/SMK/MA sebesar 88,85 persen.
Sarana Pendidikan Agama
Pesantren 242 unit ; Balai Dayah 85 ; Balai Pengajian 379 ; Majelis Taqlim 980
Sarana Pendidikan
TK/RA 70 unit ; SD 277 ; SMP 54 ; SMU 26 ; SMK 8 ; MIN 53 ; MIS 8 ; MTsN 13 ; MTsS 13 ; MAN 8 ; MAS 5 ; Universitas/PT 2 ; Akademi 7
Kesehatan
Sarana Kesehatan
Pukesmas 26 unit ; Pukesmas Pembantu 70 ; Poskesdes 79 ; Posyandu 764 ; Polindes 79
Tenaga Kesehatan
Spesialis Kandungan 4 orang ; Spesialis Peny.Dalam 2 ; Spesialis Anak 2 ; Spesialis Mata 2 ; Spesialis THT 2 ;
Spesialis Jiwa 2 ; Spesialis Saraf 3 ; Spesialis Ortopedi 1 ; Spesialis Bedah 2 ; Spesialis Urologi 1 ;
Spesialis Patologi Klinik 1 ; Spesialis Radiologi 1 ; Dokter umum 76; Dokter Gigi 10
Ekonomi
Potensi Alam
Tanaman Pangan (Padi, Kedelai, Kacang Tanah, dan Jagung), Palawija (Cabe, Tomat, Bawang Merah, dan Tomat), Hortikultura (Melinjo, Durian, Rambutan, Jeruk dan Mangga). Perkebunan (Kopi, Kelapa, Pinang, Kakao, Kemiri, Randu dan Nilam). Peternakan (Sapi, Kerbau, Kambing, Ayam dan Itik). Pariwisata (Air Terjun, Kolam Air Panas, Situs Bersejarah dan Pantai), Kehutanan (Kayu, Rotan, Flora dan Fauna). Bahan Tambang/Galian ( Emas, Timah, Tembaga, Mangan, Pasir Besi, Batu, Gamping, Batu Gip Promium, Molidenium, Fosfat, Tanah Liat, Supertenit, Borit, Batu Sabak,) dll
Pertanian
Luas Sawah 29.391 Ha terdiri dari sawah berpengairan:
Teknis 3.700 Ha ; Semi Teknis 15.522 Ha ; Sederhana 6.365 Ha ; Non PU 1.932 ; Tadah Hujan 1.958 Ha
Sawah yang ditanami Dua Kali Setahun seluas 17.553 Ha dan yang Satu kali Setahun 13.584 Ha
Jenis atau Varietas yang dianjurkan: Ciherang, Mikongga, Cigeulis, Impari 13 (Padi) ;
Anjasmoro, Kipas Merah, Kipas Putih, Mutiara (Kedelai) ; Bisi 2, Bisi 9, Pioneer 21 (Jagung)
Peternakan
Sapi 65.660 ekor
Kerbau 16.858
Kambing 68.111
Domba 4.028
Ayam Buras 556.887;
Ayam Broiler 129.816
Ayam Ras 3.630
Itik 498.764
Puyuh 4.520
Angsa 2.780
Industri Pangan
Emping Melinjo 1.326 unit usaha
Bubuk Kopi 14
Kerupuk Kulit 5
Tempe 18
Tahu 4
Asam Kana 3
Roti Kering 5
Roti Basah 3
Dodol Halua 38
Kerupuk Tepung 4
Pengupasan Kopi
Pengupasan Kacang 7
Kipang Beras/Kacang 3
Peyek Kacang 12
Es Lilin 6
Es Balok 3
Tepung Beras 19
Sirup/Limun 4
Kacang Asin 5
Keripik Pisang 6
Kerupuk Ubi 3
Bumbu Masak 8
Pengasinan Ikan 5
Emping Beras 6
Air minum isi ulang 76
Mie Basah 12
Jamu Bubuk 1
Garam Rakyat 358
Coklat 1
Potensi Wisata
Monumen Tsunami (Kota Sigli)
Air Terjun
Kolam Air Panas
Krueng Geunie
Arung Jeram (Tangse)
Guha Tujoh (Laweung)
Masjid Po Teumeureuhom (Mutiara Barat)
Tungkat Po Teumeureuhom (Masjid Labui)
Pantai (Kota Sigli, Mantak Tari, Jeumeurang, Pusong, Biheue)
Benteng Kuta Asan (Lampoh Lada)
Rumah Adat Bentara Pineung (Pekan Baro)
Rumah Adat Bentara Blang (Simpang Tiga)
Situs bersejarah lainnya berupa Masjid dan Makam Para Ulama, Syuhada dan Raja/Bangsawan (tersebar di beberapa Kecamatan)
Lingkok Kuwieng (Padang Tiji)
Rumoh Geudong (Bili aron, Glumpang Tiga)
Koperasi
KUD 32 unit ; Non KUD 489 unit ; Jumlah Anggota 38.185 orang
Pasar
Pasar Tradisional 32 unit
Pasar Lokal 10
Pasar Swalayan/Toserba 17
Pasar Grosir 4
Pertokoan 3.200
Perbankan
Bank Aceh
Bank Aceh Syariah
Bank BRI
Bank BNI
Bank Muamalat
Bank Syariah Mandiri
Bank Mandiri
Bank BTPN
Bank Pundi
Bank Danamon
Bank BPR Tgk Syik Pante Kulu
Bank Mustakim
Transportasi
Angkutan Barang & Jasa 752 unit
Bus Besar 112
Bus Kecil 25
Labi-labi 366
Truk Sedang 46
Truk Besar 30
Pick Up Kecil 153 ; Becak 302
Jalan
Panjang Jalan Negara 96,00 Km
Jalan Provinsi 267,58 Km
Jalan Kabupaten 1.084,150 Km
Jalan Gampong 1.798,03 Km
Perhotelan
Riza Hotel
Grand Blang Asan Hotel
Hotel Cempaka
Losmen Paris
Losmen Batik
Losmen Mali
Losmen Mali II
Wisma Mutia
Wisma Seulawah
Wisma Dian
Wisma Safira
Tokoh Pidie
Daftar tokoh-tokoh Pidie diantaranya:
Teungku Daud Beureueh, Gubernur Aceh ke-2 (1948-1952)
Mr. Teuku Mohammad Hasan, Gubernur Sumatra (1945-1948)
Prof. Ibrahim Hasan, Menteri Negara Urusan Pangan Indonesia (1993-1995)
Dr. Ir. Mustafa Abubakar, Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia ke-6 (2009-2011)
Dr. Hasballah M Saad, Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia (1999-2000)
Dr. Tengku Hasan di Tiro, Wali Neugara Aceh (1976-2010)
dr. Husaini M. Hasan, Sekretaris Neugara Aceh (1976-1985)
dr. Zaini Abdullah (24 April 1940), Gubernur Aceh ke-17 (2012-2017)
Dr.(H.C.) Sanusi Juned, Ph.D, Menteri Besar Kedah ke-7, Malaysia (1996-1999)
Ismail Hassan Metareum, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (1992-1997)
Ibrahim Richard, Pengusaha Aceh di Indonesia (1965-2012).
Referensi
Lihat pula
Kabupaten Pidie Jaya
Kerajaan Pedir
Pranala luar
Situs Resmi Pemerintah Acéh
Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Pidie
Situs Resmi BPS Kabupaten Pidie
Pidie
Pidie |
3984 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Dairi | Kabupaten Dairi | Dairi (Surat Batak: ) adalah sebuah kabupaten yang berada di provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Ibu kotanya terletak di kecamatan Sidikalang. Kabupaten ini kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Pakpak Bharat dengan dasar hukum Undang Undang Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan yang dikeluarkan pada tanggal 25 Februari 2003.
Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatra Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare, yaitu sekitar 2,69% dari luas Provinsi Sumatra Utara (7.160.000 hektare) yang terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatra Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s.d. 1.250 m di atas permukaan laut, dengan 15 kecamatan. Jumlah penduduk kabupaten Dairi akhir tahun 2022 adalah sebanyak 321.546 jiwa.
Sejarah
Pada Masa Agresi 1 Berdasarkan surat Residen Tapanuli Nomor 1256 tanggal 12 September 1947, maka ditetapkanlah Hatian Paulus Manurung sebagai Kepala Daerah Tk. II pertama di Kabupaten Dairi yang berkedudukan di Sidikalang, terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1947 (catatan: hari bersejarah ini berdasarkan kesepakatan pemerintah dan masyarakat kelak dikukuhkan sebagai hari jadi Kabupaten Dairi, melalui Keputusan DPRD Kab. Dati II Dairi Nomor 4/K-DPRD/1997 tanggal 26 April 1977). Paulus Manurung adalah seorang Ahli Hukum dari Medan, Ketua Pengadilan Tebing Tinggi, Pendidik, merupakan Bupati Pertama Kabupaten Dairi.
Pada Masa Sesudah Tahun 1960
Kabupaten Dairi didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Dairi, selanjutnya wilayahnya ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Wilayah Kecamatan di Kabupaten Dairi, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Penjabat Bupati Kepala Daerah Dairi pertama ditetapkan Rambio Muda Aritonang yang bertugas mempersiapkan pembentukan DPRD Dairi serta pemilihan Bupati definitif.
Pada kesempatan pertama Bupati Kepala Daerah Dairi terpilih dengan suara terbanyak adalah Mayor Raja Nembah Maha pada tanggal 2 Mei 1964. Sejak tahun 1999 sampai dengan 2009 Kabupaten Dairi dipimpin oleh Bupati Dr. Master Parulian Tumangger dan selanjutnya digantikan oleh wakilnya, Kanjeng Raden Adipati (KRA) Johnny Sitohang Adinegoro. Kanjeng Raden Adipati (KRA) Johnny Sitohang Adinegoro dan Irwansyah Pasi, S.H. menjadi Bupati dan Wakil Bupati Dairi periode 2009-2014.
Geografi
Batas wilayah
Pemerintahan
Daftar Bupati
Bupati Dairi adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Dairi. Bupati Dairi bertanggungjawab kepada Gubernur provinsi Sumatra Utara. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Dairi ialah Eddy Keleng Ate Berutu, dengan wakil bupati Jimmy Andrea Lukita Sihombing. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Dairi 2018. Eddy Berutu merupakan bupati Dairi ke-20 setelah kabupaten ini didirikan. Sementara Jimmy Sihombing menjadi wakil bupati Dairi diusia yang masih muda, dilantik ketika ia masih berusia 27 tahun. Mereka dilantik oleh gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi, pada 24 April 2019 di Kota Medan.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Kabupaten Dairi terdiri dari 15 kecamatan yaitu:
Berampu
Gunung Sitember
Lae Parira
Parbuluan
Pegagan Hilir
Sidikalang
Siempat Nempu
Siempat Nempu Hilir
Siempat Nempu Hulu
Silahisabungan
Silima Pungga Pungga
Sitinjo
Sumbul
Tanah Pinem
Tigalingga
Demografi
Suku bangsa dan Bahasa
Penduduk asli yang mendiami wilayah kabupaten Dairi adalah suku Batak Pakpak. Dan suku lain umumnya adalah suku Batak Toba, Karo, dan pendatang dari daerah lain seperti suku Jawa, Tionghoa, Aceh, Minangkabau dan lainnya. Bahasa yang digunakan selain bahasa nasional bahasa Indonesia adalah bahasa Batak Toba, Pakpak, dan Karo.
Suku Pakpak terbagi menjadi 5 suak berdasarkan wilayah persebarannya. Kelima puak tersebut adalah:
Suak Simsim. Mereka adalah orang Pakpak yang menetap dan memiliki hak ulayat di daerah Simsim. Marga-marga yang termasuk ke golongan ini adalah marga Berutu, Sinamo, Padang, Solin, Banurea, Boang Manalu, Cibro, Sitakar, dan lain-lain. Dan kelompok ini menyebar di seluruh wilayah kabupaten Dairi.
Suak Keppas. Mereka adalah orang Pakpak yang tinggal dan memakai berdialek Keppas. Marga-marga yang masuk ke golongan ini adalah marga Ujung, Bintang, Bako, Maha, dan lain-lain. Wilayah kecamatan utamanya ada di kecamatan Sidikalang, Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, dan kecamatan Sitinjo.
Suak Pegagan. Mereka adalah orang Pakpak yang berasal dan memakai berdialek Pegagan. Marga-marga yang termasuk ke golongan ini adalah marga Lingga, Mataniari, Maibang, Manik, Siketang, dan lain-lain. Mereka banyak bermukim di Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir, dan Kecamatan Tigalingga di Kabupaten Dairi.
Suak Kelasen. Mereka adalah orang Pakpak yang bermukim di daerah Kelasen, yaitu di sekitar perbatasan Kabupaten Dairi dan sebagian Kabupaten Humbang Hasundutan, khususnya kecamatan Parlilitan dan Pakkat. Marga-marga yang masuk dalam golongan ini adalah marga Tumangger, Siketang, Tinambunan, Anak Ampun, Kesogihen (Hasugian), Maharaja, Meka, Berasa, dan lain-lain.
Suak Boang. Mereka adalah orang Pakpak yang menyebar di sekitar Kabupaten Aceh Singkil, dan sebagian di kabupaten Dairi. Mereka menuturkan bahasa Pakpak dengan dialek Boang. Marga-marga yang termasuk suak Boang adalah marga Sambo, Penarik, dan Saraan.
Agama
Pada tahun 2021, jumlah penduduk kabupaten Dairi sebanyak 318.616 jiwa. Berdasarkan agama yang dianut, mayoritas penduduk kabupaten Dairi memeluk agama Kekristenan. Adapun persentasi penduduk kabupaten Dairi menurut agama yang dianut adalah Kristen 84,09%, dimana Protestan 72,80% dan Katolik 11,29%. Sebagian lagi memeluk agama Islam 15,66%, kemudian Buddha 0,10%, Hindu 0,01% dan Lainnya 0,14%. Untuk rumah ibadah, terdapat 963 gereja Protestan, 147 gereja Katolik, 143 masjid, 1 vihara dan 1 pura.
Kuliner
Salah satu produk kuliner paling terkenal dari kabupaten Dairi adalah Kopi Sidikalang. Kopi Sidikalang sudah populer bagi pecinta kopi, baik masyarakat Indonesia bahkan dunia. Data dari Badan Pusat Statistik kabupaten Dairi 2021, luas perkebunan kopi di kabupaten Dairi mencapai 13.190 hektar untuk tahun 2020. Penghasilan perkebunan kopi juga merupakan yang tertinggi dibanding perkebunan lainnya seperti karet, kakao, dan kelapa, dan tahun 2020 menghasil 10.188 ton.
Pariwisata
Objek Wisata
Beberapa wisata yang ada di kabupaten Dairi, diantaranya;
Tugu Makam Raja Silahi Sabungan
Panorama Puncak Sidiangkat
Taman Wisata Iman Dairi
Wisata Letter Z
Aek Sipaulak Hosa
Hutan Wisata Lae Pondom
Pariwisata Pantai Silalahi: Rumah Tanggal, Tumaras, Sialaman
Panorama Lae Nauli
Air Terjun Lae Basbas
Danau di atas Gunung Kempawa
Panorama Gua Dalam / Panjang Kendet Liang
Air Terjun Lae Pendaroh
Benda Bersejarah Batu Aceh
Bangunan Jerro Pakpak
Panorama Kangkung
Uruk Simbelin
Mata Lae Bonian
Panorama Silumboyah
Bantun Kerbo
Referensi
Lihat pula
Kabupaten Pakpak Bharat
Pranala luar
Kabupaten Dairi. Harian Kompas, 30 April 2003
Dairi
Dairi |
3988 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Langkat | Kabupaten Langkat | Langkat (Jawi: لڠكت; Surat Batak: ) adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Stabat. Kabupaten Langkat terdiri dari 23 kecamatan dengan luas 6.273,29 km² dan berpenduduk sejumlah 1.030.202 jiwa (2020). Nama Langkat diambil dari nama Kesultanan Langkat, kesultanan yang dahulu pernah memerintah di wilayah Kabupaten Langkat.
Geografi
Batas Wilayah
Kabupaten Langkat berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh. Adapun batas wilayah kabupaten berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut:
Sejarah
Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang
Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi/ bumiputera) berada di tangan pemerintahan kesultanan Langkat.
Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh:
1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892,
2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927
3. Sultan Mahmud 1927-1945/46
Di bawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan disebut LUHAK dan di bawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja Kecil Karo) yang berada di desa. Pemerintahan Luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah menjadi raja di daerahnya.
Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak, yakni: Luhak Langkat Hulu Berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T. Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu:
Kejuruan Selesai
Kejuruan Bahorok
Kejuruan Sei Bingai
Distrik Kwala
Distrik Salapian
Luhak Langkat Hilir Berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/ T. Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu:
Kejuruan Stabat
Kejuruan Bingei
Distrik Secanggang
Distrik Padang Tualang
Distrik Cempa
Distrik Pantai Cermin
Luhak Teluk Haru
Berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik.
Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji.
Distrik Pulau Kampai
Distrik Sei Lepan
Masa Kemerdekaan
Awal tahun 1942, kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan Jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh syucokan. Afdeling diganti dengan bunsyu dipimpin oleh bunsyuco. Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatra dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Teuku Muhammad Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati.
Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatra Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah. Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.
Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) kewedanan yaitu:
Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai
Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura
Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.
Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung di bawah Bupati serta Assiten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir. Tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Caretaker (Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Bupati Langkat adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Langkat. Bupati Langkat bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Sumatra Utara. Bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Langkat ialah Terbit Rencana Perangin Angin, dengan Wakil Bupati Syah Afandin. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Langkat 2018. Terbit dan Afandin dilantik oleh Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi, pada 20 Februari 2019 di Kota Medan, untuk masa jabatan 2019-2024.
Namun, pada 18 Januari 2022, Terbit Rencana ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi di suatu tempat di Kota Binjai. Terbit dan sejumlah pejabat di Kabupaten Langkat terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT). Dengan ditangkapnya Terbit, maka Syah Afandin menjadi pelaksana tugas bupati.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Penduduk
Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen pada periode 1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2. sedangkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen. Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk periode 2005-2010.
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak 83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang Serangan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per km2.
Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen.
Suku bangsa
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2000, penduduk Kabupaten Langkat sangat heterogen dengan mayoritas bersuku bangsa Jawa. Adapun besaran penduduk Langkat menurut suku bangsa ialah suku Jawa sebanyak 56,87%, kemudian Batak sebanyak 17,52% dengan mayoritas Karo sebanyak 10,22%, kemudian Toba 4,76% dan Mandailing serta Angkola sebanyak 2,54%. Penduduk Melayu sebanyak 14,93%, diikuti orang Aceh sebanyak 2,29%, orang Minangkabau 1,29%, Tionghoa 0,88%, Nias 0,19% dan suku lainnya sebanyak 6,10%.
Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Langkat tahun 2020 mencatat bahwa mayoritas warga memeluk agama Islam yakni 89,41%, kemudian Kristen 9,42% (Protestan 7,36% dan Katolik 2,06%), Buddha 0,87%, Hindu 0,21% dan lainnya 0,08%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 1.082 masjid, 1.003 mushala, 429 gereja Protestan, 46 gereja Katolik, 18 vihara dan 8 pura atau kuil.
Pariwisata
Objek wisata
Bukit Lawang
Tangkahan
Masjid Azizi
Batu Katak
Tokoh
Syeikh Abdul Wahab Rokan
Syeikh Muhammad Husni Ginting Al-Langkati Al-Azhari
Amir Hamzah
Datok Haji Nordin gelar Datok Setia Bakti
H.Tengku MHD Khalid Bin Sultan Mangedar
Syamsul Arifin
Markus Horison
Prof. Dr. Djohar Arifin Husin
Arman Chandra
Ariel_(penyanyi) Vokalis band Noah
Lihat pula
Kesultanan Langkat
Suku Melayu Langkat
Masjid Azizi
Referensi
Pranala luar
Daftar Kecamatan
Kabupaten di Indonesia
Kabupaten di Sumatra Utara
Kabupaten Langkat |
3994 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Tanjungbalai | Kota Tanjungbalai | Tanjungbalai (Jawi: تنجوڠ بلاي) adalah salah satu kota di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Luas wilayahnya 60,52 km² dan penduduk berjumlah 175.233 jiwa tahun 2019. Kota ini berada di tepi Sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatra Utara. Jarak tempuh dari Kota Medan lebih kurang 186 KM atau sekitar 5 jam perjalanan kendaraan.
Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 ha (2 km²) menjadi 60,52 km², kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per km². Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan.
Sejarah
Berdasarkan sejarah, keberadaaan Kota Tanjungbalai tidak dapat dipisahkan dengan Kesultanan Asahan yang telah berdiri ± 392 tahun yang lalu. Tepatnya dengan penobatan Sultan Abdul Jalil sebagai sultan pertama Kesultanan Asahan di Kampung Tanjung yang merupakan cikal bakal nama Tanjungbalai pada tahun 1620. Asal-usul nama Kota Tanjungbalai menurut cerita rakyat bermula dari sebuah balai yang ada di sekitar ujung tanjung di muara sungai Silau dan aliran sungai Asahan. Lama – kelamaan balai tersebut semakin ramai disinggahi karena letaknya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas bagi orang-orang yang ingin berpergian ke hulu Sungai Silau dan Sungai Asahan. Selanjutnya kampung tersebut dan wilayah sekitarnya dinamakan "Kampung Tanjung" dan orang lazim menyebutnya “ Balai di Tanjung”.
Tanggal 27 Desember yang merupakan hari mangkatnya Sultan Kerajaan Aceh Sultan Iskandar Muda yang merupakan ayahanda Sultan Abdul Jalil yang kemudian telah dijadikan sebagai hari lahir Kota Tanjungbalai yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan DPRD Kotamadya Tanjungbalai Nomor 4 / DPRD / TB / 1986 tanggal 25 November 1986.
Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh 8 orang raja sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1620 sampai dengan raja terakhir Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah pada tahun 1933. Raja terakhir mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di lingkungan Masjid Raya Tanjungbalai.
Di zaman penjajahan Belanda, pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjungbalai semakin meningkat dan strategis. Kota Tanjungbalai dijadikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl. 1917 Nomor 284. Hal ini sejalan dengan berdirinya perkebunan – perkebunan di daerah Asahan dan Sumatera Timur, seperti H.A.P.M, SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain. Pembangunan jalur transportasi seperti jalan, jembatan dan jalur kereta api mempermudah akses ke Kota Tanjungbalai. Sehingga hasil-hasil dari perkebunan dapat dipasarkan dengan lancar ke luar negeri melalui pelabuhan Tanjungbalai. Maka Kota Tanjungbalai berkembang sebagai kota pelabuhan yang diperhitungkan di pantai timur Sumatera Utara.
Pembukaan kantor – kantor dagang berbagai maskapai Belanda di Tanjungbalai pada abad XX, seperti K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka mulailah bangsa Eropa menetap di Kota Tanjungbalai. Asisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai yang jabatannya bertindak sebagai Wali kota dan Ketua Dewan Kota (Voorzitter van den Gemeenteraad). Maka mulai saat itu Kota Tanjungbalai selain tempat kedudukan Raja, juga merupakan tempat kedudukan Asisten Resident.
Sejak kemerdekaan Republik Indonesia, keberadaan Kota Tanjungbalai sebagai daerah otonom ditetapkan berdasarkan Undang – Undang Nomor 9 Darurat Tahun 1956 (LN Tahun 1956 Nomor 60, TLN Nomor 1092) tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota – Kota Kecil dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara, nama Gementee Tanjungbalai diganti dengan Kota Kecil Tanjungbalai. Berdasarkan Surat Mendagri Nomor U.P.15/2/3 tanggal 18 September 1956, jabatan Wali kota Tanjungbalai terpisah dari Bupati Asahan. Selanjutnya dengan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1957, nama Kota Kecil Tanjungbalai diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai.
Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan tahun 1917, luas wilayah Kota Tanjungbalai hanya 106 Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui Maklumat Nomor 260 tanggal 11 Januari 1958, daerah – daerah yang dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 Nomor 641) dikembalikan pada batas semula, sehingga luasnya menjadi ± 190 – 200 Ha ( ±2 km²). Berdasarkan Sensus penduduk tahun 1980, dengan luas wilayah 2 km² dan jumlah penduduk ± 40.000 jiwa (kepadatan penduduk ± 20.000 jiwa per km²), menjadikan Kota Tanjungbalai sebagai Kota terpadat di Asia Tenggara saat itu.
Selanjutnya dengan terbitnya PP Nomor : 11 Tahun 1984 (LN Tahun 1984 Nomor 12) tanggal 29 Maret 1984, maka oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Mendagri, pada tanggal 5 Januari 1985 telah meresmikan terbentuknya 2 (dua) Kecamatan di Kotamadya Dati II Tanjungbalai, yaitu Kecamatan Tanjungbalai Selatan dan Kecamatan Tanjungbalai Utara.
Kemudian berdasarkan PP Nomor 20 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Dati II Tanjungbalai dengan Kabupaten Dati II Asahan, serta Inmendagri Nomor 22 Tahun 1987 tentang Pelaksanaan PP Nomor 20 tahun 1987, maka luas wilayah Kota Tanjungbalai berubah menjadi 6.052 Ha dengan 5 Kecamatan 11 Kelurahan dan 19 Desa. Berdasarkan Perda Nomor 23 Tahun 2001 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan di Wilayah Kota Tanjungbalai, 19 Desa tersebut telah diubah statusnya menjadi Kelurahan. Semenjak itulah di Kota Tanjungbalai terdapat 5 Kecamatan dengan 30 Kelurahan.
Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungbalai Nomor 4 tahun 2005 telah ditetapkan pembentukan kecamatan Datuk Bandar Timur sebagai hasil pemekaran kecamatan Datuk Bandar. Selanjutnya berdasarkan Perda Kota Tanjungbalai Nomor 3 Tahun 2006 telah ditetapkan pembentukan kelurahan Pantai Johor di kecamatan Datuk Bandar. Dengan demikian sampai saat ini, Kota Tanjungbalai terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan.
Geografi
Letak Kota Tanjungbalai berada di antara 2°58'00" Lintang Utara dan 99°48'00" Bujur Timur. Luas wilayahnya adalah 60,52 km². Kota Tanjungbalai menjadi tempat pertemuan bagi dua sungai besar yang bermuara ke Selat Malaka, yaitu Sungai Silau dan Sungai Asahan. Lokasi pertemuan kedua sungai ini berada di timur laut Kota Tanjungbalai.
Kota Tanjungbalai memiliki sebuah pelabuhan bernama Pelabuhan Teluk Nibung. Lokasinya berada di Kecamatan Teluk Nibung. Pelabuhan Teluk Nibung merupakan pelabuhan tertua kedua di provinsi Sumatra Utara sesudah Pelabuhan Belawan. Keberadaan Pelabuhan Teluk Nibung telah dikenal sejak zaman kolonial Belanda sebagai pelabuhan internasional yang memiliki kegiatan ekspor-impor yang cukup ramai dikunjungi karena berdekatan dengan negara tetangga Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Selain itu, Kota Tanjungbalai juga memiliki jembatan terpanjang di provinsi Sumatra Utara sepanjang ±600 m yang menghubungkan Kota Tanjungbalai dengan desa Sei Kepayang Kiri, Sei Kepayang Tengah, dan Sei Kepayang Kanan kabupaten Asahan, serta Open Stage yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Tanjungbalai, yang berdiri megah di atas Lapangan Pasir Kota Tanjungbalai.
Batas Wilayah
dengan batas-batas sebagai berikut:
Kota Tanjungbalai terletak di antara 2º58' Lintang Utara dan 99º48' Bujur Timur. Posisi Kota Tanjungbalai berada di wilayah Pantai Timur Sumatra Utara pada ketinggian 0–3 m di atas permukaan laut dan kondisi wilayah relatif datar. Kota Tanjungbalai secara administratif terdiri dari 6 Kecamatan, 31 Kelurahan. Luas wilayah Kota Tanjungbalai 6.052 Ha (60,52 km²)
Potensi Unggulan Daerah
Berdasarkan letak geografis yang sangat strategis, maka potensi Kota Tanjungbalai yang dapat dikembangkan antara lain :
Sebagai Pusat Pelayanan Sekunder A yakni Pusat Pembangunan Kawasan Sektor Unggulan meliputi : Perkebunan, Pertanian dan Industri terhadap wilayah hinterland-nya sesuai Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Sebagai jalur transit perdagangan internasional dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura dan Pelabuhan alternatif bagi daerah hinterland, seperti : Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Kepulauan Riau, Pesisir Provinsi Riau dan kota-kota besar lainnya di Sumatra Utara.
Mempunyai lahan yang cukup luas dan produktif untuk pengembangan sebagai kota industri, perdagangan, pelayanan jasa telekomunikasi yang didukung oleh Pelabuhan Teluk Nibung sebagai andalan keluar masuk barang (ekspor – impor) dan penumpang.
Dapat dilalui dengan sarana transportasi baik darat maupun sungai.
Fasilitas andalan yang tersedia seperti; jaringan air minum, listrik, transportasi darat dan kereta api, sarana pendidikan, sarana kesehatan, serta sarana lainnya.
Mempunyai sumber daya alam yang dapat dikembangkan di sektor perikanan khsususnya perikanan tangkap dan budidaya.
Sumber Daya Manusia yang dapat dikembangkan sebagai modal pembangunan kedepan.
Sumber Daya Alam yang tersedia seperti : kandungan mineral, galian C Sungai Silau dan Sungai Asahan. Sumber daya alam yang sangat besar dari sungai Asahan adalah pasir sungai. Pasir sungai Asahan ini merupakan bahan alami yang terbentuk dari proses pengikisan tanah disepanjang sungai mulai dari hulu hingga hilir. Pasir sungai Asahan mengandung 70-80% silica. Dengan kandungan silica yang besar ini, pasir sungai Asahan mempunyai karakteristik yang khas dan sangat baik untuk beberapa bahan baku, diantaranya :
Bahan baku industri kaca
Bahan baku penyaring dan penjernih air
Bahan baku pencampur dalam industri keramik dan porselin
Bahan baku untuk konstruksi
Pemerintahan
Daftar Wali Kota
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Kota Tanjungbalai berjumlah 179.035 jiwa yang terdiri atas 90.583 jiwa pria dan 88.452 jiwa perempuan. Penduduk Kecamatan terbanyak berada di Kecamatan Teluknibung dengan jumlah penduduk 41.483 jiwa sedangkan yang terendah berada di Kecamatan Tanjungbalai Utara Dengan jumlah penduduk 17.930 jiwa.
Dan Berikut adalah tabel penduduk Kota Tanjungbalai Per Kecamatan Tahun 2020 :
Suku
Tanjungbalai yang dalam sejarahnya menjadi kota perdagangan tidak diragukan lagi merupakan kota multietnis. Berbagai suku bangsa bercampur di sini: Batak, Melayu, Jawa, Tionghoa adalah sebagian dari etnik yang bermukim di kota ini. Namun suku asli kota ini ialah orang Melayu. Berdasarkan data pemerintahan kota Tanjungbalai tahun 2015, suku Batak termasuk Toba, Angkola, Mandailing, Simalungun, Karo dan Pakpak sebanyak 42,56%. Kemudian diikuti Jawa, Melayu, dan lainnya.
Agama
Berdasarkan data pemerintah Kota Tanjungbalai menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kota Tanjungbalai memeluk agama Islam sebanyak 84,67 persen. Selebihnya menganut agama Kristen Protestan, Buddha, Katolik, dan sebagian kecil menganut agama Hindu serta kepercayaan.
Kesehatan
Ekonomi
Perbankan
Bank SUMUT
Bank Mandiri
Bank BRI
Bank BCA
Bank Syariah Indonesia
Bank BNI
Bank Danamon
Bank Mega
Bank Panin
Bank QNB Indonesia
Pariwisata
Wisata kuliner
Beberapa makanan khas kota Tanjungbalai diantaranya sebagai berikut :
• Kerang daguk (Kerang batu)
• Kerang bulu
• Ikan asin mayung
•Ikan teri Medan (Teri putih)
•Udang asin (Udang pukul)
•Gulai masam
•Sayur daun ubi tumbuk
•Kerang "kemudi kapal" (Kerang hijau)
•Utak kotam
•Sombam ikan
•Anyang pakis dan Anyang kepah.
Lain-lain
Setiap akhir tahun, diadakan Pesta Kerang guna memperingati Hari Ulang Tahun Kota Tanjungbalai.
Kota ini dijuluki "Kota Kerang". (hal ini dikarenakan dulu Kota Tanjungbalai pernah menghasilkan Kerang dalam jumlah yang besar, tetapi beberapa waktu belakangan ini produksi Kerang jauh menurun dikarenakan ekosistim yang tidak mendukung)
Kota ini memiliki jembatan terpanjang di Sumatra Utara yang melintasi Sungai Asahan.
Tanjungbalai pernah menerima Anugerah Adipura sebagai kota terbersih se-Indonesia pada tahun 2008, 2009, 2012, dan 2013.
Referensi
Pranala luar
Portal Resmi Pemerintah Kota Tanjungbalai
Badan Pusat Statistik Kota Tanjung Balai
Kota di Sumatra Utara |
3998 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Tebing%20Tinggi | Kota Tebing Tinggi | Tebing Tinggi (abjad Jawi: تبڠ تنڠي) adalah sebuah kota di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota Tebing Tinggi berada ditengah-tengah Kabupaten Serdang Bedagai, dengan luas wilayah 38,44 km² dan pada tahun 2020 memiliki penduduk sebanyak 172.838 jiwa, dengan kepadatan 4.496 jiwa/km².
Geografi
Menurut Data Badan Informasi dan Komunikasi Sumatra Utara, Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintahan kota dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatra Utara. Berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan (Ibu kota Provinsi Sumatra Utara) serta terletak pada lintas utama Sumatra yang menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatra melalui lintas diagonal pada ruas Jalan Tebing Tinggi, Pematangsiantar, Parapat, Balige dan Siborong-borong.
Batas Wilayah
Iklim
Tebing Tinggi beriklim tropis dataran rendah. Ketinggian 26 – 24 meter di atas permukaan laut dengan topografi mendatar dan bergelombang. Temperatur udara di kota ini cukup panas yaitu berkisar 25°–27 °C. Sebagaimana kota di Sumatra Utara, curah hujan per tahun rata-rata 1.776 mm/tahun dengan kelembaban udara 80%-90%.
Hidrologi
Di Tebing Tinggi terdapat empat sungai yang mengalir dari barat menuju timur. Keempat sungai tersebut adalah Sungai Padang, Sungai Bahilang, Sungai Kalembah, dan Sungai Sibaran. Daerah sekitar Sungai Padang dan Bahilang merupakan wilayah potensi banjir, yaitu Kelurahan Bandar Utama, Persiakan, Bandar Sono, Mandailing, Bagelan, Rambung, Tambangan, Brohal dan Rantau Laban.
Sejarah
Datuk Bandar Kajum Damanik
Daratan yang terhampar di sepanjang pinggiran Sungai Padang dan Sungai Bahilang itu mulai dihuni sebagai tempat tinggal sekitar tahun 1864. Inilah pernyataan resmi pertama yang dibuat oleh sejumlah tokoh masyarakat Kota Tebing Tinggi pada tahun 1987. Pernyataan ini terdapat dalam makalah berjudul "Kertas Kerja Mengenai Pokok-Pokok Pikiran Sekitar Hari Penetapan Berdirinya Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi". Makalah ini kemudian dijadikan sebagai Perda yang menetapkan bahwa awal berdirinya Kota Tebing Tinggi adalah 1 Juli 1917.
Dalam makalah itu dipaparkan bagaimana perkembangan daerah ini pasca tahun 1864. Dimana dalam tahun berikutnya, berdasarkan penuturan lisan, seorang bangsawan dari wilayah Bandar Simalungun (sekarang masuk wilayah Pagurawan) bernama Datuk Bandar Kajum bersama pengikut setianya menyusuri sungai Padang untuk mencari hunian baru, hingga kemudian mendarat dan bermukim di sekitar aliran sungai besar itu. Pemukiman itu bernama Kampung Tanjung Marulak (sekarang Kelurahan Tanjung Marulak, Rambutan).
Sayangnya, kehidupan bangsawan dari Bandar ini tidaklah tenteram, karena dia terus saja diburu oleh tentara Kerajaan Raya. Maka, Datuk Bandar Kajum memindahkan pemukimannya ke suatu lokasi yang persis berada di bibir sungai Padang. Pemukiman itu merupakan sebuah tebing yang tinggi. Dia dan para pengikutnya mendirikan hunian di atas tebing yang tinggi itu sembari memagarinya dengan kayu yang kokoh. Pemukiman Datuk Bandar Kajum inilah yang sekarang berlokasi di Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Padang Hilir dan kini menjadi lokasi pemakaman keturunan Datuk Bandar Kajum, kemudian yang diyakini sebagai cikal bakal nama Tebing Tinggi.
Pada masa itu, tentara dari Kerajaan Raya suatu kali kembali menyerang Kampung Tebing Tinggi untuk menangkap Datuk Bandar Kajum, tetapi karena tidak berada di tempat, Datuk Bandar Kajum yang bergelar Datuk Punggawa ini selamat. Sedangkan keluarganya, bersama pengikutnya, melarikan diri ke Perkebunan Rambutan yang saat itu dibawah kekuasaan Kolonial Belanda. Dibantu oleh Belanda, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan serangan balasan terhadap tentara Kerajaan Raya ini. Dalam peperangan itu, ia bersama pengikutnya berhasil mengalahkan penyerang.
Setelah suasana kembali aman, untuk tetap menjaga ketentraman daerah itu, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan perjanjian dengan Belanda. Oleh Belanda, daerah kekuasaan Datuk Bandar Kajum ini dilebur menjadi wilayah taklukan Kerajaan Deli. Penandatanganan perjanjian itu, dilakukan Datuk Bandar Kajum dan Belanda di sebuah sampan bernama "Sagur" di sekitar muara sungai Bahilang.
Adalah Datuk Idris Hood bersama Adnan Ilyas, Drs. Mulia Sianipar, Amirullah, Kasmiran, Djunjung Siregar, Mangara Sirait, Sjahnan dan O.K.Siradjoel Abidin yang membuat kertas kerja itu dan berusaha menggali sejarah berdirinya Kota Tebing Tinggi. Namun, sebagian besar tokoh ini sudah wafat, sehingga kalangan generasi muda merasa kesulitan untuk melacak akar historis daerah yang bergelar kota lemang itu. Salah satu di antara tokoh itu yang masih hidup adalah Mangara Sirait, mantan anggota DPRD Tebing Tinggi, yang kini bermukim di belakang LP Tebing Tinggi. Pertanyaan yang paling mendasar saat ini adalah, apakah nama daerah hunian dan tempat tinggal di sepanjang aliran sungai Padang dan sungai Bahilang itu sebelum nama "Tebing Tinggi" muncul dalam data sejarah?
Kerajaan Padang
"Daerah itu bernama Kerajaan Padang," tegas Amiruddin Damanik, warga Desa Kuta Baru, Tebingtinggi, Serdang Bedagai.Jauh sebelum ada kampung Tebing Tinggi, sepanjang aliran sungai Padang dari hulu hingga hilir, daerah itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Padang.
Kerajaan ini dulunya merupakan daerah otonom di bawah Kerajaan Deli yang berpusat di Deli Tua, jelas Amiruddin Damanik yang merupakan mantan penghulu pada masa penghujung berakhirnya kerajaan itu menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Pusat kerajaan ini, lanjut dia, berada di Kampung Bandar Sakti (sekarang Bandar Sakti, Bajenis, Tebing Tinggi) yang merupakan pelabuhan sungai dan menjadi pusat perdagangan Kerajaan Padang dengan kerajaan lain. "Waktu itu sungai merupakan sarana transportasi utama, jadi wajar kalau ibu kota Kerajaan Padang berada di tepian sungai Padang," terang laki-laki yang terlihat masih memiliki ingatan kuat meski fisiknya sudah sepuh.
Pusat administrasi Kerajaan Padang berada di sebuah bangunan bergaya arsitektur Eropa yang saat ini menjadi markas Koramil 013, di Jalan K.F.Tandean. Bangunan itulah yang menjadi saksi bisu keberadaan Kerajaan Padang. Sedangkan istana raja, lokasinya tidak berapa jauh dari pusat administrasi kerajaan.“Seingat saya, dulu istana itu masih ada di belakang panglong, bersisian dengan Jalan Dr. Kumpulan Pane dan masih terlihat dari persimpangan Jalan KF Tandean. Tapi sekarang entah ada lagi entah tidak,” tutur Amiruddin Damanik, yang mengaku sudah belasan tahun tidak ke kota (Tebing Tinggi).Historis Kerajaan Padang ini,dapat dilacak juga melalui cerita lisan, bermula dari memerintahnya seorang penguasa bernama Raja Syah Bokar. Bersama raja ini ada beberapa pembantu raja yang dikenal cukup berpengaruh masa itu, mereka adalah Panglima Daud berkedudukan sebagai panglima perang dan Orang Kaya Bakir sebagai bendahara kerajaan.
Di bawah pengaruh raja ini, Kerajaan Padang memiliki daerah yang luas terdiri dari puluhan kampung dan dipimpin kepala kampung masing-masing. Tiap-tiap kampung merupakan daerah otonom tetapi tunduk pada kekuasaan Kerajaan Padang. Di sebelah utara, Kerajaan Padang berbatasan dengan perkebunan Rambutan yang dikuasai Belanda. Di sebelah selatan, Kerajaan Padang memiliki kampung-kampung yang menjadi batas wilayahnya dengan Kerajaan Raya, Simalungun. Kampung itu adalah Huta Padang dan Bartong –saat ini berada di Kec.Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagei. Ke arah barat, kerajaan ini mencapai Kampung Pertapaan –sekarang masuk Kec. Dolok Masihul, Sergai. Demikian pula ke arah timur, kerajaan ini memiliki batas hingga ke Bandar Khalifah—sekarang Kec. Bandar Khalifah, Sergai.
Kerajaan Padang masa itu dihuni penduduk dari multi etnis, baik etnis lokal maupun dari mancanegara. Hingga kini bukti-bukti multi etnisitas itu terlihat dari penamaan kampung-kampung yang ada di Kota Tebing Tinggi., seperti, Kampung Jawa, Kampung Begelen, Kampung Rao, Kampung Mandailing, Kampung Tempel, Kampung Batak dan Kampung Keling. Penamaan kampung yang terakhir ini berlokasi di pinggiran sungai Padang –saat ini terletak di Kelurahan Tanjung Marulak—menginformasikan bahwa pada masa Kerajaan Padang wilayah itu sudah di huni salah satu suku bangsa dari anak benua India. Bukti arkeologis keberadaan etnis anak benua India itu dengan pernah ditemukannya bangkai sebuah perahu bergaya Hindu mengendap dari kedalaman sungai Padang di Desa Kuta Baru sekira lima tahun lalu. Namun sayang, bangkai kapal itu hancur karena tidak terawat.
Demikian pula dengan keberadaan etnis Tionghoa telah ada seiring dengan perkembangan hubungan Kerajaan Padang dengan kerajaan lain. Etnis Tionghoa kala itu, banyak menghuni pinggiran muara sungai Bahilang. Kelompok mereka dipimpin seorang kapitan. “Hingga kini kalau saya tidak salah kediaman kapitan Cina iu masih ada di Jalan Iskandar Muda berhadapan dengan bekas bioskop Metro,” tegas orang tua yang enggan di panggil kakek itu.
Di samping kedua etnis ini, orang-orang Belanda juga belakangan menghuni Kerajaan Padang . Ini dibuktikan dengan adanya perkuburan mereka yang disebut Kerkof (kuburan) di Kampung Bagelen –sekarang di Jalan Cemara.
Beberapa kampung yang spesifik dari kegiatan penduduk kala itu juga masih terabadikan hingga kini, misalnya Kampung Bicara, Bandar Sono, Kampung Persiakan, Kampung Durian, Kampung Jati, Kampung Sawo, Kampung Kurnia, Kampung Jeruk, Kampung Semut, Kampung Tambangan, Kampung Sigiling dan Kampung Badak Bejuang serta beberapa kampung lainnya.
Batas Kerajaan Padang
“Sebelum sampai Sipispis, ada satu kampung bernama Bartong, itulah batas wilayah terjauh Kerajaan Padang,” tegas tokoh sepuh itu yang pernah menjadi tahanan politik di awal Orde Baru. Batas itu diperoleh Kerajaan Padang setelah memenangkan pe perangan dengan Kerajaan Raya. “Perang itu bernama perang Lopot-Lopot, artinya perang intip-mengintip,” jelas penutur ini.
Asal terjadinya perang, ujar Amiruddin, bermula dari seringnya muncul gangguan yang kadang-kadang berakhir dengan pembunuhan dari orang-orang Kerajaan Raya terhadap masyarakat di sekitar Kampung Bulian. Akibatnya, karena ketakutan, penduduk Kampung Bulian banyak yang mengungsi hingga ke Bandar Sakti. Melihat keadaan ini, pasukan Kerajaan Padang kemudian membuat sebuah jembatan di atas sungai Kelembah. Maksudnya untuk mengontrol siapa saja orang-orang yang keluar-masuk ke ibu kota kerajaan.
Ternyata, dibuatnya jembatan itu membuat Kerajaan Raya tidak senang, sehingga mereka selalu saja mengganggu ketentraman warga di Kerajaan Padang. Menghadapi keadaan tidak tenteram itu, Raja Syah Bokar kemudian memerintahkan Panglima Daud untuk mengusir para pengacau itu. Dalam pengusiran itu, Panglima Daud melakukan penaklukan terhadap beberapa kampung lainnya, hingga kemudian panglima Kerajaan Padang ini menghentikan pengejaran di Kampung Bartong. Kampung inilah yang dijadikan batas Kerajaan Padang.
Usai peperangan, Kerajaan Padang harus menghadapi suatu masa pancaroba dalam bentuk perebutan kekuasaan. Dalam suatu acara perburuan di Bandar Khalifah, Raja Syah Bokar karena pengkhianatan panglimanya, mati terbunuh. Lalu, sepeninggal sang raja, kekuasaan dikendalikan oleh OK Bakir. Bendaharawan kerajaan ini menjalankan pemerintahan menunggu dua anak Raja Syah Bokar yang bernama Tengku Alamsyah dan Tengku Hasyim menamatkan sekolahnya di Batavia.
Dalam catatan penutur, di saat jabatan di pangku OK Bakir inilah Kerajaan Padang kemudian takluk di bawah Kerajaan Deli yang otomatis menjadi taklukan Kolonial Belanda. Sebagai bukti ketundukan terhadap Kerajaan Deli, kerajaan induk ini kemudian mengirim salah seorang petingginya menjadi pemangku raja di Kerajaan Padang. Petinggi Kerajaan Deli itu bernama Tengku Jalal yang kemudian menjabat sebagai raja menanti keturunan raja yang wafat pulang dari tugas belajar.
Selesai menamatkan sekolah, kedua keturunan raja ini kemudian kembali ke Kerajaan Padang untuk melanjutkan tampuk kekuasaan. Pemegang tampuk kekuasaan pertama jatuh ke tangan anak tertua yakni Tengku Alamsyah. Baru kemudian diserahkan kepada anak lainnya yakni Tengku Hasyim. Di tangan Tengku Hasyim ini, gejolak menuntut kemerdekaan terhadap Kolonial Belanda menggemuruh. Sehingga akhirnya seluruh wilayah Kerajaan Padang melebur menjadi Tebing Tinggi dengan batas-batas yang ditentukan administrasi Kolonial Belanda. Batas-batas inilah yang hingga kini menjadi patok administrasi Kota Tebing Tinggi.
Akan halnya Datuk Bandar Kajum, berdasarkan pada penuturan historis lebih awal ini, diperkirakan sebagai salah seorang pemuka masyarakat di Kerajaan Padang. Dia, mendapatkan kehormatan dari penguasa Kerajaan Padang dengan gelar Datuk Punggawa karena kesertaannya dalam perang menghadapi Kerajaan Raya. Datuk Bandar Kajum pun kemudian diberikan tanah dan wewenang untuk membangun pemukiman yang kemudian disebut Kampung Tebing Tinggi.
Lalu, dari pelacakan akar historis Kota Tebing Tinggi pada masa lalu, setidaknya harapan masyarakat Kota Tebing Tinggi untuk melakukan pemekaran wilayah, sebenarnya memiliki momentum historisitas yang bisa jadi memiliki validitas kuat. Jika menggunakan data sejarah di atas—meski merupakan data lisan—sebenarnya wilayah Kota Tebing Tinggi sekarang ini lebih kecil dari wilayah Kerajaan Padang yang berpusat di kota itu. Ada puluhan desa dan kampung di hinterland yang dulunya merupakan wilayah Kerajaan Padang.
Namun karena keberadaan wilayah Tebing Tinggi ini hanya didasarkan pada data Kolonial Belanda, keadaannya menjadi riskan. Kota Tebing Tinggi sebagai ibu kota Kerajaan Padang harus kehilangan puluhan kampung yang dulunya merupakan bagian dari Kota Tebing Tinggi masa lalu itu. Penjajahan Kolonial Belanda telah merugikan Tebing Tinggi dalam soal administrasi kewilayahan. Sudah saatnya memang kita menagih kembali daerah Tebing Tinggi yang hilang berdasarkan wilayah Kerajaan Padang. Ayo bung, kita mekarkan Kota Tebing Tinggi berdasarkan data historis itu.
Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1887, oleh pemerintah Hindia Belanda, Tebing Tinggi ditetapkan sebagai kota pemerintahan dimana pada tahun tersebut juga dibangun perkebunan besar yang berlokasi di sekitar Kota Tebing Tinggi (hinterland). Pada tahun 1904, menjelang persiapan Tebing Tinggi menjadi kota otonom, didirikan sebuah Badan Pemerintahan yang bernama Plaatselijkke Fonds oleh Cultuur Paad Soematera Timoer.
Pada tanggal 23 Juli 1903, pemerintah Hindia Belanda menetapkan daerah Otonom Kota kecil Tebing Tinggi menjadi pemerintahan kota Tebing Tinggi sebagai daerah otonom dengan sistim desentralisasi.
Pada tahun 1910, sebelum di laksanakannya Zelf Bestuur Padang (Kerajaan Padang), maka telah dibuat titik "Pole Gruth" yaitu pusat perkembangan kota sebagai jarak ukur antara Kota Tebing Tinggi dengan kota sekitarnya. Patok Pole Gruth tersebut terletak di tengah-tengah Taman Bunga di lokasi Rumah Sakit Umum Herna. Untuk menunjang jalannya roda pemerintahan maka diadakan kutipan-kutipan berupa Cukai Pekan, Iuran penerangan dan lain-lain yang berjalan dengan baik.
Pada masa Tebing Tinggi menjadi Kota Otonom maka untuk melaksanakan Pemerintahan, selanjutnya dibentuk Badan Gementeraad Tebing Tinggi, yang beranggotakan 9 orang dengan komposisinya 5 orang Bangsa Eropa, 3 orang Bumiputera, dan 1 orang Bangsa Timur Asing. Hal ini didasarkan kepada Akta Perjanjian Pemerintah Belanda dengan Sultan Deli, bahwa dalam lingkungan Zelfbestuur didudukan orang asing Eropa dan yang dipersamakan dan ditambah dengan orang-orang Timur Asing.
Pada masa itu, adanya perbedaan golongan penduduk, menyebabkan adanya perbedaan pengaturan penguasaan tanah. Untuk mengadakan pengutipan-pengutipan yang disebut setoran retribusi dan pajak daerah, diangkatlah pada waktu itu Penghulu Pekan. Tugas Penghulu Pekan ini juga termasuk menyampaikan perintah-perintah atau kewajiban-kewajiban kepada Rakyat kota Tebing Tinggi yang masuk daerah Zelfbestuur.
Dalam perkembangan selanjutnya informasi Kota Tebing Tinggi sebagai kota Otonom dapat kita baca dari tulisan J.J.Mendelaar, dalam “NOTA BERTREFENDE DEGEMENTE TEBING TINGGI” yang dibuatnya sekitar bulan Juli 1930.
Dalam salah satu bab dari tulisan tersebut dinyatakan bahwa setelah beberapa tahun dalam keadaan vakum mengenai perluasan pelaksanaan Desentralisasi, maka pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Desentralisasiewet berdirilah Gementee Tebing tinggi dengan Stelings Ordanitie Van Statblaad 1917 yang berlaku 1 Juli 1917. Karenanya, tanggal 1 Juli inilah yang menjadi Hari jadi Kota Tebing Tinggi.
Masa Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, pelaksanaan pemerintah di Tebing Tinggi tidak lagi dilaksanakan oleh Dewan Kota yang bernama Gementeeraad. Pemerintah Jepang menggantikannya dengan nama Dewan Gementee Tebing Tinggi. Menjelang Proklamasi (masih pada masa Jepang) pemerintahan kota Tebing Tinggi tidak berjalan dengan baik.
Masa Indonesia Merdeka
Pada tanggal 20 November 1945, Dewan kota disusun kembali. Dalam formasi keanggotaannya sudah mengalami kemajuan, yang para anggota Dewan Kota terdiri dari pemuka Masyarakat dan Anggota Komite Nasional Daerah. Dewan Kota ini juga tidak berjalan lama, karena pada tanggal 13 Desember 1945, terjadilah pertempuran dengan Militer Jepeng dan sampai sekarang terkenal dengan Peristiwa Berdarah 13 Desember 1945, yang diperingati setiap tahun.
Pada tanggal 17 Mei 1946, Gubernur Sumatra Utara menerbitkan suatu keputusan No.103 tentang pembentukan Dewan Kota Tebing Tinggi, yang selanjutnya disempurnakan kembali dengan nama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, walaupun pada waktu itu ketua Dewan dirangkap Bupati Deli Serdang.
Ketika Agresi pertama Belanda yang dilancarkan pada tanggal 21 Juli 1947, Dewan Kota Tebing Tinggi dibekukan, demikian pula keadaan pada waktu berdirinya Negara Sumatra Timur, Kota Tebing Tinggi tidak mempunyai Dewan Kota untuk melaksanakan tugas pemerintahan.
Pada masa RIS, Dewan kota diadakan berdasarkan peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1950. Tetapi dalam proses pelaksanaannya, panitia pemilihan belum sempat menjalankan tugasnya, Peraturan Pemerintah No. 39 tersebut telah dibatalkan.
Menurut undang-undang No.1 tahun 1957, pemerintah di daerah ini menganut asas Otonomi daerah yang seluasnya. Walaupun dalam undang-undang tersebut ditetapkan bahwa daerah ini berhak mempunyai DPRD yang diambil dari hasil Pemilihan Umum 1955, tetapi berdasarkan undang-undang darurat 1956 DPRD PERALIHAN kota Tebing Tinggi hanya mempunyai 10 (Sepuluh) orang anggota.
Setelah keluarnya Undang-Undang No. 5 tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, pelaksanaan pemerintahan di Kota Tebing Tinggi sudah relatif lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Tetapi, walaupun sudah memiliki perangkat yang cukup baik, namun karena terbatasnya kemampuan daerah dalam mendukung pengadaan dalam berbagai fasilitas yang di butuhkan, roda pemerintahan di daerah ternyata masih banyak mengalami hambatan.
Pada tahun 1980 Presiden Republik Indonesia telah mengganugerakan tanda kehormatan "PARASAMYA PURNA KARYA NUGRAHA" kepada Kotamadya Dati II Tebing Tinggi sebagai penghargaan tertinggi atas hasil kerjanya dalam melaksanakan pembangunan Lima Tahun Kedua, sehingga dinilai telah memberikan kemampuan bagi pembangunan, demi kemajuan Negara Indonesia pada umumnya daerah khususnya.
Peristiwa penting
Kerusuhan Mei 1998
Saat lahirnya Reformasi Indonesia pada Mei 1998, Kota Tebing Tinggi juga tak luput dari kerusuhan terhadap etnis Tionghoa. Masyarakat yang saat itu tercekik ekonominya karena harga yang membubung tinggi, beramai-ramai melakukan penjarahan toko-toko milik etnis Tionghoa. Pertokoan Jalan Suprapto dan KH Dahlan tak luput dari penjarahan. Beberapa kilang padi milik etnis Tionghoa juga dijarah. Dampaknya seluruh pertokoan di seluruh kota tutup, bahkan selama tiga tahun sejak penjarahan, kota Tebing Tinggi sepertinya lumpuh pada malam hari karena tidak adanya toko yang berani buka pada malam hari.
Banjir Besar 2001
Akhir Tahun 2001, banjir besar melanda hampir seluruh pesisir timur Sumatra Utara. Tebing Tinggi juga tidak luput dari bencana besar ini. Dua sungai besar yang membelah kota ini, yakni Sungai Padang dan Sungai Bahilang meluap. Selama tiga hari air merendam yang ada, ditambah dengan lumpuhnya aktivitas masyarakat kota. Beberapa kendaraan antar kota dari dan menuju Kota Medan terjebak banjir dan terpaksa menginap di jalanan kota Tebing Tinggi. Tidak ada korban jiwa dalam banjir ini, namun kerugian materi yang ada, tidak bisa terelakan.
Pemerintahan
Daftar Wali Kota
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Penduduk
Penduduk asli di kota ini adalah suku Melayu. Kota Tebing Tinggi salah satu kota yang sangat beragam berdasarkan suku dan agama di Indonesia. Empat suku yang mendominasi ialah suku Melayu, Batak, Jawa dan Tionghoa. Dan beberapa suku lainnya juga ada di kota ini, termasuk suku Minangkabau, Nias dan Aceh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kota Tebing Tinggi tahun 2021 mencata bahwa mayoritas penduduk kota Tebing Tinggi menganut agama Islam yakni 80,08%, kemudian Kristen 13,37% dimana Protestan sebanyak 12,12% dan Katolik 1,25%. Penganut agama Buddha sebanyak 6,39%, Hindu 0,13 % dan Konghucu 0,03%.
Kesehatan
Pendidikan
Tebing Tinggi Memiliki beberapa Fasilitas Pendidikan Swasta maupun Negeri. Beberapa sekolah Swasta yakni Yayasan Perguruan F. Tandean, Yayasan Nasional Budi Dharma, Yayasan Perguruan Kristen Ostrom Methodist, Yayasan Perguruan Methodist-1, Perg.Nasional Ir.H.Djuanda, Taman Siswa, RA Kartini, Yayasan STM YPD, Perg.Nasional Diponegoro dan masih banyak lagi yang tersebar Di Kota Tebing Tinggi.
Tebing Tinggi juga memiliki 10 Sekolah Lanjutan Pertama Negeri. Antara lain SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3 dan Masih Banyak lagi. Tebing Tinggi juga memiliki 4 Sekolah Lanjutan atas Negeri, dan 4 Sekolah Menengah Kejuruan. Diantaranya SMA N 1,
SMA N 2, SMA N 3 dan SMA N 4. SMK N 1, SMK N 2, SMK N 3, dan SMK N 4.
Kantor Pemerintahan Untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tebing Tinggi berada Di jalan Gereja No.10 Dan Bersebelahan dengan RS Umum Herna serta didepan Sekolah Swasta Ostrom Methodist.Dan sejak Agustus 2014 Kantor Dinas Pendidikan dipindah ke Jalan K.L.Yos Sudarso di samping SMAN1 dan SMAN3 atau di simpang beo.
Makanan khas
Lemang
Makanan dari kota Tebing Tinggi adalah Lemang. Lemang merupakan makanan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi tepung beras bercampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang di atas tungku panjang. Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat, dengan campuran selai bahkan durian.
Pusat penjualan lemang di Tebing Tinggi adalah di seruas jalan bernama Jalan KH Dahlan berseberangan dengan Masjid Raya Tebing Tinggi, masyarakat lebih mengenalnya sebagai Jalan Tjong A fie. Lemang yang paling terkenal adalah Lemang Batok. Lemang produksi kota Tebing Tinggi sangat terkenal lezat dan lemak. Karena kelezatannya itulah kota Tebing Tinggi juga dijuluki sebagai Kota Lemang.
Kue Kacang
Sejak sekitar tahun 2005 di Tebing Tinggi muncul makanan baru, yakni Kue Kacang (di kota lain disebut Bakpia). Kue kacang yang terkenal adalah kue kacang bermerek Rajawali, Beo dan Garuda. Kue kacang banyak dijual di terminal Pajak (Pasar) Mini Tebing Tinggi. Karena kelezatannya dan harga yang ekonomis, Kue Kacang mulai menjadi ikon baru kuliner Tebing Tinggi selain Lemang.
Halua
Halua merupakan manisan khas melayu. Halua bisa terbuat dari Buah Pepaya yang ditebuk atau dibuat anyaman yang disebut Buku Bemban, Pucuk Pohon Pepaya, Buah Paria, cabai, Meregat, Gelugur dan berbagai bahan lainnya. Meskipun tidak menjadi produksi bisnis, Halua akan tetap ada dalam upacara adat maupun lebaran.
Prestasi
Tebing Tinggi Juga pernah meraih beberapa Prestasi Domestik maupun Internasional oleh beberapa Pelajar Kota Tebing Tinggi. di antaranya Tahun 2010 Salah satu Pelajar SD Sw Ostrom Methodist Pernah menjuarai Lomba Sempoa Tingkat Asia Tenggara yakni Natalia Miralda Sembiring. Lalu Salah satu pelajar Dari SMP Negeri 1 yang pernah mendapatkan mendali perunggu Olimpiade tingkat Nasional. Dan dari segi statistik Nilai Ujian Nasional, Tebing Tinggi pernah Juga mencatatkan sebagai Kota dengan Nilai UN tertinggi ke-3 di Sumatra Utara. Serta salah satu Pelajar Tingkat SD Sw Ostrom Methodist atas nama Jesica Disriena Nababan Meraih Nilai UN Tertinggi Ke-3 se-Sumatra Utara.
Tokoh lahir di Tebing Tinggi
Sarwata
Takdir Rahmadi
Tino Sidin
Kaharuddin Syah
Mardiono
Anton Medan
Saut Situmorang
Referensi
Pranala luar
Situs Web Resmi Pemerintah Kota Tebing Tinggi
Website Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kota Tebing Tinggi
Potensi Kota Tebing Tinggi
Tebing Tinggi
Tebing Tinggi |
4002 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Rejang%20Lebong | Kabupaten Rejang Lebong | Rejang Lebong adalah kabupaten di provinsi Bengkulu, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.515,76 km² dan populasi sekitar 257.498 jiwa (2016). Ibu kotanya adalah Kecamatan Curup Kota yang berada pada ketinggian 600-700 mdpl. Kabupaten ini terletak di luak Ulu Musi, sebuah lembah di tengah rangkaian Bukit Barisan dan berjarak 85 km dari Kota Bengkulu yang merupakan ibu kota provinsi.
Penduduk asli terdiri dari 2 suku utama yaitu suku Rejang dan Melayu. Suku Rejang mendiami tanah atas yaitu kecamatan Curup, Curup Utara, Curup Timur, Curup Selatan, Curup Tengah, Bermani Ulu, Bermani Ulu Raya, dan sebagian Selupu Rejang. Suku Lembak mendiami tanah bawah yaitu kecamatan Kota Padang, Padang Ulak Tanding, Binduriang, Sindang Dataran, Sindang Beliti Ulu, Sindang Beliti Ilir, dan Sindang Kelingi.
Geografis
Batas Wilayah
Batas-batas wilayah Kabupaten Rejang Lebong. Berikut ini adalah perbatasannya dengan kabupaten lainnya:
Letak Koordinat
Kabupaten Rejang Lebong dengan terletak pada posisi 102°19'-102°57' Bujur Timur dan 2°22'07''- 3°31' Lintang Selatan.
Topografi
Secara topografi, Kabupaten Rejang Lebong merupakan daerah yang berbukit-bukit, terletak pada dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 100 hingga 1000 m dpl. Secara umum kondisi fisik Kabupaten Rejang Lebong sebagai berikut: Kelerengan: datar sampai bergelombang, Jenis Tanah: Andosol, Regosol, Podsolik, Latasol dan Alluvial, Tekstur Tanah: sedang, lempung dan sedikit berpasir dengan pH tanah 4,5 –7,5 , Kedalaman efektif Tanah : sebagian besar terdiri atas kedalaman 60 cm hingga lebih dari 90 cm, sebagian terdapat erosi ringan dengan tingkat pengikisan 0 – 10 %.
Iklim
Seperti wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Rejang Lebong beriklim tropis dengan tipe (Af). Curah hujan rata-rata 233,75 mm/bulan, dengan jumlah hari hujan rata rata 14,6 hari/bulan pada musim kemarau dan 23,2 hari/bulan pada musim penghujan. Sementara suhu normal rata-rata 17,73 °C – 30,94 °C dengan kelembaban nisbi rata-rata 85,5 %. Suhu udara maksimum pada tahun 2003 terjadi pada bulan Juni dan Oktober yaitu 36 °C dan suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli yaitu 16,2 °C.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Saat ini di Kabupaten Rejang Lebong terdapat 15 kecamatan, yaitu:
Jarak dari Ibukota kabupaten
Jarak dari Curup yang merupakan ibukota Kabupaten Rejang Lebong dengan beberapa kota atau ibukota kabupaten lain adalah sebagai berikut.
Catatan: Prakiraan jarak berikut sangat bergantung pada situasi dan kondsi lalu lintas di lapangan.ngan
Penduduk
Suku bangsa
Mayoritas penduduk kabupaten Rejang Lebong merupakan suku Rejang yang jumlahnya mencapai 43%, disusul suku Jawa yang merupakan pendatang dengan jumlah sekitar 35,2%. Suku pribumi selain suku Rejang adalah Suku Melayu Lembak . Walaupun didominasi oleh suku Rejang dan suku Jawa, penduduk di Rejang Lebong sangatlah majemuk baik dari segi kesukuan, ras maupun keagamaan. Hal itu terjadi karena sejak zaman Belanda tepatnya pada tahun 1904, Provinsi Bengkulu dibuka bagi daerah transmigrasi. Suku-suku yang ada dan telah menetap secara turun-temurun di Rejang Lebong yaitu sebagai berikut:
Melayu Kaur
Suku Kaur datang dari sudut tenggara provinsi Bengkulu. Suku Kaur datang ke Rejang Lebong untuk mengadu nasib.
Melayu Musi
Suku Musi yang datang dari Sumatra Selatan kebanyakan datang atas kemauan menuntut ilmu dan belajar.
Melayu Palembang
Orang Palembang dikota Curup sudah sangat banyak dan mereka bersama suku Jawa sudah menjadi kaum pendatang terbesar di Rejang Lebong.
Madura
Suku Madura datang atas alasan keinginan kuat untuk bertani dan berdagang
Sunda
Suku Sunda banyak mendiami perkotaan dan wilayah transmigrasi Talang Benih.
Melayu Serawai
Suku Melayu Serawai banyak menjadi petani di dataran tinggi dan pedalaman. Suku Serawai datang dari bagian lain di selatan provinsi Bengkulu.
Melayu besemah
Suku Melayu Besemah adalah penduduk asli provinsi Sumatra Selatan. Saat ini, suku Besemah kebanyak berdiam di Curup Tengah.
Pendatang Melayu
Suku Melayu di Rejang Lebong berasal dari keturunan yang berbeda-beda. Ada yang asalnya dari Bangka, Deli, Kepri, Riau, Jambi bahkan Pontianak, Malaysia, dan Sambas.
Suku Minang
Suku Minang mayoritas berdagang dan hidup di daerah perkotaan.
Ambon
Ada beberapa keluarga Ambon yang tinggal di Rejang Lebong atas dasar tugas sebagai misionaris ke pedalaman.
Suku Batak
Suku Batak yang ada saat ini sudah cukup banyak populasinya dan telah bermukim tiga atau dua generasi. Banyak orang Batak yang menikah dengan suku Rejang dan suku Lembak. Suku Batak juga banyak yang bermukim di daerah pedalaman di kabupaten Rajang Lebong.
Lampung
Suku Lampung datang kebanyakan sebagai pengusaha.
Keturunan India
banyak mendiami perkotaan dan wilayah Kampung Jawa, Curup. Kebanyakan orang-orang India disini adalah orang-orang generasi ke lima atau ke empat. Orang India Curup memeluk agama Islam Sunni.
Tionghoa
Tionghoa pada umumnya berprofesi di bidang perdagangan dan berdiam wilayah Pasar Tengah. Kebanyakan beragama Katolik, Protestan, dan Buddha.
Minahasa
Sama halnya dengan suku Ambon, orang Minahasa/Manado datang ke Rejang Lebong atas alasan tugas sebagai misionaris ke daerah-daerah.
Bali
Orang Bali tinggal di kampung-kampung Bali, mayoritas beragama Hindu namun banyak pula yang beragama Islam. Pura agama Hindu ada di kecamatan Sindang Kelingi.
Suku Kerinci
Melayu kerinci atau masyarakat setempat menyebutnya sebagai orang kincai,merupakan suku pendatang dari kerinci yang berada diwilayah propinsi jambi, umumnya mereka petani, dan tak sedikit yang sukses di pemerintahan
Agama
Agama utama yang dianut masyarakat di Rejang Lebong adalah agama Islam dengan persentase 97%. Kemudian agama-agama lain dalam komposisi yang lebih kecil (Kristen Protestan 0.87%, Katolik 0.48%, Kong Hu Chu 0.01%, Buddha 0.25%, dan Hindu 0.02%). Ada juga beberapa penduduk yang masih menganut aliran kepercayaan suku, sekitar 0.04%.
Rumah ibadah yang ada di Rejang Lebong yaitu:
Masjid berjumlah 1096 buah.
Gereja Protestan berjumlah 12 buah (di antaranya adalah GPdI, HKI, HKBP, Gereja Kristen Rejang, GPIB, GKSBS, GKII, GKI, dan GBI).
Gereja Katolik berjumlah 3 buah.
Vihara Berjumlah 2 buah dan 1 dalam pembangunan.
Pura dalam tahap pembangunan.
Ekonomi
Mata pencarian penduduk didominasi oleh pertanian (80%), pedagangan, PNS, wiraswasta, dan lain-lain. Perkebunan rakyat yang terdapat di kabupaten ini adalah perkebunan kopi dan karet. Produktivitas kebun kopi di Rejang Lebong tergolong tinggi dan merupakan produsen kopi ke-6 terbesar di Sumatra. Palawija banyak ditanam di lereng Bukit Kaba, Rejang Lebong terkenal sebagai lumbung padi,sayur dan umbi-umbian di Bengkulu. Sebagian lagi merupakan petani penyadap aren sekaligus pembuat gula aren dan gula semut. Produksi gula aren dan gula semut Rejang Lebong sangat terkenal bahkan sampai ke manca negara. Sedangkan perkebunan perusahaan swasta skala besar yakni kebun teh di lereng Bukit Daun.
Barang tambang atau galian yang ada diwilayah ini didominasi galian C seperti:
batu kali
batu pasir
pasir
pasir merah
pasir emas
kaolin
tanah liat
lempung
pasir besi
granit
batu gunung
Potensi-potensi tambang yang lain ialah panas bumi bukit Kaba, batubara di Kota Padang, Emas di Bermani Ulu, Biji Besi di Kota Padang dan cadangan minyak (tentatif) di Curup Utara.
Olahraga
Rejang Lebong memiliki beberapa klub olahraga yang masih aktif berkompetisi. Persirel dan Curup FC merupakan dua klub sepak bola dan saat ini bermain di Liga 3 serta ada beberapa klub bola basket yang kerap kali mengikuti kejuaraan antar provinsi.
Pariwisata
Objek wisata
Kecamatan Curup
Suban Air Panas
Kolam Renang Muna Tirta
Danau Talang Kering
Air Terjun Talang Rimbo
Masjid Agung Curup
Rumah Adat Rejang Lebong
Bendungan Musi Kejalo
Objek Wisata Alam “DIOBAGITE”
Air terjun Batu Betiang
Kecamatan Bermani Ulu
Monumen Perjuangan Desa Taba Renah
Kebun Teh "Agro Teh"
Kecamatan Selupu Rejang
Telaga Tiga Warna
Air Terjun Bertingkat
Bukit Kaba
Danau Mas Harun Bastari
Objek Wisata Agropolitan
Kecamatan Sindang Kelingi
Air Panas/Air Terjun/Sarang Walet
Air Terjun Desa Cahaya Negeri
Air Terjun Desa Beringin Tiga
Air Terjun Tri Muara Karang
Sungai air panas
Padang Ulak Tanding
Air Terjun Kepala Curup
Cek Dam (Danau Buatan)
Peninggalan Benda Sejarah Desa Apur
Air Terjun/Gua Curup Beraput Desa Apur
Air Terjun Sungai Napal
Kota Padang
Air Terjun Curup Embun Desa UPT Trans
Air Terjun Angin Desa Lubuk Mumpo
Air Terjun dan Gua La Desa Suka Merindu
Lihat juga
Sejarah Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Lebong
Kabupaten Kepahiang
Bengkulu
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
Situs web resmi Rejang Lebong
Rejang Lebong
Rejang Lebong |
4012 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Indragiri%20Hilir | Kabupaten Indragiri Hilir | Indragiri Hilir adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Riau, Indonesia. Ibu kotanya kabupaten ini adalah Kecamatan Tembilahan Kota. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, jumlah penduduk Indragiri Hilir sebanyak 652.342 jiwa (2021). Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jambi, tepatnya kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan provinsi Kepulauan Riau, yakni kabupaten Lingga.
Sejarah
Untuk melihat latar belakang sejarah berdirinya Kabupaten Indragiri Hilir sebagai salah satu daerah otonomi dapat ditinjau dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode sesudah kemerdekaan Republik Indonesia.
Kerajaan Keritang
Kerajaan ini didirikan sekitar awal abad ke-6 yang berlokasi di wilayah Kecamatan Keritang sekarang. Seni budayanya banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, sebagaimana terlihat pada arsitektur bangunan istana yang terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau Kedaton Gunung Tujuh. Sayangnya, saat ini peninggalan kerajaan tersebut tidak lagi bisa dijumpai
Kerajaan Kemuning
Kerajaan Kemuning didirikan oleh Raja Singapura ke-V, Raja Sampu atau Raja Iskandarsyah Zulkarnain atau Prameswara. Tahun 1231 diangkat seorang raja muda yang bergelar Datuk Setiadiraja. Letak kerajaan ini diperkirakan berada di Desa Kemuning Tua dan Desa Kemuning Muda. Bukti peninggalan kerajaan berupa selembar besluit dengan cap stempel kerajaan, bendera dan pedang kerajaan.
Kerajaan Batin Enam Suku
Pada tahun 1260, di daerah Indragiri Hilir bagian utara, yaitu di daerah Gaung Anak Serka, Batang Tuaka, Mandah dan Guntung dikuasai oleh raja-raja kecil bekas penguasa kerajaan Bintan, yang karena perpecahan sebagian menyebar ke daerah tersebut. Di antaranya terdapat Enam Batin (Kepala Suku) yang terkenal dengan sebutan Batin Nan Enam Suku, yakni:
Suku Raja Asal di daerah Gaung.
Suku Raja Rubiah di daerah Gaung.
Suku Nek Gewang di daerah Anak Serka.
Suku Raja Mafait di daerah Guntung.
Suku Datuk Kelambai di daerah Mandah.
Suku Datuk Miskin di daerah Batang Tuaka.
Kerajaan Indragiri
Kerajaan Indragiri diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja pertama bergelar Raja Merlang I berkedudukan di Malaka. Demikian pula dengan penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap berkedudukan di Malaka, sedangkan untuk urusan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Patih atau Perdana Menteri. pada tahun 1473, sewaktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (Sultan Indragiri IV), dia menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang.
Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan Isa, berdatanganlah orang–orang dari suku Banjar dan suku Bugis sebagai akibat kurang amannya daerah asal mereka. Khusus untuk suku Banjar, perpindahannya akibat dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Gubernement pada tahun 1859 sehingga terjadi peperangan sampai tahun 1863.
Masa penjajahan Belanda
Dengan adanya Tractaat Van Vrindchaap (perjanjian perdamaian dan persahabatan) tanggal 27 September 1938 antara Kerajaan Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur. berdasarkan ketentuan tersebut, di wilayah Indragiri Hilir ditempatkan seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah keamiran, yaitu:
Amir Tembilahan di Tembilahan.
Amir Batang Tuaka di Sungai Luar.
Amir Tempuling di Sungai Salak.
Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah.
Amir Enok di Enok.
Amir Reteh di Kotabaru.
Controlleur memegang wewenang semua jawatan, bahkan juga menjadi hakim di pengadilan wilayah ini sehingga Zelfbestuur Kerajaan Indragiri terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang tahun 1942.
Masa pendudukan Jepang
Balatentara Jepang memasuki Indragiri Hilir pada tanggal 31 Maret 1942 melalui Singapura terus ke Rengat. Tanggal 2 April 1942 Jepang menerima penyerahan tanpa syarat dari pihak Belanda yang waktu itu dibawah Controlleur K. Ehling. Sebelum tentara Jepang mendarat untuk pertama kalinya di daerah ini dikumandangkan lagu Indonesia Raya yang dipelopori oleh Ibnu Abbas.
Pada masa pendudukan Jepang ini Indragiri Hilir dikepalai oleh seorang Cun Cho yang berkedudukan di Tembilahan dengan membawahi 5 Ku Cho, yaitu:
Ku Cho Tembilahan dan Tempuling di Tembilahan.
Ku Cho Sungai Luar.
Ku Cho Enok.
Ku Cho Reteh.
Ku Cho Mandah.
Pemerintahan Jepang di Indragiri Hilir sampai bulan Oktober 1945 selama lebih kurang 3,5 tahun.
Masa Kemerdekaan Indonesia
Pada awal kemerdekaan Indonesia, Indragiri (Hulu dan Hilir) masih merupakan satu kabupaten. Kabupaten Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu Kewedanaan Kuantan Singingi dengan ibu kotanya Teluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri Hulu dengan ibu kotanya Rengat dan Kewedanaan Indragiri Hilir dengan ibu kotanya Tembilahan.
Kewedanaan Indragiri Hilir membawahi 6 wilayah yaitu:
Wilayah Tempuling/Tembilahan.
Wilayah Enok.
Wilayah Gaung Anak Serka.
Wilayah Mandah/Kateman.
Wilayah Kuala Indragiri.
Wilayah Reteh
Geografis
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah timur Provinsi Riau atau pada bagian pesisir timur Pulau Sumatra. Secara resmi, kabupaten ini terbentuk pada tanggal 14 Juni 1965 sesuai dengan tanggal ditandatanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Oleh karena letak posisi Kabupaten Indragiri Hilir di pesisir timur Pulau Sumatera, kabupaten ini dapat dikategorikan sebagai daerah dataran rendah hingga pesisir pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339,5 km dan luas perairan laut meliputi 6.318 km² atau sekitar 54,43 % dari luas wilayah. Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau. Secara geografis terletak pada posisi 0°36' Lintang Utara – 1°07' Lintang Selatan dan 104°10'–102°32' Bujur Timur.
Batas Wilayah
Batas wilayah Kabupaten Indragiri Hilir antara lain meliputi:
Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau (mangrove). Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0–3 Meter di atas permukaan laut. Daerah yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya 6,69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6–35 meter dari permukaan laut yang terdapat di bagian selatan Sungai Reteh, Kecamatan Keritang. Daerah ini termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).
Secara fisiografis, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbelah-belah oleh beberapa sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah Kabupaten Indragiri Hilir di dominasi oleh kemiringan 0–2%, seluas 1.298.763 Ha (94,97%), kemiringan 3–5% seluas 9.710 Ha (0,71%), kemiringan 16–40% seluas 21.197 Ha (1,55 %) dan kemiringan di atas 40% seluas 37.744 Ha (2,76%). Sedangkan khusus kondisi topografi untuk Kawasan Kuala Enok didominasi oleh lahan dengan kemiringan 0–8%.
Iklim
Seperti wilayah lain di Pulau Sumatera, khususnya Provinsi Riau, wilayah kabupaten Indragiri Hilir beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan yang cenderung tinggi hampir di sepanjang tahun. Suhu udara di wilayah ini cenderung konstan antara 23°–34 °C dengan tingkat kelembapan relatif yang cenderung tinggi antara 70%–90%.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Batang Tuaka
Concong
Enok
Gaung
Gaung Anak Serka
Kateman
Kempas
Kemuning
Keritang
Kuala Indragiri
Mandah
Pelangiran
Pulau Burung
Reteh
Sungai Batang
Tanah Merah
Teluk Balengkong
Tembilahan
Tembilahan Hulu
Tempuling
Pemekaran Kabupaten Indragiri
Masyarakat Indragiri Hilir memohon kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Riau, agar Indragiri Hilir dimekarkan menjadi kabupaten Daerah Tingkat II yang berdiri sendiri (otonom). Setelah melalui penelitian, baik oleh Gubernur maupun Departemen Dalam Negeri, maka pemekaran diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau (Provinsi Riau) tanggal 27 April 1965 nomor 052/5/1965 sebagai Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir.
Pada tanggal 14 Juni 1965, dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 1965 Lembaran Negara Republik Indonesia no. 49, maka Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir resmi dimekarkan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hilir (sekarang Kabupaten Indragiri Hilir) yang berdiri sendiri, yang pelaksanaannya terhitung tanggal 20 November 1965.
Pendidikan
kabupaten ini memiliki lembaga pendidikan tinggi diantaranya Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan, Universitas Islam Indragiri, STIT Ar Risalah Sungai Guntung Kateman dan Akbid Puri Husada Tembilahan.
Ekonomi
Pertanian
Dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah dan letak geografis yang sangat strategis, Indragiri Hilir terus memacu diri mengembangkan kawasannya menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Riau dan pusat pertumbuhan kebudayaan ekonomi Riau dan Pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.
Sebagai Kabupaten tumbuh dan berkembang pada gerbang selatan provinsi Riau yang bersebelah dan menjadi hinderland Malaysia dan Singapura, serta selangkah dari pusat pertumbuhan Batam dan Bintan, masuknya investor. Potensi sumber daya alam Indragiri Hilir harus dikelola industri-industri hilir yang bermanfaat bagi daerah dan masyarakat. Untuk itu pemerintah Kabupaten harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur guna memudahkan hadirnya para investor lokal, regional bahkan internasional.
Pemerintah Indragiri Hilir akan memberikan pelayanan terbaik yang diperlukan oleh calon penanam modal itu. Salah satu diantaranya adalah memberikan pelayanan terpadu satu pintu yang di kenal sebagai One Door Service. Dengan One Door Service calon investor akan mendapat pelayanan memuaskan, sejak dari informasi peluang bisnis. Sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam serta menyimpan berbagai potensi ekonomi, Indragiri Hilir menjanjikan banyak kemungkinan pada masa depan. Didukung letak geografis yang strategis serta ditunjang tersedianya berbagai infrastruktur dan kebijakan pemerintah yang positif daerah ini merupakan lahan investasi yang layak diperhitungkan dalam era ekonomi global.
Untuk menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi dan mempermudah investasi, pemerintah daerah telah membangun berbagai infrastruktur terutama yang berkaitan dengan sektor pertanian.
Potensi lahan basah (pasang surut) untuk persawahan di Kabupaten Indragiri Hilir seluas ± 57.642 ha, yang belum dimanfaatkan seluas ± 23.965 ha dan yang sudah dimanfaatkan seluas ± 33.677 ha. Dengan produksi padi 127.369,48 GKG. Untuk potensi pengembangan lahan kering seluas ± 169.000 ha, yang belum dimanfaatkan seluas ± 84.648 ha dan yang telah dimanfaatkan
seluas ± 74.136 ha, dipergunakan untuk pengembangan palawija dengan luas areal ± 13.476 ha, dengan produksi 1.448 ton dan buah-buahan dengan luas ± 1.247 ha, dengan produksi 27.958,04 ton, sayur-sayuran dengan luas ± 1.247 ha, dengan produksi 1.448 ton dan buah-buahan dengan luas ± 5.320,80 ha, dengan produksi 82.105,38 ton.
Perkebunan
Kebun Kelapa identik dengan Indragiri Hilir dan Indragiri Hilir adalah sentra kebun kelapa paling luas di Indonesia, menjadi hamparan kebun kelapa dunia. Di sini pohon-pohon kelapa tumbuh dengan suburnya dari lahan-lahan yang semula hutan rawa-rawa.
Sebagai negara pemilik kebun kelapa terluas di dunia, Indonesia mempunyai perkebunan seluas 3,7 juta hektare yang tersebar di kepulauan kelapa. Wilayah Kateman atau yang lebih di kenal dengan sebagai Sungai Guntung adalah Kecamatan yang memiliki kebun kelapa paling luas disana. Kebun-kebun ini adalah milik PT. Pulau Sambu, sebuah perusahaan agrobisnis yang memiliki kebun sekaligus pabrik minyak kelapa di Indragiri Hilir.
Kebun kelapa di sana dikelola secara profesional. Hamparan kebun itu bukan hanya subur, produktif dan dihandalkan, tetapi juga indah mengasyikan. Kebun Kelapa Guntung sudah menjadi objek wisata atau agrowisata yang luar biasa. Dan inilah kebun kelapa raksasa dan daya tarik wisata yang tiada tara. Kabarnya disekitar pantai akan dibuat badan jalan, sepanjang tepi kanal dan tanggul akan dapat dilalui kendaraan.
yang kedua adalah perkebunan kelapa sawit, indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia sebagian besar kelapa sawit indonesia berasal dari perkebunan di indragiri hilir, karena semakin murahnya harga kelapa (biasa) di indragiri hilir petani kelapa di inhil banyak yang beralih menjadi petani kelapa sawit hasilnya inhil sekarang menjadi daerah yang terkenal dengan kelapasa sawitnya
Panjang kanal disambung-sambung akan mencapai 32.000 kilometer Luar biasa! itulah potret sekilas Negeri Sejuta Kelapa di Negeri Seribu Parit ini.
Selain kelapa sebagai hasil bumi kabupaten ini, kelapas sawit juga menjadi sumber daya alam terdapat banyak di barat kabupaten ini seperti di kecamatan tempuling, enok, kempas jaya dan teluk kiambang salag satu desa penghasil sawit terbesar di kabupaten ini.
Peternakan
Potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk usaha ternak pada sub sektor peternakan seluas ± 225.863 ha, dengan daya tampung ± 902.452 ekor dipergunakan untuk ternak besar (sapi). Adapun jumlah ternak besar saat ini ± 11.678 ekor dan ternak kecil (kambing dan domba) ± 30.862 ekor, sedangkan untuk kebutuhan daging di Kabupaten Indragiri Hilir ± 2.995.744 ton dan kebutuhan telur ± 1.671.054 kg.
Yang mampu dihasilkan usaha peternakan untuk daging ± 45% dan untuk telur ± 35.31%, maka peluang potensi pengembangan pasar lokal untuk daging dan telur sangat cukup terbuka.
Perikanan
Program kerjapembangunan perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir telah mengacu pada 4 (empat)usaha pokok, yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi,serta terus meningkatkan peranan perusahaan swasta dalam dunia perikanan dalam rangka pemerataan dan peningkatan pendapatan nelayan/petani ikan melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha, memenuhi kebutuhan konsumen ikan dalam negeri, penyediaan bahan baku industri dan peningkatan ekspor. Disamping itu sekaligus dapat diarahkan untuk pemerataan kesempatan berusaha serta penyerapan tenaga kerja dengan tetap menjaga sumber daya dan lingkungan hidup perairan.
Mengacu kepada tujuanpembangunan perikanan Riau dengan memperhatikan kondisi dan potensi perikanan didaerah ini, maka program kerja pembangunan perikanan Indragiri Hilir dirumuskan sebagai berikut:
Peningkatan produksi dan produktivitas nelayan serta pengembangan usaha budidaya pertambakan dalam rangka peningkatan pendapatan.
Peningkatan institusi pemasaran dan pemerataan distribusi perikanan untuk mempermudah suplai ikan bagi masyarakat yang bermukim di pedalaman.
Peningkatan ekspor sekaligus menekan impor komoditas perikanan.
Pemanfataan seefesien mungkin serta pemeliharaan kelestarian sumber daya dan lingkungan perairan.
Meningkatkan peranan sub sektor perikanan dalam kegiatan dan pembangunan pedesaan terutama dalam hal menciptakan peluang bekerja dan berusaha.
Evaluasi pelaksanaan tugas sub sektor perikanan Indragiri Hilir disusun berdasarkan realisasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan Indragiri Hilir serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh nelayan/petani ikan di daerah ini sehingga akan tergambarpencapaian sasaran target berdasarkan yang telah diprogramkan.
Luas lahan potensial untuk usaha pengembangan budidaya air payau (tambak) sekitar 13.000 hektare, sedangkan untuk budidaya air tawar (kolam) sekitar 1.657 Ha. Jumlah penduduk yang berusaha di bidang perikanan baik secara langsung maupun tidak langsung/sambilan.
Pertambangan
Batubara
Granit
Pasir
Pasir Sungai (Pasir Timbun)
Pasir Kuarsa
Tanah Liat
Kaolin
Gambut
Tanah Urug
Baru-baru ini ditemukan sumur migas baru di Inhil (sekitar perbatasan Inhil-Inhu).
Referensi
Pranala luar
Indragiri Hilir
Indragiri Hilir |
4016 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Pekanbaru | Kota Pekanbaru | Pekanbaru (Jawi: ڤكنبارو) adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan salah satu sentra ekonomi terbesar di pulau Sumatra dan termasuk kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi, dan urbanisasi yang tinggi.
Pekanbaru terletak di tepian Sungai Siak dan pada awalnya merupakan sebuah kota kecil yang memiliki pasar (pekan) yang bernama Payung Sekaki atau Senapelan. Pada abad ke-18, wilayah yang kini menjadi Pekanbaru berada pada lingkar pengaruh Kesultanan Siak, dan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Marhum Pekan) secara luas dianggap sebagai pendiri kota Pekanbaru modern; hari jadi kota ini ditetapkan pada tanggal 23 Juni 1784. Pekanbaru menjadi sebuah "kota kecil" pada tahun 1948 dan kotapraja pada tahun 1956, sebelum ditetapkan menjadi ibu kota provinsi Riau sebagai pengganti dari Tanjung Pinang pada tahun 1959.
Perekonomian Pekanbaru didukung oleh perdagangan dan pertambangan minyak bumi. Kota ini memiliki sebuah bandar udara internasional, terminal bus antar kota dan antar provinsi, serta dua pelabuhan. Populasi Pekanbaru bersifat kosmopolitan, dipengaruhi oleh letak strategisnya di tengah-tengah Lintas Timur Jalan Raya Lintas Sumatra. Beberapa etnis yang memiliki populasi signifikan di kota ini antara lain adalah suku Minangkabau, Orang Ocu, Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa.
Sejarah
Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang Minangkabau. Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat permukiman yang ramai. Sultan Siak ke-4 Sultan Alamuddin Syah memindahkan pusat kekuasaan Siak dari Mempura ke Senapelan pada tahun 1762. Pada tanggal 23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak, yang terdiri dari datuk empat suku (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai hari jadi kota ini.
Berdasarkan Besluit van Het Inlandsch Zelfbestuur van Siak No. 1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi bagian distrik dari Kesultanan Siak. Sejak tanggal 1 Mei 1932 berdasarkan Staatsblad Tahun 1932 Nomor 135, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Onderafdeeling Kampar Kiri dan Pekanbaru dijadikan sebagai ibu kota Onderafdeeling Kampar Kiri yang dikepalai oleh controleur. Pada tanggal 1 Januari 1941 berdasarkan Staatsblad Tahun 1940 Nomor 565, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Residentie Riouw (Keresidenan Riau) yang sebelumnya berada di Residentie Oostkust van Sumatra (Keresidenan Sumatra Timur). Pada saat Pendudukan Jepang, Pekanbaru dijadikan sebagai ibu kota Rio Shū yang dikepalai oleh shūchōkan.
Selepas kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatra di Medan tanggal 7 Mei 1946 Nomor 103, Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut haminte (kotapraja). Kemudian pada tanggal 19 Maret 1956, berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956, Pekanbaru (Pakanbaru) menjadi daerah otonom kota kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatra Tengah. Selanjutnya sejak tanggal 9 Agustus 1957 berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk.
Kota Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 1959 berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Desember 52/I/44-25. Sebelumnya, ibu kota Provinsi Riau adalah Tanjung Pinang, yang kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.
Geografi
Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatra, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.
Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5–50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34,1 °C hingga 35,6 °C, dan suhu minimum antara 20,2 °C hingga 23,0 °C.
Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah menjadi 62,96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987. Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan.
Pemerintahan
Sejarah Pemerintahan
Pasca PRRI
Kota Pekanbaru secara administratif dipimpin oleh seorang wali kota. Efektivitas pemerintahan kota di Pekanbaru adalah setelah berakhirnya peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, walau pada 14 Mei 1958 OKM Jamil telah ditunjuk menjadi Wali Kota Pekanbaru, namun pengaruh perang saudara membuat roda pemerintahan jadi tidak menentu. Pada 9 November 1959, kembali ditunjuk Datuk Wan Abdul Rahman sebagai wali kota berikutnya, yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Kampar. Selanjutnya pada 29 Maret 1962, digantikan oleh Tengku Bay, yang sebelumnya juga menjabat sebagai Bupati Indragiri.
Orde Baru
Dimulainya dengan menguatnya pemerintahan Orde Baru, membawa beberapa perubahan pada sistem pemerintahan dalam Provinsi Riau, termasuk Kota Pekanbaru. Dominasi militer mulai mengambil peran dalam pemerintahan serta ditambah dengan munculnya hegemoni satu kekuatan politik juga mewarnai pemerintahan Kota Pekanbaru. Selanjutnya pada 1 Juni 1968, diangkat Raja Rusli B.A. sebagai wali kota sampai tanggal 10 Desember 1970, dan digantikan oleh Drs. Abdul Rahman Hamid, yang memeintah lebih dari 10 tahun.
Kemudian pada masa berikutnya mulai diterapkan penertiban periode pemerintahan kota, dan pada 5 Juli 1981, terpilih Ibrahim Arsyad, S.H., pada 21 Juli 1986 digantikan oleh Drs. Farouq Alwi, berikutnya pada 22 Juli 1991 terpilih H. Oesman Effendi Apan, S.H., memerintah selama dua periode.
Otonomi Daerah
Memasuki era pemerintahan otonomi daerah yang lebih luas, telah menimbulkan euforia yang berlebihan pada beberapa kelompok masyarakat di Pekanbaru, kecendrungan tertentu terutama berkaitan dengan politik dan ekonomi, mendorong masyarakatnya berlaku diskriminasi. Klaim beberapa kelompok masyarakatnya atas keutamaan mereka dibandingkan kelompok lainnya, dapat menjadi api dalam sekam, jika dibiarkan akan dapat menimbulkan disintegrasi pada masyarakat Kota Pekanbaru.
Pada tahun 2001 terpilih Drs. H. Herman Abdullah M.M. sebagai wali kota, memerintah selama dua periode, ia termasuk salah satu wali kota yang berhasil dalam menertibkan sistem birokrasi pemerintahan Pekanbaru, sehingga mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakatnya. Namun pada tahun 2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan Kota Cirebon. Hal ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Pekanbaru mendapat nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10.
Pemilihan Langsung
Pada tanggal 21 Juni 2006, dilaksanakan pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara langsung, dengan dua pasangan calon yang ikut serta yaitu Erwandy Saleh–Ayat Cahyadi yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Herman Abdullah–Erizal Muluk yang diusung oleh Golkar.
Pada tanggal 18 Mei 2011 untuk kedua kalinya diselenggarakan pemilihan wali kota dan wakilnya secara langsung oleh masyarakat Pekanbaru, H. Firdaus S.T., M.T. terpilih dengan suara terbanyak, namun berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia hasil tersebut dibatalkan dan mesti diadakan pemungutan suara ulang (PSU). Untuk mengisi kekosongan pemerintahan kota, Gubernur Riau Drs. H. Rusli Zainal mengangkat Dr. H. Syamsurizal S.E., M.M., sebagai pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Pekanbaru.
Kemudian berdasarkan PSU tanggal 21 Desember 2011, Firdaus kembali memenangi pemilihan kepala daerah Kota Pekanbaru, walau dalam pelaksanaan PSU tersebut hanya 253.232 masyarakat atau 49% saja yang menggunakan hak pilihnya.
Daftar Wali Kota
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Pada tanggal 30 Desember 2020 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 2 Tahun 2020 , Pemerintah Kota Pekanbaru secara resmi melakukan pemekaran dan penyesuaian serta penghapusan kecamatan dan kelurahan di Kota Pekanbaru. Sehingga total saat ini Kota Pekanbaru memiliki 15 kecamatan dengan 83 kelurahan.
Adapun wilayah pemekaran dimaksud yakni:
Penghapusan nama Kecamatan Tampan dan sekaligus melakukan pemekaran menjadi dua wilayah yakni Kecamatan Bina Widya dan Kecamatan Tuah Madani, dengan Kecamatan Bina Widya terdiri dari 5 kelurahan antara lain Simpangbaru, Bina Widya, Tobek Godang, Delima dan Sungaisibam (pemindahan kelurahan dari Kecamatan Payung Sekaki); sementara Kecamatan Tuah Madani terdiri dari Kelurahan Tuah Madani, Air Putih, Tuah Karya, Sialang Munggu dan Sidomulyo Barat.
Pemindahan nama Kecamatan Rumbai menggantikan Kecamatan Rumbai Pesisir; wilayah ini kemudian dimekarkan menjadi Kecamatan Rumbai dan Rumbai Timur, sedangkan Kecamatan Rumbai lama berganti nama dengan Rumbai Barat. Adapun Kecamatan Rumbai memiliki kelurahan masing-masing Sri Meranti, Umban Sari, Palas, Limbungan Baru, Lembah Damai, dan Meranti Pandak. Sementara Rumbai Timur terdiri dari 5 kelurahan yakni Tebing Tinggi Okura, Sungai Ukai, Sungai Ambang, Lembah Sari dan Limbungan; sedangkan Rumbai Barat terdiri dari 6 kelurahan antara lain Rumbai Bukit, Muara Fajar Barat, Muara Fajar Timur, Rantau Panjang, Maharani dan Agrowisata.
Pemekaran Kecamatan Tenayan Raya dengan penambahan kecamatan Kulim. Wilayah ini dibagi masing-masing Kecamatan Tenayan Raya terdiri dari 8 kelurahan yakni Sialang Sakti, Bambu Kuning, Industri Tenayan, Melebung, Tuah Negeri, Rejosari, Bencah Lesung, dan Tangkerang Timur. Sedangkan 5 kelurahan lain masuk ke Kecamatan Kulim yakni Kelurahan Kulim, Pebatuan, Mentangor, Pematang Kapau dan Sialang Rampai.
Demografi
Suku bangsa
Pada tahun 2014, Pekanbaru telah menjadi kota keempat berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatra, setelah Medan, Palembang dan Bandar Lampung, sekaligus kota terbesar kesepuluh di Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.
Etnis Minang merupakan menjadi etnis mayoritas/terbesar pertama dengan persentase sekitar 37,96%. Etnis Minang umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang. Populasi yang cukup besar telah mengantarkan Bahasa Minang sebagai bahasa pasar dan pergaulan yang umum digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru serta juga bahasa Melayu lokal yang kurang dominan tetapi tetap bahasa Indonesia utama untuk bahasa persatuan komunikasi antar suku.
Selain itu, etnis yang memiliki proporsi cukup besar adalah Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru tahun 1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur birokrasi pemerintahan kota, namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat Tionghoa Pekanbaru pada umumnya merupakan pengusaha, pedagang dan pelaku ekonomi. Selain berasal dari Pekanbaru sendiri, masyarakat Tionghoa yang bermukim di Pekanbaru banyak yang berasal dari wilayah pesisir Provinsi Riau, seperti dari Selatpanjang, Bengkalis dan Bagan Siapi-api. Selain itu, masyarakat Tionghoa dari Medan dan Padang juga banyak ditemui di Pekanbaru, terutama setelah era milenium dikarenakan perekonomian Pekanbaru yang bertumbuh sangat pesat hingga sekarang.
Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai rōmusha dalam pembangunan Jalur kereta api Pekanbaru-Muaro. Sampai tahun 1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat ini mencari lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga yang beralih okupansi.
Berkembangnya industri terutama yang berkaitan dengan minyak bumi, membuka banyak peluang pekerjaan, hal ini juga menjadi pendorong berdatangannya masyarakat Batak. Pasca PRRI eksistensi kelompok ini makin menguat setelah beberapa tokoh masyarakatnya memiliki jabatan penting di pemerintahan, terutama pada masa Kaharuddin Nasution menjadi "Penguasa Perang Riau Daratan".
Agama
Agama Islam merupakan agama yang dominan dianut oleh masyarakat Kota Pekanbaru, dan sebagian lagi memeluk agama Kristen (Kristen Protestan & Kristen Katolik), Buddha, Hindu, dan Konghucu juga terdapat di kota ini.
Sebagai bagian dalam pembangunan kehidupan beragama, Kota Pekanbaru tahun 1994, ditunjuk untuk pertama kalinya menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-17. Pada perlombaan membaca Al-quran ini, jika sebelumnya diikuti oleh satu orang utusan, untuk setiap wilayah provinsi, maka pada MTQ ini setiap provinsi mengirimkan 6 orang utusan.
Perekonomian
Saat ini Pekanbaru telah menjadi kota metropolitan, yaitu dengan nama Pekansikawan, (Pekanbaru, Siak, Kampar, dan Pelalawan). Perkembangan perekonomian Pekanbaru, sangat dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik pulp dan kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya. Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan inflasi sebesar 0,79%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,30%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua kelompok barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan kelompok kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,88% dan 0,02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 2,26%, terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2010 yaitu 2,07% pada bulan Januari 2010 dan 2,14% pada bulan Februari 2010.
Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru, telah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan Kota Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamurnya pembangunan ruko pada jalan-jalan utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modern, diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal Pekanbaru, Mal SKA, Mal Ciputra Seraya, Lotte Mart, Metropolitan Trade Center, The Central, Panam Square, Giant, Robinson, Transmart Pekanbaru dan Living World. Walau di tengah perkembangan pusat perbelanjaan modern ini, pemerintah kota terus berusaha untuk tetap menjadikan pasar tradisional yang ada dapat bertahan, di antaranya dengan melakukan peremajaan, memperbaiki infrastruktur dan fasilitas pendukungnya. Beberapa pasar tradisional yang masih berdiri, antara lain Pasar Bawah, Pasar Raya Senapelan (Pasar Kodim), Pasar Andil, Pasar Rumbai, Pasar Limapuluh dan Pasar Cik Puan.
Sementara dalam pertumbuhan bidang industri di Kota Pekanbaru terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 3,82 %, dengan kelompok industri terbesar pada sektor industri logam, mesin, elektronika dan aneka, kemudian disusul industri pertanian dan kehutanan. Selain itu beberapa investasi yang ditanamkan di kota ini sebagian besar digunakan untuk penambahan bahan baku, penambahan peralatan dan perluasan bangunan, sebagian kecil lainnya digunakan untuk industri baru.
Kesehatan
Kota Pekanbaru memiliki beberapa rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, pemerintah Pekanbaru mencoba melengkapi sarana dan prasarana yang ada saat ini diantaranya akan membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang saat ini baru memiliki 264 kamar untuk rawat inap. Dengan selesainya bangunan tersebut, kapasitas rawat inap RSUD Arifin Achmad, akan bertambah menjadi 400 kamar. Sementara kehadiran rumah sakit yang dikelola oleh pihak swasta di kota ini cukup signifikan antara lain Rumah Sakit Santa Maria yang sebelumnya bernama Balai Pengobatan Santa Maria, Aulia Hospital, RS Syafira, Rumah Sakit Prima, Rumah Sakit Zainab, Rumah Sakit AURI, Rumah Sakit Petala Bumi, Rumah Sakit Polisi, Rumah Sakit Ibnu Sina yang didirikan oleh YARSI Riau kemudian dikelola oleh PT Syifa Utama, Rumah Sakit Awal Bros, Rumah Sakit Awal Bros Panam, Rumah Sakit Awal Bros Ahmad Yani, Rumah Sakit Bina Kasih, Pekanbaru Medical Centre (PMC) dan Eka Hospital.
Sampai tahun 2006 penyebaran dan pelayanan puskesmas di kota Pekanbaru masih belum merata terhadap masyarakatnya yaitu dengan ratio 1,99. Sementara persentase kunjungan penduduk memanfaatkan puskesmas baru sekitar 19%. Hal ini dimungkinkan karena telah banyaknya rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan yang lebih baik.
Pendidikan
Beberapa perguruan tinggi juga terdapat di kota ini, di antaranya adalah Politeknik Caltex Riau, Universitas Riau, Universitas Islam Riau, UIN Suska, Universitas Muhammadiyah Riau, dan Universitas Lancang Kuning. Sampai tahun 2008, di Kota Pekanbaru baru sekitar 13,87% masyarakatnya dengan pendidikan tamatan perguruan tinggi, dan masih didominasi oleh tamatan SLTA sekitar 37,32%. Sedangkan tidak memiliki ijazah sama sekali sebanyak 12,94% dari penduduk Kota Pekanbaru yang berumur 10 tahun ke atas.
Perpustakaan Soeman Hs merupakan perpustakaan pemerintah provinsi Riau, didirikan untuk penunjang pendidikan masyarakat Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya. Perpustakaan ini terletak di jantung Kota Pekanbaru, termasuk salah satu perpustakaan "termegah di Indonesia", dengan arsitektur yang unik serta telah memiliki koleksi 300 ribu buku sampai tahun 2008. Nama perpustakaan ini diabadikan dari nama seorang guru dan sastrawan Riau, Soeman Hs.
Pelayanan umum
Untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik dimasa mendatang, pemerintah kota Pekanbaru telah mengusahakan pembebasan lahan seluas 40 ha untuk pembangunan PLTU Tenayan Raya.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Pemerintah kota melalui PDAM memanfaatkan air permukaan dari Sungai Siak yang mempunyai kapasitas 5000 liter/detik sebagai sumber air baku bagi Instalasi Pengolah Air Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380 liter/detik. Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk memproduksi air bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang ada, telah terdistribusi dalam 18.660 unit Sambungan Rumah (SR) dan 45 Hidran Umum (HU). Setiap SR rata-rata digunakan 5 – 6 orang dan HU dapat digunakan 100 orang. Fasilitas ini memang belum mencukupi kebutuhan keseluruhan masyarakat kota ini, sehingga sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan secara langsung air permukaan dari sungai Siak tersebut.
Saat ini pemerintah kota telah menetapkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di 2 lokasi dengan metode open dumping, yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan permukiman 19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan permukiman 8 km. Selain itu gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak langsung, jumlah total gerobak yang ada saat ini adalah 305 buah dengan kapasitas rata-rata 1 m³ untuk melayani pengumpulan individual pada 5 wilayah pengumpulan. Sarana pemindahan yang ada berupa bak sampah pasangan batu-bata dan pelat baja sebanyak 32 buah dengan daya tampung 157.5 m³. Saat ini kapasitas penampungan TPS baru mencapai 8 % terhadap total timbunan yang ada. Untuk armada angkutan pengambilan sampah langsung digunakan truk bak terbuka, jumlah pengangkutan yang dilakukan adalah 2 – 3 kali per harinya, sehingga kapasitas pengangkutan baru mencapai 20 %. Sedangkan setiap harinya terdapat 170 m³ timbunan sampah, sehingga jumlah sampah yang telah dikelola dan terangkut sampai ke TPA baru mencapai 120 m³/hari atau sekitar 60 %.
Daerah kota Pekanbaru yang memiliki ketinggian antara 1 sampai 20 meter dengan curah hujan dalam klasifikasi sedang, yaitu antara 100-200 per bulan. Secara umum permasalahan banjir di kota ini adalah masalah genangan air, baik akibat adanya limpasan dari saluran drainase yang ada maupun akibat terhambatnya pengaliran air. Saluran drainase yang ada saat ini baru mencakup 13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase besar sepanjang 10.123 meter, sistem drainase kecil sepanjang 15.456 m dan sistem drainase tersier sepanjang 7.789 m.
Pemerintah kota saat menetapkan pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke selatan, timur dan barat kota (kecamatan Tampan, kecamatan Marpoyan Damai, kecamatan Bukit Raya, kecamatan Tenayan Raya, dan kecamatan Payung Sekaki). Sedangkan Kecamatan Senapelan, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail dan Kecamatan Limapuluh sebagai kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan internasional, perumahan perkotaan (town house dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi massal dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol, akses ke bandara dan pelabuhan di Sungai Siak.
Transportasi
Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan jalan yang tersambung dari arah Padang di sebelah barat, Medan di sebelah utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal Bandar Raya Payung Sekaki merupakan pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi regional, bandara, dan pelabuhan.
Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi salah satu bandar udara tersibuk di Sumatra dan dicanangkan akan menjadi salah satu bandara internasional di pulau Sumatra. Berdasarkan data yang diperoleh dari Angkasa Pura II pada tahun 2011 penumpang yang melalui bandara ini mencapai angka 1.259.993 penumpang per tahun.
Pelabuhan-pelabuhan di Provinsi Riau sangat banyak. Namun berdasarkan aktivitasnya, nama-nama pelabuhan-pelabuhan Riau ini memiliki tujuan dan sasaran bagi peningkatan pelayanan angkutan banrang maupun penumpang. Apalagi, keberadaan pelabuhan-pelabuhan Riau tersebut berdampak pada peningkatan ekonomi Indonesia. Pasalnya, Riau berada di pintu gerbang internasional, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand sehingga mempengaruhi pertumbuhan di sektor industri dan pariwisata. Sejumlah pelabuhan-pelabuhan Riau ini, hingga kini terus berbenah diri. Karena menjadi ikon pertumbuhan di Riau dan Indonesia. Berikut nama-nama pelabuhan-pelabuhan laut dan sungai, yang terdapat di sejumlah kabupaten di Riau
Pelabuhan Dumai, 00°-55′-55″ LU dan 104°-26′-06″ BT, terletak di Kota Dumai, 200 kilometer dari Kota Pekanbaru
Pelabuhan Bandar Sri Laksamana Bengkalis, berada di Kota Bengkalis
Pelabuhan Tanjung Harapan Selat Panjang Kepulauan Meranti
Pelabuhan di Kuala Enok Indragiri Hilir
Pelabuhan Internasional di Siak
Pelabuhan Panipahan Rokan Hilir
Pelabuhan Sungai Duku di Pekanbaru
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di tepi Sungai Siak dan berjarak 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana transportasi untuk komoditas ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di pesisi Provinsi Riau seperti Selat Panjang, Bengkalis, Siak Sri Indrapura, Sungai Pakning dan lain sebagianya serta kota–kota di Kepulauan Riau, seperti Tanjung Pinang dan Batam.
Selain itu, Trans Metro Pekanbaru merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota Pekanbaru, sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemacetan di kota ini.
Pada masa pendudukan tentara Jepang, dilakukan pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Pekanbaru menuju Padang melalui Sawahlunto. Proyek ini sebelumnya telah direncanakan pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan diselesai pada 15 Agustus 1945, walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah diaktifkan lagi.
Pariwisata
Kota Pekanbaru memiliki beberapa bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya bangunan Balai Adat Melayu Riau yang terletak di jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari dua lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji sastrawan keturunan Bugis. Pada bagian kiri dan kanan pintu masuk ruangan utama dapat dibaca pasal 1–4, sedangkan pasal 5–12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam ruangan utama. Kemudian di jalan Sudirman terdapat Gedung Taman Budaya Riau, gedung ini berfungsi sebagai tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni Melayu Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sementara bersebelahan dengan gedung ini terdapat Museum Sang Nila Utama, merupakan museum daerah Riau yang memiliki berbagai koleksi benda bersejarah, seni, dan budaya. Museum ini menyandang nama seorang tokoh legenda dalam Sulalatus Salatin, pendiri Singapura. Selanjutnya Anjung Seni Idrus Tintin salah satu ikon budaya di Kota Pekanbaru, merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional, menggunakan nama seorang seniman Riau, Idrus Tintin, dibangun pada kawasan yang dahulunya menjadi tempat penyelengaraan MTQ ke-17.
Pada kawasan Senapelan terdapat Masjid Raya Pekanbaru yang sebelumnya dikenal dengan nama Masjid Alam, dibangun sekitar abad ke-18 dengan gaya arsitektur tradisional dan merupakan masjid tertua di Kota Pekanbaru. Sementara Tradisi Petang Megang disaat memasuki bulan Ramadan telah dilakukan sejak masa Kesultanan Siak masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat Kota Pekanbaru.
Pada tahun 2011, masyarakat Pariaman untuk pertama kalinya mengadakan pesta budaya Tabuik di Pekanbaru. Seperti hal di daerah asalnya, perayaan ini diselenggarakan pada bulan Muharram, untuk memperingati peristiwa Pertempuran Karbala. Meski bukan tradisi lokal, hal ini menunjukkan keanekaragaman sekaligus salah satu iven untuk pengembangan sektor pariwisata. Sementara setiap tahunnya, komunitas Tionghoa di Pekanbaru juga menyelenggarakan perayaan Tahun Baru Imlek, kemudian ditutup dengan perayaan Cap Go Meh. Pesta ini umumnya dipusatkan di kawasan Senapelan terutama pada beberapa vihara besar seperti di Vihara Dharma Loka atau Vihara Tridharma Dewi Sakti.
Olahraga
PSPS Pekanbaru merupakan klub utama sepak bola yang dimiliki oleh kota ini, dan bermarkas di Stadion Kaharudin Nasution Rumbai. Namun pada tahun 2010 stadion ini direnovasi, karena stadion ini juga persiapkan sebagai salah satu venue pada Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012 Riau. Sehingga pada kompetisi LSI, PSPS untuk sementara waktu pada pertandingan kandang menggunakan Stadion Agus Salim dan Stadion Kuansing.
Sejak tahun 2009 kota ini mulai membenahi berbagai fasilitas olahraga setelah provinsi Riau terpilih sebagai tuan rumah penyelenggara Pekan Olahraga Nasional XVIII dan kualifikasi Piala Asia U-22 tahun 2012. Untuk menyambut perhelatan akbar tersebut, Pekanbaru membangun Stadion Utama Riau dengan kapasitas 43.923 kursi.
Selain itu, Lapangan Golf tersebar di beberapa tempat pada kawasan kota ini, antara lain Pekanbaru Golf Course Country Club di Kubang Kulim, Simpang Tiga Golf Course di Kompleks AURI, Rumbai Golf Course di Kompleks IKSORA Rumbai, dan Lapangan Golf Labersa di Kompleks Labersa.
Galeri
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Pekanbaru
Pekanbaru
Pekanbaru |
4020 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Padang | Kota Padang | Kota Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau Sumatra sekaligus ibu kota Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kota ini adalah pintu gerbang barat Indonesia dari Samudra Hindia. Secara geografi, Padang dikelilingi perbukitan yang mencapai ketinggian 1.853 mdpl dengan luas wilayah 693,66 km², lebih dari separuhnya berupa hutan lindung. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 909.040 jiwa. Padang merupakan kota inti dari pengembangan wilayah metropolitan Palapa.
Sejarah Kota Padang tidak terlepas dari peranannya sebagai kawasan rantau Minangkabau, yang berawal dari perkampungan nelayan di muara Batang Arau lalu berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai setelah masuknya Belanda di bawah bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Hari jadi kota ditetapkan pada 7 Agustus 1669, yang merupakan hari penyerangan loji Belanda di Muara Padang oleh masyarakat Pauh dan Koto Tangah. Semasa penjajahan Belanda, kota ini menjadi pusat perdagangan emas, teh, kopi, dan rempah-rempah. Memasuki abad ke-20, ekspor batu bara dan semen mulai dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Saat ini, infrastruktur Kota Padang telah dilengkapi oleh Bandar Udara Internasional Minangkabau serta jalur kereta api yang terhubung dengan kota lain di Sumatra Barat.
Sentra perniagaan kota berada di Pasar Raya Padang, dan didukung oleh sejumlah pusat perbelanjaan modern dan 16 pasar tradisional. Padang merupakan salah satu pusat pendidikan terkemuka di luar Pulau Jawa, ditopang dengan keberadaan puluhan perguruan tinggi. Sebagai kota seni dan budaya, Padang dikenal dengan legenda Malin Kundang dan novel Sitti Nurbaya. Setiap tahunnya, berbagai festival diselenggarakan untuk menunjang sektor pariwisata. Di kalangan masyarakat Indonesia, nama kota ini umumnya diasosiasikan dengan etnis Minangkabau serta masakan khasnya dikenal sebagai masakan Padang.
Sejarah
Tidak ada data pasti siapa yang memberi nama kota ini Padang. Namun, kota ini pada awalnya diperkirakan berupa sebuah lapangan, dataran, atau gurun yang luas sehingga dinamakan Padang. Dalam bahasa Minang, kata padang juga dapat bermaksud pedang.
Menurut tambo setempat, kawasan kota ini dahulunya merupakan bagian dari kawasan rantau yang didirikan oleh para perantau Minangkabau dari Dataran Tinggi Minangkabau (darek). Tempat permukiman pertama mereka adalah perkampungan di pinggiran selatan Batang Arau di tempat yang sekarang bernama Seberang Padang. Kampung-kampang baru kemudian dibuka ke arah utara permukiman awal tersebut, yang semuanya termasuk Kenagarian Padang dalam adat Nan Dalapan Suku; yaitu suku-suku Sumagek (Chaniago Sumagek), Mandaliko (Chaniago Mandaliko), Panyalai (Chaniago Panyalai), dan Jambak dari Kelarasan Bodhi-Chaniago, serta Sikumbang (Tanjung Sikumbang), Balai Mansiang (Tanjung Balai-Mansiang), Koto (Tanjung Piliang), dan Malayu dari Kelarasan Koto-Piliang. Terdapat pula pendatang dari rantau pesisir lainnya, yaitu dari Painan, Pasaman, dan Tarusan. Seperti kawasan rantau Minangkabau lainnya, pada awalnya kawasan sepanjang pesisir barat Sumatra berada di bawah pengaruh Kerajaan Pagaruyung. Namun, pada awal abad ke-17, kawasan ini telah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
Masa kolonial
Kehadiran bangsa asing di Kota Padang diawali dengan kunjungan pelaut Inggris pada tahun 1649. Kota ini kemudian mulai berkembang sejak kehadiran bangsa Belanda di bawah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663, yang diiringi dengan migrasi penduduk Minangkabau dari kawasan luhak.
Selain memiliki muara yang bagus, VOC tertarik membangun pelabuhan dan permukiman baru di pesisir barat Sumatra untuk memudahkan akses perdagangan dengan kawasan pedalaman Minangkabau. Selanjutnya pada tahun 1668, VOC berhasil mengusir pengaruh Kesultanan Aceh dan menanamkan pengaruhnya di sepanjang pantai barat Sumatra, sebagaimana diketahui dari surat Regent Jacob Pits kepada Raja Pagaruyung yang berisi permintaan dilakukannya hubungan dagang kembali dan mendistribusikan emas ke kota ini. VOC berhasil mengembangkan Kota Padang dari perkampungan nelayan menjadi kota metropolitan pada abad ke-17. Padang menjadi kota pelabuhan yang ramai bagi perdagangan emas, teh, kopi, dan rempah-rempah. Dalam perkembangan selanjutnya, pada 7 Agustus 1669 terjadi pergolakan masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan monopoli VOC. Meski dapat diredam oleh VOC, peristiwa tersebut kemudian diabadikan sebagai tahun lahir Kota Padang.
Beberapa bangsa Eropa silih berganti mengambil alih kekuasaan di Kota Padang. Pada tahun 1781, akibat rentetan Perang Inggris-Belanda Keempat, Inggris berhasil menguasai kota ini. Namun, setelah ditandatanganinya Perjanjian Paris pada tahun 1784 kota ini dikembalikan kepada VOC. Pada tahun 1793 kota ini sempat dijarah dan dikuasai oleh seorang bajak laut Prancis yang bermarkas di Mauritius bernama François Thomas Le Même, yang keberhasilannya diapresiasi oleh pemerintah Prancis waktu itu dengan memberikannya penghargaan. Kemudian pada tahun 1795, Kota Padang kembali diambil alih oleh Inggris. Namun, setelah peperangan era Napoleon, pada tahun 1819 Belanda mengklaim kembali kawasan ini yang kemudian dikukuhkan melalui Traktat London, yang ditandatangani pada 17 Maret 1824.
Pada tahun 1837, pemerintah Hindia Belanda menjadikan Padang sebagai pusat pemerintahan wilayah Pesisir Barat Sumatra (Sumatra's Westkust) yang wilayahnya meliputi Sumatra Barat dan Tapanuli sekarang. Selanjutnya kota ini menjadi daerah gemeente sejak 1 April 1906 setelah keluarnya ordonansi (STAL 1906 No.151) pada 1 Maret 1906. Hingga Perang Dunia II, Padang merupakan salah satu dari lima kota pelabuhan terbesar di Indonesia, selain Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Menjelang masuknya tentara Jepang pada 17 Maret 1942, Kota Padang ditinggalkan begitu saja oleh Belanda karena kepanikan mereka. Pada saat bersamaan Soekarno sempat tertahan di kota ini karena pihak Belanda waktu itu ingin membawanya turut serta melarikan diri ke Australia. Kemudian panglima Angkatan Darat Jepang untuk Sumatra menemuinya untuk merundingkan nasib Indonesia selanjutnya. Setelah Jepang dapat mengendalikan situasi, kota ini kemudian dijadikan sebagai kota administratif untuk urusan pembangunan dan pekerjaan umum.
Republik Indonesia
Berita kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 baru sampai ke Kota Padang sekitar akhir bulan Agustus. Namun, pada 10 Oktober 1945 tentara Sekutu telah masuk ke Kota Padang melalui Pelabuhan Teluk Bayur, dan kemudian kota ini diduduki selama 15 bulan. Pada tanggal 9 Maret 1950, Kota Padang dikembalikan ke tangan Republik Indonesia setelah sebelumnya menjadi negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) melalui surat keputusan Presiden RIS nomor 111. Kemudian, berdasarkan Undang-undang Nomor 225 tahun 1948, Gubernur Sumatra Tengah waktu itu melalui surat keputusan nomor 65/GP-50, pada 15 Agustus 1950 menetapkan Kota Padang sebagai daerah otonom. Wilayah kota diperluas, sementara status kewedanaan Padang dihapus dan urusannya pindah ke Wali Kota Padang. Pada 29 Mei 1958, Gubernur Sumatra Barat melalui Surat Keputusan Nomor 1/g/PD/1958, secara de facto memindahkan ibu kota provinsi Sumatra Barat dari Bukittinggi ke Padang. Status ini baru dikukuhkan secara de jure lewat Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979.
Seiring dengan statusnya sebagai ibu kota provinsi, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 menetapkan perubahan batas-batas wilayah Kota Padang dengan memasukkan sebagian wilayah Kabupaten Padang Pariaman seperti Pauh, Koto Tangah, Lubuk Kilangan, dan Teluk Kabung. Berdasarkan Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional 2015–2019, pemerintah pusat menetapkan Kota Padang, bersama Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman untuk pengembangan wilayah metropolitan Palapa (Padang–Lubuk Alung–Pariaman).
Geografi
Kota Padang terletak di pantai barat pulau Sumatra, dengan luas keseluruhan 694,96 km² atau setara dengan 1,65% dari luas provinsi Sumatra Barat. Lebih dari 60% dari luas Kota Padang berupa perbukitan yang ditutupi oleh hutan lindung. Hanya sekitar 205,007 km² wilayah yang merupakan daerah efektif perkotaan. Daerah perbukitan membentang di bagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di Kota Padang di antaranya adalah Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, dan Bukit Pegambiran. Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 68,126 km di daratan Sumatra. Selain itu, terdapat pula 19 buah pulau kecil, di antaranya yaitu Pulau Sikuai dengan luas 4,4 ha di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Pulau Toran seluas 25 ha dan Pulau Pisang Gadang di Kecamatan Padang Selatan.
Pada tahun 1833, Residen James du Puy melaporkan terjadi gempa bumi yang diperkirakan berkekuatan 8.6–8.9 skala Richter di Padang yang menimbulkan tsunami. Sebelumnya pada tahun 1797, juga diperkirakan oleh para ahli pernah terjadi gempa bumi berkekuatan 8.5–8.7 skala Richter, yang juga menimbulkan tsunami di pesisir Kota Padang dan menyebabkan kerusakan pada kawasan Pantai Air Manis. Pada 30 September 2009, kota ini kembali dilanda gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter, dengan titik pusat gempa di laut pada 0.84° LS dan 99.65° BT dengan kedalaman 71 km, yang menyebabkan kehancuran 25% infrastruktur yang ada di kota ini.
Ketinggian di wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 m sampai 1.853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Suhu udaranya cukup tinggi, yaitu antara 23 °C–32 °C pada siang hari dan 22 °C–28 °C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78%–81%. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan. Tingginya curah hujan membuat kota ini cukup rawan terhadap banjir. Pada tahun 1980 2/3 kawasan kota ini pernah terendam banjir karena saluran drainase kota yang bermuara terutama ke Batang Arau tidak mampu lagi menampung limpahan air tersebut.
Tata ruang
Kota Padang memiliki karakteristik ruang perkotaan yang menghadap Samudra Hindia dan dikelilingi oleh jajaran Pegunungan Bukit Barisan. Perkembangan kawasan urban di Padang bergerak ke arah utara dan timur dari kawasan kota tua di muara Batang Arau. Sejalan dengan pembangunan kota yang berbasis mitigasi bencana, wilayah timur Padang dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan pusat pendidikan, sedangkan wilayah barat yang berdekatan dengan pantai merupakan kawasan komersial perkotaan dan pusat bisnis.
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2010–2030, kawasan pusat kota meliputi Kecamatan Padang Barat, Padang Utara, Padang Timur, dan Padang Selatan. Kantor-kantor pemerintahan Provinsi Sumatra Barat berada pada kawasan ini, lebih tepatnya di sepanjang jalur protokol Sudirman–Khatib. Selain kawasan pusat kota, terdapat pula empat kawasan subpusat kota, yaitu Lubuk Buaya di sisi utara, Air Pacah dan Bandar Buat di sisi timur, serta Bungus di sisi selatan. Kantor-kantor pemerintahan Kota Padang (termasuk balaikota) dipusatkan di Air Pacah.
Arsitektur
Dari sisi arsitektur, bangunan yang ada di Kota Padang saat ini berada dalam transformasi penemuan kembali tradisi dalam bentuk ekspresi arsitektur modern tetapi tradisional. Kota ini secara umum mampu mengimbangi perkembangan bentuk arsitektur impor yang terus muncul di setiap kota di Indonesia dengan seni arsitektur tradisionalnya. Hal ini juga terlihat selain pada bangunan dijumpai juga bermacam gapura pada beberapa ruas jalan dengan ciri khas atap gonjong. Gonjong ini merupakan salah satu bagian simbol etnik, merepresentasikan makna filosofi Minangkabau yang terabstrasikan ke dalam bentuk bangunan. Walaupun saat ini telah terjadi pergeseran nilai budaya mengancam eksistensi nilai-nilai yang masih asli, masyarakat Minang pun merasa bahwa citra arsitektur vernakular mereka cukup terwakili oleh atap gonjong saja.
Sebelumnya dari hilir Batang Arau menuju Muara Pantai Padang terdapat beberapa bangunan tua dengan ciri arsitektur Eropa yang disesuaikan dengan gaya model untuk daerah tropis antaranya NHM (Nederlansche Handels-Maatschappij), Padangsche Spaarbank, De Javansche Bank, dan NV Internatio yang didirikan sebelum 1920 dan menjadi saksi bisu jejak kolonial yang tertinggal.
Taman dan hutan kota
Sejak tahun 1995, Pemerintah Kota Padang telah mulai mengembangkan hutan kota termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman dan indah, sekaligus sebagai salah satu sarana rekreasi terutama bagi warga kotanya. RTH yang ada di kota ini yaitu RTH Taman Melati dan RTH Imam Bonjol yang juga berfungsi sebagai alun-alun kota. Di kawasan Pantai Padang, terdapat Taman Muaro Lasak yang dilengkapi dengan Monumen Merpati Perdamaian. Monumen tersebut diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dalam rangka Multilateral Naval Exercise Komodo 2016.
Pada sehiliran Batang Kuranji terdapat Hutan Kota Delta Malvinas yang merupakan habitat bagi bangau dan buaya kecil putih. Sementara pada Kecamatan Lubuk Kilangan, terdapat Taman Hutan Raya Bung Hatta, yang merupakan kawasan konservasi pelestarian plasma nutfah flora hutan seluas 240 ha. Taman Hutan Raya ini berbatasan dengan Kabupaten Solok, dan telah dimanfaatkan sebagai tempat wisata alam, sarana pendidikan dan penelitian serta juga berfungsi hidroorologi dan penangkal polusi khususnya bagi Kota Padang.
Kota Padang mendapat piala Adipura untuk pertama kalinya pada tahun 1986 dari Presiden Soeharto atas prestasinya menjadi salah satu kota terbersih di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1991 kota ini juga memperoleh Adipura Kencana. Hingga tahun 2009 Kota Padang telah mendapat 17 kali piala Adipura selama 4 periode penilaian. Delapan tahun setelah Gempa Bumi 2009 yang menghancurkan sarana dan prasarana kota, Padang kembali menerima piala Adipura untuk ke-18 kalinya pada tahun 2017.
Kependudukan
Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi Sumatra Barat. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah penduduk Kota Padang adalah sebanyak 833.584 jiwa. Jumlah tersebut menunjukan penurunan yang signifikan dari data kependudukan tahun 2008 (856.815 jiwa) akibat peristiwa gempa bumi 2009. Pada akhir tahun 2014, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang melaporkan jumlah penduduk sebanyak 1.000.096 jiwa dengan rincian 273.915 Kepala Keluarga yang terdiri dari 507.785 orang laki-laki dan 492.306 perempuan. Pada tahun 2009 kota ini bersama dengan kota Makassar, Denpasar, dan Yogyakarta, ditetapkan oleh Kemendagri sebagai empat kota proyek percontohan penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) di Indonesia.
Etnis
Penduduk Padang sebagian besar berasal dari etnis Minangkabau. Etnis lain yang juga bermukim di sini adalah Jawa, Tionghoa, Nias, Mentawai, Batak, Aceh, dan Tamil. Orang Minang di Kota Padang merupakan perantau dari daerah lainnya dalam Provinsi Sumatra Barat. Pada tahun 1970, jumlah pendatang sebesar 43% dari seluruh penduduk, dengan 64% dari mereka berasal dari daerah-daerah lainnya dalam provinsi Sumatra Barat. Pada tahun 1990, dari jumlah penduduk Kota Padang, 91% berasal dari etnis Minangkabau.
Orang Nias sempat menjadi kelompok minoritas terbesar pada abad ke-19. VOC membawa mereka sebagai budak sejak awal abad ke-17. Sistem perbudakan diakhiri pada tahun 1854 oleh Pengadilan Negeri Padang. Pada awalnya mereka menetap di Kampung Nias, namun kemudian kebanyakan tinggal di Gunung Padang. Cukup banyak juga orang Nias yang menikah dengan penduduk Minangkabau. Selain itu, ada pula yang menikah dengan orang Eropa dan Tionghoa. Banyaknya pernikahan campuran ini menurunkan persentase suku Nias di Padang.
Belanda kemudian juga membawa suku Jawa sebagai pegawai dan tentara, serta ada juga yang menjadi pekerja di perkebunan. Selanjutnya, pada abad ke-20 orang Jawa kebanyakan datang sebagai transmigran. Selain itu, suku Madura, Ambon dan Bugis juga pernah menjadi penduduk Padang, sebagai tentara Belanda pada masa perang Padri. Penduduk Tionghoa datang tidak lama setelah pendirian pos VOC. Orang Tionghoa di Padang yang biasa disebut dengan Cina Padang, sebagian besar sudah membaur dan biasanya berbahasa Minang. Pada tahun 1930 paling tidak 51% merupakan perantau keturunan ketiga, dengan 80% adalah Hokkian, 2% Hakka, dan 15% Kwongfu.
Suku Tamil atau keturunan India kemungkinan datang bersama tentara Inggris. Daerah hunian orang Tamil di Kampung Keling merupakan pusat niaga. Sebagian besar dari mereka yang bermukim di Kota Padang sudah melupakan budayanya. Orang-orang Eropa dan Indo yang pernah menghuni Kota Padang menghilang selama tahun-tahun di antara kemerdekaan (1945) dan nasionalisasi perusahaan Belanda (1958).
Agama
Mayoritas penduduk Kota Padang memeluk agama Islam. Kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah Kristen, Buddha, dan Khonghucu, yang kebanyakan dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau. Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di Kota Padang.
Masjid Raya Ganting merupakan masjid tertua di kota ini, yang dibangun sekitar tahun 1700. Sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang. Beberapa tokoh nasional pernah salat di masjid ini di antaranya Soekarno, Hatta, Hamengkubuwana IX dan A.H. Nasution. Bahkan Soekarno sempat memberikan pidato di masjid ini. Masjid ini juga pernah menjadi tempat embarkasi haji melalui pelabuhan Emmahaven (sekarang Teluk Bayur) waktu itu, sebelum dipindahkan ke Asrama Haji Tabing sekarang ini.
Gereja Katholik dengan arsitektur Belanda telah berdiri sejak tahun 1933 di kota ini, walaupun French Jesuits telah mulai melayani umatnya sejak dari tahun 1834, seiring bertambahnya populasi orang Eropa waktu itu.
Dalam rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para penganut agama Islam pada tahun 1983 untuk pertama kalinya di kota ini diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-13.
Pemerintahan
Masa kolonial Belanda
Pertumbuhan beberapa kawasan yang sedemikian pesat telah menimbulkan masalah baru bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda. Meskipun mekanisme dan kegiatan pemerintahan telah bertambah maju, namun pemerintahan Hindia Belanda yang mencakup kepulauan yang terpencar-pencar dan saling berjauhan itu tidak dapat terawasi secara efektif. Keadaan tersebut akhirnya menyebabkan warga kolonial menginginkan pemodelan urusan pemerintahannya sebagaimana model di negeri Belanda sendiri, yaitu sistem kekotaprajaan yang diperintah oleh seorang wali kota dan bertanggung jawab kepada Dewan Kotapraja. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka pada tanggal 1 Maret 1906, berdasarkan ordonansi (STAL 1906 No.151) yang ditandatangani oleh Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz sistem pemerintahan desentralisasi mulai diperkenalkan di Hindia Belanda.
Sejak 1 April 1906 termasuk Kota Padang telah berstatus gemeente (kota), yang kemudian diiringi dengan pembentukan Dewan Kotapraja. Tugas utamanya adalah perbaikan tingkat kesehatan masyarakat dan transportasi, termasuk penanganan masalah-masalah bangunan, pemeliharaan jalan dan jembatan serta penerangan jalan-jalan, begitu pula pengontrolan sanitasi, kebersihan selokan dan sampah-sampah, pengelolaan persediaan air, pengelolaan pasar dan rumah potong, perluasan kota dan kawasan permukiman, tanah pekuburan, dan pemadam kebakaran.
Pada tahun 1928 Mr. W.M. Ouwerkerk dipilih sebagai Burgemeester (wali kota) yang memerintah Kota Padang hingga tahun 1940. Ia kemudian digantikan oleh D. Kapteijn sampai masuknya tentara pendudukan Jepang tahun 1942. Dalam meningkatkan layanan pemerintahan pada tahun 1931 dibangunlah gedung Gemeente Huis (Balai Kota) dengan arsitektur gaya balai kota Eropa berciri khas sebuah menara jam yang berlokasi di Jalan Raaffweg (sekarang Jalan Mohammad Yamin, Kecamatan Padang Barat).
Masa awal kemerdekaan Indonesia
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Mr. Abubakar Jaar diangkat sebagai wali kota pertama Kota Padang dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Mr. Abubakar Jaar merupakan seorang pamong sejak zaman Belanda, yang kemudian menjadi residen di Sumatra Utara. Pada tanggal 15 Agustus 1946 dipilih Bagindo Azizchan sebagai wali kota kedua, atas usulan Residen Mr. St. M. Rasjid, seiring dengan keadaan negara dalam situasi darurat perang akibat munculnya agresi Belanda. Kemudian pada tanggal 19 Juli 1947, Belanda melancarkan sebuah serangan militer dalam Kota Padang. Bagindo Azizchan yang waktu itu berada di Lapai ikut tewas terbunuh sewaktu menjalankan tugasnya sebagai kepala pemerintahan Kota Padang.
Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, Said Rasad dipilih sebagai pengganti, dan menjadi Wali kota ketiga. Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahan ke Kota Padangpanjang. Namun, pada bulan September 1947, Belanda menunjuk Dr. A. Hakim, untuk menjadi wali kota Padang.
Pada awal tahun 1950-an, sewaktu Dr. Rasidin menjadi wali kota Padang, ia mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan becak sebagai sarana transportasi angkutan umum di Kota Padang, karena dianggap kurang manusiawi. Kemudian pada tahun 1956 B. Dt. Pado Panghulu, seorang penghulu dari Kota Bukittinggi, terpilih sebagai wali kota Padang berikutnya. Tidak lama kemudian, pecah ketegangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Ketegangan memuncak pada tanggal 15 Februari 1958, dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dideklarasikan. Selanjutnya, PRRI yang dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintah pusat dihancurkan dengan pengiriman kekuatan militer terbesar yang tercatat dalam sejarah Indonesia. Akibat peristiwa ini juga, terjadi eksodus besar-besaran suku Minangkabau ke daerah lain.
Setelah PRRI pada tanggal 31 Mei 1958, Z. A. St. Pangeran dilantik menjadi wali Kota Padang yang ketujuh, dengan setumpuk beban berat. Selain melanjutkan pembangunan, ia juga harus memulihkan kondisi psikologis masyarakat yang tercabik akibat perang saudara. Namun pada pertengahan tahun 1966, dia dipaksa mundur dari jabatannya oleh para mahasiswa.
Orde Baru dan otonomi daerah
Setelah runtuhnya demokrasi terpimpin pasca Gerakan 30 September, dan kemudian muncul istilah Orde Baru, pada tahun 1966, Drs. Azhari ditunjuk menjadi wali kota oleh pihak militer menggantikan wali kota sebelumnya yang dianggap cendrung berpihak kepada PKI waktu itu. Pada tahun 1967, ia digantikan oleh Drs. Akhiroel Yahya sebagai wali kota berikutnya.
Pada tahun 1971, Drs. Hasan Basri Durin ditunjuk menjadi pejabat wali kota mengantikan wali kota sebelumnya. Tahun 1973 dia terpilih menjadi wali kota definitif, memimpin Kota Padang selama dua periode sampai tahun 1983, sebelum digantikan oleh Syahrul Ujud S.H., yang menjadi wali Kota Padang selama dua periode berikutnya. Selanjutnya, pada tahun 1993, terpilih seorang mantan wartawan Drs. Zuiyen Rais, M.S., yang juga memimpin Kota Padang selama dua periode sampai pada tahun 2003.
Dalam suasana reformasi pemerintahan dan era otonomi daerah, Dr. Fauzi Bahar, M.Si, terpilih kembali pada tahun 2009 untuk masa jabatan kedua kalinya sebagai wali Kota Padang dalam pemilihan langsung pada kali pertama, sedangkan pada masa jabatan sebelumnya pada tahun 2004 dia masih dipilih melalui sistem perwakilan di DPRD kota.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2011 pada tanggal 18 April 2011, pusat pemerintahan Kota Padang secara resmi dipindahkan dari Kecamatan Padang Barat ke Kecamatan Kototangah. Di samping untuk mengurangi konsentrasi masyarakat di kawasan pantai dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di timur dan utara kota, pemindahan ini juga dilakukan mengingat lokasi pusat pemerintahan kota sebelumnya berada pada zona yang dikategorikan bahaya terhadap kemungkinan terjadinya bencana tsunami. Kompleks pusat pemerintahan dibangun di kawasan eks Terminal Regional Bingkuang (TRB) di Air Pacah dan mulai diresmikan penggunaannya pada 30 September 2013.
Walikota
Dewan Perwakilan
Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, DPRD kota merupakan perwakilan rakyat. Jumlah anggota DPRD kota berjumlah 45 orang. Pengaruh reformasi politik dan pemerintahan telah membawa perubahan peta politik di Kota Padang. Pada pemilu periode 1999-2004, anggota DPRD Kota Padang masih didominasi oleh partai Golkar. Namun, sejak pemilu 2004, PKS, PAN, Demokrat, dan belakangan Gerindra tampil mengerogoti dominasi partai Golkar dan secara bersama menguasai parlemen kota.
Daftar Kecamatan
Secara adat, Kota Padang meliputi 10 nagari, namun berbeda dengan pemerintahan kabupaten di Sumatra Barat, status nagari tidak menjadi bagian dari perangkat daerah dalam pemerintahan kota. Kecamatan Koto Tangah merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar, sedangkan Kecamatan Padang Barat memiliki wilayah terkecil.
Pendidikan
Kota Padang sejak dari zaman kolonial Belanda telah menjadi pusat pendidikan di Sumatra Barat. Tercatat pada tahun 1864, jumlah pelajar yang terdaftar di sekolah yang ada di kota ini sebanyak 237 orang.
Untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi siswa dan orang tua murid, pemerintah kota bekerja sama dengan UNP dan Telkom sejak 1 Juli 2010 kembali menyelenggarakan Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online untuk sekolah negeri jenjang SMP dan SMA, dengan perbaikan pola dan sistem dibandingkan tahun sebelumnya. Sistem yang telah diterapkan sejak tahun 2006 ini, akan memotivasi sekaligus memudahkan seluruh siswa yang akan melanjutkan pendidikannya di masing-masing tingkatan pendidikan. Mereka dapat memilih sekolah favoritnya berdasarkan rangking nilai yang mereka dapat dan diketahui secara langsung dan transparan.
Kota Padang memiliki puluhan perguruan tinggi, sepuluh di antaranya berbentuk universitas. Universitas Andalas (Unand) yang belokasi di Limau Manis diresmikan oleh Wakil Presiden pertama Mohammad Hatta pada tahun 1955 sebagai universitas tertua di luar Jawa. Pada tahun 2014, Unand menjadi universitas pertama di Sumatra yang mendapatkan peringkat A untuk akreditasi perguruan tinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Perguruan tinggi negeri lainnya yang ada di Kota Padang yakni Universitas Negeri Padang (UNP) di Air Tawar, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN-IB) di Lubuk Lintah, Politeknik Negeri Padang di Limau Manis, Politeknik Kesehatan Padang di Siteba, dan Politeknik ATI Padang di Tabing. Beberapa perguruan tinggi swasta juga berada di kota ini, seperti Universitas Bung Hatta, Universitas Baiturrahmah, Universitas Ekasakti, Universitas Tamansiswa Padang, Universitas Putra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat, Institut Teknologi Padang, dan Universitas Dharma Andalas.
Perpustakaan Daerah Sumatra Barat terletak di Kota Padang termasuk salah satu perpustakaan terbaik di Indonesia, dengan jumlah koleksi yang mencapai 30.000 judul, termasuk fasilitas dan pengelolaan yang maksimum, serta jumlah pengunjung pustaka yang tinggi. Setelah gempa bumi kegiatan Perpustakaan Daerah Sumatra Barat sejak 1 Februari 2010 untuk sementara dipindahkan ke Tabing, menunggu pembangunan gedung baru yang sebelumnya mengalami kerusakan parah. Sekarang perpustakaan telah kembali ke lokasi semula yang berada di Jalan Diponegoro Nomor 4.
Sementara Perpustakaan Kota Padang sendiri atau Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang terletak di Jalan Batang Anai GOR H. Agus Salim Padang, setelah sebelumnya berlokasi di dekat SMA Negeri 1 Padang yang kemudian berganti menjadi gedung Dukcapil. Peresmian pindahnya Perpustakaan Kota Padang ini dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2018.
Kesehatan
Sebagai salah satu pusat kesehatan di Pulau Sumatra, Kota Padang telah memiliki fasilitas kesehatan yang cukup lengkap. Selain memiliki beberapa rumah sakit yang bertaraf nasional dan internasional, rumah sakit tersebut juga telah didukung oleh beberapa perguruan tinggi yang berkaitan dengan kesehatan. Rumah Sakit Umum Dr. M. Djamil yang didirikan oleh pemerintah pusat pada tahun 1953 merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatra bagian tengah. Rumah sakit ini telah berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Politeknik Kesehatan Padang. Setelah gempa 30 September 2009, kondisi bangunan dan peralatan rumah sakit ini memprihatinkan. Rumah Sakit M. Djamil saat ini tengah berusaha memperbaiki program Hospital Disaster untuk mengantisipasi kejadian serupa nantinya.
Pemerintahan Kota Padang sendiri juga telah memiliki rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Rasidin. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal, pemerintahan Kota Padang juga telah mendirikan sebanyak 20 buah puskesmas dan 58 buah puskesmas pembantu pada wilayah kecamatan di kota ini. Untuk tahun 2007, satu puskesmas di Kota Padang rata-rata melayani 41.000 orang. Angka ini lebih tinggi dari konsep ideal wilayah puskesmas yang hanya untuk melayani 30.000 orang saja, sehingga jika ditinjau dari penyebaran, sarana kesehatan sudah memadai. Namun jika ditinjau dari aspek mutu pelayanan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan.
Selain itu, di kota ini juga terdapat sejumlah rumah sakit yang dikelola oleh BUMN, Kepolisian, TNI AD dan pihak swasta. Pada tahun 2013, PT Semen Padang meresmikan Semen Padang Hospital yang merupakan rumah sakit bertaraf internasional pertama di Sumatra Barat. Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo yang dikelola oleh TNI AD terletak pada kawasan cagar budaya Ganting. Rumah sakit ini berdiri pada komplek bangunan peninggalan zaman Belanda dan sebelumnya merupakan tempat peristirahatan para tentara kolonial. Rumah Sakit Selasih merupakan rumah sakit swasta yang dikelola secara bersama dengan pihak Kumpulan Perubatan Johor (KPJ) Sdn Bhd dari Malaysia, namun akibat gempa bumi 30 September 2009 rumah sakit ini mengalami kerusakan berat.
Rumah sakit
Pelayanan umum
Untuk melayani kebutuhan akan air bersih, pemerintah kota melalui PDAM Kota Padang sampai tahun 2007 telah memiliki 13 unit sumur bor dan Instalasi Pengolahan Air Lengkap (IPAL) di wilayah Gunung Pangilun dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di wilayah Lubuk Minturun, Ulu Gadut, Pegambiran dan Bungus. Sekitar 60% akan kebutuhan air bersih dipasok dari perusahaan pemerintah daerah ini. Adapun untuk mengantisipasi kebutuhan akan energi listrik, Padang mengandalkan PLTU Teluk Sirih unit I yang terletak di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dengan kapasitas 1x112 MW. Untuk jaringan telekomunikasi, hampir di setiap kawasan dalam kota telah terjangkau jaringan telepon genggam. Layanan gratis internet tanpa kabel Wi-Fi atau dikenal dengan hotspot telah disebar pada beberapa perguruan tinggi, pusat perbelanjaan, hotel, sampai kantor polisi.
Dalam menangani masalah sampah, pemerintah kota memfungsikan lahan pada Kecamatan Koto Tangah di TPA Air Dingin seluas 30.3 ha yang berjarak 17 km dari pusat kota atau berada pada radius 7 km dari kawasan permukiman. TPA ini hanya mengelola 800 m³ sampah per hari dari total 1.432 m³ sampah yang dihasilkan dalam kota. Mengawali tahun 2015, Pemerintah Kota Padang memberlakukan Perda Nomor 21 tahun 2012 tentang denda dan larangan membuang sampah sembarangan. Kebijakan ini terintegrasi dalam Program Padang Bersih yang diluncurkan pada 25 Oktober 2014. Pada tingkat kelurahan, terdapat Lembaga Pengelolaan Sampah (LPS) yang mengawasi disiplin kebersihan warga. Pemerintah Kota Padang saat ini memiliki 90 unit becak motor pengangkut sampah dan 300 kontainer yang telah disebar ke seluruh Lembaga Pengelola Sampah (LPS). Ada 10 kawasan bebas sampah di Kota Padang yang dilindungi oleh Perda Nomor 21 tahun 2012. Dimulai dari sepanjang Jalan Sudirman hingga ke Khatib Sulaiman; Jalan S. Parman hingga Jalan Pemuda; Jalan Ratulangi dan Belakang Olo; Jalan A Yani; Jalan Ujung Gurun; Jalan Raden Saleh; Jalan M. Yamin. Selebihnya, adalah kawasan wisata meliputi Pantai Padang, Pantai Air Manis, dan Pantai Pasir Jambak.
Untuk kebutuhan Tempat Pemakaman Umum (TPU) bagi masyarakat, Pemerintah Kota Padang telah menyediakan lahan pada beberapa kawasan, di antaranya TPU Tunggul Hitam dan TPU Air Dingin.
Sejak dahulu, Kota Padang sangat rawan terhadap banjir. Pemerintah kolonial Hindia Belanda telah mencoba menanggulangi di antaranya dengan memperbaiki tata ruang kota serta memperbaiki beberapa bantaran sungai yang membelah kota. Pada 1918, aliran Batang Arau dibagi melalui banjir kanal sepanjang 6,8 km dan lebar 20 meter. Sejak kemerdekaan Indonesia, banjir besar yang terjadi tercatat pada tahun 1972, 1979, 1980, 1981, dan 1986. Belakangan, banjir cukup sering terjadi dan merendam beberapa kawasan di Kota Padang. Sebelumnya, beberapa kawasan terutama di Kecamatan Koto Tangah merupakan kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air namun pemerintah kota menetapkan kawasan tersebut sebagai daerah perkembangan perumahan sehingga menjadi daerah permukiman padat penduduk. Perubahan fungsi ini berdampak jika curah hujan cukup tinggi (>223,03 mm/jam) maka terjadi banjir yang menggenangi kawasan seluas 44.09 Ha dengan tinggi genangan air mencapai 60 cm selama lebih dari 6 jam. Sementara sistem jaringan drainase Kota Padang terdiri dari 19 areal dengan luas cakupan 3.986 Ha, yang kesemuanya mengalir ke arah sungai utama yaitu Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang Air Dingin.
Kota Padang termasuk kota di Indonesia yang berada pada kawasan berkategori rawan gempa bumi dan tsunami. Untuk mengantisipasi hal itu pemerintah setempat telah membangun beberapa kawasan tertentu sebagai lokasi evakuasi terhadap kemungkinan bencana alam tersebut. Namun belajar dari pengalaman gempa bumi 30 September 2009, beberapa jalur jalan evakuasi yang telah dirancang sejak tahun 2005 belum dapat memberikan sistem penyelamatan massive yang baik bagi masyarakat yang umumnya berada di zona merah bahaya tsunami. Tingginya tingkat kekacauan lalu lintas, serta kurangnya koordinasi pada masyarakat waktu itu, membuat pemerintah setempat perlu memikirkan mitigasi bencana yang tepat dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi pada masa depan.
Pada 2011, Padang memiliki gudang regional Palang Merah Indonesia (PMI) yang ketiga di Indonesia. Sebagai basis penanggulangan bencana alam terutama di wilayah Sumatra, gudang ini memiliki kapasitas untuk menampung 2.000 paket family kit, 2.000 paket terpal, 2.000 kotak hygiene kit, 4.000 paket matras, 4.000 kelambu, 8.000 jerigen, dan 1.000 kantung mayat.
Transportasi
Pada masa lalu, rute utama yang menghubungkan kawasan rantau (Kota Padang) dengan darek (pedalaman Minangkabau) adalah jalur yang pernah ditempuh Raffles pada tahun 1818 untuk menuju Pagaruyung melalui kawasan Kubung XIII di Kabupaten Solok sekarang. Saat ini ada tiga ruas jalan utama yang menghubungkan Kota Padang dengan kota-kota lain di Sumatra. Jalan ke utara menghubungkan kota ini dengan Kota Bukittinggi, dan di sana bercabang ke Kota Medan dan Pekanbaru. Terdapat pula cabang jalan di dekat Lubuk Alung ke arah Kota Pariaman. Jalan ke timur menuju Kota Solok, yang tersambung dengan Jalan Raya Lintas Sumatra bagian tengah. Sebelumnya, di Arosuka terdapat persimpangan menuju Kota Jambi melalui Kabupaten Solok Selatan. Jalan ke selatan yang menyusuri pantai barat Sumatra menghubungkan Kota Padang dengan Kota Bengkulu melalui Kabupaten Pesisir Selatan.
Penemuan cadangan batubara di Kota Sawahlunto mendorong Pemerintah Hindia Belanda membangun rel kereta api serta rute jalan baru melalui Kota Padang Panjang sekarang, yang diselesaikan pada 1896. Jalur kereta api ini juga menghubungkan Kota Padang dengan kota-kota lain seperti Kota Pariaman, Kota Solok, Kota Bukittinggi, dan Kota Payakumbuh. Saat ini rel kereta api yang aktif hanyalah jaringan Komuter Padang–Pariaman menggunakan kereta api Sibinuang, jalur Indarung–Bukitputus untuk pengangkutan semen ke pelabuhan, serta jalur Pulau Aie–Bandara menggunakan kereta api Minangkabau Ekspres.
Terminal Regional Bingkuang (TRB) di Air Pacah selesai dibangun tahun 1999 untuk menggantikan Terminal Lintas Andalas di Olo Ladang. Penggunaan TRB ini tidak seperti yang diharapkan, dan sampai beberapa tahun sesudahnya belum juga dapat menggantikan terminal lama. Setelah gempa tanggal 30 September 2009 dan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2011, TRB dialihfungsikan menjadi kawasan pusat pemerintahan kota. Terminal Anak Air mulai beroperasi pada tahun 2021 untuk melayani bus antarkota dalam provinsi (AKDP) dan bus antarkota antarprovinsi (AKAP).
Angkutan dalam kota dilayani oleh bus kota, mikrolet dan taksi. Sementara saat ini di pusat kota masih dapat ditemukan bendi (sejenis kereta kuda), sedangkan ojek biasanya beroperasi di perumahan dan pinggiran kota. Pada awal tahun 2014, pemerintah mulai mengoperasikan bus massal Trans Padang. Dari enam koridor yang dirancang untuk sistem transportasi ini, baru dua koridor yang beroperasi yaitu rute Pasar Raya–Lubuk Buaya (batas kota) dan rute Anak Air–Teluk Bayur.
Kota Padang memiliki beberapa kawasan pelabuhan. Tercatat sejak tahun 1770 diberangkatkan dari pelabuhan kota ini 0,3 miliar pikul lada dan 0,2 miliar gulden emas per tahunnya. Pelabuhan Muara melayani transportasi laut bagi kapal ukuran sedang terutama untuk tujuan ke atau dari Kabupaten Kepulauan Mentawai dan kawasan sekitarnya. Sementara itu, Pelabuhan Teluk Bayur melayani pengangkutan laut untuk ukuran kapal besar baik ke kota-kota lain di Indonesia maupun ke luar negeri. Pelabuhan ini mulai beroperasi pada tahun 1892 dengan nama Emmahaven. Sekarang kedua pelabuhan tersebut dikelola oleh PT Pelindo II. Selain itu juga terdapat Pelabuhan Bungus yang tediri dari pelabuhan perikanan samudera (PPS) yang dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pelabuhan penyeberangan yang dikelola oleh Kementerian Perhubungan.
Sampai tahun 2005, Bandar Udara Tabing melayani perhubungan udara Padang dengan kota-kota lain. Bandar udara ini tidak dapat didarati oleh pesawat berbadan besar, dan karena itu tidak dapat mengimbangi naiknya jumlah calon penumpang. Pengembangannya terbatas karena posisinya yang terhalang Gunung Pangilun dan Bukit Sariak. Maka tanggal 23 Juni 1999 ditetapkan lokasi baru pengganti bandar udara ini. Dengan selesainya pembangunan Bandar Udara Internasional Minangkabau di Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman, penerbangan sipil dialihkan ke bandara baru tersebut. Penerbangan domestik yang dilayani saat ini yakni ke seluruh kota besar di Sumatra (kecuali Banda Aceh dan Pangkal Pinang), seluruh kota besar di Jawa (kecuali Semarang), dan satu kota di Sulawesi yaitu Makassar. Sementara untuk pernerbangan internasional saat ini yakni ke Singapura, Kuala Lumpur, Jeddah (haji), dan Madinah (umrah).
Perekonomian
Kota Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika. Akibatnya pada tahun 1864 telah berdiri salah satu cabang Javaansche Bank yakni bank yang bertanggung jawab terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti standar selaras dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada 1879 juga telah muncul bank simpan pinjam. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat peredaran uang di kota ini.
Kota ini menempatkan sektor industri, perdagangan dan jasa menjadi andalan dibandingkan dengan sektor pertanian dalam mendorong perekonomian masyarakatnya. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung mengubah lahan pertanian menjadi kawasan industri. Walaupun di sisi lain industri pengolahan di kota ini telah memberikan kesempatan lapangan pekerjaan yang cukup berarti.
Di kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen Padang dan telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di Indonesia, dengan kapasitas produksi 5.240.000 ton per tahun. Hampir 63% dari produksinya (baik dalam bentuk kemasan zak maupun curah) didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan pelabuhan Teluk Bayur. Selepas reformasi politik dan ekonomi, masyarakat Minang umumnya menuntut pemerintah pusat untuk melaksanakan spin off (pemisahan) PT Semen Padang dari induknya PT Semen Gresik, yang mana sejak tahun 1995 telah di merger (penggabungan) secara paksa oleh pemerintah pusat, walau tuntutan akuisisi PT Semen Padang menjadi perusahaan yang mandiri lepas dari PT Semen Gresik telah dikabulkan Pengadilan Negeri Padang, namun penyelesaian persoalan tersebut masih belum jelas sampai sekarang. Apalagi ditengarai terjadi kemerosotan kinerja perusahaan sejak penggabungan tersebut. Hal ini karena pemerintah pusat masih menganggap restrukturisasi beberapa BUMN melalui pembentukan holding terhadap beberapa BUMN yang memiliki keterkaitan atau kesamaan usaha merupakan penyelesaian terbaik untuk membangun keunggulan daya saing BUMN tersebut agar lebih menjamin perolehan laba di atas rata-rata perusahaan pesaing lainnya.
Pusat perdagangan di Kota Padang adalah Pasar Raya Padang yang dibangun pada zaman kolonial Belanda oleh seorang kapiten Cina bernama Lie Saay. Dalam perkembangannya, pasar tradisional ini pernah menjadi sentra perdagangan bagi masyarakat di Sumatra Barat, Riau, Jambi dan Bengkulu pada era 1980-an. Selain itu, aktivitas perniagaan di Padang juga didukung oleh 16 pasar satelit yang tersebar di seluruh pelosok kota, sembilan di antaranya dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang yaitu Pasar Alai, Pasar Bandar Buat, Pasar Belimbing, Pasar Bungus, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba, Pasar Tanah Kongsi, dan Pasar Ulak Karang.
Tidak seperti kebanyakan kota besar di Indonesia, pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di Kota Padang terbilang cukup lamban. Pada tahun 1990-an terdapat setidaknya lima permohonan izin pendirian mal di Kota Padang yang ditolak oleh Zuiyen Rais, wali kota Padang saat itu, karena mengambil lokasi di pusat kota. Pusat perbelanjaan modern yang beroperasi saat ini di Kota Padang di antaranya yaitu Plaza Andalas, Basko Grand Mall, Rocky Plaza, dan SPR Plaza. Untuk melindungi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Pemerintah Kota Padang juga tidak memberi izin jaringan ritel waralaba berbentuk minimarket seperti Indomaret dan Alfamart yang sudah menjamur di berbagai kota di Indonesia. Sebagai gantinya, jaringan minimarket Minang Mart dibentuk oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Grafika Jaya Sumbar yang bekerja sama dengan PT Sentra Distribusi Nusantara.
Perekonomian Kota Padang juga ditopang oleh sektor pariwisata dan industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran). Hal ini didukung oleh keberadaan sederet hotel dan gedung pertemuan di kota ini. Hingga saat ini Kota Padang telah memiliki puluhan hotel berbintang, termasuk di antaranya sembilan hotel bintang 4. Minangkabau International Convention Center (MICC) yang saat ini dalam tahap konstruksi akan menjadi gedung pertemuan terbesar di Kota Padang.
Pariwisata
Kota Padang yang terkenal akan legenda Sitti Nurbaya dan Malin Kundang saat ini sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan. Kota ini memiliki sebuah museum yang terletak di pusat kota yang bernama Museum Adityawarman, yang memiliki gaya arsitektur berbentuk rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang), model Gajah Maharam. Di halaman depan museum terdapat dua lumbung padi. Museum ini mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias. Museum ini memiliki 6.000 koleksi.
Di kawasan pelabuhan Muara banyak dijumpai beberapa bangunan peninggalan sejak zaman Belanda. Beberapa bangunan di kawasan tersebut ditetapkan pemerintah setempat sebagai cagar budaya. Di antaranya adalah Masjid Muhammadan bertarikh 1843, yang merupakan masjid berwarna hijau muda yang dibangun oleh komunitas keturunan India. Cagar budaya lain, Klenteng Kwan Im yang bernama See Hin Kiong tahun 1861 kemudian direnovasi kembali tahun 1905 setelah sebelumnya terbakar. Dari sehiliran Batang Arau, terdapat sebuah jembatan yang bernama jembatan Sitti Nurbaya. Jembatan itu menghubungkan sebuah kawasan bukit yang dikenal juga dengan nama Gunung Padang. Pada bukit ini terdapat Taman Sitti Nurbaya yang menjadi lokasi kuburan Sitti Nurbaya. Kawasan bukit ini juga dahulunya menjadi tempat permukiman awal masyarakat etnis Nias di Kota Padang.
Kemudian di pelabuhan Teluk Bayur terdapat beberapa kawasan wisata seperti pantai Air Manis, tempat batu Malin Kundang berdiri. Selain itu, terus ke selatan dari pusat kota juga terdapat kawasan wisata pantai Caroline, dan pantai Bungus, serta sebuah resort wisata sekelas hotel berbintang tiga yang terletak di Pulau Sikuai. Sedangkan ke arah Kecamatan Koto Tangah, terdapat kawasan wisata pantai Pasir Jambak, serta kawasan wisata alam Lubuk Minturun, yang populer dalam tradisi balimau dan ramai dikunjungi oleh masyarakat terutama sehari sebelum masuk bulan Ramadan.
Kota ini juga terkenal akan masakannya. Selain menjadi selera sebagian besar masyarakat Indonesia, masakan ini juga populer sampai ke mancanegara. Makanan yang populer di antaranya seperti Gulai, Rendang, Ayam Pop, Terung Balado, Gulai Itik Cabe Hijau, Nasi Kapau, Sate Padang dan Karupuak Sanjai. Restoran Padang banyak terdapat di seluruh kota besar di Indonesia. Meskipun begitu, yang dinamakan sebagai "masakan Padang" sebenarnya dikenal sebagai masakan etnis Minangkabau secara umum.
Dalam mendorong pariwisata di Kota Padang, pemerintah kota menggelar Festival Rendang untuk pertamakalinya pada tahun 2011, setelah sebelumnya Rendang dinobatkan oleh CNN International sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia). Festival yang dipusatkan di RTH Imam Bonjol tersebut diikuti oleh kelurahan se-Kota Padang dan berhasil memasak 5,2 ton daging, sehingga tercatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai perlombaan memasak dengan daging dan peserta terbanyak. Pada tahun yang sama pemerintah kota juga mulai menyelenggarakan Festival Sitti Nurbaya, pergelaran tahunan yang mengangkat adat dan tradisi Minangkabau.
Olahraga, seni, dan budaya
Beberapa klub utama sepak bola, di antaranya PS Semen Padang, PSP Padang, dan Minangkabau FC, bermarkas di kota ini. Ketiga kesebelasan ini menggunakan Stadion Agus Salim sebagai tempat untuk pertandingan laga kandang. Stadion ini terletak pada kawasan gelanggang olahraga (GOR) yang mulai dibangun sejak tahun 1957.
Kota ini juga memiliki lapangan pacuan kuda. Setiap tahunnya diadakan lomba pacu kuda pada kawasan Tunggul Hitam yang memiliki panjang lintasan 1.600 m. Perlombaan pacu kuda ini sudah menjadi tradisi dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Minangkabau khususnya. Saat ini terdapat rangkaian perlombaan dengan beberapa kota/kabupaten lain di Sumatra Barat yang mendapat kesempatan menjadi tuan rumah satu kali tiap tahunnya. Sementara pesertanya juga ada dari luar Sumatra Barat.
Perlombaan selaju sampan atau dikenal dengan nama lomba perahu naga biasanya diadakan setiap tahunnya di sungai Banda Bakali. Lomba perahu naga ini kemungkinan dipengaruhi oleh etnis Tionghoa, termasuk kesenian tarian tradisional Barongsai yang pernah mewakili Kota Padang pada beberapa perlombaan tingkat internasional.
Kota Padang termasuk kota yang menjadi bagian dari tahapan kejuaraan balap sepeda Tour de Singkarak. Kejuaraan yang secara resmi telah menjadi agenda perhelatan tahunan Union Cycliste Internationale (UCI) tersebut telah diselenggarakan sejak tahun 2009. Memasuki tahun ke-4 Kota Padang tidak lagi menjadi titik dimulainya Tour de Singkarak, melainkan menjadi titik akhir yang sebelumnya ditempatkan di Danau Singkarak.
Dalam memperingati hari jadinya, kota ini setiap tahunnya menyelenggarakan pesta telong-telong, berupa perayaan pada malam hari yang dimeriahkan dengan pemasangan obor atau lampion. Sementara itu menjelang masuk bulan Ramadhan beberapa masyarakat muslim di kota ini menyelenggarakan tradisi balimau yaitu mandi keramas, biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian.
Salah satu tradisi adat Minangkabau yaitu persembahan (pasambahan) dalam upacara pemakaman masih dilaksanakan pada Kecamatan Kuranji. Sementara pada Kecamatan Pauh dikenal dengan tradisi silat Pauh (silek Pauah), yang memiliki pengaruh sampai mancanegara serta juga digunakan dalam mengembangkan beberapa aliran tarekat di Padang.
Perpaduan budaya berbagai etnis dapat dilihat pada tari Balanse Madam yang berasal dari komunitas Nias di Padang. Tari yang diciptakan pada abad ke-16 ini dipengaruhi oleh budaya Portugis, Minangkabau dan budaya Nias sendiri. Pada masa kini tari ini juga ditampilkan oleh masyarakat etnis lain, seperti Minangkabau dan Tamil.
Kota ini juga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk menuangkan kreasinya, beberapa karya seni yang berkaitan dengan kota ini antara lain roman/novel berjudul Sitti Nurbaya berkisah tentang wanita yang dipaksa kawin dengan lelaki bukan pilihannya dan diracun sampai meninggal, karya Marah Rusli, yang kemudian pada tahun 1990 TVRI mengangkat cerita ini menjadi film layar kaca/sinetron dengan judul Sitti Nurbaya yang dibintangi oleh Novia Kolopaking, Gusti Randa dan HIM Damsyik. Begitu juga dengan roman Sengsara Membawa Nikmat karya Tulis Sutan Sati, mengambil latar Kota Padang dan suasana Minangkabau tempo dulu. Roman ini menceritakan pengembaraan seorang tokoh utamanya bernama Midun, yang kemudian juga diangkat oleh TVRI tahun 1991 menjadi film layar kaca/sinetron dengan judul yang sama, serta dibintangi oleh Sandy Nayoan dan Desy Ratnasari. Sementara lagu berjudul Teluk Bayur diciptakan oleh Zainal Arifin dan dinyanyikan oleh Ernie Djohan menjadi lagu cukup populer di masyarakat tahun 60-an. Di kota Padang juga terdapat puluhan studio rekaman yang banyak disewa oleh para produser dari Jambi, Riau, Sumatra Selatan, dan Sumatra Utara. Selain itu, Kota Padang dan Kota Bukittinggi merupakan basis bagi industri musik pop Minang.
Pers dan media
Kota Padang sudah menjadi tempat penerbitan surat kabar sejak zaman Hindia Belanda. Sumatra Courant merupakan koran pertama yang terbit di Pulau Sumatra sekitar tahun 1859. Di saat bersamaan juga muncul Padangsche Nieuws en Advertentieblad pada 17 Desember 1859 oleh R.H. Van Wijk Rz. Setelah itu, Kota Padang banyak menerbitkan koran-koran berbahasa Melayu, Belanda, dan Tionghoa, di antaranya Padangsche Handelsblad (1871) oleh H.J. Klitsch & Co, Bentara Melayu (1877) oleh Arnold Snackey, Pelita Kecil (1 Februari 1886) oleh Mahyuddin Datuk Sutan Marajo, Pertja Barat (1892) di bawah pimpinan Dja Endar Moeda, Tjahaya Soematra (1897) oleh Mahyuddin Datuk Sutan Marajo, De Padanger (1900) oleh J. van Bosse, Warta Berita (1901) oleh Mahyuddin Datuk Sutan Marajo. Banyaknya surat kabar yang dipimpin Mahyuddin Datuk Sutan Marajo serta aktivitasnya di dunia pers, menyebabkan di kemudian hari ia dianggap sebagai perintis pers di Sumatra. Selanjutnya, pada tahun 1911, muncul surat kabar Soenting Melajoe yang merupakan surat kabar khusus perempuan, yang dikelola oleh Rohana Kudus. Pada tahun yang sama juga muncul surat kabar dua mingguan yang bernama al-Munir. Berikutnya tahun 1914 muncul Sinar Soematra, kemudian dikelola oleh Liem Koen Hian seorang tokoh nasionalis Tionghoa, yang menjadi redaksi tahun 1918-1921. Pada tahun yang sama, muncul Bintang Tionghoa, Soeara Rakjat, Warta Hindia, Sri Soematra, Soematra Tengah, dan Oetoesan Melajoe. Hingga saat ini Kota Padang masih menjadi kota penerbitan surat kabar, di antaranya yang cukup terkenal adalah Harian Haluan dan Singgalang. Kedua surat kabar ini masih konsisten menyediakan rubrik dalam bahasa Minang.
Beberapa stasiun radio juga terdapat di kota ini, seperti RRI Padang, Radio Classy FM. Pronews 90 FM. Radio Sushi 99.1 FM. Stasiun radio ini memainkan peranan penting, terutama dalam kasus gempa bumi 30 September 2009. Di saat beberapa media komunikasi dan informasi tidak dapat diakses oleh masyarakat, stasiun radio ini dapat mengudara dan menyampaikan informasi dari pemerintah setempat kepada seluruh masyarakat, 30 menit setelah gempa bumi tersebut. Sedikit banyaknya stasiun radio mengurangi kepanikan yang timbul di masyarakat saat itu.
TVRI Sumatra Barat, stasiun televisi daerah milik pemerintah, berkedudukan di Kota Padang. Setelah bergulirnya otonomi daerah, TVRI Sumatra Barat yang pendanaannya dibebankan kepada APBD kota/kabupaten di Sumatra Barat sempat dipertanyakan oleh beberapa pemerintah kota dan kabupaten yang menuntut komitmen TVRI Sumatra Barat untuk memberikan kontribusi yang jelas kepada mereka. Selain TVRI Sumatra Barat, juga terdapat beberapa stasiun TV swasta yang beroperasi di kota ini, diantaranya Padang TV, iNews Padang (dahulu bernama Minang TV) dan NET. Padang (dahulu bernama Favorit TV).
Kota kembar
Hildesheim, Jerman
Vũng Tàu, Vietnam
Beit Lahia, Palestina
Perth, Australia
Dubai, Uni Emirat Arab
Rujukan
Catatan
Daftar pustaka
Pranala luar
Situs web resmi Kota Padang
Berita Kota Padang Berita Terkini Kota Padang.
Serak Gulo, Tradisi Muslim India di Kampung Keling. Okezone, 27 Mei 2009.
Padang
Padang
Padang |
4024 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Payakumbuh | Kota Payakumbuh | Payakumbuh (; Jawi, ڤايوكومبواه) adalah sebuah kota yang berada di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kota Payakumbuh merupakan daerah kantong (enclave)' dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada pertengahan tahun 2021, jumlah penduduk kota Payakumbuh sebanyak 141.171 jiwa.
Berbagai penghargaan telah diraih oleh Pemerintah Kota Payakumbuh sejak beberapa tahun terakhir. Dengan pertumbuhan ekonomi 6,38 % dan meningkat menjadi 6,79% pada tahun 2011. Payakumbuh merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatra Barat. Inovasi dalam bidang sanitasi, pengelolaan sampah, pasar tradisional sehat, pembinaan pedagang kaki lima dan drainase perkotaan mengantarkan kota ini meraih penghargaan Inovasi Managemen Perkotaan (IMP) pada 2012, Indonesia Green Regional Award (IGRA), Kota Sehat Wistara dan sederet pengharaan lainnya.
Geografi
Kota Payakumbuh terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Berada pada hamparan kaki Gunung Sago, bentang alam kota ini memiliki ketinggian yang bervariasi. Topografi daerah kota ini terdiri dari perbukitan dengan rata-rata ketinggian 514 m di atas permukaan laut. Wilayahnya dilalui oleh tiga sungai, yaitu Batang Agam, Batang Lampasi dan Batang Sinama. Suhu udaranya rata-rata berkisar antara 26 °C dengan kelembapan udara antara 45–50%.
Payakumbuh berjarak sekitar 30 km dari Kota Bukittinggi atau 120 km dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru. Wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan luas wilayah 80,43 km² atau setara dengan 0,19% dari luas wilayah Sumatra Barat, Payakumbuh merupakan kota terluas ketiga di Sumatra Barat. Kota ini pernah menjadi kota terluas pada tahun 1970, sebelum perluasan wilayah administratif Kota Padang dan Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto yang pada tahun 1970 merupakan kota yang paling kecil dengan luas 6,3 km² diperluas menjadi 273,45 km² atau meningkat sebesar 43,4 kali dari sebelumnya, sementara Kota Padang diperluas menjadi 694,96 km² dan sekaligus menjadi kota yang terluas di Sumatra Barat. Perluasan ini menyebabkan Sawahlunto menjadi kota terluas kedua dan Payakumbuh turun menjadi terluas ketiga di Sumatra Barat.
Sejarah
Kota Payakumbuh terutama pusat kotanya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sejak keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia Belanda waktu itu.
Menurut tambo setempat, dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu nagari tertua yaitu nagari Aie Tabik dan pada tahun 1840, Belanda membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat kota sekarang. Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.
Payakumbuh sejak zaman sebelum kemerdekaan telah menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan dan pendidikan terutama bagi Luhak Limo Puluah. Pada zaman pemerintahan Belanda, Payakumbuh adalah tempat kedudukan asisten residen yang menguasai wilayah Luhak Limo Puluah, dan pada zaman pemerintahan Jepang, Payakumbuh menjadi pusat kedudukan pemerintah Luhak Limo Puluah.
Pemerintahan
Kota Payakumbuh sebagai pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tanggal 19 Maret 1956, yang menetapkan kota ini sebagai kota kecil. Kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970 menetapkan kota ini menjadi daerah otonom pemerintah daerah tingkat II Kotamadya Payakumbuh. Disusul Radiogram Mendagri nomor SDP.9/6/181 menegaskan, hari peresmian Kota Payakumbuh dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970 dan saban tahun diperingati sebagai Hari Jadi Kota Payakumbuh. Selanjutnya wilayah administrasi pemerintahan terdiri atas 3 wilayah kecamatan dengan 73 kelurahan yang berasal dari 7 jorong dan terdapat di 7 kanagarian yang ada waktu itu, dengan pembagian kecamatan Payakumbuh Barat dengan 31 Kelurahan, kecamatan Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan dan kecamatan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan.
Sebelum tahun 1970, Payakumbuh adalah bahagian dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan sekaligus ibu kota kabupaten tersebut. Pada tahun 2008, sesuai dengan perkembangannya maka dilakukan pemekaran wilayah kecamatan, sehingga kota Payakumbuh memiliki 5 wilayah kecamatan, dengan 8 kanagarian dan 76 wilayah kelurahan. Pada tahun 2014 dan 2016 terjadi penggabungan beberapa kelurahan yang wilayahnya kecil dengan sedikit penduduk, sehingga jumlah kelurahan menyusut menjadi 48 kelurahan.
Daftar Wali Kota
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Kependudukan
Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Tamil, Jawa dan Batak, dengan jumlah angkatan kerja 50.492 orang dan sekitar 3.483 orang diantaranya merupakan pengangguran. Pada tahun 1943 etnis Tionghoa di kota ini pernah mencapai 2.000 jiwa dari 10.000 jiwa total populasi masa itu.
Dari segi jumlah penduduk, pada tahun 1970 Payakumbuh berada pada peringkat ketiga sesudah Padang dan Bukittinggi. Akan tetapi perbedaan jumlah penduduk Payakumbuh dengan Bukittinggi relatif kecil yaitu hanya 784 orang. Pada tahun 2009 atau 40 tahun kemudian, jumlah penduduk Payakumbuh meningkat pesat menjadi 106 726 jiwa. Akan tetapi masih tetap berada pada peringkat ketiga sesudah Bukittinggi dengan perbedaan jumlah 894 orang.
Walaupun demikian, peningkatan jumlah penduduk ini meningkatkan status Kota Payakumbuh dari kota kecil (jumlah penduduk < 100.000 orang), menjadi kota menengah (jumlah penduduk > 100.000 orang)
Pendidikan
Pada tahun 1954 di Payakumbuh didirikan perguruan tinggi pertanian dan merupakan perguruan tinggi negeri yang tertua di luar Jawa. PTN inilah yang kemudian berkembang menjadi Universitas Andalas. Pada tahun 1960-an berdiri pula salah satu fakultas dari IAIN Imam Bonjol.
Kesehatan
Untuk meningkatkan taraf kesehatan, pemerintah kota Payakumbuh telah membangun sebuah rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adnaan WD dan juga mendirikan 6 buah puskesmas dan 23 puskesmas pembantu. Selain itu di kota ini juga terdapat sebuah rumah sakit swasta yang bernama Rumah Sakit Yarsi.
Perhubungan
Kota ini termasuk kota penghubung antara kota Padang dengan kota Pekanbaru, dari kota ini dapat juga terhubung ke jalur lintas tengah Sumatra tanpa mesti melewati kota Bukittinggi. Terminal Koto Nan Ampek merupakan terminal angkutan darat yang terdapat di kota ini. Sebagai pusat pelayanan, Payakumbuh dulu juga mempunyai lapangan terbang, yaitu Lapangan Terbang Piobang.
Saat ini sudah dibangun jalan lingkar luar bagian utara (10,45 km) dan selatan (15,34 km) dikenal dengan Payakumbuh Bypass untuk memudahkan akses transportasi tanpa harus melalui pusat kota dan untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Pembangunan jalan ini berasal dari dan pinjaman pemerintah pusat kepada Bank Pembangunan Asia (ADB).
Perekonomian
Kota Payakumbuh sebagai kota persinggahan, menjadikan sektor jasa dan perdagangan menjadi sektor andalan. Namun sektor lain seperti pertanian, peternakan dan perikanan masih menjanjikan bagi masyarakat kota ini karena didukung oleh keadaan tanahnya juga terbilang subur.
Untuk menjadikan kota ini sebagai sentral perdagangan selain dengan meningkatkan pasar-pasar tradisional yang ada selama ini, pemerintah setempat bersama masyarakatnya mencoba membangun sistem pergudangan untuk mendukung aktivitas perdagangan yang modern. Saat ini kota Payakumbuh telah memiliki sebuah pasar modern yang terletak di jantung kotanya.
Sementara industri-industri yang ada di kota ini baru berskala kecil, namun telah mampu berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, diantaranya sulaman bordir dan songkok/peci.
Olahraga dan Budaya
Masyarakat kota ini memiliki klub sepak bola yang dikenal dengan nama Persepak Payakumbuh yang bermarkas pada Stadion Kapten Tantawi.
Olahraga pacu kuda juga merupakan pertunjukan yang paling diminati oleh masyarakat kota ini dan biasa setiap tahunnya diselenggarakan pada gelanggang pacuan kuda yang bernama Kubu Gadang yang sekarang menjadi bahagian dari komplek GOR M.Yamin.
Kota Payakumbuh memiliki beberapa pertunjukan tradisional, diantaranya tarian-tarian daerah yang bercampur dengan gerakan silat serta diiringi dengan nyanyian dan biasa ditampilkan pada waktu acara adat atau pergelaran seni yang disebut dengan randai. Salah satu kelompok randai yang terkenal diantaranya dari daerah Padang Alai, yang bernama Randai Cindua Mato.
Masyarakat kota Payakumbuh juga terkenal dengan alat musik jenis Talempong, yaitu sama dengan alat musik gamelan di pulau jawa, yang biasa ditampilkan dalam upacara adat, majlis perkawinan dan lain sebagainya. Selain itu alat musik lain yang masih dijumpai di kota ini adalah Saluang, yaitu sejenis alat musik tiup atau sama dengan seruling.
Adapun kuliner yang paling terkenal di Payakumbuh yaitu rendang yang sudah memiliki lebih dari 30 varian. Sedangkan pindik dari Tiakar juga telah menjadi makanan khas daerah ini. Begitupun gulai hijau itiak dari Air Tabit juga menjadi buruan pelancong jika datang ke Payakumbuh.
Referensi
Pranala luar
Payakumbuh
Payakumbuh |
4029 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Solok | Kabupaten Solok | Solok adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kabupaten ini merupakan salah satu sentra produksi beras terbesar di Sumatra Barat, yang dikenal dengan nama Bareh Solok.
Kota Solok merupakan enklave dari kabupaten ini.
Sejarah
Dahulu wilayah Solok (termasuk kota Solok dan kabupaten Solok Selatan) merupakan wilayah rantau dari Luhak Tanah Datar, yang kemudian terkenal sebagai Luhak Kubuang Tigo Baleh. Disamping itu wilayah Solok juga merupakan daerah yang dilewati oleh nenek moyang Alam Surambi Sungai Pagu yang berasal dari Tanah Datar yang disebut juga sebagai nenek kurang aso enam puluh (artinya enam puluh orang leluhur alam surambi Sungai Pagu). Perpindahan ini diperkirakan terjadi pada abad 13 sampai 14 Masehi.
Kabupaten Solok bukanlah daerah baru karena Solok telah ada jauh sebelum undang-undang pembentukan wilayah ini dikeluarkan. Pada masa penjajahan Belanda dulu, tepatnya pada tanggal 9 April 1913, nama Solok telah digunakan sebagai nama sebuah unit administrasi setingkat kabupaten yaitu Afdeeling Solok sebagaimana disebut di dalam Besluit Gubernur Jenderal Belanda yang kemudian dimuat di dalamStaatsblad van Nederlandsch-Indie. Sejak ditetapkannya nama Solok setingkat kabupaten pada tahun 1913 hingga saat ini Solok tetap digunakan sebagai nama wilayah administratif pemerintahan setingkat kabupaten/kota.
Pada tahun 1970, ibu kota Kabupaten Solok berkembang dan ditetapkan menjadi sebuah kotamadya dengan nama Kota Solok. Berubah statusnya Ibu kota Kabupaten Solok menjadi sebuah wilayah pemerintahan baru tidak diiringi sekaligus dengan pemindahan ibu kota ke lokasi baru. Pada tahun 1979 Kabupaten Solok baru melakukan pemindahan pusat pelayanan pemerintahan dari Kota Solok ke Koto Baru, Kecamatan Kubung, namun secara yuridis Ibu kota Kabupaten Solok masih tetap Solok.
Dengan dikeluarkannya Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah kabupaten/kota diberikan kewenangan yang nyata dan luas serta tanggung jawab penuh untuk mengatur daerahnya masing-masing. Kabupaten Solok yang saat itu memiliki luas 7.084,2 Km² memiliki kesempatan untuk melakukan penataan terhadap wilayah administrasi pemerintahannya. Penataan pertama dilakukan pada tahun 1999 dengan menjadikan wilayah kecamatan yang pada tahun 1980 ditetapkan sebanyak 13 kecamatan induk ditingkatkan menjadi 14 sementara jumlah desa dan kelurahan masih tetap sama.
Penataan wilayah administrasi pemerintahan berikutnya terjadi pada tahun 2001 sejalan dengan semangat “babaliak banagari” di Kabupaten Solok. Pada penataan wilayah administrasi kali ini terjadi perubahan yang cukup signifikan di mana wilayah pemerintahan yang mulanya terdiri dari 14 kecamatan, 11 Kantor Perwakilan Kecamatan, 247 desa dan 6 kelurahan di tata ulang menjadi 19 kecamatan, 86 Nagari, dan 520 jorong. Wilayah administrasi terakhir ini ditetapkan dengan Perda nomor 4 tahun 2001 tentang pemerintahan Nagari dan Perda nomor 5 tahun 2001 tentang Pemetaan dan Pembentukan Kecamatan.
Pada akhir tahun 2003, Kabupaten Solok kembali dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Pemekaran ini di lakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2003 dan menjadikan luas wilayah Kabupaten Solok berkurang menjadi 4.594,23 Km². Pemekaran inipun berdampak terhadap pengurangan jumlah wilayah administrasi Kabupaten Solok menjadi 14 Kecamatan, 74 Nagari dan 403 Jorong.
Dengan berbagai pertimbangan dan telaahan yang mendalam atas berbagai momentum lain yang sangat bersejarah bagi Solok secara umum, pemerintah daerah dan masyarakat menyepakati peristiwa pencantuman nama Solok pada tanggal 9 April 1913 sebagai sebuah nama unit administrasi setingkat kabupaten pada zaman Belanda sebagai momentum pijakan yang akan diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Solok. Kesepakatan inipun dikukuhkan dengan Perda Nomor 2 tahun 2009 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Solok. Pada tanggal 9 April 2010, merupakan kali pertama Kabupaten Solok memperingati hari jadinya yang ke 97.
Geografi
Secara geografis letak Kabupaten Solok berada antara 00° 32’ 14’’ dan 01° 46’45” Lintang Selatan dan 100° 25’ 00” dan 101° 41’ 41” Bujur Timur. Topografi wilayahnya sangat bervariasi antara dataran, lembah dan berbukit-bukit, dengan ketinggian antara 329 meter – 1 458 meter di atas permuakaan laut.
Kabupaten Solok disamping punya banyak sungai juga memiliki banyak danau yang terkenal dengan pesona keindahan alamnya. Di antara danau-danau tersebut, yang terluas adalah Danau Singkarak, diikuti oleh Danau Kembar (Danau Di atas dan Danau Dibawah), Danau Talang dan Danau Tuo di Ujung Ladang Sumani. Disamping itu Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung berapi, yaitu Gunung Talang. Dilihat dari letaknya, posisi Kabupaten Solok sangat strategis karena disamping dilewati jalur Jalan Lintas Sumatra, daerahnya juga berbatasan langsung dengan Kota Padang ibu kota Provinsi Sumatra Barat.
Ditinjau dari komposisi pemanfaatan lahan, pada tahun 2010 sebagian besar (38.88%) wilayah Kabupaten Solok masih berstatus hutan negara dan 15.99% berstatus hutan rakyat. Sedangkan yang diolah rakyat untuk ladang/kebun 10.37%, dan yang dikelola oleh perusahaan perkebunan 2.18%. Pemanfaatan lahan untuk sawah lebih kurang 6.30% dan merupakan areal sawah terbesar di Sumatra Barat.
Sebagai sentra produksi padi di Sumatra Barat, pada tahun 2010 areal sawah terluas di Kabupaten Solok berada di Kecamatan Gunung Talang, kemudian diikuti oleh Kecamatan Kubung, dan Kecamatan Bukit Sundi. Kecamatan-kecamatan lain luas areal sawahnya masih di bawah angka 3000 Ha.
Semenjak pusat pemerintahan dialihkan ke Arosuka sebagai ibu kota Kabupaten Solok, jarak tempuh ke Kota Padang sebagai ibu kota Provinsi menjadi semakin pendek yaitu 40 km. Sedangkan jarak ke Kota Medan 825 km dan ke Banda Aceh 1.433 km. Disisi lain
terjadi sedikit penambahan jarak kalau bepergian dari ibu kota kabupaten ke ibu kota provinsi lain seperti Pekanbaru (231 km), Jambi (495 km), Palembang via Muara Enim (993 km), Bengkulu via Muaro Bungo (736 km) dan Bandar Lampung (1 170 km).
Pemekaran wilayah Kabupaten Solok pada akhir tahun 2003 telah melahirkan satu kabupaten baru yaitu Kabupaten Solok Selatan. Dengan tejadinya pemekaran ini berarti luas wilayah Kabupaten Solok mengalami pengurangan secara signifikan dari semula 708.402 Ha (7.084.02 km²) menjadi 373.800 Ha (3.738.00 km²).
Pemerintahan
Kabupaten Solok dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom dalam Lingkungan Provinsi Sumatra Tengah. Pada tahun 1970, ibu kota Kabupaten Solok berubah status menjadi kotamadya, namun pusat pemerintahan Kabupaten Solok waktu itu tetap berada dalam wilayah pemerintahan Kota Solok.
Pelan-pelan, pusat pemerintahan kabupaten Solok "digeser" ke Koto Baru, kecamatan Kubung. Namun seiring dengan perkembangan pemerintahan kemudian, Koto Baru tidak memadai lagi untuk berfungsi sebagai pusat pemerintahan karena beberapa faktor, antara lain:
Lahan milik pemerintah yang tersedia sangat terbatas, sehingga tidak mungkin untuk mengembangkan gedung/sarana perkantoran.
Lahan masyarakat disekitar Koto Baru adalah sawah yang subur yang didukung oleh irigasi yang baik dan produktivitasnya cukup tinggi, sehingga "sayang" kalau harus dialihfungsikan untuk menjadi perkantoran pemerintah.
Letak Koto Baru tidak berada di tengah-tengah wilayah administrasi pemerintahan kabupaten sehingga cukup menyulitkan bgi masyarakat yang berjarak jauh.
Karena ketebatasan lahan di Koto Baru, sebagian bangunan perkantoran pemerintah kabupaten Solok masih terdapat dalam wilayah administrasi Kota Solok, sehingga mempersulit koordinasi/konsultasi antar Unit Kerja. Juga terpisahnya perkantoran ini membuat prosedur pelayanan masyarakat menjadi tidak efektif dan efisien.
Tanggal 6 November 1997, diadakan diskusi persiapan pemindahan ibu kota kabupaten antara jajaran eksekutif dan legislatif pemerintah kabupaten Solok dengan tokoh masyarakat dan para perantau di Gedung Solok Nan Indah, Koto Baru. Dari 3 usulan calon ibu kota, dalam diskusi ini kemudian disepakati untuk memilih lokasi di Kayu Aro–Sukarami sebagai ibu kota kabupaten Solok yang direncanakan. 2 calon yang lain adalah Sungai Nanam di kecamatan Lembah Gumanti dan Muaro Paneh di kecamatan Bukit Sundi.
Lokasi yang dimaksud adalah lahan sekitar 500 Ha yang terletak diperbatasan antara Kayu Aro–Sukarami di pinggir jalan raya Solok–Padang yang merupakan salah satu jalur Lintas Sumatra. Untuk ini kemudian dibuat pembahasan dan perencanaan matang terhadap semua aspek yang menyangkut keberadaan ibu kota baru tersebut, seperti aspek sosial ekonomi, aspek geografi dan topografi serta dilengkapi dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Terhadap Lingkungan), di mana ditegaskan bahwa pembangunan ibu kota ini tidak akan melakukan perubahan ekstrem terhadap kondisi lahan dan bentang alam, menjaga kawasan sekitar dari pengrusakan yang tidak perlu dan mengalokasikan hanya sekitar 40 % dari luas lahan keseluruhan untuk sarana dan prasarana pembangunan.
Struktur administrasi pemerintahan Kabupaten Solok terdiri dari 14 kecamatan dengan 74 nagari dan 403 jorong. Kecamatan yang memiliki nagari terbanyak adalah Kecamatan IX Koto Sungai Lasi dan Kecamatan X Koto Di atas masing-masing memiliki 9 nagari, sedangkan kecamatan dengan jumlah nagari terkecil terdapat di Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Danau Kembar dan Kecamatan Junjung Sirih masing-masing hanya memiliki 2 nagari.
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Penduduk
Penduduk Kabupaten Solok pada Tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah 348.566 jiwa. Komposisinya terdiri dari 171.845 jiwa penduduk laki-laki dan 176.721 jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin 97.24. Angka ini berarti setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Solok terdapat 97 penduduk laki-laki atau dengan kata lain jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Terjadi penurunan kepadatan dari 96.26 jiwa perkilometer persegi pada tahun 2009 menjadi 93.25 jiwa perkilometer persegi pada tahun 2010. Penurunan kepadatan penduduk merupakan dampak langsung dari menurunnya jumlah penduduk dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan perkembangan penduduk masing-masing kecamatan terlihat Kecamatan Kubung tetap merupakan kecamatan yang terbesar jumlah penduduknya yaitu 55.303 jiwa atau lebih besar dari jumlah penduduk Kota Solok, kemudian diikuti oleh Kecamatan Lembah Gumanti di posisi kedua dengan jumlah penduduk 53.178 jiwa dan Kecamatan Gunung Talang pada posisi ketiga dengan jumlah penduduk 46 738 jiwa. Sedangkan kecamatan yang terendah jumlah penduduknya adalah Kecamatan Payung Sekaki sebanyak 8 027 jiwa. Hal tersebut tidak berlaku untuk kepadatan penduduk di mana Kecamatan Kubung merupakan kecamatan terpadat, diikuti oleh Kecamatan Danau Kembar, sedangkan Kecamatan Tigo Lurah merupakan kecamatan terjarang jumlah penduduknya.
Pada tahun 2010 penduduk Kabupaten Solok berusia 7-12 tahun sebanyak 13.65 persen, berusia 13-15 tahun sebanyak 6,54 persen dan berusia 16-18 tahun sebanyak 5.31 persen. Dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umum ternyata penduduk berusia 5–9 tahun memiliki jumlah terbesar yaitu 11.35 persen dan diikuti oleh kelompok umur 10–14 tahun 11.17 persen, serta kelompok umur 0–4 tahun sebesar 10.62 persen. Sedangkan jumlah penduduk tersedikit ada pada kelompok umur 70–74 tahun hanya sebesar 1.73 persen. Komposisi kelompok umur lainnya relatif lebih kecil dan masing-masing tidak melebihi angka 10 persen.
Angkatan Kerja
Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 226 orang yang terdaftar sebagai pencari kerja pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Solok. Dari jumlah yang terdaftar tersebut sebagian besar di antaranya adalah wanita yaitu sebanyak 77.88 persen. Sedangkan kalau dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan jumlah terbesar ada di kelompok dengan pendidikan sudah banyak yang S1 (Sarjana).
Pendidikan
Dilihat dari ketersediaan sarana pendidikan, sampai akhir tahun 2010 di Kabupaten Solok terdapat 345 sekolah setingkat SD, 97 sekolah setingkat SLTP dan 41 sekolah setingkat SLTA baik yang berada di bawah naungan Dinas P dan K maupun Departemen Agama. Dari sisi jumlah murid, untuk tingkat SD terdapat 51 409 orang, tingkat SLTP sebanyak 13 417 orang dan tingkat SLTA sebanyak 9 059 orang. Jumlah siswa yang lulus U.N mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Untuk tingkat SD jumlah lulusan U.N sebanyak 6 709 orang, tingkat SLTP sebanyak 5318 orang dan SLTA sebanyak 2 721 orang.
Kesehatan
Pada tahun 2010 terjadi kenaikan jumlah dokter umum dan dokter gigi masing-masing 44 orang dan 20 orang. Secara keseluruhan terjadi kenaikan jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Solok dari 823 orang tahun 2009 menjadi 829 orang tahun 2010.
Agama
Pada tahun 2010 terjadi kenaikan jumlah jemaah haji sebesar 3.59 persen dari 134 orang tahun 2009 menjadi 139 orang tahun 2010. Dari jumlah jemaah haji yang diberangkatkan ke tanah suci ini, sebagian besar wanita (58.99 persen) dan dengan komposisi tingkat pendidikan yang paling banyak SLTA (26.61 persen). Terjadi peningkatan pula pada jumlah peserta qurban dibanding tahun lalu, sebesar 21.19 persen. Pada tahun 2010, jumlah peserta qurban 11 239 orang dan 2 041 ekor hewan qurban.
Perekonomian
Kabupaten Solok sebagai sentra produksi padi di Sumatra Barat perlu terus melakukan inovasi untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hal ini berkaitan dengan ancaman mutasi lahan sawah yang semakin besar pada masa-masa mendatang. Kalau diamati untuk produksi padi pada tahun 2010, terjadi peningkatan produksi sebesar 4.86 persen dari 304 124.4 ton tahun 2009 menjadi 319 667.8 ton tahun 2010. Akan tetapi peningkatan ini perlu terus didorong untuk mengimbangi peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan pangan terutama beras dari waktu ke waktu.
Untuk tanaman palawija terjadi peningkatan produksi yang signifikan pada tahun 2010 terutama pada komoditas kedelai yaitu dari 108.3 pada Tahun 2009 naik menjadi 168.9 pada Tahun 2010. Kenaikan juga terjadi pada komoditas jagung, kacang tanah dan kacang hijau serta hampir semua komoditas palawija naik pada Tahun 2010.
Pada tahun 2010 terdapat sebanyak 321 pengusaha yang melakukan pendaftaran perusahaan baru maupun memperpanjang status perusahaan. Dari jumlah tersebut, 262 di antaranya tercatat sebagai pendaftaran baru dan 59 lainnya pendaftaran perpanjangan. Perusahaan yang paling banyak ada pada Kabupaten Solok yaitu perusahaan perorangan, sebesar 72.58 persen.
Perhubungan
Total panjang jalan di Kabupaten Solok sampai akhir tahun 2010 berjumlah 1.421,63 km, dengan rinci menurut status jalan, jalan nasional 66.21 km, jalan provinsi 118.09 km dan jalan kabupaten 1 237.33 km. Jika dilihat dari kondisi jalan, terdapat peningkatan jalan berkualitas baik sebesar 12.3 persen dari tahun lalu. Sedangkan jalan berkualitas sedang, jalan berkualitas rusak dan jalan dalam kondisi rusak berat mengalami penurunan 5.83 persen, 22.68 persen dan 2.7 persen dari tahun 2009.
Dibanding tahun 2009, jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Solok pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 7.2 persen. Jumlah kendaraan bermotor yang menyumbang kontribusi terbesar yaitu truck, sebesar 49.14 persen.
Telekomunikasi
Sampai akhir tahun 2010 tersedia 7.232 satuan sambungan telepon dan 6 524 pelanggan. Pelanggan yang terbanyak ada pada STO Solok yaitu 4 603, dengan kontribusi 63.64 persen dari seluruh pelanggan di Kabupaten Solok.
Pariwisata
Kabupaten Solok memiliki pesona alam yang tidak dimiliki daerah lain seperti pesona Danau Diatas dan Danau Dibawah, Danau Singkarak, Danau Talang serta Danau Tuo. Kemudian juga terdapat Gunung Talang yang masih aktif dan hamparan hijau kebun teh di kawasan Kecamatan Gunung Talang serta banyak lainnya. Keunggulan komparatif di bidang pariwisata ini harus mampu dikelola dengan sebaik-baiknya untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan ke Kabupaten Solok. Pada gilirannya diharapkan dengan peningkatan kunjungan wisatawan akan mampu menggerakkan perekonomian dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Objek wisata yang saat ini juga sedang dikembangkan adalah wisata pemandangan alam dari perbukitan seperti Agingin Berembus dan Puncak gobah di Aripan, Bukit Cinangkiek di Singkarak, Puncak kanada di Kacang, Puncak Hepi di Guguk Sarai.
Referensi
Pranala luar
Situs web resmi Kabupaten Solok
BPS Kabupaten Solok
Solok
Solok |
4034 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Muara%20Enim | Kabupaten Muara Enim | Muara Enim (Surat Ulu: Jawi: موارا آنيم) adalah kabupaten di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan Kota Muara Enim, Muara Enim. Salah satu perusahan tambang batu bara PT Bukit Asam berada di kabupaten ini, tepatnya di Kelurahan Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul. Jumlah penduduk Kabupaten Muara Enim sebanyak 612.900 jiwa.
Geografi
Secara geografis posisi Kabupaten Muara Enim terletak antara 4° sampai 6° Lintang Selatan dan 104° sampai 106° Bujur Timur. Kabupaten Muara Enim merupakan daerah agraris dengan luas wilayah 7.483,06 km², terdiri atas 22 kecamatan, 246 desa, dan 10 kelurahan. Bumi Serasan Sekundang memiliki batas wilayah:
Batas Wilayah
Berikut adalah
Kondisi topografi daerah cukup beragam, daerah dataran tinggi di bagian barat daya, merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan, meliputi Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat Ulu, Semende darat Tengah dan Kecamatan Tanjung Agung. Daerah dataran rendah, berada di bagian tengah (Muara Enim, Ujan Mas, Benakat, Gunung Megang, Rambang Dangku, Rambang, Lubai) terus ke utara–timur laut, terdapat daerah rawa yang berhadapan langsung dengan daerah aliran Sungai Musi, meliputi Kecamatan Gelumbang, Sungai Rotan, dan Muara Belida.
Pemerintahan
Pada awal terbentuknya, Kabupaten Muara Enim bernama Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah (LIOT). Terbentuknya Kabupaten Muara Enim berawal dari panitia Sembilan sebagai realisasi surat Keputusan Bupati Daerah Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah tanggal 20 November 1946, hasil karya panitia tersebut disimpulkan dalam bentuk laporan yang terdiri dari 10 bab, dangan judul Naskah Hari Jadi Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah dan telah dikukuhkan dengan surat keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah tanggal 14 Juni 1972 No. 47/Deshuk/1972. Tanggal 20 November tersebut kemudian menjadi dasar hari jadi Kabupaten Muara Enim. Namun, dasar hukum pembentukan Kabupaten Muara Enim juga tertuang dalam Undang-undang nomor 28 tahun 1959, tanggal 26 Juni 1959.
Kabupaten Muara Enim sebelumnya terdiri dari 22 kecamatan kemudian pada tahun 2012 bertambah tiga kecamatan, yaitu Belimbing, Belida Darat, dan Lubai Ulu, sehingga menjadi 25 kecamatan, dan menjadi 20 kecamatan sejak keluarnya UU Nomor 7 Tahun 2013, di mana lima kecamatan dalam kabupaten ini, yaitu Talang Ubi, Penukal Utara, Penukal, Abab, dan Tanah Abang, bergabung membentuk kabupaten sendiri yaitu Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, serta terakhir menjadi 22 kecamatan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 10 Tahun 2018.
Daftar Bupati
2019- Juarsah (Plh), (Plt),–2020, 2021
2021- Dr. H. Nasrun Umar, S.H., M.M. (Plh) kemudian (Pj)
2022- Kurniawan, A.P., M.Si. (Plh) kemudian (Pj)
2023- Ahmad Usmarwi Kaffah, S.H., LL.M. (Bham), LL.M. (Abdn), Ph.D. (Plt)
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, jumlah penduduk kabupaten ini sebanyak 716.676 jiwa. Kemudian pada Sensus Penduduk Indonesia 2020, penduduk Muara Enim menjadi 6152.900 jiwa, dengan kepadatan 82 jiwa/km. Jumlah penduduk terbanyak berada di kecamatan Muara Enim (73.550 jiwa) dan Lawang Kidul (72.120 jiwa), sementara penduduk lebih sedikit berada di kecamatan Muara Belida (7.940 jiwa).
Kepadatan penduduk tertingi ada di Kecamatan Muara Enim yaitu 308 penduduk per kilometer persegi, dikuti Kecamatan Lawang Kidul sebanyak 169 penduduk dan Kecamatan Sungai Rotan sebanyak 103 penduduk. Namun sebaran penduduk menurut kecamatan di wilayah Kabupaten Muara Enim tidak merata. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Lawang Kidul (64.180) dan Muara Enim (62.851). Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Muara Belida (7.750) dan Kelekar (9.574 persen).
Mayoritas penduduk Kabupaten Muara Enim, memeluk agama Islam, yang umumnya dianut oleh penduduk asli setempat, seperti Suku Melayu Lematang, Melayu Rambang, Lubai, Melayu Enim, Melayu Semende, Belide kemudian Jawa, Sunda dan lainnya Serta Mayoritas Penduduk Kabupaten Muara Enim memeluk agama Kristen (Protestan dan Katolik) dianut Suku Batak (Batak Angkola dan Batak Toba) Sebagian Suku Jawa dan beragama Hindu dan Budha dianut Suku Bali (Khusus beragama Hindu) dan Suku Tionghoa (Khusus beragama Buddha). Adapun besaran penduduk Kabupaten Muara Enim menurut agama yang dianut yakni Islam sebanyak 98,75%. Kemudian Kekristenan sebanyak 0,89%, dengan rincian Protestan sebanyak 0,66% dan Katolik sebanyak 0,23%. Sebagian lagi menganut agama Hindu sebanyak 0,23% dan Buddha sebanyak 0,13%. Sara rumah ibadah, terdapat 812 masjid, 499 mushala, 9 gereja Protestan, 6 gereja Katolik, 6 vihara dan 3 pura.
Pendidikan
Data sarana pendidikan pada semua jenjang pendidikan pada tahun 2010 adalah jumlah sekolah TK sebanyak 110 atau bertambah 23,6 persen dibanding tahun 2009. Jumlah sekolah dasar dan MI sebanyak 507 atau meningkat 2,01 persen. Pada tingkat SLTP/MTs terdapat 153 sekolah atau meningkat 12,5 persen. Sedangkan Sekolah SMU/SMK/MA pada tahun ini menjadi 78 atau meningkat 5,4 persen.
Kesehatan
Pada tahun 2010 di Kabupaten Muara Enim telah terdapat 3 buah rumah sakit, 24 unit puskesmas dan 107 unit puskesmas pembantu. Sementara untuk jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Muara Enim seluruhnya sebanyak 1.872 orang dengan rincian 101 dokter, 13 Apoteker, 185 Sarjana Kesehatan, 804 tenaga keperawatan, 571 Bidan, dan 198 Non Medis.
Ekonomi
Kabupaten Muara Enim mengandalkan pertanian terutama perkebunan dalam mendorong perekonomiannya. Hal ini terlihat dari besarnya luas lahan yang digunakan untuk perkebunan. Lahan yang ada di Kabupaten Muara Enim umumnya merupakan lahan bukan sawah yaitu sekitar 96,19 persen dan sisanya merupakan lahan sawah.
Sektor pertambangan juga berperan cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Muara Enim, baik komposisi dengan migas maupun tanpa migas. Dalam komposisi dengan migas, peranan dominan sektor pertambangan dibentuk oleh dominasi produk minyak dan gas bumi, sementara dalam komposisi tanpa migas, sumbangan batubara masih cukup dominan. Jumlah produksi batubara tahun 2010 tercatat sebanyak 11.948.767 ton atau naik 3,54 persen dari tahun lalu yang mencapai 11.540.720 ton. Walaupun produksi briket batubara turun 88,64 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pelayanan umum
PLTU Tanjung Enim merupakan pembangkit listrik yang berada di Kabupaten Muara Enim, tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di wilayah Sumatra bagian selatan yang dihubungkan melalui jaringan transmisi interkoneksi Sumatra bagian selatan. Daya terpasang pembangkit listrik PLTU Tanjung Enim mencapai 260.000 kW dengan tenaga listrik yang dibangkitkan mencapai 1.753.805 MWh.
Lihat pula
Semende
Muara Enim
Referensi
Pranala luar
Muara Enim
Muara Enim |
4038 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Ogan%20Komering%20Ulu | Kabupaten Ogan Komering Ulu | Ogan Komering Ulu (OKU) adalah kabupaten di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Ibu kotanya adalah Baturaja. Kabupaten ini terkenal dengan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak Suku Ogan di Provinsi Sumatera Selatan. Namun di lain sisi, juga terdapat suku Komering, Jawa, Lampung, Minang, Batak, dan Bali. Penduduk Ogan Komering Ulu berdasarkan sensus penduduk tahun 2020 berjumlah 367.603 jiwa.
Sejarah
Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi dan mengalir di sepanjang wilayah kabupaten OKU, yaitu sungai Ogan dan Sungai Komering. Berdasarkan sejarah, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 9 Tahun 1997 tanggal 20 Januari 1997, Tahun 1878 ditetapkan sebagai tahun kelahiran nama Ogan Komering Ulu.
Sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu terbentuk dengan keluarnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembubaran Negara Bagian Sumatra Selatan dan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Sumatra Selatan menjadi Provinsi di dalam Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya melalui Keputusan Gubernur Sumatra Selatan Nomor GB/100/1950 tanggal 20 Maret 1950, ditetapkan batas-batas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan ibu kota kabupaten di Baturaja. Sejalan dengan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 yang diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kotapraja di Sumatra Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821), Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Baturaja dahulu merupakan Kota administratif. Sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak dikenal adanya kota administratif sehingga Kota Administratif (Kotif) Baturaja harus kembali sepenuhnya menjadi bagian dari Kabupaten Ogan Komering Ulu yang sebelumnya direncanakan akan ditingkatkan statusnya menjadi sebuah Kota Otonom (Kotamadya) namun dibatalkan demi terbentuknya Kabupaten OKU Timur dan OKU Selatan yang dinilai lebih mendesak untuk dimekarkan berdasarkan aspirasi masyarakat di Kabupaten OKU saat itu.
Sesuai dengan semangat Otonomi Daerah, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatra Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347), maka pada tahun 2003 Kabupaten OKU resmi dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten, yakni:
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) dengan ibu kota Martapura;
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan) dengan ibu kota Muaradua
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan Ibu kota Baturaja.
Pemerintahan
Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Suku Bangsa
Suku Ogan : Suku asli Baturaja,berada di seluruh wilayah Ogan Komering Ulu (Tanah Ogan) mulai dari Kelumpang di Ulu Ogan sampai ke Sukapindah di Kedaton Peninjauan Raya
Suku Komering & Daya : Sebagian berada di pinggiran Kota Baturaja, Kecamatan Lubuk Raja, Lengkiti, dan Sosoh Buay Rayap
Suku Tionghoa: berada di kota Baturaja,masuk ke baturaja sebelum masa belanda
Suku Jawa & Bali: Kota Baturaja, Semidang Aji, Peninjauan, Sinar Peninjauan, dan sekitarnya. Khusus Suku Jawa yang ada di desa Lubuk Rukam Kecamatan Peninjauan disinyalir sudah ada sejak th 1556 M. Oleh Pemerintah Kabupaten OKU sudah ditetapkan sebagai tahun berdirinya desa Lubuk Rukam
Suku Batak: berdomisili di hampir setiap wilayah Baturaja, dan wilayah Batumarta
Suku Minang: berdomisili di kota baturaja
Rencana Pemekaran Kota Baturaja menjadi Kota Otonom
Baturaja pernah berstatus sebagai Kota Administratif (Kotif) berdasarkan PP No. 24 tahun 1982 yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri (ad interim) Sudharmono, S.H. atas nama Presiden Soeharto. Saat itu juga ada beberapa Kotif lainnya di Provinsi Sumatera Selatan yakni Kotif Lubuklinggau (Musi Rawas) yang diresmikan pada tahun 1981 , Kotif Prabumulih (Muara Enim) yang diresmikan bersamaan dengan Kotif Baturaja (Ogan Komering Ulu) pada tahun 1982 , dan Kotif Pagaralam (Lahat) yang diresmikan pada tahun 1991.
Berdasarkan PP No. 24 tahun 1982 tersebut, pembentukan Kotif Baturaja didasari atas pertimbangan yang salah satunya adalah bahwa telah menunjukkan adanya kemajuan wilayah perkotaan dan adanya ciri kehidupan masyarakat perkotaan di Kecamatan Kota Baturaja sehingga dianggap perlu untuk dibentuknya Kota Administratif Baturaja dibawah naungan dan pembinaan oleh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Ogan Komering Ulu sebagai daerah induk. Sebagai tindak lanjutnya, maka sebagian wilayah yang masuk di Kecamatan Kota Baturaja dimekarkan menjadi Kecamatan Baturaja Timur dan Kecamatan Baturaja Barat sehingga menjadikan dua kecamatan tersebut menjadi wilayah administrasi Kotif Baturaja sekaligus menjadikannya sebagai ibukota Kabupaten Ogan Komering Ulu hingga saat ini. Saat masih berstatus sebagai Kota Administratif (Kotif), Baturaja mempunyai semboyan yakni BATURAJA KOTA BERAS yang dimana BERAS merupakan singkatan dari Bersih, Elok, Rapi, Aman, Sejahtera.
Pemerintah Kota Administratif Baturaja dipimpin oleh Wali kota Administratif (Wakotif) Baturaja yang dijabat oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati KDH Tk. II Kabupaten Ogan Komering Ulu sebagai kepala daerah induk. Wakotif Baturaja yang pertama dijabat oleh H. Zainal Arifin Boestoeri, S.H. dimasa kepemimpinan Bupati KDH Tk. II Ogan Komering Ulu H. M. Saleh Hasan, S.H. dan terakhir dijabat oleh Drs. H. Amri Iskandar, M.M. dimasa kepemimpinan Bupati KDH Tk. II Ogan Komering Ulu H. Amiruddin Ibrahim.
Seiring berjalannya waktu, Reformasi 1998 pun terjadi dan menuntut adanya sebuah otonomi daerah. Maka lahirlah UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satu isinya adalah memberikan otonomi daerah yang seluas luasnya bagi Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintahan di daerahnya masing-masing. Selain itu, unsur kewilayahan Pemerintah Daerah (Pemda) hanya terdiri atas Provinsi (dahulu dikenal sebagai Propinsi Daerah Tingkat I atau Dati I) dan Kabupaten / Kota (dahulu dikenal sebagai Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II atau Dati II) saja. Ini berarti bahwa mulai saat itu dalam unsur kewilayahan Pemda tidak lagi mengenal unsur kewilayahan Kota Administratif. Sebagai konsekuensinya, maka seluruh kotif yang ada di Indonesia harus dimekarkan menjadi sebuah kota otonom (dahulu dikenal sebagai kotamadya) atau bergabung kembali sepenuhnya menjadi bagian dari kabupaten induknya.
Di tahun 1999 hingga 2001, semua Kota Administratif (Kotif) yang ada di Sumatera Selatan termasuk Kotif Baturaja sendiri direncanakan dan dipersiapkan untuk dimekarkan menjadi sebuah Kota Otonom. Namun sayangnya di tahun 2001, hanya tiga kotif saja yang mendapatkan dukungan dan aspirasi penuh dari pihak pemerintah maupun masyarakat sehingga dapat dimekarkan tanpa adanya hambatan untuk menjadi sebuah kota otonom. Ketiga kotif tersebut yakni Kotif Prabumulih menjadi Kota Prabumulih (berdasarkan UU No. 6 tahun 2001), Kotif Lubuklinggau menjadi Kota Lubuklinggau (berdasarkan UU No. 7 tahun 2001), dan Kotif Pagaralam menjadi Kota Pagaralam (berdasarkan UU No. 8 tahun 2001).
Sedangkan untuk Kotif Baturaja sendiri sebetulnya juga mendapatkan persetujuan dan dukungan untuk dimekarkan menjadi Kota Otonom. Kotif Baturaja diproyeksikan oleh pemerintah pusat untuk naik status dari Kota Administratif menjadi Kota Otonom (Kotamadya) melalui program pemekaran daerah serentak dalam Propinsi Sumatera Selatan yang diantaranya: Kabupaten Bangka dan Belitung (yang kemudian menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) dan Kabupaten Banyuasin dari Kabupaten Musi Banyuasin serta peningkatan status Kota Administratif menjadi Kota Prabumulih, Kota Lubuklinggau, Kota Baturaja, dan Kota Pagaralam. Gubernur Sumatera Selatan melalui Surat Keputusan Nomor: 670/SK/W/2001 tanggal 13 Februari 2001 memberikan dukungan penuh dengan membentuk tim peneliti rencana penetapan Kabupaten dan Kota Administratif menjadi Kotamadya dalam Propinsi Sumatera Selatan yang menghasilkan sebuah keputusan pemekaran Kabupaten OKU menjadi dua daerah otonomi baru, yakni Kabupaten OKU dan Kota Baturaja. Gubernur Sumatera Selatan juga kemudian membuat surat mengenai penjelasan pemekaran tersebut yang ditembuskan ke Bupati OKU dan DPRD Kabupaten OKU. Bupati OKU kemudian meresponnya melalui Surat Bupati yang ditujukan kepada DPRD Kabupaten OKU Nomor: 125/719/I/2001 tanggal 17 Mei 2001 tentang penetapan rencana pemindahan Ibukota Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Namun anggota DPRD Kabupaten OKU saat itu menolak pemekaran OKU menjadi Kabupaten OKU dan Kota Baturaja. Mereka menginginkan pemekaran OKU menjadi Kabupaten OKU, OKU Timur, dan OKU Selatan. Dengan adanya polemik tersebut, maka terbitlah sebuah Keputusan DPRD Kabupaten OKU Nomor: 33 tanggal 13 Juli 2001 tentang pemekaran kabupaten baru dan segera membentuk panitia pembantu persiapan pembentukan Kabupaten OKU pada tanggal 15 Agustus 2001 yang kemudian pada tanggal 6 Juli 2002 berubah menjadi panitia persiapan pemekaran Kabupaten OKU yang disebut dengan PPP-KOT (OKU Timur) dan PPP-KOS (OKU Selatan). Hal tersebut terus disuarakan massa hingga sempat terjadi sebuah gejolak dalam bentuk aksi damai di Lapangan A Yani Baturaja yang dihadiri oleh ribuan massa. Dengan adanya hal tersebut, maka DPRD Kabupaten OKU segera merealisasikan opsi pemekaran kabupaten baru berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten OKU Nomor: 33 tanggal 13 Juli 2001 tersebut atas pertimbangan adanya aspirasi dan tuntutan secara masif dari sebagian besar masyarakat OKU yang lebih menginginkan adanya pemekaran kabupaten baru yang dianggap sudah sangat mendesak untuk dimekarkan. Hal ini pun berlanjut hingga ke DPRD Provinsi Sumatera Selatan dan akhirnya mendapatkan persetujuan oleh Komisi II DPR-RI. Dengan demikian, maka Kota Administratif Baturaja dibatalkan untuk dimekarkan menjadi Kota Baturaja sehingga Pemerintah Kota Administratif Baturaja harus dibubarkan atau dihapuskan termasuk jabatan Wali kota Administratif Baturaja beserta struktur pemerintahan dan jajarannya.
Pada tahun 2003, Kota Administratif Baturaja secara resmi kembali bergabung sepenuhnya menjadi bagian dari Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) berdasarkan PP No. 33 tahun 2003 dengan status tetap sebagai Ibukota Kabupaten OKU. Disisi lain, setelah melalui serangkaian proses dan perjuangan yang panjang, akhirnya melalui UU No. 37 tahun 2003, lahirlah dua Kabupaten baru tersebut hasil pemekaran dari Kabupaten OKU yakni, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) dengan ibukota Martapura dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan) dengan ibukota Muaradua yang efektif secara resmi menjalankan roda pemerintahannya di awal tahun 2004.
Seiring berjalannya waktu, Baturaja menunjukkan adanya kemajuan yang pesat dan signifikan pada bidang pembangunan infrastruktur serta adanya peningkatan perekonomian masyarakat yang modern. Sebagai nilai tambah, Baturaja memiliki pabrik industri dan pertambangan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk sebagai aset utama daerah dan menjadikan Baturaja sebagai produsen semen khususnya di Provinsi Sumatera Selatan. Dengan adanya beberapa hal tersebut, membuat sebagian masyarakat menginginkan agar Baturaja dimekarkan menjadi Kota Otonom yang dipimpin oleh Wali kota. Beberapa tokoh masyarakat dan pejabat seperti Gubernur Sumatera Selatan pun mengakui adanya sebuah kemajuan yang ada di Baturaja saat ini dan mendukung penuh perkembangannya dimasa yang akan datang. Bahkan mantan Gubernur Sumatera Selatan sekaligus mantan Bupati OKU di era pemekaran Kabupaten OKU juga pernah bermimpi dan memproyeksikan Baturaja akan menjadi sebuah Kota Otonom yang dipimpin oleh Wali kota kelak dimasa depan. Wacana dan rencana mengenai pemekaran Kota Baturaja bermunculan. DPRD Kabupaten OKU di tahun 2015 pernah membahas hal ini sebagai usulan antar fraksi melalui rapat pandangan umum antar fraksi dan berhasil mendapat persetujuan dari anggota dewan. Usulan tersebut dilontarkan atas pertimbangan berdasarkan PP No. 78 Tahun 2007 bahwa Baturaja dinilai sudah memenuhi kriteria dan layak menjadi sebuah kota otonom jika dilihat berdasarkan jumlah dan kepadatan penduduk, jumlah pegawai dan jenis mata pencarian, serta sudah menunjukkan adanya kemajuan dan perkembangan melalui berbagai fasilitas dan pembangunan infrastruktur yang ada saat ini. Hal ini juga sudah disambut baik oleh Bupati OKU.
Pada tahun 2016, Bupati OKU bersama DPRD Kabupaten OKU menyetujui perihal pemekaran tersebut yang dimasukkan pembahasannya melalui RPJMD Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2016-2021 sembari menunggu berakhirnya moratorium Daerah Otonomi Baru (DOB). Kecamatan Baturaja Timur yang dinilai cukup luas dan padat direncanakan akan dimekarkan menjadi dua atau tiga Kecamatan baru dan menggabungkannya dengan Kecamatan Baturaja Barat serta Kecamatan sekitar lainnya dikarenakan syarat terbentuknya sebuah Kota Otonom harus memiliki minimal empat kecamatan. Selain itu, Kecamatan Lubuk Batang juga direncanakan akan menjadi Ibukota Kabupaten OKU pengganti Baturaja karena dianggap lebih strategis dan memiliki sejarah tersendiri dalam perkembangan Kabupaten OKU.
Rencana Pembentukan Pemekaran Provinsi Ogan Komering Muara Enim menjadi Provinsi Baru
Kabupaten/Kota yang mungkin bergabung yang meliputi:
Kabupaten Ogan Ilir
Kabupaten Ogan Komering Ilir
Kabupaten Ogan Komering Ulu
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
Kabupaten Pantai Timur (dalan proses pengajuan)
Kota Baturaja (Ibu Kota) (dalan proses pengajuan)
Kabupaten Muara Enim
Perusahaan Besar
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
PT Minanga Ogan
PT Mitra Ogan
PT Bakti Nugraha Yuda Energy (PLTU Baturaja)
Referensi
Pranala luar
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ulu |
4042 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Lampung%20Utara | Kabupaten Lampung Utara | Lampung Utara (aksara Lampung: ) adalah kabupaten di provinsi Lampung, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kotabumi. Jumlah penduduk kabupaten Lampung Utara pada tahun 2020 sebanyak 636.908 jiwa, dengan kepadatan 234 jiwa/km2.
Kabupaten ini dulunya adalah kabupaten terluas/terbesar di provinsi Lampung yang sekarang meliputi Kabupaten Lampung Utara sendiri, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Barat (yang melahirkan Kabupaten Pesisir Barat), dan Kabupaten Tulang Bawang (yang melahirkan Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Mesuji).
Sejarah
Pada awal masa kemerdekaan, berdasarkan UU RI Nomor 1 Tahun 1945, Lampung Utara merupakan wilayah administratif di bawah Karesidenan Lampung yang terbagi atas beberapa kawedanan, kecamatan dan marga.
Pemerintahan marga dihapuskan dengan Peraturan Residen 3 Desember 1952 Nomor 153/1952 dan dibentuklah “Negeri” yang menggantikan status marga dengan pemberian hak otonomi sepenuhnya berkedudukan di bawah kecamatan. Dengan terjadinya pemekaran beberapa kecamatan, terjadilah suatu negeri di bawah beberapa kecamatan, sehingga dalam tugas pemerintahan sering terjadi benturan. Status pemerintahan negeri dan kawedanan juga dihapuskan dengan berlakunya UU RI Nomor 18 Tahun 1965.
Berdasarkan UU RI Nomor 4 (Darurat) Tahun 1965, juncto UU RI Nomor 28 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Sumatra Selatan, terbentuklah Kabupaten Lampung Utara di bawah Provinsi Sumatra Selatan. Dengan terbentuknya Provinsi Lampung berdasarkan UU RI Nomor 14 Tahun 1964, maka Kabupaten Lampung Utara masuk sebagai bagian dari Provinsi Lampung.
Kabupaten Lampung Utara telah mengalami tiga kali pemekaran dengan wilayah awal yang semula seluas 19.368,50 km². Luas Kabupaten Lampung Utara setelah pemekaran pada akhir tahun 2013 adalah 2.725,87 km2. Pemekaran wilayah pertama terjadi dengan terbentuknya Kabupaten Lampung Barat berdasarkan UU RI Nomor 6 Tahun 1991, sehingga Wilayah Lampung Utara berkurang 6 kecamatan yaitu: Sumber Jaya, Balik Bukit, Belalau, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan dan Pesisir Utara.
Pemekaran kedua tejadi dengan terbentuknya Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan UU RI Nomor 2 Tahun 1997. Wilayah Lampung Utara kembali mengalami pengurangan sebanyak 4 kecamatan yaitu: Menggala, Mesuji, Tulang Bawang Tengah dan Tulang Bawang Udik. Pemekaran ketiga terjadi dengan terbentuknya Kabupaten Way Kanan berdasarkan UURI Nomor 12 Tahun 1999. Lampung Utara kembali berkurang 6 kecamatan yaitu: Blambangan Umpu, Pakuan Ratu, Bahuga, Baradatu, Banjit dan Kasui. Kabupaten Lampung Utara, saat ini tinggal 8 kecamatan yaitu: Kotabumi, Abung Selatan, Abung Timur, Abung Barat, Sungkai Selatan, Sungkai Utara, Tanjung Raja dan Bukit Kemuning.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2000 jumlah kecamatan dimekarkan menjadi 16 kecamatan dengan mendefinitifkan 8 kecamatan pembantu yaitu: Kotabumi Utara, Kotabumi Selatan, Abung Semuli, Abung Surakarta, Abung Tengah, Abung Tinggi, Bunga Mayang dan Muara Sungkai. Sedangkan hari kelahiran Kabupaten Lampung Utara Sikep ini, setelah melalui berbagai kajian, disepakati jatuh tanggal 15 Juni 1946 dan ini disahkan dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tanggal 15 Agustus 2006 telah dimekarkan kembali 7 kecamatan yang baru, yaitu sebagai berikut:
Kecamatan Hulu Sungkai ibu kota Gedung Maripat
Kecamatan Sungkai Tengah ibu kota Batu Nangkop
Kecamatan Sungkai Barat ibu kota Sinar Harapan
Kecamatan Sungkai Jaya ibu kota Cempaka
Kecamatan Abung Pekurun ibu kota Pekurun
Kecamatan Abung Kunang ibu kota Aji Kagungan Kepala Kampung Syahrial Kunang
Kecamatan Blambangan Pagar ibu kota Blambangan
Geografi
Secara geografis kabupaten lampung utara terletak pada 104' 40 sampai 105'08 bujur timur dan 4'34 sampai 5'06 lintang selatan dengan batas - batas wilayah sebagai berikut:
Batas Wilayah
Iklim
Pada tahun 2008 suhu udara rata-rata siang hari berkisar antara 21,8 °C sampai 23,8 °C. Rata-rata curah hujan lebih rendah (182,54 mm) dibandingkan dengan tahun 2007 (133,6 mm). Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret mencapai 455,4 mm dan terendah pada bulan Mei (28,7 mm).
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Saat ini di lampung Utara menjadi 23 kecamatan, yaitu:
Kecamatan Abung Barat Ibu kota Ogan Lima
Kecamatan Abung Kunang Ibu kota Aji Kagungan
Kecamatan Abung Pekurun Ibu kota Pekurun
Kecamatan Abung Selatan Ibu kota Kalibalangan
Kecamatan Abung Semuli Ibu kota Semuli Raya
Kecamatan Abung Surakarta Ibu kota Tatakarya
Kecamatan Abung Tengah Ibu kota Negeri Besar
Kecamatan Abung Timur Ibu kota Bumi Agung
Kecamatan Abung Tinggi Ibu kota Ulak Rengas
Kecamatan Blambangan Pagar Ibu kota Blambangan
Kecamatan Bukit Kemuning Ibu kota Bukit Kemuning
Kecamatan Bunga Mayang Ibu kota Negara Tulangbawang
Kecamatan Hulu Sungai Ibu kota Gedung Makripat
Kecamatan Kotabumi Ibu kota Kotabumi
Kecamatan Kotabumi Selatan Ibu kota Mulangmaya
Kecamatan Kotabumi Utara Ibu kota Madukoro
Kecamatan Muara Sungkai Ibu kota Negeri Ujungkarang
Kecamatan Sungkai Barat Ibu kota Sinar Harapan
Kecamatan Sungkai Jaya Ibu kota Cempaka
Kecamatan Sungkai Selatan Ibu kota Ketapang
Kecamatan Sungkai Tengah Ibu kota Batunangkop
Kecamatan Sungkai Utara Ibu kota Negararatu
Kecamatan Tanjung Raja Ibu kota Tanjung Raja
Pariwisata
Objek Wisata
Bendungan Way Rarem
Terletak di Desa Pekurun, Kecamatan Abung Pekurun atau 36 Km dari Kotabumi, atau 90 Km dari Bandar Lampung. Objek Wisata Way Rarem Memiliki luas 49,2 Ha tinggi bendungan 59 m dan kedalaman air 32m, luas genangan 1200 ha.
Disamping untuk Objek Wisata, Bendungan Way Rarem juga berfungsi sebagai irigasi yang dapat mengairi seluas – 22.000 ha, untuk Kecamatan Abung Timur, Tulang Bawang Tengah, Tulang Bawang Udik dan Kotabumi. Terdapat beberapa spesies ikan hias air tawar khas seperti ikan Sumatra dll. Lingkungan alam dan suasana perkampungan merupakan ciri khas lokasi ini.
Bendungan Tirta Shinta
Terletak di Desa Wonomarto, Kecamatan Kotabumi utara dengan jarak tempuh – 10 Km dari Kotabumi, atau 111 Km dari Bandar Lampung.
Air terjun Curup Paten
Terletak di Desa Suka Menanti Kecamatan Bukit Kemuning dengan jarak tempuh dari Kotabumi sekitar 40 km. Air terjun ini memiliki tiga tingkatan dengan ketinggian sekitar 4 m untuk masing - masing tingkatan.
Air terjun Curup Selampung
Terletak di Desa Gunung Bertuah Kecamatan Abung Barat dengan jarak tempuh sekitar 35 Km dari kotabumi. di lokasi ini terdapat 2 air terjun masing tinggi 12 m lebar 15 m dan tinggi 20 m lebar 3 m yang ditemukan oleh Alm Selampung pada tahun 1973.
Wisata Green Bamboo
Terletak di Desa Sribandung Kecamatan Abung Tengah dengan jarak tempuh sekitar 10 Km dari kotabumi. Lokasi ini merupakan wisata arung jeram alami yang mengikuti aliran sungai dengan arus deras dan bebatuan yang menghadirkan petualangan alam tersendiri.
Wisata Budaya
Sanggar - sanggar seni budaya sebagai pelestarian seni budaya nenek moyang kabupaten lampung utara.sanggar tersebut di antaranya sanggar kemalo bumi rayo yang telah berhasil meraih berbagai prestasi tingkat nasional.
Referensi
Pranala luar
Situs web resmi
Lampung Utara
Lampung Utara |
4046 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Way%20Kanan | Kabupaten Way Kanan | Way Kanan adalah kabupaten di provinsi Lampung, Indonesia yang merupakan salah satu pemekaran dari Lampung Utara. Ibu kotanya adalah Blambangan Umpu. Kabupaten Way Kanan berbatasan langsung dengan tiga kabupaten di provinsi Sumatra Selatan, yakni Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Sejarah
Diawali pada tahun 1957, dengan dipimpin oleh Wedana Way Kanan, Ratu Pengadilan, diadakanlah pertemuan yang pertama kali guna membahas rencana Pemerintah Pusat yang memerlukan 100.000 hektar tanah untuk keperluan transmigrasi. Pada saat itu tiga kewedanaan yang ada, yaitu Kewedanaan Kotabumi, Kewedanaan Krui, dan Kewedanaan Menggala menolak rencana Pemerintah Pusat.
Namun Kewedanaan Way Kanan menerima tawaran itu dengan pertimbangan agar kelak Way Kanan dapat cepat ramai penduduknya. Pada saat itulah muncul gagasan awal yang dikemukakan oleh Hi. Ridwan Basyah selaku notulis dalam pertemuan tersebut, untuk menjadikan Way Kanan sebagai kabupaten yang berdiri sendiri terpisah dari Kabupaten Lampung Utara.
Pada tahun 1971, keinginan untuk menjadikan Way Kanan menjadi kabupaten yang berdiri sendiri muncul kembali. Pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, dan para ilmuwan diselenggarakan di kediaman Hi. Ridwan Basyah di Tanjung Agung, Bandar Lampung.
Selanjutnya pada tahun 1975, Bapak Nasrunsyah Gelar Sutan Mangkubumi, di Bumi Agung, Bahuga melaksanakan acara adat Bugawi dengan mengundang tokoh-tokoh adat (penyimbang) sewilayah Way Kanan. Pada kesempatan itu diadakan musyawarah khusus yang dipimpin oleh Hi. Ridwan Basyah membahas kembali gagasan untuk menjadikan Way Kanan sebagai Kabupaten yang berdiri sendiri, sekaligus mengajukan usul kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Lampung Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.
Kemudian pada tahun 1986, Pemerintah Pusat membentuk Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Blambangan Umpu dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri, Nomor: 821.26-502 Tanggal 8 Juni 1985, dengan Pembantu Bupati Kabupaten Lampung Utara Wilayah Blambangan Umpu terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu:
Kecamatan Blambangan Umpu dengan ibu kota Blambangan Umpu.
Kecamatan Bahuga dengan ibu kota Mesir Ilir.
Kecamatan Pakuan Ratu dengan ibu kota Pakuan Ratu.
Kecamatan Baradatu dengan ibu kota Tiuh Balak.
Kecamatan Banjit dengan ibu kota Banjit.
Kecamatan Kasui dengan ibu kota Kasui.
Berdasarkan Surat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tingkat I Lampung, Nomor: 660/1990/II/1991 Tanggal 18 Februari 1991 yang ditujukan kepada Pembantu Bupati Wilayah Blambangan Umpu, maka Hi. Ridwan Basyah yang pada waktu itu menjabat sebagai Pembantu Bupati menyelenggarakan Musyawarah besar (Mubes) di Gedung Sesat Puranti Gawi Blambangan Umpu pada tanggal 4 Mei 1991, dengan maksud untuk mengadakan persiapan Kabupaten Way Kanan menjadi Kabupaten. Adapun Way Kanan baru resmi menjadi kabupaten tersendiri 8 tahun kemudian.
Pembentukan
Kabupaten Waykanan di bentuk berdasarkan Undang-undang No.12 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan, Kabupaten Dati II Lampung Timur dan Kotamadya Metro. Peresmian Kabupaten Way Kanan dilakukan pada tanggal 27 April 1999 ditandai dengan pelantikan Pejabat Bupati oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta.
Berkaitan dengan itu, maka pada Tanggal 27 April ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Way Kanan. Waykanan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Lampung. Kabupaten Way Kanan ini ibu kotanya adalah Blambangan Umpu. Pemilihan Blambangan Umpu sebagai ibu kota Kabupaten Way Kanan memang tepat. Beberapa alasan memperkuat pernyataan ini adalah:
Tempatnya strategis karena berada di tengah-tengah wilayah Way Kanan, sehingga untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh daerah di wilayah Way Kanan oleh pemerintah kabupaten akan lebih mudah
Blambangan Umpu berada dijalur lalu lintas jalan darat dan rel kereta api dari berbagai arah yaitu Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung sendiri,
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Referensi
Pranala luar
Way Kanan
Way Kanan |
4050 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Serang | Kabupaten Serang | Kabupaten Serang () adalah adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Banten, Indonesia. Kabupaten ini terletak di ujung barat laut pulau Jawa. Secara de jure, ibu kota kabupaten ini berada di Kecamatan Ciruas. Kabupaten Serang berbeda dengan Kota Serang yang telah dimekarkan pada tahun 2007.
Sejarah
Sejarah Kabupaten Serang tentunya tidak terlepas dari sejarah Banten pada umumnya, karena Serang semula merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Banten yang berdiri pada Abad ke-16 dan pusat pemerintahannya terletak di daerah Serang.
Sebelum abad ke-16, informasi tentang Banten tidak banyak tercatat dalam sejarah, konon pada mulanya Banten masih merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Sunda, penguasa Banten pada saat itu adalah Raga Mulya|Prabu Pucuk Umum, Putra dari Prabu Sidaraja Pajajaran.
Pusat Pemerintahannya bertempat di Banten Girang (±3 Km di selatan Kota Serang) pada abad ke-6, Islam mulai masuk ke Banten yang didakwah oleh Sultan Syarif Hidayatullah (dikenal Sunan Gunung Jati) yang secara berangsur-angsur mengembangkan Agama Islam di Banten dan sekitarnya serta dapat menaklukan pemerintahan Prabu Pucuk Umum (Tahun 1524-1525 M).
Selanjutnya Beliau mendirikan Kesultanan Islam di Banten dengan mengangkat putranya bernama Sultan Maulana Hasanuddin menjadi Sultan Banten yang pertama yang berkuasa selama ± 18 tahun (Tahun 1552-1570 M). Atas prakarsa Sunan Gunung Jati, pusat pemerintahan yang semula bertempat di Banten Girang dipindahkan ke Surosowan, Banten Lama (Banten lor) yang terletak ±10 Km di sebelah utara Kota Serang.
Setelah Sultan Maulana Hasanuddin wafat (Tahun 1570), digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Maulana Yusuf sebagai Sultan Banten yang kedua (Tahun 1570-1580 M) dan selanjutnya diganti oleh Sultan yang ketiga, keempat dan seterusnya sampai dengan terakhir Sultan yang ke-21 yaitu Sultan Muhammad Shafiuddin yang berkuasa pada Tahun 1809 sampai dengan 1813. Periode Kesultanan Islam di Banten berjalan selama kurun waktu ±264 tahun, yaitu dari tahun 1552 sampai 1813.
Pada zaman Kesultanan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting, terutamma pada akhir abad ke-16 (Juni 1596), Perusahaan (pada masa itu perusahaan dikenal "Kompeni" oleh rakyat Banten dan seluruh kerajaan di Nusantara) Compagnie van Verre dari Belanda datang untuk pertama kalinya mendarat di Pelabuhan Banten dibawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan maksud untuk berdagang.
Namun sikap yang congkak dari orang-orang Belanda tidak menarik simpati dari pemerintah dan rakyat Banten saat itu, sehingga sering timbul ketegangan diantara masyarakat Banten dengan Kompeni Belanda.
Pada saat tersebut, Sultan yang bertahta di Banten adalah Sultan yang ke-4 yaitu Sultan Abdul Mufakhir yang waktu itu masih berusia lima bulan, sedangkan yang bertindak sebagai walinya adalah Mangkubumi Jayanegara yang wafat kemudian pada tahun 1602 dan diganti oleh saudaranya yaitu Yudha Nagara.
Pada Tahun 1608 Pangeran Ranamanggala diangkat sebagai Patih Mangkubumi. Sultan Abdul Mufakir mulai berkuasa penuh dari tahun 1624-1651 dengan Pangeran Ranamanggala sebagai Patih dan penasehat utamanya. Sultan Banten yang ke-6 adalah Sultan Abdul Fatah cucu Sultan ke-5 yang terkenal dengan julukan Sultan Ageng Tirtayasa yang memegang tampuk pemerintahan dari tahun 1651-1680 (selama ±30 tahun).
Pada masa pemerintahannya, bidang politik, Perekonomian, Perdagangan, Pelayaran maupun Kebudayaan berkembang maju dengan pesat dan kegigihan dalam menetang Kompeni Belanda. Atas jasa kepahlawanannya dalam perjuangan menentang Kompeni Belanda, maka berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa dianugerahi kehormatan predikat sebagai Pahlawan Nasional.
Pada waktu berkuasanya Sultan Ke-6, sering terjadi bentrokan dan perang dengan para Kompeni VOC dari Belanda yang pada waktu itu telah berkuasa di Batavia. Dengan cara Politik Adu Domba () terutama dilakukan antara Sultan Ageng Tirtayasa yang anti Kompeni dengan putranya Sultan Abdul Kahar (dikenal dengan Sultan Haji) yang pro Kompeni Belanda dapat melumpuhkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya tidak berdaya dan menyingkir ke pedalaman Banten. Namun dengan bujukan Sultan Haji, Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkap kemudian ditahan dan dipenjarakan di Batavia hingga wafatnya pada tahun 1692.
Namun sekalipun Sultan Ageng Tirtayasa sudah wafat, perjuangan melawan Kompeni Belanda terus berkobar dan dilanjutkan oleh pengikutnya yang setia dengan gigih dan pantang menyerah.
Sejak wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa, maka kesultanan Banten mulai mengalami kemunduran, karena Sultan Haji dan para Sultan berikutnya sudah mulai terpengaruh oleh kompeni Belanda sehingga pemerintahannya mulai labil dan lemah.
Pada tanggal 19 Agustus 1816, kekuasaan di Hindia Belanda dikembalikan oleh Inggris kepada Belanda setelah sebelumnya disepakati dalam Konvensi London yang diadakan pada tanggal 13 Agustus 1814. Kekuasaan di Hindia Belanda kemudian diambil alih oleh Van Der Capellen sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia mengambil alih kekuasaan Banten dari Muhammad Rafiudin yang saat itu menjabat sebagai Bupati Sultan Banten. Pemerinta Hindia Belanda kemudian membagi wilayah Banten menjadi tiga kabupaten dan menetapkan ibu kotanya masing-masing. Pertama ialah Kabupaten Banten Utara dengan beribu kota di Serang. Kedua ialah Kabupaten Banten Selatan dengan beribu kota di Lebak. Ketiga ialah Kabupaten Banten Barat dengan beribukota di Caringin. Masing-masing kabupaten dipimpin oleh seorang bupati. Bupati pertama untuk Serang diangkat Pangeran Aria Adi Santika dengan pusat pemerintahannya tetap bertempat di keraton Kaibon.
Pada tanggal 3 Maret 1942, Tentara Jepang masuk ke Daerah Serang di Pantai Bojonegara (Jepang mendarat pertama kali di Nusantara melalui Pulau Tarahan). Jepang mengambil alih Karesidenan Banten yang pada waktu itu dikuasai oleh Hindia Belanda, sedangkan Bupatinya tetap dari pribumi yaitu RM Jayadiningkrat. Kekuasaan Jepang berjalan selama kurang lebih tiga setengah tahun.
Setelah tanggal 17 Agustus 1945, kekuasaan Karesidenan Banten beralih dari tangan Jepang kepada Republik Indonesia dan sebagai Residennya adalah K.H. Tb. Achmad Chatib serta sebagai Bupati Serang adalah KH. Syam’un, sedangkan untuk jabatan Wedana dan Kepala Camat banyak diangkat dari para Tokoh Ulama.
Dengan datangnya Tentara Belanda ke Indonesia yang menimbulkan Agresi ke I sekitar Tahun 1964-1947. Daerah Banten (terutama Daerah Serang) menjadi Daerah Blokade yang dapat bertahan dari masuknya serbuan Belanda, dan putus hubungan dengan Pemerintah Pusat yang pada saat Indonesia telah membentuk negara federal Republik Indonesia Serikat yang beribu kota di Kota Yogyakarta, sehingga daerah Banten dengan ijin Pemerintah Pusat mencetak uang sendiri yaitu Oeang Republik Indonesia Daerah Banten yang dikenal dengan "ORIDAB".
Pada tanggal 19 Desember 1948, Agresi II baru dari Serdadu Belanda dapat memasuki Daerah Serang untuk selama satu tahun dan setelah KMD Tahun 1949, Belanda meninggalkan kembali Daerah Banten/Serang, yang selanjutnya daerah Serang menjadi salah satu daerah kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Pada tanggal 4 Oktober 2000, seluruh fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bersepakat dalam menetapkan undang-undang mengenai pembentukan Provinsi Banten. Provinsi Banten dibentuk sebagai hasil pemekaran wilayah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Salah satu kabupaten yang ditetapkan menjadi bagian dari Provinsi Banten adalah Kabupaten Serang.
Kemudian sejak adanya Jabatan Regent atau Bupati pada Tahun 1826 sampai sekarang, telah terjadi 32 kali pergantian Bupati.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Serang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Hari Jadi Kabupaten Serang, pada Bab II Penetapan Hari Jadi Pasal 2, yaitu: Hari Jadi Kabupaten Serang ditetapkan pada tanggal 8 Oktober Tahun 1526.
Geografi
Kabupaten Serang memiliki luas wilayah 1.467,35 km2, dan populasi mencapai 1.402.818 pada Sensus 2010 dan 1.622.630 pada Sensus 2020. Penduduk daratan Kota Cilegon, Kota Serang dan Kabupaten Serang jika dijumlah menjadi 2.749.627 dengan daratan seluas 1.909,56 km2, dan kepadatan 1.440 per km2. Kota Cilegon dan Kota Serang merupakan semi-enklave Kabupaten Serang.
Kabupaten ini berada di ujung barat laut Pulau Jawa, berbatasan dengan Laut Jawa, dan Kota Serang di utara, Kabupaten Tangerang di timur, Kabupaten Lebak di selatan, serta Kota Cilegon di barat.
Batas Wilayah
Topografi
Secara topografi, Kabupaten Serang merupakan wilayah dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 sampai 1.778 m di atas permukaan laut. Fisiografi Kabupaten Serang dari arah utara ke selatan terdiri dari wilayah rawa pasang surut, rawa musiman, dataran, perbukitan dan pegunungan.
Bagian utara merupakan wilayah yang datar dan tersebar luas sampai ke pantai, kecuali sekitar Gunung Sawi, Gunung Terbang dan Gunung Batusipat. Dibagian selatan sampai ke barat, Kabupaten Serang berbukit dan bergunung antara lain sekitar Gunung Kancana, Gunung Karang dan Gunung Gede.
Daerah yang bergelombang tersebar di antara kedua bentuk wilayah tersebut. Hampir seluruh daratan Kabupaten Serang merupakan daerah subur karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh Tanah Endapan Alluvial dan Batu Vulkanis Kuarter.
Potensi tersebut ditambah banyak terdapat pula sungai-sungai yang besar dan penting yaitu Sungai Ciujung, Sungai Cidurian, Sungai Cibanten, Sungai Cipaseuran, Sungai Cipasang dan Sungai Anyar yang mendukung kesuburan daerah-daerah pertanian di Kabupaten Serang.
Iklim Cuaca
Iklim di wilayah Kabupaten Serang termasuk tropis dengan musim hujan antara November-April dan musim kemarau antara Mei-Oktober. Curah hujan rata-rata 3,92 mm/hari. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 25,8°–27,6 °C.
Temperatur udara di Kabupaten Serang minimum 20,90 °C dan maksimum 33,8 °C. Tekanan udara dan kelembaban rata-rata 81,00 mb/bulan. Kecepatan arah angin rata-rata 2,80 knot, dengan arah terbanyak adalah dari barat.
Pemerintahan
Kecamatan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Serang 1.623.409 (2021), sebagian besar tinggal di bagian utara. Bahasa yang dituturkan adalah Bahasa Sunda Banten yang digunakan di bagian selatan dan Bahasa Jawa Serang yang digunakan di bagian pesisir pantai utara dekat dengan Kota Cilegon dan Kota Serang serta Bahasa Lampung Cikoneng yang dituturkan oleh penduduk di empat kampung di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyar.
Pendidikan
Sebagai salah satu wilayah dengan mayoritas penduduknya Islam, maka pendidikan di Serang juga banyak menekankan pada pendidikan agama Islam sesuai dengan semboyan "Serang Bertakwa". Sehingga di Kabupaten Serang pendidikan berbasis islam baik yang resmi maupun non-resmi (Pesantren, Madrasah, dsb) menjadi salah satu perhatian pemerintah.
Sekolah-sekolah formal dari tingkat SD, SMP, SMA, SMK juga menjadi bagian pendidikan yang tidak terpisahkan. Beberapa sekolah favorit di Kabupaten Serang antara lain; SD Islam Al-Azhar, SD Kristen Penabur, SMA Negeri 1 Ciruas, SMP Negeri 1 Ciruas, SMA Negeri 1 Kramatwatu dsb.
Transportasi
KA Lokal Merak
Merak-Rangkasbitung
Trans Seragon
2: Banten Lama-Baros
3: Alamanda Regency-Pabuaran
Perintis Busway
1: Tanara-Jungking
2: Gunung Sari-Mancak
3: Pamarayan-Kibin
Angkutan Kota Wilayah Kabupaten Serang dan beberapa rute yang menghubungkan Kota Serang menuju kawasan industri sepatu PT Nikomas Gemilang di daerah Kibin.
Stasiun
Kabupaten Serang memiliki 4 stasiun KA Lokal Merak yang masih beroperasi, diantaranya:
Stasiun Tonjong Baru
Stasiun Cikeusal
Stasiun Catang
Stasiun Jambu Baru
Selain itu, Kabupaten Serang juga memiliki 5 stasiun yang sudah berhenti beroperasi dikarenakan jalur tidak aktif, yaitu:
Stasiun Silebu
Stasiun Anyer Kidul
Stasiun Anyer Lor
Stasiun Pasir Manggu
Stasiun Jambu Lama
Ruas Jalan Tol
Jalan Tol Jakarta-Merak
Jalan Tol Tangerang-Merak
Jalan Tol Serang-Panimbang
Lihat pula
Lubuklinggau
Kota Serang
Kota Cilegon
Banten
Referensi
Pranala luar
Serang
Serang
Serang |
4054 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Bandung | Kabupaten Bandung | Kabupaten Bandung () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Soreang. Tahun 2021, penduduk Kabupaten Bandung berjumlah 3.633.437 jiwa dengan kepadatan 2.055 jiwa/km². Kabupaten Bandung merupakan "induk" dari wilayah Bandung Raya yang kemudian dimekarkan menjadi wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. Wilayahnya didominasi oleh wilayah pegunungan yang sejuk, menjadikan tempat wisata alam di Kabupaten Bandung sangatlah beragam. Kabupaten Bandung juga menjadi tempat dari hulu sungai Citarum.
Sejarah
Awal terbentuknya Kabupaten Bandung
Sebelum Kabupaten Bandung berdiri, daerah Bandung dikenal dengan sebutan "Tatar Ukur". Menurut naskah Sadjarah Bandung, sebelum Kabupaten Bandung berdiri, Tatar Ukur adalah termasuk daerah Kerajaan Timbanganten dengan ibukota Tegalluar. Kerajaan itu berada dibawah dominasi Kerajaan Sunda-Pajajaran. Sejak pertengahan abad ke-15, Kerajaan Timbanganten diperintah secara turun temurun oleh Prabu Pandaan Ukur, Dipati Agung, dan Dipati Ukur. Pada masa pemerintahan Dipati Ukur, Tatar Ukur merupakan suatu wilayah yang cukup luas, mencakup sebagian besar wilayah Jawa Barat, terdiri atas sembilan daerah yang disebut "Ukur Sasanga".
Setelah Kerajaan Sunda-Pajajaran runtuh (1579/1580) akibat gerakan Pasukan Banten dalam usaha menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat, Tatar Ukur menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, penerus Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Sumedanglarang didirikan dan diperintah pertama kali oleh Prabu Geusan Ulun pada (1580-1608), dengan ibukota di Kutamaya, suatu tempat yang terletak sebelah Barat kota Sumedang sekarang. Wilayah kekuasaan kerajaan itu meliputi daerah yang kemudian disebut Priangan, kecuali daerah Galuh (sekarang bernama Ciamis).
Ketika Kerajaan Sumedang Larang diperintah oleh Raden Suriadiwangsa, anak tiri Geusan Ulun dari Ratu Harisbaya, Sumedanglarang menjadi daerah kekuasaan Mataram sejak tahun 1620. Sejak itu status Sumedanglarang pun berubah dari kerajaan menjadi Kabupaten dengan nama Kabupaten Sumedang. Mataram menjadikan Priangan sebagai daerah pertahanannya di bagian Barat terhadap kemungkinan serangan Pasukan Banten dan atau Kompeni yang berkedudukan di Batavia, karena Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) bermusuhan dengan Kompeni dan konflik dengan Kesultanan Banten.
Untuk mengawasi wilayah Priangan, Sultan Agung mengangkat Raden Aria Suradiwangsa menjadi Bupati Wedana (Bupati Kepala) di Priangan (1620-1624), dengan gelar Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata, terkenal dengan sebutan Rangga Gempol I. Tahun 1624 Sultan agung memerintahkan Rangga Gempol I untuk menaklukkan daerah Sampang (Madura). Karenanya, jabatan Bupati Wedana Priangan diwakilkan kepada adik Rangga Gempol I pangeran Dipati Rangga Gede. Tidak lama setelah Pangeran Dipati Rangga Gede menjabat sebagai Bupati Wedana, Sumedang diserang oleh Pasukan Banten. Karena sebagian Pasukan Sumedang berangkat ke Sampang, Pangeran Dipati Rangga Gede tidak dapat mengatasi serangan tersebut. Akibatnya, ia menerima sanksi politis dari Sultan Agung. Pangeran Dipati Rangga Gede ditahan di Mataram. Jabatan Bupati Wedana Priangan diserahkan kepada Dipati Ukur, dengan syarat ia harus dapat merebut Batavia dari kekuasaan Kompeni. Tahun 1628 Sultan Agung memerintahkan Dipati Ukur untuk membantu pasukan Mataram menyerang Kompeni di Batavia. Akan tetapi serangan itu mengalami kegagalan. Dipati Ukur menyadari bahwa sebagai konsekwensi dari kegagalan itu ia akan mendapat hukuman seperti yang diterima oleh Pangeran Dipati Rangga Gede, atau hukuman yang lebih berat lagi. Oleh karena itu Dipati Ukur beserta para pengikutnya membangkang terhadap Mataram. Setelah penyerangan terhadap Kompeni gagal, mereka tidak datang ke Mataram melaporkan kegagalan tugasnya. Tindakan Dipati Ukur itu dianggap oleh pihak Mataram sebagai pemberontakan terhadap penguasa Kerajaan Mataram.
Terjadinya pembangkangan Dipati Ukur beserta para pengikutnya dimungkinkan, antara lain karena pihak Mataram sulit untuk mengawasi daerah Priangan secara langsung, akibat jauhnya jarak antara Pusat Kerajaan Mataram dengan daerah Priangan. Secara teoritis, bila daerah tersebut sangat jauh dari pusat kekuasaan, maka kekuasaan pusat di daerah itu sangat lemah. Walaupun demikian, berkat bantuan beberapa Kepala daerah di Priangan, pihak Mataram akhirnya dapat memadamkan pemberontakan Dipati Ukur. Menurut Sejarah Sumedang (babad), Dipati Ukur tertangkap di Gunung Lumbung (daerah Bandung) pada tahun1632. Setelah "pemberontakan" Dipati Ukur dianggap berakhir, Sultan Agung menyerahkan kembali jabatan Bupati Wedana Priangan kepada Pangeran Dipati Rangga Gede yang telah bebas dari hukumannya. Selain itu juga dilakukan reorganisasi pemerintahan di Priangan untuk menstabilkan situasi dan kondisi daerah tersebut.
Daerah Priangan di luar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Parakanmuncang dan Kabupaten Sukapura dengan cara mengangkat tiga kepala daerah dari Priangan yang dianggap telah berjasa menumpas pemberontakan Dipati Ukur. Ketiga orang kepala daerah dimaksud adalah Ki Astamanggala, umbul Cihaurbeuti diangkat menjadi mantri agung (bupati) Bandung dengan gelar Tumenggung Wiraangunangun, Tanubaya sebagai bupati Parakanmuncang dan Ngabehi Wirawangsa menjadi bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha. Ketiga orang itu dilantik secara bersamaan berdasarkan "Piagem Sultan Agung", yang dikeluarkan pada hari Sabtu tanggal 9 Muharam Tahun Alip (penanggalan Jawa). Dengan demikian, tanggal 9 Muharam Taun Alip bukan hanya merupakan hari jadi Kabupaten Bandung tetapi sekaligus sebagai hari jadi Kabupaten Sukapura dan Kabupaten Parakanmuncang.
Berdirinya Kabupaten Bandung, berarti di daerah Bandung terjadi perubahan terutama dalam bidang pemerintahan. Daerah yang semula merupakan bagian (bawahan) dari pemerintah kerajaan (Kerajaan Sunda-Pajararan kemudian Sumedanglarang) dengan status yang tidak jelas, berubah menjadi daerah dengan status administrative yang jelas, yaitu Kabupaten. Setelah ketiga bupati tersebut dilantik di pusat pemerintahan Mataram, mereka kembali ke daerah masing-masing. Sajarah Bandung (naskah) menyebutkan bahwa Bupati Bandung Tumeggung Wiraangunangun beserta pengikutnya dari Mataram kembali ke Tatar Ukur. Pertama kali mereka datang ke Timbanganten. Di sana bupati Bandung mendapatkan 200 cacah. Selanjutnya Tumenggung Wiraangunangun bersama rakyatnya membangun Krapyak, sebuah tempat yang terletak di tepi Sungat Citarum dekat muara Sungai Cikapundung, (daerah pinggiran Kabupaten Bandung bagian Selatan) sebagai ibukota Kabupaten. Sebagai daerah pusat Kabupaten Bandung, Krapyak dan daerah sekitarnya disebut Bumi Tatar Ukur Gede.
Wilayah administrative Kabupaten Bandung di bawah pengaruh Mataram (hingga akhir abad ke-17), belum diketahui secara pasti, karena sumber akurat yang memuat data tentang hal itu tidak/belum ditemukan. Menurut sumber pribumi, data tahap awal Kabupaten Bandung meliputi beberapa daerah antara lain Tatar Ukur, termasuk daerah Timbanganten, Kahuripan, Sagaraherang, dan sebagian Tanah medang.
Boleh jadi, daerah Priangan di luar Wilayah Kabupaten Sumedang, Parakanmuncang, Sukapura dan Galuh, yang semula merupakan wilayah Tatar Ukur (Ukur Sasanga) pada masa pemerintahan Dipati Ukur, merupakan wilayah administrative Kabupaten Bandung waktu itu. Bila dugaan ini benar, maka Kabupaten Bandung dengan ibukota Karapyak, wilayahnya mencakup daerah Timbanganten, Gandasoli, Adiarsa, Cabangbungin, Banjaran, Cipeujeuh, Majalaya, Cisondari, Rongga, Kopo, Ujungberung dan lain-lain, termasuk daerah Kuripan, Sagaraherang dan Tanahmedang.
Kabupaten Bandung sebagai salah satu Kabupaten yang dibentuk Pemerintah Kerajaan Mataram, dan berada di bawah pengaruh penguasa kerajaan tersebut, maka sistem pemerintahan Kabupaten Bandung memiliki sistem pemerintahan Mataram. Bupati memiliki berbagai jenis symbol kebesaran, pengawal khusus dan prajurit bersenjata. Simbol dan atribut itu menambah besar dan kuatnya kekuasaan serta pengaruh Bupati atas rakyatnya. Besarnya kekuasaan dan pengaruh bupati, antara lain ditunjukkan oleh pemilikan hak-hak istimewa yang biasa dmiliki oleh raja. Hak-hak dimaksud adalah hak mewariskan jabatan, hak memungut pajak dalam bentuk uang dan barang, hak memperoleh tenaga kerja (ngawula), hak berburu dan menangkap ikan dan hak mengadili.
Dengan sangat terbatasnya pengawasan langsung dari penguasa Mataram, maka tidaklah heran apabila waktu itu Bupati Bandung khususnya dan Bupati Priangan umumnya berkuasa seperti raja. Ia berkuasa penuh atas rakyat dan daerahnya. Sistem pemerintahan dan gaya hidup bupati merupakan miniatur dari kehidupan keraton. Dalam menjalankan tugasnya, bupati dibantu oleh pejabat-pejabat bawahannya, seperti patih, jaksa, penghulu, demang atau kepala cutak (kepala distrik), camat (pembantu kepala distrik), patinggi (lurah atau kepala desa) dan lain-lain.
Kabupaten Bandung berada dibawah pengaruh Mataram sampai akhir tahun 1677. Kemudian Kabupaten Bandung jatuh ketangan Kompeni. Hal itu terjadi akibat perjanjian Mataram–Kompeni (perjanjian pertama) tanggal 19-20 Oktober 1677. Di bawah kekuasaan Kompeni (1677-1799), Bupati Bandung dan Bupati lainnya di Priangan tetap berkedudukan sebagai penguasa tertinggi di Kabupaten, tanpa ikatan birokrasi dengan Kompeni.Sistem pemerintahan Kabupaten pada dasarnya tidak mengalami perubahan, karena Kompeni hanya menuntut agar bupati mengakui kekuasaan Kompeni, dengan jaminan menjual hasil-hasil bumi tertentu kepada VOC. Dalam hal ini bupati tidak boleh mengadakan hubungan politik dan dagang dengan pihak lain. Satu hal yang berubah adalah jabatan bupati wedana dihilangkan. Sebagai gantinya, Kompeni mengangkat Pangeran Aria Cirebon sebagai pengawas (opzigter) daerah Cirebon–Priangan (Cheribonsche Preangerlandan).
Salah satu kewajiban utama Bupati terhadap kompeni adalah melaksanakan penanaman wajib tanaman tertentu, terutama kopi, dan menyerahkan hasilnya. Sistem penanaman wajib itu disebut Preangerstelsel. Sementara itu bupati wajib memelihara keamanan dan ketertiban daerah kekuasaannya. Bupati juga tidak boleh mengangkat atau memecat pegawai bawahan bupati tanpa pertimbangan Bupati Kompeni atau penguasa Kompeni di Cirebon. Agar bupati dapat melaksanakan kewajiban yang disebut terakhir dengan baik, pengaruh bupati dalam bidang keagamaan, termasuk penghasilan dari bidang itu, seperti bagian zakat fitrah, tidak diganggu baik bupati maupun rakyat (petani) mendapat bayaran atas penyerahan kopi yang besarnya ditentukan oleh Kompeni.
Hingga berakhirnya kekuasaan Kompeni–VOC akhir tahun 1779, Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak. Selama itu Kabupaten Bandung diperintah secara turun temurun oleh enam orang bupati. Tumenggung Wiraangunangun (merupakan bupati pertama) angkatan Mataram yang memerintah sampai tahun 1681. Lima bupati lainnya adalah bupati angkatan Kompeni yakni Tumenggung Ardikusumah yang memerintah tahun 1681-1704, Tumenggung Anggadireja I (1704-1747), Tumenggung Anggadireja II (1747-1763), R. Anggadireja III dengan gelar R.A. Wiranatakusumah I (1763-1794) dan R.A. Wiranatakusumah II yang memerintah dari tahun 1794 hingga tahun 1829. Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Wiranatakusumah II, ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak ke Kota Bandung.
Lahirnya Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada tanggal 9 bulan Muharram tahun Alif atau sama dengan hari sabtu tanggal 20 April 1641 Masehi. Bupati pertamanya adalah Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). Dari bukti sejarah tersebut ditetapkan bahwa 20 April sebagai Hari Jadi Kabupaten Bandung. Jabatan bupati kemudian digantikan oleh Tumenggung Nyili salah seorang putranya. Namun Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti Sultan Banten. Jabatan bupati kemudian dilanjutkan oleh Tumenggung Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) pada tahun 1681-1704.
Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat tahun 1704 setelah Pemerintah Hindia Belanda mengadakan pertemuan dengan para bupati se-Priangan di Cirebon. R. Ardisuta (1704-1747) terkenal dengan nama Tumenggung Anggadiredja I setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah. sebagai penggantinya diangkat putra tertuanya Demang Hatapradja yang bergelar Anggadiredja II (1707-1747).
Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763-1794) Kabupaten Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan pada tahun 1786 dia memasukkan Batulayang ke dalam pemerintahannya. Juga pada masa Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794-1829) inilah ibu kota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak (Dayeuhkolot) ke tepi sungai Cikapundung atau alun-alun Kota Bandung sekarang. Pemindahan ibu kota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan daerah baru tersebut dinilai akan memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah tersebut.
Setelah kepala pemerintahan dipegang oleh Bupati Wiranatakusumah IV (1846-1874), ibu kota Kabupaten Bandung berkembang pesat dan dia dikenal sebagai bupati yang progresif. Dialah peletak dasar master plan Kabupaten Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 dia mendirikan pendopo Kabupaten Bandung dan Masjid Agung. Kemudian dia memprakarsai pembangunan Sekolah Raja (Pendidikan Guru) dan mendirikan sekolah untuk para menak (Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren). Atas jasa-jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung di segala bidang dia mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Hindia Belanda berupa Bintang Jasa, sehingga masyarakat menjulukinya dengan sebutan Dalem Bintang.
Pada masa pemerintahan R. Adipati Kusumahdilaga, rel kereta api mulai dibangun, tepatnya tanggal 17 Mei 1884. Dengan masuknya rel kereta api ini ibu kota Bandung kian ramai. Penghuninya bukan hanya pribumi, bangsa Eropa, dan Cina pun mulai menetap di ibu kota, dampaknya perekonomian Kota Bandung semakin maju. Setelah wafat penggantinya diangkat R.A.A. Martanegara, bupati ini pun terkenal sebagai perencana kota yang cemerlang. Martanegara juga dianggap mampu menggerakkan rakyatnya untuk berpartisipasi aktif dalam menata wilayah kumuh menjadi permukiman yang nyaman. Pada masa pemerintahan R.A.A. Martanegara (1893-1918) atau tepatnya pada tanggal 21 Februari 1906, Kota Bandung sebagai ibu kota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gementee (Kotamadya).
Periode selanjutnya Bupati Bandung dijabat oleh Aria Wiranatakoesoema V (Dalem Haji) yang menjabat selama 2 periode, pertama tahun 1920-1931 sebagai bupati yang ke-12 dan berikutnya tahun 1935-1945 sebagai bupati yang ke-14. Pada periode tahun 1931-1935 R.T. Sumadipradja menjabat sebagai Bupati ke-13.
Masa Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Selanjutnya bupati ke-15 adalah R.T.E. Suriaputra (1945-1947) dan penggantinya adalah R.T.M. Wiranatakusumah VI alias Aom Male (1948-1956), kemudian diganti oleh R. Apandi Wiriadipura sebagai bupati ke-17 yang dijabatnya hanya 1 tahun (1956-1957).
Bupati berikutnya adalah Letkol. R. Memet Ardiwilaga (1960-1967). Kemudian pada masa transisi (Orde Lama ke Orde Baru) dilanjutkan oleh Kolonel Masturi. Pada masa Pimpinan Kolonel R.H. Lily Sumantri tercatat peristiwa penting yaitu rencana pemindahan ibu kota Kabupaten Bandung yang semula berada di Kotamadya Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung, yaitu daerah Baleendah. Peletakan batu pertamanya pada tanggal 20 April 1974, yaitu pada saat Hari Jadi Kabupaten Bandung yang ke-333. Rencana pemindahan ibu kota tersebut berlanjut hingga jabatan bupati dipegang oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman (1980-1985).
Atas pertimbangan secara fisik geografis, daerah Baleendah tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai ibu kota kabupaten karena sering dilanda banjir, maka ketika jabatan bupati dipegang oleh Kolonel H.D. Cherman Affendi (1985-1990), ibu kota Kabupaten Bandung pindah ke lokasi baru yaitu Soreang. Di tepi Jalan Raya Soreang, tepatnya di Desa Pamekaran inilah dibangun Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 hektare, dengan menampilkan arsitektur khas gaya Priangan. Pembangunan perkantoran yang belum rampung seluruhnya dilanjutkan oleh bupati berikutnya yaitu Kolonel H.U. Djatipermana, sehingga pembangunan tersebut memerlukan waktu sejak tahun 1990 hingga 1992.
Tanggal 5 Desember 2000, Kolonel H. Obar Sobarna, S.I.P. terpilih oleh DPRD Kabupaten Bandung menjadi Bupati Bandung dengan didampingi oleh Drs. H. Eliyadi Agraraharja sebagai Wakil Bupati. Sejak itu, Soreang betul-betul difungsikan menjadi pusat pemerintahan. Pada tahun 2003 semua aparat daerah, kecuali Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kebersihan, Kantor BLKD, dan Kantor Diklat, sudah resmi berkantor di kompleks perkantoran Kabupaten Bandung. Pada periode pemerintahan Obar Sobarna, yang pertama dibangun adalah Stadion Olahraga, yakni Stadion Si Jalak Harupat. Stadion ini merupakan stadion bertaraf internasional yang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Bandung. Selain itu, berdasarkan aspirasi masyarakat yang diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, Kota Administratif Cimahi berubah status menjadi kota otonom.
Tanggal 5 Desember 2005, Obar Sobarna menjabat Bupati Bandung untuk kali kedua didampingi oleh H. Yadi Srimulyadi sebagai Wakil Bupati, melalui proses pemilihan langsung. Pada masa pemerintahan yang kedua ini, berdasarkan dinamika masyarakat dan didukung oleh hasil penelitian dan pengkajian dari 5 perguruan tinggi, secara yuridis terbentuklah Kabupaten Bandung Barat bersamaan dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat. Ibu kota Kabupaten Bandung Barat terletak di Kecamatan Ngamprah). Bupati Bandung Barat masa jabatan 2008-2013 adalah Abubakar.
Geografi
Kabupaten Bandung terletak di Cekungan Bandung dengan ciri khas dataran tinggi luas di bagian tengah yang dikelilingi pegunungan di sebelah barat, selatan, utara dan timurnya. Sungai Citarum yang berhulu di Gunung Wayang mengalir di kawasan ini sebelum masuk ke waduk Saguling. Sebagian besar Kecamatan padat penduduk di Kabupaten ini seperti Majalaya, Soreang, Banjaran, Rancaekek, Dayeuhkolot, Margahayu, Cileunyi, Baleendah, dan Bojongsoang terletak di dataran ini. Karakteristik dataran ini memiliki area persawahan yang sangat luas dengan sistem irigasi yang cukup baik, diselingi pemukiman padat penduduk di tiap-tiap kota kecamatannya. Namun, lahan sawah terus-menerus berkurang tiap tahunnya akibat alih-fungsi menjadi lahan properti. Lahan sawah yang tercatat dilindungi (LSD) dalam Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang tahun 2021 seluas 30.000 hektare dilaporkan Dadang Supriatna tersisa 17.000 hektare semata.
Meskipun termasuk dataran tinggi, kawasan ini terutama di daerah Dayeuhkolot dan Baleendah kerap kali dilanda banjir di beberapa titik setiap musim hujan dikarenakan elevasi kedua daerah ini memang yang paling rendah di Bandung Raya sehingga aliran sungai yang ada di Cekungan Bandung semuanya bermuara ke sungai Citarum yang berada di sekitar daerah ini. Hal ini diperparah dengan drainase yang buruk, pencemaran sungai, serta pendangkalan sungai yang cepat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten untuk menanggulangi banjir, seperti membangun kolam retensi, pengerukan sungai, membangun terowongan air curug jompong untuk mempercepat aliran sungai citarum, juga program Citarum Harum yang melibatkan TNI. Hasilnya area banjir memang lebih bisa dikendalikan walapun jika ada hujan deras di daerah hulu tetap saja jadi genangan.
Adapun wilayah yang terletak di Pegunungan yaitu Ciwidey, Pasirjambu, Pangalengan dan Kertasari di selatan serta Cimenyan dan Cilengkrang di bagian utara. Karakteristik wilayah ini yang berbukit-bukit cocok untuk berbagai macam perkebunan seperti Teh, Kopi, Kina dan Sayuran serta menjadi objek wisata yang menawarkan keindahan dan kesejukan alam.
Beberapa Gunung yang ada di Kabupaten Bandung antara lain: Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), Gunung Papandayan (2.262 m), dan Gunung Manglayang (1.818 m).
Iklim
Dengan Morfologi wilayah pegunungan dengan rata-rata kemiringan lereng antara 0-8 %, 8-15 % hingga di atas 45 %. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 12 °C sampai 24 °C dengan kelembaban antara 78 % pada musim hujan dan 70 % pada musim kemarau.
Batas Wilayah
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Jumlah penduduk kabupaten berdasarkan Kementerian Dalam Negeri data catatan sipil per tanggal 30 Juni 2022 sebanyak 3.655.878 jiwa. Sebelumnya Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian dari kabupaten Bandung. Kota Cimahi dimekarkan pada tahun 2001, sementara Kabupaten Bandung Barat dimekarkan pada tahun 2007. Sebelum dimekarkan, jumlah penduduk kabupaten pada tahun 2000 sebanyak 4.151.894 jiwa. Jumlah migrasi penduduk Indonesia ke kabupaten Bandung pada tahun 2000 sebanyak 142.943 jiwa.
Suku bangsa
Sebagian besar penduduk kabupaten Bandung adalah suku Sunda. Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2000, orang Sunda di kabupaten Bandung sebanyak 3.842.694 jiwa atau 92,55 % dari total penduduk 4.141.894 jiwa yang terdata. Sementara penduduk dari suku lainnya sebagian besar adalah orang Jawa, diikuti orang Batak, Tionghoa, Minangkabau, Betawi, kemudian Cirebon, dan suku lainnya. Berikut adalah besaran penduduk Kabupaten Bandung berdasarkan suku bangsa menurut data Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000;
Pariwisata
Kabupaten Bandung dan tempat wisata merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Sejak dulu dataran tinggi Bandung Selatan dan Bandung Utara menawarkan beragam objek wisata yang menyuguhkan pemandangan alam yang sangat indah. Bentangan kebun teh yang bertebaran dari Rancabali sampai Kertasari, danau-danau hening dan sunyi seperti Situ Patenggang, Kawah Putih, Situ Cisanti dan Situ Cileunca, sampai sumber-sumber air panas yang keluar dari gunung-gunung vulkanik Bandung Selatan merupakan magnet bagi wisatawan untuk selalu berkunjung ke Kabupaten Bandung.
Potensi Wisata
Menara Sabilulungan di Soreang
Desa Wisata Ciburial di Kecamatan Cimenyan
Kampung Adat Cikondang, di Kecamatan Pangalengan
Situs Rumah Hitam, di Kecamatan Pangalengan
Situs Bumi Alit Kabuyutan, di Kecamatan Arjasari
Situs Makam Bosscha, di Kecamatan Pangalengan
Situs Gunung Padang, di Kecamatan Ciwidey, (Sebagian besar termasuk Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Cianjur).
Situ Patengan, di Kecamatan Rancabali
Situ Cileunca, di Kecamatan Pangalengan
Situ Cipanunjang, di Kecamatan Pangalengan
Situ Cisanti, di Kecamatan Kertasari
Situ Ciharus, di Kecamatan Paseh
Kawah Putih, di Kecamatan Rancabali
Situ Aul, di Kecamatan Pangalengan
Curug Cinulang, di Kecamatan Cicalengka, (sebagian termasuk Kabupaten Sumedang).
Curug Malabar, di Kecamatan Pangalengan
Curug Panganten, di Kecamatan Pangalengan
Curug Sanghiang, di Kecamatan Pangalengan
Curug Siliwangi, di Kecamatan Cimaung
Bumi Perkemahan Gunung Puntang, di Kecamatan Cimaung
Bumi Perkemahan Rahong, di Kecamatan Pangalengan
Ranca Upas, di Kecamatan Rancabali
eMTe Highland Resort, di Kecamatan Rancabali
Karang Gantungan, di Paseh, Bandung
Batu Korsi, di Kecamatan Pangalengan
Perkebunan Teh Malabar, di Kecamatan Pangalengan
Perkebunan Teh Rancabali, di Kecamatan Rancabali
Perkebunan Teh Gambung, di Kecamatan Pasirjambu
Penangkaran Rusa Kertamanah, di Kecamatan Pangalengan
Pemandian Air Panas Cibolang, di Kecamatan Pangalengan
Pemandian Air Panas Walini, di Kecamatan Rancabali
Industri
Di Kabupaten Bandung terdapat beberapa jenis industri skala menengah yang tersebar di beberapa wilayah. Industri di Kabupaten Bandung Pada umumnya berfokus pada jenis industri tekstil dan garmen serta bagai macam produk turunannya. Wilayah yang terdapat cukup banyak pabrik antara lain Majalaya, Dayeuhkolot, Pameungpeuk, Solokanjeruk dan Katapang.
Kesehatan
Catatan BKKBN menyebutkan bahwa Kabupaten Bandung, bersama dengan Cianjur, Kota Cirebon, dan Garut, di tahun 2022, menjadi daerah berstatus darurat stunting. Hal ini disebabkan persentase stunting pada anak berusia di bawah 12 tahun mencapai lebih dari 30%.
Transportasi
Kabupaten Bandung merupakan salah satu titik simpul jaringan jalan raya di Jawa Barat. Tol Purbaleunyi menghubungkan Jakarta dan Bandung yang ujungnya berada di kecamatan Cileunyi. Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan yang menuju Bandar Udara Internasional Kertajati juga bermula di Cileunyi. Jalan Nasional Bandung–Yogyakarta (Jalur Selatan) yang melintasi beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung bagian timur merupakan urat nadi yang sangat penting bagi arus transportasi di Jawa Barat. Jalan Nasional Bandung–Cirebon juga melintasi kawasan Cileunyi. Jalan Nasional Cimahi–Cidaun menghubungkan Kota Bandung ke kawasan Pantai Selatan Jawa melewati Kecamatan Soreang, Pasirjambu, Ciwidey dan Rancabali. Jalan Tol Soreang-Pasirkoja menghubungkan Kota Bandung dengan Soreang, memberikan akses yang lebih cepat menuju objek wisata Bandung Selatan.Kedepannya akan dibangun juga tol Gedebage-Cilacap yang melewati beberapa kecamatan seperti Solokanjeruk dan Majalaya serta sudah disiapkan perencanaan pembangunan tol Soreang-Ciwidey-Pangalengan agar akses menuju Jawa Barat bagian selatan lebih baik lagi.
Kereta Cepat
Kereta Cepat Jakarta–Bandung mempunyai stasiun akhir di Wilayah kabupaten Bandung yakni di desa Cibiru Hilir Kecamatan Cileunyi.
Angkutan Kota
Terdapat beberapa trayek angkutan kota di Kabupaten Bandung yang menghubungkan antar kecamatan maupun menghubungkan kabupaten Bandung dengan Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi. Trayek tersebut antara lain:
Soreang–Terminal Leuwi Panjang
Soreang–Cililin
Soreang–Cimahi
Soreang–Banjaran
Banjaran–Tegallega
Banjaran–Gamblok
Desa Sayati–Palasari
Cileunyi–Tanjungsari
Majalaya–Sayang–Gedebage
Majalaya–Ciparay
Cileunyi–Majalaya
Cileunyi–Cicalengka
Cicalengka–Tanjungsari
Ciwidey–Situ Patenggang
Dayeuhkolot–Buahbatu
Mikrobus
Pangalengan–Bandung
Kebon Kalapa–Majalaya
Ciwidey–Terminal Leuwi Panjang
Trans Metro Pasundan
Baleendah–Bandung Electronic Center
Soreang–Terminal Leuwi Panjang via Jalan Tol Soreang-Pasirkoja
Kereta Api
KA Cikuray
Pasar Senen-Garut
KA Garut Cibatuan
Purwakarta-Garut
Padalarang-Garut
KA Lokal Bandung Raya
Purwakarta-Cicalengka
Padalarang-Cicalengka
Padalarang-Kasugihan
High Speed Train Indonesia
Jakarta-Bandung
Stasiun
Kabupaten Bandung memiliki 2 stasiun KA Cikuray, 6 stasiun KA Garut Cibatuan, KA Lokal Bandung Raya maupun 1 stasiun High Speed Train Indonesia yang masih beroperasi, diantaranya:
Stasiun Cimekar
Stasiun Rancaekek
Stasiun Haurpugur
Stasiun Cicalengka
Stasiun Nagreg
Stasiun Lebakjero
Stasiun HSR Tegalluar
Selain itu, Kabupaten Bandung juga memiliki 26 stasiun yang sudah berhenti beroperasi dikarenakan jalurnya sudah dinonaktifkan sekitar tahun 1980-an. Bangunan stasiun yang ada kemudian rusak dimakan usia dan sebagian menjadi korban Vandalisme. Stasiun tersebut yaitu:
Stasiun Ciendog
Stasiun Cikurutug
Stasiun Dayeuhkolot
Stasiun Ciwidey
Stasiun Karees
Stasiun Soreang
Stasiun Banjaran
Stasiun Cisondari
Stasiun Bojongsoang
Stasiun Kulalet
Stasiun Pameungpeuk
Stasiun Cikupa
Stasiun Cangkuang
Stasiun Citaliktik
Stasiun Sadu
Stasiun Cukanghaur
Stasiun Majalaya
Stasiun Cilelea
Stasiun Manggahang
Stasiun Jelekong
Stasiun Ciheulang
Stasiun Peneureusan
Stasiun Ciparay
Stasiun Cibungur
Stasiun Rancakole
Stasiun Bojongloa
Olahraga
Lihat Pula
Kota Bandung
Kabupaten Bandung Barat
Referensi
Pranala luar
Situs web resmi Pemerintah Kabupaten Bandung
Bandung
Bandung |
4058 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Bogor | Kabupaten Bogor | {{Dati2
| settlement_type = Kabupaten
| nama = Kabupaten Bogor
| singkatan =
| translit_lang1_type = Aksara Sunda
| translit_lang1_info =
| lambang = Lambang Kabupaten Bogor.svg
| bendera = Regency Flag of Bogor.svg
| peta = Map of West Java highlighting Bogor Regency.svg
| foto =
| caption =
| koordinat =
| motto = | semboyan = Tegar Beriman(Tertib, segar, bersih, indah, mandiri, aman, dan nyaman)
| provinsi = Jawa Barat
| ibukota = Cibinong
| luas = 2986,20
| luasref =
| luasdaratan =
| luasperairan =
| penduduk = 5427068
| penduduktahun = 2021
| pendudukref =
| kepadatan = 1817
| kecamatan = 40
| kelurahan = 16
| desa = 410
| dasar hukum = UU Nomor 14 Tahun 1950
| tanggal = 8 Agustus 1950
| hari jadi =
| kepala daerah = Bupati
| nama kepala daerah = Iwan Setiawan (Plt.)
| wakil kepala daerah = Wakil Bupati
| nama wakil kepala daerah = -
| sekretaris daerah = Burhanudin
| ketua DPRD = Rudy Susmanto
| kodearea =
+62 21 (Jonggol, Cariu, Cileungsi, Cibinong, Citeureup, Gunung Putri, Sukamakmur dan Tanjungsari)
+62 251 (sebagian besar wilayah kabupaten)
| kodepos = 16100 – 16900
| apbd =
| pad =
| dau = Rp 2.083.540.132.000 (2019)
| dauref =
| IPM = 70,60 (2021)
| nomor_polisi =
F xxxx F**/G*/H*/I*/J*/K*
/L*/M*/N*/O*/P*/R*
B xxxx E**/Z**
| bahasa = Indonesia (resmi)Sunda Betawi
| agama = Islam 97,19%Kristen 2,28%- Protestan 1,72%- Katolik 0,56% Buddha 0,32% Konghucu 0,16% Hindu 0,05%
| flora = Kemang
| fauna = Surili
| zona waktu = +7 (WIB)
| web =
}}
Kabupaten Bogor () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Cibinong. Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Lebak di barat, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi di utara; Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta di timur; Kabupaten Cianjur di tenggara, Kabupaten Sukabumi. Kota Bogor merupakan enklave dari kabupaten ini.
Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan, yang dibagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Bogor terletak di Kecamatan Cibinong, yang berada di sebelah utara Kota Bogor.
Sejarah
Perjalanan sejarah Kabupaten Bogor memiliki keterkaitan yang erat dengan zaman kerajaan yang pernah memerintah di wilayah tersebut. Pada 4 abad sebelumnya, Sri Baduga Maharaja dikenal sebagai raja yang mengawali zaman Kerajaan Pajajaran, raja tersebut terkenal dengan ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan. Sejak saat itu secara berturut-turut tercatat dalam sejarah adanya kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah tersebut, yaitu:
Kerajaan Tarumanagara, diperintah oleh 12 orang raja. Berkuasa sejak tahun 358 sampai dengan tahun 669.
Kerajaan Galuh, diperintah oleh 14 raja. Berkuasa sejak 516 hingga tahun 852.
Kerajaan Sunda, diperintah oleh 28 raja. Bertahta sejak tahun 669 sampai dengan tahun 1333.
Kerajaan Kawali, diperintah oleh 6 orang raja. Berkuasa sejak tahun 1333 hingga 1482.
Kerajaan Pajajaran, berkuasa sejak tahun 1482 hingga tahun 1579. Pelantikan raja yang terkenal sebagai Sri Baduga Maharaja, menjadi satu perhatian khusus. Pada waktu itu terkenal dengan Upacara Kuwedabhakti, dilangsungkan tanggal 3 Juni 1482. Tanggal itulah kiranya yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.
Pada tahun 1745, cikal bakal masyarakat Bogor semula berasal dari 9 kelompok pemukiman dengan 3 gabungan kelompok besar antara lain Buitenzorg (wilayah tengah), Jonggol (wilayah timur dan utara) dan Jasinga (wilayah barat) yang digabungkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron van Inhof menjadi inti kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor.
Pada waktu itu, Bupati Demang Wartawangsa berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan rakyat yang berbasis pertanian dengan menggali terusan dari Sungai Ciliwung ke Cimahpar dan dari Nanggewer sampai ke Kalimulya.
Terdapat berbagai pendapat tentang lahirnya nama Bogor itu sendiri. Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Bogor berasal dari bahasa Arab yaitu Baqar yang berarti sapi dengan alasan terdapat bukti berupa patung sapi di Kebun Raya Bogor. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bokor yang berarti tunggul pohon enau. Pendapat di atas memiliki dasar dan alasan tersendiri diyakini kebenarannya oleh setiap ahlinya.
Namun berdasarkan catatan sejarah, pada tanggal 7 April 1752 telah muncul kata Bogor dalam sebuah dokumen dan tertulis Hoofd van de Negorij Bogor, yang berarti Kepala Kampung Bogor. Pada dokumen tersebut diketahui juga bahwa kepala kampung itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya itu sendiri yang mulai dibangun pada tahun 1817.
Pada tahun 1908 Kabupaten Bogor memiliki 5 kawedanan yang dipimpin oleh seorang demang, yaitu (Buitenzorg, Jonggol, Cibinong, Parung, dan Leuwiliang). Kemudian untuk memudahkan tugas distrik dibentuklah sejumlah onderdistrik yang dikepalai oleh asisten demang. Pemberitaan dari koran Het Vaderland dan Nieuws van den Daag voor Nederlandsch-Indië, pada November 1930, menyebutkan bahwa Rumpin dan Ciomas, pada mulanya adalah tanah partikelir. Pemerintah Belanda kemudian membeli tanah di Ciomas, Rumpin, dan Citayam supaya dapat mengurus administrasi dan birokrasi pemerintahan daerah di tiga tanah yang status kepemilikannya sudah berganti tersebut.
Pasca Proklamasi, tepatnya pada era Republik Indonesia Serikat atau RIS, Kabupaten Bogor masuk dalam wilayah Negara Pasundan, kemudian keluar SK Wali Negeri Pasundan Nomor 12 yang menyatakan bahwa Kabupaten Bogor, kembali dibentuk 7 Kawedanan yaitu:
Kawedanan Buitenzorg (mencakup Ciomas, Semplak, Kedunghalang, Ciawi, Cisarua, Cigombong, dan Cijeruk; serta seluruh wilayah Kota Bogor saat ini)
Kawedanan Cibinong (mencakup Cibinong, Bojonggede, Tajurhalang, Sukaraja, Citeureup, Babakan Madang dan sebagian wilayah Kota Depok saat ini)
Kawedanan Parung (mencakup Parung, Gunungsindur, Kemang, Rumpin, Ciseeng, dan sebagian wilayah Kota Depok saat ini)
Kawedanan Jonggol (mencakup Jonggol, Gunung Putri, Cileungsi, Cariu, Tanjungsari dan sebagian wilayah Kota Depok dan sebagian wilayah selatan Kota Bekasi serta Kabupaten Bekasi)
Kawedanan Leuwiliang (mencakup Leuwiliang, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan, dan Dramaga)
Kawedanan Jasinga (mencakup Jasinga, Sukajaya, Tenjo, Nanggung, dan Cigudeg).
Pada tahun 1950-an seiring dengan kebijakan restrukturisasi otonomi daerah, khususnya berkaitan dengan organisasi dan kewilayahan membuat Kabupaten Bogor kehilangan banyak wilayahnya. Di antara beberapa Kawedanan di Kabupaten Bogor, yang paling kehilangan banyak wilayahnya adalah Kawedanan Jonggol, seperti Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Serang Baru, Kecamatan Setu dan Desa Kranggan (Sekarang Kecamatan Jatisampurna) dilimpahkan kepada Kabupaten Bekasi; Desa Batulawang dilimpahkan kepada Kabupaten Cianjur; dan Kecamatan Pangkalan serta Kecamatan Tegalwaru dilimpahkan kepada Kabupaten Karawang.
Pada tahun 1975, Pemerintah Pusat menginstruksikan bahwa Kabupaten Bogor harus memiliki Pusat Pemerintahan di wilayah Kabupaten sendiri. Atas dasar tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor mengadakan penelitian di beberapa wilayah Kabupaten Bogor untuk dijadikan calon ibu kota sekaligus berperan sebagai pusat pemerintahan. Alternatif lokasi yang akan dipilih diantaranya adalah wilayah Kecamatan Ciawi, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Parung, Kecamatan Semplak dan Kecamatan Cibinong.
Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa yang diajukan ke Pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan sebagai calon ibu kota adalah Desa Rancamaya (saat ini menjadi bagian Kota Bogor). Akan tetapi Pemerintah Pusat menilai bahwa Rancamaya masih relatif dekat letaknya dengan Pusat Pemerintahan Kota Bogor dan dikhawatirkan akan masuk ke dalam rencana perluasan dan pengembangan wilayah Kota Bogor.
Setelah mempertimbangkan rencana pembentukan Kota Administratif Depok dan Kabupaten Jonggol yang sudah menjadi bahasan Menteri Dalam Negeri Amir Machmud bersama Gubernur Jawa Barat, Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor mengambil salah satu alternatif wilayah, yaitu Kemang. Saat itu, Kemang menjadi bagian Kecamatan Semplak yang akan menjadi titik paling tengah bagi kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bogor apabila Kota Administratif Depok terbentuk dan Kabupaten Jonggol dimekarkan dari Kabupaten Bogor.
Dalam sidang Pleno DPRD Kabupaten Bogor tahun 1980, Desa Kemang batal ditetapkan menjadi calon ibu kota Kabupaten Bogor karena ketersediaan lahan milik pemerintah kabupaten masih sangat sedikit, infrastruktur yang minim, hingga wacana pembentukan Kabupaten Jonggol yang dianggap masih mentah. Akhirnya ditetapkan bahwa calon ibu kota Kabupaten Bogor terletak di Desa Tengah (Sekarang Kelurahan Tengah), Kecamatan Cibinong.
Penetapan calon ibu kota ini diusulkan kembali ke pemerintah Pusat dan mendapat persetujuan serta dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, yang menegaskan bahwa ibu kota Pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor berkedudukan di Desa Tengah, Kecamatan Cibinong. Sejak saat itu, dimulailah rencana persiapan pembangunan Pusat Pemerintahan ibu kota Kabupaten Bogor dan pada tanggal 5 Oktober 1985 dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Kabupaten Bogor saat itu.
Wilayah Kabupaten Bogor yang luas ditambah cepatnya pertumbuhan penduduk akibat lokasi geografis Kabupaten Bogor sebagai wilayah penyangga DKI Jakarta, muncul beberapa wacana terkait pemekaran berbasis pengembangan wilayah. Pada tahun 1978, Menteri Dalam Negeri Amir Machmud mengusulkan pembentukan Kota Administratif Depok yang mencakup Kecamatan Depok serta kecamatan lainnya yang berbatasan dengan DKI Jakarta khususnya yang terdampak pembangunan Perumnas di wilayah tersebut. Rencananya Kota Administratif Depok akan dijadikan kawasan pemukiman yang tertata bagi para pekerja di DKI Jakarta.
Pada dekade 1980 bukan hanya bergulir usulan pembentukan Kota Administratif Depok. Gubernur Jawa Barat, Aang Kunaefi juga mengusulkan kepada Menteri Dalam Negeri, Amir Machmud pembentukan wilayah di bekas Kawedanan Jonggol yang sebagian telah dilimpahkan ke kabupaten lain untuk dipersatukan sebagai Daerah Tingkat II Kabupaten. Wilayah eks Kawedanan Jonggol dan sekitarnya dianggap layak menjadi kabupaten, karena wilayahnya cukup luas, memiliki kekayaan alam yang melimpah, serta berpotensi sebagai kawasan pemukiman baru, industri, dan pariwisata.
Wilayah yang diusulkan sebagai bagian dari pembentukan Daerah Tingkat II Kabupaten Jonggol dahulunya merupakan bekas wilayah dari Kawedanan Jonggol antara lain, daerah Kecamatan Jonggol, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Cileungsi dan Kawasan Cibubur (yaitu Desa Harjamukti dan Desa Leuwinanggung), juga wilayah bekas Kawedanan Jonggol yang telah dilimpahkan kepada daerah lain, seperti Kabupaten Bekasi yaitu Kecamatan Cibarusah serta Desa Kranggan (Sekarang Kecamatan Jatisampurna); dan dari Kabupaten Karawang yaitu Kecamatan Pangkalan serta Kecamatan Tegalwaru.
Pada tahun 1981 akhirnya Kecamatan Depok ditingkatkan statusnya dari Kecamatan menjadi kota administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang mencakup Kecamatan Beji dan Kecamatan Pancoran Mas serta pemekaran dari Kecamatan Gunung Putri yaitu Kecamatan Cimanggis. Kota Administratif Depok dipimpin oleh Wali kota Administrasi. Sementara itu, gagasan pembentukan Kabupaten Jonggol tidak terlaksana.
Pada tahun 1994, Presiden Soeharto tertarik menjadikan salah satu wilayah Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Jonggol (kala itu termasuk Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari dan Karang Tengah) sebagai lokasi ibu kota negara baru pengganti DKI Jakarta, karena Jonggol terletak hanya 40 km di sebelah tenggara Jakarta.
Pasca reformasi seiring dengan kebijakan penghapusan daerah otonom Kota Administratif di seluruh Indonesia. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 meningkatkan status Depok menjadi Kotamadya, dengan demikian Depok resmi berpisah dengan Kabupaten Bogor dan menjalankan otonominya sendiri. Sementara, rencana dan persiapan pemindahan ibu kota negara ke Jonggol tenggelam seiring dengan lengsernya Presiden Soeharto tahun 1998.
Pemerintahan
Bupati dan Wakil
Bupati Bogor adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Bogor. Bupati Bogor bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Jawa Barat. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Bogor ialah Ade Yasin, dengan wakil bupati Iwan Setiawan. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Bogor 2018. Ade Yasin merupakan bupati Bogor ke-13 sejak kabupaten ini dibentuk, dan menjadi bupati perempuan kedua di Kabupaten Bogor setelah Nurhayanti, bupati sebelumnya. Ade Yasin dan Iwan Setiawan dilantik oleh gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, pada 30 Desember 2018 di Gedung Sate Kota Bandung.
Dewan Perwakilan
Pada Pemilu 2019, pemilihan DPRD Kabupaten Bogor dibagi kedalam 6 daerah pemilihan (dapil) sebagai berikut:
Kecamatan
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 40 tahun 2003 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 tahun 2002 saat ini wilayah Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan, 410 desa dan 16 kelurahan.
Indeks Pembangunan Manusia
Pada tahun 2021, Kabupaten Bogor berhasil mendapatkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) keseluruhan yaitu 70,60 (tinggi).
Daerah dengan IPM tertinggi di Kabupaten Bogor berada di Kawasan Transyogi yang merupakan kawasan industri dan perumahan yang besar. Dimana banyak berdiri perumahan elite di kawasan, bahkan ada yang menyerupai kota mandiri, seperti Kota Wisata Cibubur, Legenda Wisata Cibubur, Citra Indah Jonggol, Harvest City, Metland Transyogi, Citra Grand Cibubur dan Citraland Cibubur. Bila luasnya di total, perumahan elite yang menyerupai kota mandiri di kawasan tersebut mengalahkan luas Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Selain itu, sumbangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor dari kawasan tersebut yang hanya terdiri dari tiga kecamatan (Cileungsi, Gunung Putri dan Jonggol) setara 40% dari total PAD tahunan yang didapat Kabupaten Bogor.
Daerah dengan IPM sedang berada di wilayah tengah yang notabene merupakan pusat pemerintahan kabupaten, kemudian Kawasan Puncak Bogor yang dikenal sebagai salah satu tujuan wisata terfavorit di Indonesia, serta kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Depok, Kota Bogor dan Kota Tangerang Selatan. Sementara, daerah dengan IPM rendah kebanyakan merupakan daerah pedalaman yang jauh dari pusat pemerintahan, aktivitas ekonomi dan tidak tersentuh oleh efek pembangunan dampak dari urbanisasi di Kawasan Jabodetabekpunjur. Seperti, Sukamakmur dan Sukajaya.
Berikut ini adalah daftar kecamatan di Kabupaten Bogor berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia tahun 2021 merujuk data Badan Pusat Statistik.
Demografi
Suku bangsa
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor tahun 2021, jumlah penduduk kabupaten Bogor sebanyak 5.427.068 jiwa, dengan kepadatan 1.817 jiwa/km2. Penduduk Kabupaten Bogor menjadi wilayah administrasi setingkat kabupaten dengan penduduk terbanyak di Jawa Barat dan bahkan di Indonesia. Penduduk asli Kabupaten Bogor dan Jawa Barat umumnya adalah orang Sunda. Suku lain yang cukup dominan adalah Jawa, dan sebagian lagi orang Betawi serta suku pendatang lainnya seperti Cirebon, Batak, Tionghoa, Minangkabau, Banten, dan lainnya.
Data Sensus Penduduk Indonesia 2000, berikut adalah besaran penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan suku bangsa;
Agama
Mayoritas penduduk di kabupaten Bogor menganut agama Islam. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, penduduk kabupaten Bogor yang menganut agama Islam sebanyak 97,19%. Kemudian penduduk yang menganut agama Kekristenan sebanyak 2,28%, dengan rincian Protestan sebanyak 1,72% dan Katolik sebanyak 0,56%. Sebagian lagi menganut agama Buddha sebanyak 0,32%, kemudian Konghucu sebanyak 0,16% dan Hindu sebanyak 0,05%.
Bahasa
Bahasa Sunda merupakan bahasa mayoritas dan bahasa asli yang dituturkan penduduk di kabupaten Bogor bagian barat dan bagian selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Lebak di provinsi Banten, dan Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor sendiri. Bahasa Sunda yang dituturkan di bagian barat Kabupaten Bogor memiliki ciri khas tersendiri berbeda dengan bahasa Sunda yang dituturkan di Kabupaten Bogor umumnya mengenal undak usuk bahasa, sedangkan Bahasa Sunda dialek Jasinga yang merupakan bagian dari bahasa Sunda Banten ini tidak terdapat undak usuk bahasa didalamnya. Bahasa Sunda dialek Jasinga dituturkan di wilayah Jasinga Raya yang meliputi Kecamatan Jasinga, Tenjo, Sukajaya, Nanggung, dan Kecamatan Cigudeg.
Sedangkan bahasa Betawi merupakan bahasa yang dituturkan oleh pendatang dari wilayah Jakarta dan dituturkan hampir di seluruh kecamatan yang terletak di bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan di provinsi Banten, Kota Depok, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. Bahasa Betawi yang dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Bogor ini dikenal dengan nama nahasa Betawi Ora atau bahasa Betawi Pinggiran yang dialeknya berbeda dengan bahasa Betawi yang dituturkan di Kota Jakarta. Bahasa Betawi yang dituturkan di Kabupaten Bogor ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Sunda dan bahasa Jawa dalam kosakatanya seperti kata "ora" yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya "tidak" dan "ontong" yang berasal dari kosakata bahasa Sunda "tong"'' yang artinya "jangan". Wilayah penutur bahasa Betawi di Kabupaten Bogor meliputi wilayah Kecamatan Bojonggede dan wilayah lainnya di utara Kabupaten Bogor yang penduduknya menuturkan bahasa Betawi dan bahasa Sunda yang bercampur.
Geografi
Topografi
Topografi Kabupaten Bogor bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yang dikelompokkan berdasar ketinggiannya sebagai berikut : sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-150 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 150-500 meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500-1.000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000-2.000 meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000–2.500 meter dpl.
Ketinggian 15–150 m dpl: Sebagian besar topografi rendah berada di bagian utara dan barat, seperti Cibinong, Bojonggede, Tajurhalang, Parung, Gunung Putri, Citeureup, Gunung Sindur, Tenjo, Parung Panjang, Jasinga dan Cileungsi.
Ketinggian 150 – 500 m: Topografi sedang sebagian besar berada di bagian tengah dan timur, seperti Jonggol, Babakan Madang, Ciomas, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cigudeg, Ciampea, Sukaraja dan Dramaga.
Ketinggian >500 m: Topografi tinggi sebagian besar berada di bagian selatan, seperti Cisarua, Megamendung, Caringin, Sukamakmur (Jonggol), Pamijahan, Tenjolaya, Cijeruk, Nanggung, Cigombong, Sukajaya dan Tanjungsari.
Wilayah dengan ketinggian dan kemiringan rendah di Kabupaten Bogor juga dapat dilanda banjir, terutama pada saat musim hujan, yaitu: Gunung Putri, Cibinong, Citeureup, Parung, Gunungsindur, Parung Panjang, Cileungsi, dan Rumpin.
Kabupaten Bogor memiliki beberapa rangkaian gunung atau pegunungan yang tinggi dan besar, antara lain di bagian barat ada Pegunungan Halimun Salak yang membentang dari Kabupaten Lebak, Banten hingga kaki timur Gunung Salak. Kemudian, dua pegunungan yang mengurung Kawasan Puncak di sebelah selatan, yaitu Pegunungan Gede Pangrango yang membentang di tiga wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, disebelah utara Puncak, ada Pegunungan Jonggol yang membentang dari Sentul, Sukamakmur (Jonggol) hingga Cipanas, Cianjur. Selain itu terdapat beberapa pegunungan kecil yang biasanya tandus dan terdiri atas batuan kapur, antara lain Pegunungan Cigudeg-Rumpin, Pegunungan Kapur Leuwiliang, Pegunungan Kapur Cileungsi dan Pegunungan Sanggabuana, Jonggol yang berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta.
Pendidikan
Sebagai Kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi dan memiliki wilayah yang luas, membuat Kabupaten Bogor memiliki kualitas pendidikan yang cukup senjang. Kualitas pendidikan yang terbilang baik hanya didapatkan dibeberapa kecamatan yang sudah maju, seperti Cibinong, Gunung Putri, Jonggol, Cileungsi, Bojonggede, Sukaraja dan Dramaga.
Sementara, di Kecamatan lainnya kualitas pendidikan bisa dibilang sangat terbatas, terutama beberapa Kecamatan yang terbilang tertinggal seperti, Sukajaya, Jasinga, Nanggung, Rumpin, Pamijahan dan Sukamakmur. Dalam wilayah Kabupaten Bogor berdiri salah satu Perguruan Tinggi Negeri favorit, yaitu Institut Pertanian Bogor yang memiliki kampus di Dramaga, Jonggol, Baranangsiang (diluar Kabupaten Bogor). Selain itu, terdapat beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) setingkat yang terbilang favorit, seperti SMA Negeri 1 Cibinong, SMA Negeri 1 Cileungsi, SMA Negeri 2 Gunung Putri, SMA Negeri 1 Jonggol, SMA BPK Penabur Kota Wisata Ciangsana, SMA Regina Pacis Bogor, SMA Global Mandiri dan SMA Citra Berkat Jonggol.
Olahraga
Kabupaten Bogor memiliki sarana olahraga yang cukup baik. Di Kabupaten Bogor juga terdapat beberapa Gelanggang Olahraga yang terletak di Cibinong ataupun kecamatan lainnya. Selain GOR, Kabupaten Bogor juga mempunyai beberapa stadion contohnya Stadion Pakansari dan Stadion Persikabo merupakan stadion yang terletak di pusat pemerintahan Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Cibinong.
Tim sepak bola yang mewakili Kabupaten Bogor di Liga 1 adalah Persikabo 1973 yang terbentuk setelah mergernya PS TIRA dan Persikabo Bogor. Klub sepak bola wanita yang ada di Kabupaten Bogor adalah Persikabo Kartini yang merupakan tim wanita dari Persikabo 1973. Persikabo 1973 memiliki beberapa kelompok pendukung contohnya yaitu Kabomania dan Ultras Persikabo Curva Sud.
Kabupaten Bogor sebelumnya juga mempunyai wakil di Proliga yang merupakan kasta tertinggi dalam kompetisi bola voli di Indonesia yakni Bogor LavAni yang merupakan tim yang didirikan oleh mantan Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono pada 1 Desember 2019 dan memulai debutnya pada tahun 2022 serta berhasil meraih gelar juara di musim pertamanya. Tim ini pernah bermarkas di GOR LavAni, Kecamatan Gunung Putri sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke Jakarta.
Transportasi
Kabupaten Bogor dilintasi Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi. Jalan tol ini adalah jalur wisata utama dari Jakarta menuju Bandung. Jalur ini melewati rute Jalan Tol Jagorawi-Puncak-Cianjur-Bandung. Jalur Ciawi-Puncak merupakan salah satu yang terpadat pada musim libur, karena kawasan tersebut merupakan tempat berlibur warga Jakarta dan sekitarnya.
Apabila jalur wisata utama tersebut macet, yang biasanya terjadi pada hari-hari libur, maka dapat menggunakan rute alternatif melewati Cibubur-Cileungsi-Jonggol-Cariu-Cianjur-Bandung. Untuk angkutan kereta api, Kabupaten Bogor dilalui oleh Jalur KA Manggarai-Padalarang. Untuk angkutan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), biasanya terdapat di Terminal Cileungsi.
Sarana transportasi lain di wilayah Kabupaten Bogor adalah Angkutan Kota (Angkot), Angkutan Pedesaan (Angkudes), Ojek Motor, Becak Kayuh dan Delman.
Angkutan Kota
: Serpong-Gunungsindur PP
: Bitung-Parungpanjang PP
: Ciputat-Prumpung PP
: Prumpung-Serpong PP
: Baranangsiang-Ciawi PP
: Sukasari-Bubulak PP
: Baranangsiang-Bubulak PP
: Cijayanti-Bogor Trade Mall PP
: Laladon-Sukasari PP
: Bubulak-Cilebut PP
: Depok-Parung PP
: Depok-Bojonggede PP
: Citayam-Sawangan PP
: Cibinong-Gandaria PP
: Leuwinanggung-Cibinong PP
: Cibinong-Kampung Bulak PP
: Cibinong-Kampung Sawah PP
: Parung-Lebak Bulus PP
: Citayam-Sasakpanjang PP
: Inkopad-Bojonggede PP
: Cileungsi-Kampung Rambutan PP
: Ciangsana-Kampung Rambutan PP
: Sukasari-Cicurug PP
: Sukasari-Cisarua PP
: Sukasari-Cibedug PP
: Ciawi-Pasir Muncang PP
: BTM-Ciapus PP
: BTM-Cihideung PP
: Laladon-Ciampea PP
: Ciomas-Merdeka PP
: Leuwiliang-Laladon PP
: Jasinga-Laladon PP
: Parung-Merdeka PP
: Merdeka-Bantarkambing PP
: Pasar Anyar-Bojonggede PP
: Citeureup-Pasar Anyar PP
: Leuwiliang-Ciampea PP
: Ciampea-Bojonggede PP
: Laladon-Situ Daun PP
: Laladon-Cibereum Petir PP
: Laladon-Ciherang PP
: Laladon-Kampus Dalam PP
: Cicangkal-Serpong PP
: Ciampea-Putat Nutug PP
: Parung-Rumpin PP
: Parung-Prumpung PP
: Parung-BSD PP
: Parung-Kuripan PP
: Parung-Ciputat PP
: Bojonggede-Ciluar PP
: Cibinong-Taman Pagelaran PP
: Cicadas-Cileungsi PP
: Bambu Kuning-Cibinong City Mall PP
: Cibinong-Bambu Kuning PP
: Cibinong-Wanaherang PP
: Cileungsi-Limusnunggal PP
: Cileungsi-Pasir Angin PP
: Cileungsi-Situsari PP
: Citeureup-Sukamakmur PP
: Citeureup-Babakan Madang PP
: Cileungsi-Graha Prima PP
: Cicadas-Jonggol PP
: Cileungsi-Cipenjo PP
: Cileungsi-Bojong Kulur PP
: Laladon-Tenjolaya PP
: Laladon-Segog PP
: Leuwiliang-Parabakti PP
: Leuwiliang-Segog PP
: Leuwiliang-Nanggung PP
: Leuwiliang-Puraseda PP
: Leuwiliang-Gunung Bunder PP
: Cileungsi-Pasir Tanjung PP
: Cibinong-Jonggol PP
: Cibinong-Gunung Putri PP
: Citeureup-Lulut PP
: Citeureup-Nambo PP
: Parungpanjang-Griya PP
: Leuwiliang-Hambaro PP
: Leuwiliang-Cisaranten PP
: Cileungsi-Bantar Gebang PP
: Prumpung-Jampang PP
: Cileungsi-Pondok Gede PP
: Cileungsi-Cawang UKI PP
: Cileungsi-Cisalak PP
: Cileungsi-Ragamanunggal PP
: Cileungsi-Ciawi PP
: Ciawi-Citeureup PP
: Cileungsi-Laladon PP
Keterangan:
Trayek Angkutan Kota bernomor A dan KSS, armadanya milik Kabupaten Tangerang.
Trayek Angkutan Kota bernomor C, armadanya milik Kota Bogor.
Trayek Angkutan Kota bernomor D, armadanya milik Kota Depok.
Trayek Angkutan Kota bernomor F dan P, armadanya milik Kabupaten Bogor
Trayek Angkutan Kota bernomor K, armadanya milik Kota Bekasi.
Trayek Angkutan Kota bernomor T, armadanya milik Kota Jakarta Timur
Transportasi Lain
Kereta Api indonesia (KAI)
KRL Commuter Line
Lin Bogor ()
Lin Rangkasbitung ()
KA Pangrango
Bogor Paledang-Sukabumi
LRT Jabodebek
Lin Cibubur
Trans Pakuan
3A: Cidangiang–Sentul City PP
Layanan Bus Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DAMRI: Sentul City-Bandara Soekarno-Hatta
Angkutan Kota wilayah Kabupaten Bogor dan beberapa rute yang menghubungkan Kota Bogor dengan Kota Sukabumi.
Stasiun
Kabupaten Bogor memiliki 12 stasiun Kereta Api (KAI) yang masih beroperasi, diantaranya:
Stasiun Bojonggede
Stasiun Cibinong
Stasiun Cigombong
Stasiun Cilebut
Stasiun Cilejit
Stasiun Gunung Putri
Stasiun Maseng
Stasiun Nambo
Stasiun Paray Asal
Stasiun Parungpanjang
Stasiun Rancamaya
Stasiun Tenjo
Terminal
Terminal Bantarkambing
Terminal Ciampea
Terminal Ciawi
Terminal Cibinong
Terminal Cileungsi
Terminal Cimulang
Terminal Laladon
Terminal Leuwiliang
Terminal Nambo
Terminal Parung
Terminal Sasakpanjang
Terminal Segog
Pariwisata
Puncak
Taman Safari
Gunung Gede Pangrango
Batu Tapak Cidokom
Gunung Salak
Gunung Batu Jonggol
Gunung Kencana
Gunung Munara
Gunung Nyungcung
Gunung Pancar
Sirkuit Sentul
Stadion Pakansari
Taman Wisata Mekarsari
Taman Wisata Matahari
Situ Rawa Gede Jonggol
Curug Cidulang Jonggol
Curug Ciherang
Curug Cipamingkis
Curug Cisarua Sukamakmur
Curug Leuwi Hejo Jonggol
Curug Mariuk
Setu Lebak Wangi
Telaga Warna Cisarua
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Situs Web Resmi Kabupaten Bogor
Bogor
Bogor
Jawa Barat |
4062 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Depok | Kota Depok | Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota Depok merupakan bagian dari kawasan metropolitan Jakarta Raya dan berada di bagian selatan Jakarta. Kota Depok dibentuk dari wilayah Kota Administratif Depok dengan penambahan wilayah dari Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, dan Kecamatan Sawangan, serta sebagian dari Kecamatan Bojonggede yang digabungkan dengan Kecamatan Pancoran Mas. Tanggal peresmian Kota Depok ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Depok. Jumlah penduduk kota Depok berdasarkan data Badan Pusat Statistik proyeksi pada tahun 2022 sebanyak 2.123.349 jiwa.
Sejarah
Ketika zaman Hindia Belanda, masa pendudukan Jepang, hingga kemerdekaan Indonesia, wilayah Depok terpisah dalam tiga kawedanan yang berbeda di Kabupaten Bogor, diantaranya.
Kawedanan Parung
Kecamatan Depok
Desa Pancoran Mas
Desa Beji
Kecamatan Limo
Desa Limo
Desa Cinere
Desa Gandul
Kecamatan Parung
Desa Bojongsari
Desa Sawangan
Kawedanan Jonggol
Kecamatan Cimanggis
Desa Tapos
Kawedanan Cibinong
Kecamatan Cipayung
Kecamatan Sukmajaya
Kecamatan Cilodong
Pada tahun 1898, 1909, dan 1933, Kecamatan Depok berada di bawah Kawedanan Parung tersebut masuk ke dalam suatu distrik yang berpusat di Parung, Afdeling Buitenzorg. Setelah dihapusnya kawedanan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 1963, Kecamatan Depok saat itu terdiri dari 11 desa, yaitu Depok, Depok Jaya, Pancoran Mas, Mampang, Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru, Beji, Kemirimuka, Pondokcina, Tanahbaru, dan Kukusan.
Depok pernah menjadi pusat Residensi Ommelanden van Batavia atau Keresidenan Daerah sekitar Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur Batavia yaitu en Ommelanden per tanggal 11 April 1949 Nomor Pz/177/G.R. yang dimuat di dalam Javasche Courant 1949 Nomor 31. Residensi ini membubarkan Regentschap Meester Cornelis yang terbentuk sejak 1925.
Kota Depok (1999–sekarang)
Meningkatnya arus urbanisasi pada era 1960-an hingga 1970-an, DKI Jakarta di masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin melakukan kajian dalam upaya perluasan wilayah Jakarta. Saat itu, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik memetakan wilayah-wilayah yang berada di sekitar Jakarta, seperti Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi untuk menjadi sebuah kawasan baru yang dikembangkan. Menurut Gubernur Ali, gagasan tersebut akan memakai anggaran yang besar dan lebih dominan melibatkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebelumnya, pemerintah lebih dulu berinisiatif memperluas wilayah Jakarta hingga Ciawi, Cibinong, Bekasi, dan Tangerang. Oleh karenanya, Ali menugaskan jajarannya untuk mengkaji perluasan wilayah Jakarta. Alhasil, wilayah Cibinong, Bekasi, dan Depok dianggap strategis dan berpeluang untuk bergabung dengan Jakarta. Hal inilah yang menjadi cikal bakal kawasan Jabodetabek.
Sebelum diusulkan menjadi kotamadya, Wali Kota Administratif Depok, Badrul Kamal mengajukan beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor untuk bergabung dengan Depok. Pada saat itu, Kota Administratif Depok hanya memiliki tiga kecamatan, yaitu Pancoran Mas, Beji, dan Sukmajaya, di mana untuk membentuk sebuah kota diperlukan setidaknya enam kecamatan. Kemudian, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bogor mengadakan pertemuan untuk membahas pemekaran Kota Depok dari Kabupaten Bogor. Badrul menerangkan peluang Depok menjadi kotamadya dari segi sosial, ekonomi, demografi, kebudayaan, politik, dan sebagainya. Hasil pertemuan tersebut dibahas kembali dalam sidang pleno dan menyetujui pembentukan Kota Depok. Sepuluh hari kemudian, hasil sidang pleno itu diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat dan pada akhirnya di tingkat pusat, yakni Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya mengesahkan pembentukan Kota Depok bersamaan dengan Kota Cilegon pada tanggal 20 April 1999. Pengesahan undang-undang tersebut dikawal oleh tokoh masyarakat di Kota Depok. Seminggu setelahnya, Depok secara resmi berdiri sebagai kotamadya, sekaligus mengakhiri status Depok sebagai kota administratif. Beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor, di antaranya Limo, Cimanggis, dan Sawangan, dimasukkan ke wilayah Kota Depok. Tidak hanya itu, desa-desa di Kecamatan Bojonggede digabungkan dengan Kecamatan Pancoran Mas, seperti Bojong Pondok Terong, Ratujaya, Pondok Jaya, Cipayung, dan Cipayung Jaya. Peresmian Kota Depok sekaligus melantik Badrul Kamal sebagai Penjabat Sementara Wali Kota Depok.
Pada tahun 2007, subwilayah di Kota Depok dimekarkan menjadi 11 kecamatan dan 63 kelurahan. Pemekaran tersebut disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok. Berikut merupakan daftar kecamatan dan kelurahan yang dimekarkan.
Kecamatan Bojongsari yang dimekarkan dari Kecamatan Sawangan, meliputi beberapa kelurahan, di antaranya Bojongsari Lama, Bojongsaribaru, Serua, Pondokpetir, Curug, Durenmekar, dan Durenseribu.
Kecamatan Cilodong yang dimekarkan dari Kecamatan Sukmajaya, meliputi beberapa kelurahan, di antaranya Cilodong, Sukamaju, Kalibaru, Kalimulya, dan Jatimulya.
Kecamatan Cinere yang dimekarkan dari Kecamatan Limo, meliputi beberapa kelurahan, di antaranya Cinere, Gandul, Pangkalan Jati, dan Pangkalan Jati Baru.
Kecamatan Cipayung yang dimekarkan dari Kecamatan Pancoran Mas, meliputi beberapa kelurahan, di antaranya Cipayung, Cipayung Jaya, Ratujaya, Bojong Pondok Terong, dan Pondok Jaya.
Kecamatan Tapos yang dimekarkan dari Kecamatan Cimanggis, meliputi beberapa kelurahan, di antaranya Tapos, Leuwinanggung, Sukatani, Sukamaju Baru, Jatijajar, Cilangkap, dan Cimpaeun.
Bergabungnya Kota Depok ke wilayah Jakarta kembali diwacanakan oleh Wali Kota Mohammad Idris. Ia mencanangkan pembentukan Jakarta Raya seusai tidak lagi menjadi ibu kota Indonesia pada 2024. Idris menuturkan bahwa Jakarta memiliki persamaan dengan daerah-daerah penyangganya, seperti Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Persamaan tersebut terkait dengan permasalahan-permasalahan yang ada, seperti kemacetan dan banjir, sehingga pembangunan dapat direalisasikan.
Geografi
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6° 19’ 00”–6° 28’ 00” Lintang Selatan dan 106° 43’ 00”–106° 55’ 30” Bujur Timur. Dengan luas wilayah sekitar 200,29 km², Depok merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 50-140 mdpl dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%.
Depok dilalui sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Pesanggrahan. Selain itu, ada juga 13 sub satuan wilayah aliran sungai dan 22 buah danau.
Pemerintahan
Wali Kota
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Batas Wilayah
Secara administratif, Depok dibentuk berdasarkan Undang-Undang №15 tahun 1999 tentang terbentuknya Kota Depok dan Kota Cilegon. Pada tanggal 27 April 1999, Kota Administratif Depok dan Kota Administratif Cilegon berubah menjadi Kotamadya. Batas sebelah utara Depok dengan Batavia ini tidak berubah setidaknya semenjak tahun 1933.
Demografi
Suku bangsa
Karakteristik suku bangsa penduduk Kota Depok memiliki keberagaman. Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2000, sebagian besar penduduk Kota Depok adalah orang Betawi, Jawa, dan Sunda. Jumlah yang signifikan juga berasal dari suku Batak, dan Minangkabau. Keberagaman suku bangsa di Kota Depok memengaruhi perbedaan budaya dan adat istiadat masyarakat. Berikut adalah besaran penduduk Kota Depok berdasarkan suku bangsa sesuai data Sensus Penduduk tahun 2000;
Pendidikan
Transportasi
Berikut ini adalah jalur transportasi umum di Kota Depok:
KAI Commuter
Lin Bogor
Transjakarta
4B: Universitas Indonesia-Stasiun Manggarai (via Jalan Raya Tanjung Barat)
9H: Universitas Indonesia-Terminal Blok M (via Jalan Raya Tanjung Barat, Pancoran, Tendean)
D11: Terminal Depok-BKN (via Jalan Margonda Raya–Jalan Tol Jagorawi)
D21: Universitas Indonesia-Stasiun MRT Lebak Bulus
D31: Cinere-Kuningan
D32: Cinere-Bundaran Senayan
Mikrotrans
JAK-28: Pasar Rebo-Taman Wiladatika
JAK-31: Andara-Blok M
JAK-73: Jambore-Pasar Rebo
JAK-3 : Andara-Terminal Lebak Bulus
JAK-44 : Andara-Stasiun Universitas Pancasila
JAK-47 : Simpang Tanah Baru - Terminal Pasar Minggu
Perum PPD
JR-01: Terminal Sawangan-Stasiun Juanda
JR-02: Garden at Candi-Stasiun MRT Lebak Bulus
JR-03: Grand Depok City-ITC Cempakamas
JR-04: Podomoro Golf View-Gajah Mada Plaza
JR-05: Podomoro Golf View-Lotte Shopping Avenue
JR-06: Podomoro Golf View-Blok M Plaza
Bus BRT Depok Go Lancar
Terminal Depok-Terminal Jatijajar
Trans Grand Depok City
1: Grand Depok City-Museum Nasional Indonesia
Layanan Bus Bandara Soekarno-Hatta
Hiba Utama: Terminal Depok-Bandara Soekarno-Hatta
DAMRI: Universitas Indonesia-Bandara Soekarno-Hatta
DAMRI: Cileungsi-Bandara Soekarno-Hatta
Bus Miniarta
Depok-Terminal Baranangsiang
Kampung Rambutan-Terminal Baranangsiang
Kampung Rambutan-Citeureup
Layanan Bus Lainnya
Depok–Kalideres
Blok M–Cileungsi
Tanjung Priok–Cileungsi
Kalideres–Cileungsi
Tanah Abang–Cileungsi
Senen–Cileungsi
LRT Jabodebek
Lin Cibubur
Angkutan kota wilayah Kota Depok, Miniarta dan angkot KWK yang menghubungkan antara Terminal Depok dengan Jakarta Selatan, Jakarta Timur maupun Bogor.
Bus AKAP jurusan Pulau Jawa via jalur utara/tengah/selatan dan bus AKAP jurusan Pulau Sumatra via Pelabuhan Merak, Cilegon berada di Terminal Jatijajar.
Terminal
Terminal Depok
Terminal Jatijajar
Terminal Sawangan
Terminal Citayam
Terminal Kampung Sawah
Terminal Leuwinanggung
Terminal Sasakpanjang (dibawah pengelolaan Pemerintah Kota Depok)
Stasiun
Kota Depok memiliki 6 stasiun KRL, 1 stasiun LRT Jabodebek, diantaranya:
Stasiun Citayam
Stasiun Depok
Stasiun Depok Baru
Stasiun Harjamukti
Stasiun Pondok Cina
Stasiun Pondok Rajeg
Stasiun Universitas Indonesia
Selain itu, Kota Depok juga memiliki 1 stasiun yang sudah berhenti beroperasi dikarenakan Tragedi Ratu Jaya, yaitu:
Stasiun Pondok Terong
Fasilitas
Perumahan
Menurut data Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Depok tahun 2022, jumlah perumahan di Depok hingga kini ada sekitar 520 perumahan.
Tempat Ibadah
Depok memiliki 387 Masjid dan 83 Musala, 33 Gereja Kristen, 5 Gereja Katolik Roma, 2 Pura, 1 Wihara, dan 1 Klenteng yang tersebar di 11 kecamatan.
Museum
Kota Depok saat ini per tahun 2021-2022 sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan untuk membangun pusat sejarah, dikarenakan Depok dulunya memiliki kaitan dengan Hindia Belanda. Terbukti dengan adanya Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein di Jalan Pemuda dan gereja-gereja berarsitektur Hindia Baru di sekitaran Depok Lama. Bahkan Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns, serius dalam menanggapi program penataan kawasan heritage yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok.
Taman
Wali kota Depok Mohammad Idris menyebutkan ada hampir 100 taman di Kota Depok atau lebih tepatnya sekitar 65 taman. Angka ini lebih banyak apabila dibandingkan dengan Kota Bandung yang terkenal memiliki berbagai macam taman dengan beragam konsep yang kreatif.
Stadion
Pemerintah Kota Depok meresmikan 5 stadion diantaranya 4 stadion umum dan 1 stadion internasional. Stadion ini diresmikan dikarenakan minat pemuda terhadap sepak bola cukup tinggi terlebih di Kota Depok. Berikut beberapa stadion yang sudah diresmikan:
Stadion Haji Abdul Malik
Stadion Mahakam
Stadion Merpati
Stadion Sukatani
Stadion Universitas Indonesia
WiFi gratis
Saat ini per tahun 2022, Diskominfo Depok sudah memasang WiFi gratis sebanyak 74 titik diseluruh kecamatan dan kelurahan. 11 titik dipasang tahun 2012, sedangkan 63 titik dipasang pada tahun 2013.
Ekonomi
Perkembangan Kota Depok dari aspek geografi, demografi maupun sumber pendapatan begitu pesat. Ada beberapa indikator yang dapat dipergunakan sebagai acuan tentang pertumbuhan ekonomi di Kota Depok, diantaranya:
Indeks daya beli masyarakat Depok semakin meningkat dan mengalami peningkatan dari 576,76 pada tahun 2006 menjadi 648,58 pada tahun 2010.
Capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Depok meningkat dari 6,54% pada 2016 menjadi 7,28% pada 2017.
Terjadi peningkatan dari tahun ke tahun pada peranan sektor tersier, yaitu dari 50,42% pada tahun 2006 menjadi 58,92% pada tahun 2010.
Kesehatan
Catatan BKKBN menyebutkan bahwa Depok sendiri di tahun 2022, merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat dengan persentase stunting terendah, yakni hanya sebesar 12,3%.
Rumah Sakit
RSUD Anugerah Sehat Afiat
RSUD Khidmat Sehat Afiat
RS Bhayangkara Brimob
RS Citra Medika Depok
RS Hermina Depok
RS Meilia Cibubur
RS Mitra Keluarga Depok
RS Permata Depok
RS Primaya Depok
RS Puri Cinere
RS Sentra Medika Cisalak
RS Siloam Jantung Diagram
RS Simpangan Depok
RS Tugu Ibu Depok
RS Universitas Indonesia
RSB Budhi Jaya Utama
RSB Depok Jaya
RSB Reni Sejahtera
RSB Sumber Bahagia
RSI PKU Muhammadiyah Depok
RSIA Asyifa Depok
RSIA Brawijaya Sawangan
RSIA Bunda Aliyah Depok
RSIA Graha Permata Ibu
RSIA Setya Bhakti
RSIA Tumbuh Kembang
RSU Bhakti Yudha
RSU Bunda Margonda
RSU Citra Arafiq
RSU Hasanah Graha Afiah
Budaya
Pada mulanya, masyarakat Depok memiliki latar belakang etnis Sunda. Setelah adanya pencampuran etnis, maka lahirlah Betawi dan mendiami wilayah Beji, Pancoran Mas, Limo, Cinere, hingga Sawangan. Munculnya etnis Betawi di Depok tidak terlepas dari kebudayaan Sunda, Tionghoa, dan Melayu, sehingga secara bahasa terdapat kesamaan. Kesenian-kesenian di kota Depok memiliki corak kekhasan dari Betawi, salah satunya batik. Motif batik khas Depok di antaranya ialah Batik Gong Si Bolong, Batik Belimbing Dewa, Batik Tugu Batu, dan Batik Ikan Hias. Meski secara geografis Kota Depok berada di Jawa Barat, namun kebudayaan Betawi lebih dominan dan erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Depok. Mereka memiliki kebiasaan untuk menetap dalam satu kampung dengan kerabat-kerabat yang masih satu garis keturunan atau nasab.
Secara turun temurun masyarakat Depok diwarisi oleh kebudayaan, seperti halnya seni musik. Gamelan Gong Si Bolong yang merupakan salah satu warisan budaya takbenda ini berfungsi sebagai pengiring wayang kulit Betawi, seni tarian Jaipong, hingga Tayuban. Selain itu, terdapat pula Marawis dan Hadroh Betawi sebagai pengiring selawatan dan nasyid yang identik dengan agama Islam. Kesenian ini menggambarkan bahwa penduduk Kota Depok mayoritas memeluk Islam. Tidak hanya seni musik, Depok memiliki adat istiadat yang terkenal adalah Rebutan dandang. Umumnya digelar saat pernikahan adat Betawi dengan diiringi tanjidor dan gambang kromong. Ketika tradisi tersebut berlangsung, mempelai wanita membawa dandang di atas punggungnya, kemudian mempelai pria beraksi dengan merebut dandang dari mempelai wanita.
Setelah terbentuknya Depok sebagai kotamadya pada 1999, beberapa kebudayaan baru lahir dengan ciri khas Betawi Pinggiran. Namun, ada pula budaya yang diwariskan sejak zaman dahulu dan dipraktekkan pertama kali di Depok, misalnya tarian daerah. Tarian-tarian daerah yang berasal dari Depok, antara lain Tari Godeg Ayu dari Cisalak, Tari Topeng Cisalak dari Cimanggis, dan Tari Nayuban dari Tanahbaru. Tarian khas Depok lainnya adalah Tari Greget Mpok yang merepresentasikan kehidupan remaja putri Betawi dan juga Tari Depok Go Lincah oleh Wali Kota Mohammad Idris pada 2019 dengan diperagakan oleh anak-anak, serta Tari Jangan Iri Manis atau Jari Manis yang bersumber dari kebudayaan Cokek.
Referensi
Kepustakaan
Pranala luar
Situs Web Resmi Kota Depok
Sejarah Kota Depok
Persebaran Data Arkeologi Depok Abad 17-19 M
Situs Rumah Minimalis Depok
Seni Budaya Kota Depok.
Kota di Jawa Barat
Kota Depok
Depok |
4066 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Kuningan | Kabupaten Kuningan | Kabupaten Kuningan (aksara Sunda:ᮊᮥᮔᮤᮍᮔ᮪) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kuningan. Berjarak 150 km dari Kota Bandung dan 43 km dari Kota Cirebon, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) di Selatan, dan Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten ini dikenal karena merupakan merupakan tempat dilaksanakannya Perundingan Linggajati. Di kecamatan Cigugur, beberapa warga merupakan penganut penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan.
Kuningan juga merupakan salah satu pintu gerbang masuk Jawa Barat dari sebelah timur, bersama dengan Kabupaten Ciamis, Cirebon, Kota Banjar dan Pangandaran.
Kabupaten Kuningan dikenal dengan julukan sebagai "Kota Kuda". Kuda merupakan ikon dari kabupaten ini dan dianggap merupakan hewan perwujudan dari Si Windu. Kuda gesit tersebut milik keluarga Arya Kamuning, seorang pemimpin wilayah ini pada zaman Kesultanan Cirebon dan Pajang.
Sejarah
Etimologi
Terdapat beberapa hipotesis mengenai asal-usul nama Kuningan. Pertama, menurut sejarawan Edi Suhardi Ekajati, nama "Kuningan" berasal dari nama logam paduan dengan nama yang sama. Kuningan merupakan logam campuran antara tembaga, timah, dan perak, yang kemudian disepuh sehingga mengkilat seperti emas.
Ekajati menyebut bahwa ditemukan patung dan alat keperluan rumah tangga terbuat dari kuningan di Jalaksana, tepatnya di Desa Sangkanherang. Patung itu berasal dari zaman Megalitikum. Patung ini menjadi incaran bagi kaum menak semenjak ditemukan pada tahun 1914 hingga 1950-an.
Ekajati mencocokkan etimologi tersebut dengan dua cerita yang berkaitan dengan bokor kuning. Dalam kisah Ciung Wanara, ada sebuah bokor terbuat dari kuningan. Bokor itu digunakan oleh Raja Galuh untuk menguji seorang pendeta bernama Ajar Sukaresi yang bertapa di Gunung Padang. Ajar Sukaresi diminta Sang Raja untuk menaksir apakah Permaisurinya hamil atau tidak, dengan memasang bokor kuningan itu di perutnya. Pendeta yang sudah mengetahui rencana jahat sang Raja kemudian menaksir bahwa perut sang Permaisuri telah hamil. Raja pun berhasil mengelabui Pendeta dan sang Pendeta pun dijatuhi hukuman mati. Tak lama kemudian sang Permaisuri pun benar-benar hamil. Dengan gelap mata, Sang Raja ini marah dan menendang bokor kuningan, kuali, dan penjara besi yang berada di dekatnya. Bokor itu pun jatuh di daerah yang bernama Kuningan, sedangkan kuali di Kawali (Kabupaten Ciamis), dan penjara besi bernama Kandangwesi di Garut selatan.
Dalam naskah Babad Cirebon dan juga tradisi lisan masyarakat Kuningan, bokor kuningan digunakan untuk menguji Sunan Gunung Jati, salah seorang wali. Hal yang membedakan adalah waktu dan tempatnya serta tujuan dan akibatnya, tanpa adanya penendangan bokor. Secara latar tempat dan waktunya, Ciung Wanara terjadi pada zaman Hindu-Buddha di wilayah Bojong Galuh, sedangkan Babad Cirebon dan tradisi lisan terjadi pada zaman Islam di wilayah Luragung, 19 km timur Kuningan. Naskah Babad Cirebon dan tradisi lisan menyebutkan bahwa tujuan penggunaan bokor adalah untuk menguji keluhuran ilmu yang dimiliki Sunan Gunung Jati. Putranya kelak dibesarkan oleh Ki Gedeng Luragung, penguasa daerah Luragung, dan kelak setelah dewasa diangkat oleh Sunan Gunung Jati sebagai Adipati Kuningan.
Ada beberapa alternatif lain berkaitan dengan asal-usul nama Kuningan. Kedua, nama Kuningan berasal dari daerah bernama Kajéné yang berarti "sesuatu yang berwarna kuning". Ketiga, Kuningan berasal dari istilah dangiang kuning (sebuah ilmu gaib) yang didapatkan oleh Demunawan, penguasa awal Kuningan pada masa Galuh. Keempat, "Kuningan" berasal dari wuku dan hari raya dengan nama yang sama.
Masa Pra sejarah
Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di daerah Kuningan, hal ini berdasarkan pada beberapa peninggalan kehidupan pada zaman prasejarah yang menunjukkan adanya kehidupan pada zaman Neolitikum dan batu-batu besar yang merupakan peninggalan dari kebudayaan Megalitikum. Bukti peninggalan tersebut dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoletikum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar antara tahun 1000 SM sampai dengan 500 M. Pada waktu itu masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu ditemukannya pula peninggalan adat dari batu-batu besar dari zaman megalitikum.
Masa Hindu
Dalam pandangan Parahyangan disebutkan bahwa ada suatu pemukiman yang mempunyai kekuatan politik penuh seperti halnya sebuah negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang kemudian bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut ajaran Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Ajaran Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada saat itu masyarakat Kuningan merasa hidup aman dan tenteram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertakhta sampai berusia lama.
Menurut Parahyangan, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang Wulan–Sang Tumanggal–dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut adat tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selaku pemegang kepala adat, Sang Resi selaku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan Kuningan waktu dikendalikan tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tata aturan hukum/masalah adat selalu dijalankan dan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Ketika Kuningan diperintah Resiguru Demunawan pun (menantu Sang Pandawa), Kerajaan Kuningan memiliki status sebagai Kerajaan Agama (Hindu). Hal ini tampak dari ajaran-ajaran Resiguru Demunawan yang mengajarkan ilmu Dangiang Kuning–keparamartaan, sehingga Kuningan waktu menjadi sangat terkenal. Dalam naskah carita Parahyangan disebutkan kejayaan Kuningan waktu diperintah Resiguru Demunawan atau dikenal dengan nama lain Sang Seuweukarma (penguasa/pemegang Hukum) atau Sang Ranghyangtang Kuku/Sang Kuku, kebesaran Kuningan melebihi atau sebanding dengan Kerajaan Galuh dan Sunda (Pakuan). Kekuasaannya meliputi Melayu, Tuntang, Balitar, dan sebagainya.
Hanya ada 3 nama tokoh raja di Jawa Barat yang berpredikat Rajaresi, arti seorang pemimpin pemerintahan dan sekaligus ahli agama (resi). Mereka itu adalah:
Resi Manikmaya dari Kerajaan Kendan (sekitar Cicalengka–Bandung)
Resi Demunawan dari Saunggalah Kuningan
Resi Niskala Wastu Kencana dari Galuh Kawali
Perkembangan kerajaan Kuningan selanjutnya seakan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan Rakean Darmariksa dan merupakan daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran. Cirebon juga pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan Pajajaran, namun pada abad ke-15 Cirebon sebagai kerajaan Islam menyatakan kemerdekaannya dari Pakuan Pajajaran.
Masa Islam
Sejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin daerah ampeldenta di Surabaya. Kemudian Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Pada waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, Kuningan, datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Tiongkok (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke Luragung, Kuningan, dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Kuningan, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Winduherang, dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan mempunyai putra yang sebaya dengan Pangeran Kuningan namanya Amung Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi Pangeran Arya Kamuning serta dia memberikan amanat bahwa kelak di mana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati Kuningan.
Setelah Pangeran Kuningandan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharram tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan (Adipati Kuningan) dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan
Masuknya Agama Islam ke Kuningan tampak dari munculnya tokoh-tokoh pemimpin Kuningan yang berasal atau mempunyai latar belakang agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar saudara kandung Syekh Datuk Kahfi, yang akhirnya menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin saudara sepupu Pangeran Panjunan, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu putri Pangeran Surawisesa cucu Prabu Siliwangi yang juga menantu Prabu Langlangbuana. Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berjalan dengan damai melalui ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang bermula dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga di antaranya pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani.
Pasca Kemerdekaan Indonesia
Kuningan menjadi tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilakukan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibu kota sementara RI), maka diambil jalan tengah jika perjanjian diadakan di Linggarjati, Kuningan. Hari Minggu pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Ia berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Ia tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus menjadi tempat perundingan.
Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang kemudian menjadi hotel terapung selama perjanjian berlangsung. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, sebuah desa dekat Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah berkebangsaan Inggris.
Geografis
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23–108° 47 Bujur Timur dan 6° 47–7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45–7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20–108° 40 Bujur Timur. Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.078 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.
Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan Kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah.
Batas Wilayah
Secara administratif berbatasan dengan;
Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
Topografi
Permukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan bagian Barat dan bagian Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang agak rendah seperti wilayah Kuningan bagian Timur dengan ketinggian antara 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut.
Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten Kuningan
Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu ketinggian merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan.
Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tersebut memiliki bentang alam yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial bagi pengembangan pariwisata.
Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten Kuningan
Sebagian besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi.
Tingkat kepekaan terhadap erosi disebabkan ketidaksesuaian antara penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga berakibat rusaknya proses fisika, kimia dan biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan persentase penutup tanah.
Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu :
Sangat Peka : 14.258,42 Ha
Peka : 17.568,96 Ha
Agak Peka : 20.473,43 Ha
Kurang Peka : 21.845,69 Ha
Tidak Peka : 36.307,00 Ha
Jenis Tanah
Berdasarkan penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7 (tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
Golongan tanah Andosol terdapat di bagian barat kecamatan Kuningan yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh, pinus dan apel.
Golongan tanah Alluvial terdapat di bagian timur Kecamatan Kuningan, Kecamatan Kadugede bagian utara, Kecamatan Lebakwangi bagian utara, Kecamatan Garawangi dan Kecamatan Cilimus cocok untuk tanaman sawah, palawija dan perikanan.
Golongan tanah Podzolik terdapat di bagian selatan kecamatan Kadugede, bagian timur kecamatan Ciniru, bagian timur kecamatan Luragung, bagian selatan kecamatan Lebakwangi dan kecamatan Ciwaru cocok untuk ladang dan tanaman keras.
Tabel Luas jenis tanah di Kabupaten Kuningan
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48% per tahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk perempuan sebanyak 580.796 orang dan penduduk laki-laki sebanyak 564.801 orang dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan bersifat komuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya.
Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di daerah desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Buddha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda.
Sebagain besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandingan antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0–14 tahun dan usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15–64 tahun), berarti pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta beberapa informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
Suku bangsa
Kabupaten Kuningan didominasi oleh penduduk dari suku Sunda. Pada Sensus Penduduk Indonesia 2000, orang Sunda di kabupaten Kuningan sebanyak 950.162 jiwa atau 96,50 % dari total penduduk 984.598 jiwa. Sebagian kecil lagi adalah orang Jawa, Cirebon, Minangkabau, Batak, Betawi, dan suku lainnya. Berikut adalah besaran penduduk Kabupaten Kuningan berdasarkan suku bangsa sesuai data Sensus Penduduk tahun 2000;
Pendidikan
Menurut data Suseda tahun 2009, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjukkan adanya perbaikan menjadi 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tahun 2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan sekitar 8,33 tahun meningkat menjadi 8,68 tahun pada tahun 2010.
Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendidikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi).
Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini telah banyak ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, di antaranya SLBN Kuningan.
Perguruan Tinggi
• Universitas Kuningan
• Universitas Islam Al-Ihya Kuningan
• Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
• Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kuningan
• Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kuningan
Ekonomi
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Kuningan pada tahun 2011 mencapai 5,43% lebih tinggi dibanding dengan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2009 sebesar 4,39% dan tahun 2010 sebesar 4,99%. Sedangkan Inflasi di Kabupaten Kuningan pada tahun 2010 berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 6,70%. Sementara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan sendiri berdasarkan harga konstan tahun 2000 untuk tahun 2011 sebesar Rp. 4,2 triliun dan PDRB per kapita berdasarkan harga konstan tahun 2000 pada tahun 2011 mencapai Rp. 3,9 juta.
Tingkat daya beli masyarakat Kuningan tahun 2010 menurut data Suseda tercatat sebesar Rp. 549 ribu. Dan tingkat pengangguran di Kabupaten Kuningan angkanya cukup besar yaitu mencapai 7,6% dari total angkatan kerja. Lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Kuningan masih didominasi oleh dua sektor ekonomi yaitu sektor pertanian dan perdagangan. Sektor pertanian masih merupakan lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2010 dari total penduduk Kabupaten Kuningan yang bekerja, 39% bekerja di sektor pertanian dan 30% di sektor perdagangan.
Seni dan Budaya
Sebagai wilayah yang berada di daerah Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, berbeda dari wilayah Sunda bagian barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Kuningan:
Tabel Seni dan Budaya di wilayah Kabupaten Kuningan
Sarana Prasarana
Jalan Darat
Total jalan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km
Listrik
Jumlah pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon)
Telekomunikasi
Pelanggan PT Telkom untuk daerah Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
Sarana Kesehatan
Rumah sakit terdapat 6 buah, 1 milik Pemda dan 5 milik swasta
Puskesmas Pembantu = 70 buah
Puskesmas = 28 buah
Puskesmas dengan fasilitas tempat perawatan = 6 buah
Balai pengobatan swasta = 33 buah
Pos Pelayanan Terpadu
762 Pos Pelayanan Terpadu pratama
467 Pos Pelayanan Terpadu madya
89 Pos Pelayanan Terpadu purnama
7 Pos Pelayanan Terpadu mandiri
Tenaga Kesehatan
Dokter umum 54 orang dan dokter spesialis 43 orang
Dokter gigi 19 orang
Bidan yang ada terdapat 321 orang bidan
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Taman Kanak-Kanak : 211 buah
Sekolah Dasar : 685 buah
Sekolah Menengah Pertama : 88 buah
Sekolah Menengah Umum 27 buah
Sekolah Menengah Kejuruan : 31 buah
Hotel
Hotel Berbintang : 3 buah
Hotel Non Berbintang : 35 buah
Bank
Bank Pemerintah : 5 buah
Bank Swasta : 7 buah
Bank Pembangunan Daerah : 1 buah
Bank Perkreditan Rakyat : 8 buah
Sekretariat Organisasi
Karang Taruna Kabupaten Kuningan ada di Windusengkahan
Gerakan Pemuda Banser ada di Pendopo Bupati
Kader Inti Pemuda Anti Narkoba (KIPAN) Kabupaten Kuningan ada di Bekas Gedung Dinas Sosial Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sebelahan dengan Kantor Sekretariat DPRD dan Polres Kuningan
Sekretariat Pramuka ada di Jalaksana bernama Sekretariat Kwarcab Pramuka Kuningan
Fasilitas Olahraga
Kuningan mempunyai salah satu stadion yaitu Stadion Mashud Wisnusaputra yang merupakan markas dari Pesik Kuningan. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan voli dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Agung Mas salah satu kolam renang ukuran olimpiade di Jawa Barat.
Pariwisata
Tempat Wisata
Wisata Alam
Talaga Remis
Wisata Ikan Dewa Cibulan
Taman Wisata Alam Linggajati
Waduk Darma
Darmaloka
Sangkanhurip
Desa Sitonjul
Air Terjun Sidomba
Curug Cilengkrang
Palutungan & Curug Putri
Curug Ngelay
curug Bangkong
Bendungan Kuningan
Wisata Budaya
Taman purbakala Cipari
Gedung Perundingan Linggarjati
Situs Sanghiang Sagarahiang
Wisata Hutan
Desa Setianegara
Desa Jabranti
Wisata Ziarah
Cibulan
Balong Keramat Darmaloka
Goa Maria
Wisata Adat
Seren Taun
Pesta Dadung
Makanan Khas
Makanan dan Minuman: Opak Bakar KARTIKA, Peuyeum, Jeruk Nipis Peras, Angling, Nasi Kasreng (Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling, rengginang.
Cendera mata
Batu Ony
Batu Granit
Suiseki
Bonsai
Cincin
Peti Antik
Calung
Transportasi
Angkot Dalam Kota
angkot 01 jurusan Kuningan–Pasar baru-Kadugede
angkot 02 jurusan Pramuka-Kadugede
angkot 03 jurusan Pasar baru-Padamenak
angkot 04 jurusan Pramuka-Padamenak
angkot 05 jurusan Cirendang-Kertawangunan
angkot 06 jurusan Pasar baru-Kertawangunan
angkot 07 jurusan Pasar baru-Lengkong
angkot 08 jurusan Cirendang-Lengkong
angkot 09 jurusan Pramuka-Cigugur
angkot 10 jurusan Pramuka-Kertawangunan
angkot 15 jurusan Puncak-Kuningan
angkot 16 jurusan Cisantana-Kuningan
Bus Antarkota
Luragung Jaya trayek Kuningan-Jakarta
Primajasa trayek Kuningan-Jakarta (Lebak Bulus)
Primajasa trayek Kuningan-Bekasi
Setia Negara trayek Kuningan-Jakarta
Sahabat trayek Kuningan-Jakarta dan trayek Kuningan-Merak
Putra Luragung trayek Kuningan-Jakarta
Putri Luragung trayek Kuningan-Jakarta
DAMRI trayek Kuningan-Bandung
Luragung Termuda trayek Kuningan-Jakarta
Bintang Luragung trayek Kuningan-Jakarta
Sinar Jaya trayek Kuningan-Jakarta
Aman Sejahtera trayek Kuningan-Bandung
Sugeng Rahayu trayek Kuningan-Surabaya
Citra adi lancar trayek Kuningan–Yogyakarta
Akas Harapan kita trayek Kuningan–Probolinggo
Akas Mila Sejahtera trayek Kuningan-Sumenep
Referensi
Pranala luar
Kuningan
Kuningan |
4070 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Cirebon | Kabupaten Cirebon | Kabupaten Cirebon (Aksara Sunda: ᮊᮘᮥᮕᮒᮨᮔ᮪ ᮎᮤᮛᮨᮘᮧᮔ᮪) adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Sumber. Kabupaten ini berada di ujung timur Jawa Barat serta menjadi pintu gerbang masuk provinsi Jawa Barat dari wilayah timur Jawa. Kabupaten Cirebon, yang bentuk nonformalnya adalah Cirbon atau Cerbon, merupakan produsen beras unggulan yang berada di jalur Pantura.
Sejarah
Kabupaten Cirebon awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara, lalu menjadi bagian dari Kerajaan Galuh. Kabupaten ini merupakan kabupaten terawal yang mengalami proses Islamisasi di Jawa, dimana proses ini dirintis oleh seorang pangeran Galuh bernama Bratalegawa di abad ke-14. Setelah masuk Islam, Bratalegawa meninggalkan ibu kota Galuh, Kawali, untuk menyebarkan Islam di daerah Caruban Girang.
Diawali dari kisah Kerajaan Pajajaran, yang kala itu diperintah oleh Sri Baduga Maharaja. Ia menikah dengan Nyai Subang Larang dikarunia 2 (dua) orang putra dan seorang putri, Pangeran Walangsungsang yang lahir pertama tahun 1423 Masehi, kedua Nyai Lara Santang lahir tahun 1426 Masehi. Sedangkan Putra yang ketiga Raja Sengara lahir tahun 1428 Masehi. Pada tahun 1442 Masehi Pangeran Walangsungsang menikah dengan Nyai Endang Geulis Putri Ki Gedheng Danu Warsih dari Pertapaan Gunung Mara Api.
Mereka singgah di beberapa petapaan antara lain petapaan Ciangkup di desa Panongan (Sedong), Petapaan Gunung Kumbang di daerah Tegal dan Petapaan Gunung Cangak di desa Mundu Mesigit, yang terakhir sampai ke Gunung Amparan Jati dan di sanalah bertemu dengan Syekh Datuk Kahfi yang berasal dari kerajaan Parsi. Ia adalah seorang Guru Agama Islam yang luhur ilmu dan budi pekertinya. Pangeran Walangsungsang beserta adiknya Nyai Lara Santang dan istrinya Nyai Endang Geulis berguru Agama Islam kepada Syekh Nur Jati dan menetap bersama Ki Gedheng Danusela adik Ki Gedheng Danuwarsih. Oleh Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang diberi nama Somadullah dan diminta untuk membuka hutan di pinggir Pantai Sebelah Tenggara Gunung Jati (Lemahwungkuk sekarang). Maka sejak itu berdirilah Dukuh Tegal Alang-Alang yang kemudian diberi nama Desa Caruban (Campuran) yang semakin lama menjadi ramai dikunjungi dan dihuni oleh berbagai suku bangsa untuk berdagang, bertani dan mencari ikan di laut.
Danusela (Ki Gedheng Alang-Alang) oleh masyarakat dipilih sebagai Kuwu yang pertama dan setelah meninggal pada tahun 1447 Masehi digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang kedua bergelar Pangeran Cakrabuana. Atas petunjuk Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah.
Pangeran Walangsungsang mendapat gelar Haji Abdullah Iman dan adiknya Nyai Lara Santang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim, kemudian menikah dengan seorang Raja Mesir bernama Syarif Abullah. Dari hasil perkawinannya dikaruniai 2 (dua) orang putra, yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sekembalinya dari Mekah, Pangeran Cakrabuana mendirikan Tajug dan Rumah Besar yang diberi nama Jelagrahan, yang kemudian dikembangkan menjadi Keraton Pakungwati (Keraton Kasepuhan sekarang) sebagai tempat kediaman bersama Putri Kinasih Nyai Pakungwati. Stelah Kakek Pangeran Cakrabuana Jumajan Jati Wafat, maka Keratuan di Singapura tidak dilanjutkan (Singapura terletak + 14 Km sebelah Utara Pesarean Sunan Gunung Jati) tetapi harta peninggalannya digunakan untuk bangunan Keraton Pakungwati dan juga membentuk prajurit dengan nama Dalem Agung Nyi Mas Pakungwati. Prabu Siliwangi melalui utusannya, Tumenggung Jagabaya dan Raja Sengara (adik Pangeran Walangsungsang), mengangkat Pangeran Carkrabuana menjadi Tumenggung dengan Gelar Sri Mangana.
Pada Tahun 1470 Masehi Syarif Hiyatullah setelah berguru di Mekah, Bagdad, Campa dan Samudra Pasai, datang ke Pulau Jawa, mula-mula tiba di Banten kemudian Jawa Timur dan mendapat kesempatan untuk bermusyawarah dengan para wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel. Musyawarah tersebut menghasilkan suatu lembaga yang bergerak dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dengan nama Wali Sanga.
Sebagai anggota dari lembaga tersebut, Syarif Hidayatullah datang ke Carbon untuk menemui Uwaknya, Tumenggung Sri Mangana (Pangeran Walangsungsang) untuk mengajarkan Agama Islam di daerah Carbon dan sekitarnya, maka didirikanlah sebuah padepokan yang disebut pekikiran (di Gunung Sembung sekarang)
Setelah Suna Ampel wafat tahun 1478 Masehi, maka dalam musyawarah Wali Sanga di Tuban, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk menggantikan pimpinan Wali Sanga. Akhirnya pusat kegiatan Wali Sanga dipindahkan dari Tuban ke Gunung Sembung di Carbon yang kemudian disebut puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan sebagai pusat pemerintahan Kesulatan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan sebutan GERAGE. Pada Tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih kondang dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I dan menetap di Keraton Pakungwati.
Sebagaimana lazimnya yang selalu dilakukan oleh Pangeran Cakrabuana mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran, maka pada tahun 1482 Masehi setelah Syarif Hidayatullah diangkat menjadi Sultan Cirebon membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran PRABU SILIWANGI untuk tidak mengirim upeti lagi karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi Negara yang Merdeka. Selain hal tersebut Pangeran Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga rela berulangkali memohon Raja Pajajaran untuk berkenan memeluk Agama Islam tetapi tidak berhasil. Itulah penyebab yang utama mengapa Pangeran Syarif Hidayatullah menyatakan Cirebon sebagai Negara Merdeka lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon.
Geografi
Kabupaten Cirebon berada di daerah pesisir Laut Jawa. Berdasarkan letak geografisnya, wilayah Kabupaten Cirebon berada pada posisi 6°30’–7°00’ Lintang Selatan dan 108°40’-108°48’ Bujur Timur. Bagian utara merupakan dataran rendah, sedangkan bagian barat daya berupa pegunungan, yakni Lereng Gunung Ciremai. Letak daratannya memanjang dari barat laut ke tenggara.
Batas Wilayah
Wilayah Kabupaten Cirebon dibatasi oleh:
Letak daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Dilihat dari permukaan tanah/daratannya dapat dibedakan menjadi dua bagian. Wilayah Kecamatan yang terletak sepanjang jalur pantura termasuk pada dataran rendah yang memiliki letak ketinggian antara 0–10 m dari permukaan air laut dan wilayah kecamatan yang terletak di bagian selatan memiliki letak ketinggian antara 11–130 m dari permukaan laut.
Iklim (Klimatologis)
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, keadaan iklim di Kabupaten Cirebon termasuk tipe C dan D. Karakteristik daerah dengan kategori ini beriklim tropis, dengan suhu minimum 24'C dan suhu rata-rata 28'C.Kabupaten Cirebon memiliki jumlah curah hujan antara 0-3.317 mm dengan rata-rata jumlah curah hujan sebanyak 1.265,15 mm.
Curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Dukupuntang (3.317 mm) dan Kecamatan Palimanan (3.204 mm), sedangkan curah hujan terendah terdapat di Kecamatan Suranenggala (136 mm).
Pemerintahan
Daftar Bupati
Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah kabupaten Cirebon. Bupati Cirebon bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Jawa Barat. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di kabupaten Cirebon ialah Imron Rosyadi, dengan wakil bupati Wahyu Tjiptaningsih. Sebelumnya, Imron menjadi wakil bupati terpilih bersama bupati terpilih petahana Sunjaya Purwadi Sastra, mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Cirebon 2018. Namun, Sunjaya diberhentikan tepat di hari pelantikannya pada 17 Mei 2019, karena kasus korupsi. Sejak 17 Mei 2019, Imron kemudian menjadi pelaksana tugas bupati Cirebon, dan kemudian dilantik pada 1 Oktober 2019 di Aula Barat Gedung Sate Kota Bandung sebagai bupati Cirebon. Selanjutnya, Wahyu Tjiptaningsih dilantik menjadi wakil bupati Cirebon pada 10 Februari 2021. Wahyu adalah istri Sunjaya Purwadi Sastra.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon di Kecamatan Sumber, yang berada di sebelah selatan Kota Cirebon. Tiga kecamatan yang baru terbentuk pada tahun 2007 adalah Kecamatan Jamblang (Pemekaran Kecamatan Klangenan sebelah timur), Kecamatan Suranenggala (Pemekaran Kecamatan Kapetakan sebelah selatan), dan Kecamatan Greged (Pemekaran Kecamatan Beber sebelah timur).
Demografi
Cirebon merupakan salah satu kabupaten terpadat di Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Cirebon terus bertambah, meski demikian dari sensus ke sensus, tren rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari sensus ke sensus semakin melambat. Pada Tahun 1980 jumlah penduduk Kabupaten Cirebon baru berjumlah 1.331.690 jiwa dan pada tahun 1990 tercatat 1.648.021 jiwa. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 2000 penduduk Kabupaten Cirebon menjadi 1.931.068 jiwa. Hasil sementara dari pengolahan data SP2010-L1.P212, SP2010-C2, dan SP2010-L2 (kondisi 15 Juli 2010) sebesar 2.065.142 jiwa dengan komposisi 1.057.501 jiwa penduduk laki-laki dan 1.007.641 jiwa penduduk perempuan.
Menurut angka sementara hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, Kecamatan Sumber adalah wilayah dengan jumlah penduduknya paling banyak yaitu sebesar 80.914 jiwa dan berikutnya adalah Kecamatan Gunungjati yaitu sebanyak 77.712 jiwa. Sedangkan wilayah dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kabupaten Cirebon adalah Kecamatan Pasaleman yaitu sebanyak 24.912 jiwa dan Kecamatan Karangwareng sebanyak 26.554 jiwa.
Sesuai dengan data kependudukan terbaru yang sudah diberikan oleh Dinas Kependudukan dan catatan Sipil (disdukcapil) Kab.Cirebon, jumlah penduduk Kab.Cirebon per 30 April 2013 berjumlah 2.957.257 jiwa.
Budaya
Kebudayaan yang melekat pada masyarakat Cirebon merupakan perpaduan berbagai budaya yang datang dan membentuk ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertunjukan khas masyarakat Cirebon antara lain Tarling, Tari Topeng Cirebon, Wayang Kulit Cirebon, Sintren, Kesenian Gembyung, dan Sandiwara Cirebonan.
Kabupaten ini juga memiliki beberapa kerajinan tangan di antaranya Topeng Cirebon, Lukisan Kaca, Bunga Rotan, dan Batik.
Salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif Mega Mendung, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.
Motif Mega Mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton. Sekarang di Cirebon, batik motif mega mendung telah banyak digunakan berbagai kalangan. Selain itu terdapat juga motif-motif batik yang disesuaikan dengan ciri khas penduduk pesisir.
Pendidikan
Bahasa
Pada umumnya Masyarakat Kabupaten Cirebon menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan Bahasa Cirebon sebagai bahasa sehari-hari dengan bermacam-macam dialeknya di wilayah bagian utara kabupaten dan berbatasan dengan Kota Cirebon, sedangkan masyarakat Kabupaten Cirebon timur atau bagian selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Kuningan menunggunakan Bahasa Sunda Cirebon sebagai bahasa sehari-hari, selain itu karena faktor wilayah orang Sunda Brebes yang di Berasal dari Kabupaten Brebes yang selalu berbelanja ke wilayah Cirebon Timur.
Sedangkan orang-orang yang merantau ke Kabupaten Cirebon dari berbagai daerah di Indonesia menggunakan bahasa daerahnya masing-masing, seperti : Bahasa Madura, Bahasa Minang, Bahasa Betawi dan lain-lain.
Kesehatan
Pada tahun 2013, di Kabupaten Cirebon, telah tersedia sekitar 2 rumah sakit umum, 7 rumah sakit swasta, 57 Puskesmas, dan 6 Poliklinik dengan jumlah tenaga medis sekitar 404 orang. 335 di antaranya adalah dokter umum.
Berikut adalah daftar RS yang berada di Kabupaten Cirebon (per Desember 2020) :
RSUD Arjawinangun (Tipe B)
RSUD Waled (Tipe B)
RS Mitra Plumbon (Tipe B)
RS Permata (Tipe B)
RS Pertamina
RS Universitas Muhammadiyah Cirebon
RS Sumber Waras
RS Sumber Hurip
RS Paru Sidawangi
RS Pasar Minggu
RS Jantung Hasna Medika
RS Tiar Medika
RSIA Khalishah
Laporan dari BKKBN, di tahun 2022, menyebutkan bahwa sekitar 20 hingga 30% daripada seluruh penduduk yang berusia di bawah 12 tahun di Kabupaten Cirebon mengalami hambatan pertumbuhan. Status kuning Cirebon didapatkan bersama-sama dengan Bandung Barat, Kota Banjar, Bekasi, Karawang, Majalengka, Pangandaran, Purwakarta, Kabupaten Sukabumi, Sumedang, Kota Tasikmalaya. Laporan ini menunjukkan bahwa Kabupaten Cirebon masih lebih dibandingkan dengan Kota Cirebon yang diberi status darurat stunting.
Transportasi
Cirebon berada di jalur pantura, sebagai pintu gerbang utama provinsi Jawa Barat di sebelah timur, yakni di Kecamatan Losari. Pada waktu musim mudik, jalur ini merupakan salah satu yang terpadat di Indonesia. Cirebon juga terdapat Tiga Ruas Jalan Tol, yaitu Jalan Tol Palimanan-Kanci (Palikanci), Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), dan Jalan Tol Kanci-Pejagan.
Transportasi Darat
Stasiun Kereta Api: Ciledug, Karangsuwung (Non Aktif), Sindanglaut, Waruduwur, Losari, Luwung, Babakan, Cangkring, Bangodua, Arjawinangun, dan Kaliwedi (Non Aktif).
Terminal: Sumber, Ciledug, dan Weru.
Bus: jurusan Ciledug-Cirebon, jurusan Cirebon-Jakarta, Cirebon-Kuningan, Cirebon-Bandung, dan seluruh kota di Pulau Jawa.
Elf: jurusan Ciledug-Cirebon via Babakan, Ciledug-Cirebon via Sindang Laut, Sindang Laut-Cirebon, Babakan-Cirebon, Losari-Cirebon, Losari-Tegal, Cirebon-Rajagaluh via Palimanan, Cirebon-Kadipaten via Palimanan, Cirebon-Gegesik via Arjawinangun.
Angkutan Kota: GP (Gunung Sari-Plered), GS (Gunung Sari-Sumber), GC (Gunung Sari-Ciperna), GM (Gunung Sari-Mundu), GG (Gunung Sari-Celancang), Celancang-Bakung, Plered-Celancang, Plered-Sumber, Plered-Arjawinangun, Plered-Gunung Jati, Plumbon-Sumber, Sumber-Jamblang, Sumber-Kramat, dan Sumber-Wanasaba.
Pariwisata
Wisata belanja
Batik Trusmi
Di Desa Trusmi dan Panembahan, dapat dijumpai banyak home industry yang menjual batik khas Cirebon. Sentra batik ini akan lebih ramai pada akhir pekan oleh pembeli yang datang dari luar kota dan luar negeri. Motif batik yang terkenal dari kawasan ini adalah motif Mega Mendung.
Pasar Kue Setu
Pasar Kue Setu terletak di Kecamatan Plered. Kue-kue yang penjualannya tersebar hingga ke hampir seluruh Indonesia dan kebanyakan berupa camilan ini diproduksi oleh industri rumahan di Desa Setu dan sekitarnya.
Camilan khas Cirebon yang sangat cocok dijadikan oleh-oleh ini mayoritas bernama unik, di antaranya kerupuk kulit kerbau/rambak, kerupuk melarat, kerupuk geol, kerupuk upil, kerupuk gendar, kerupuk jengkol, jagung marning, rengginang mini, emping, kelitik, kue atom, maypilow, kembang andul, ladu, simpil, gapit, otokowok, opak, welus, sagon, dan masih banyak lagi.
Di sekitar Plered, banyak pula ditemui penjual sandal karet, yang penjualannya sudah menyebar ke seluruh Nusantara.
Wisata Ziarah
Makam Sunan Gunung Jati
Situs Batu Tulis huludayeuh
Petilasan Cimandung
Situs Pasanggrahan Balong Biru
Balong Keramat Tuk
Makam keramat Megu
Situs Lawang Gede
Makam Nyi Mas Gandasari
Makam Syekh Magelung Sakti
Makam Talun
Makam Buyut Trusmi
Makam P. Jakatawa dan Syekh Bentong.
Wisata Alam
Lapangan Golf Ciperna
Kawasan ini berada di tepi jalan raya Cirebon-Kuningan dengan kontur tanah berbukit berjarak 5 km ke selatan dari kota Cirebon, berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut.
Daya tarik utama kawasan ini adalah keindahan pemandangan kota Cirebon dengan latar belakang laut lepas ke arah utara, sedangkan ke arah selatan Gunung Ciremai di suasana yang menarik. Berdasarkan Perda nomor 25 tahun 1996, kawasan wisata Ciperna ditetapkan seluas 300 Ha yang diperuntukkan bagi 5 (lima) ruang kawasan pengembangan antara lain:
Kawasan wisata Agro Griya. Pembangunan Agro Griya dalam bentuk rumah kebun yang dapat disewakan dengan fasilitas Hotel Bintang.
Kawasan wisata Agro Tirta. Pembangunan Agro Tirta dalam bentuk pembuatan danau buatan yang dilengkapi rekreasi air.
Kawasan Agro Wisata I
Kawasan Agro Wisata II. Agro wisata I dan II diarahkan dalam bentuk pembangunan kawasan perkebunan mangga gedong gincu, srikaya, atau tanaman jenis lainya. Di samping itu membangun track olahraga yang dapat menyesuaikan dengan kontur tanah sekitarnya.
Kawasan Land Mark.
Belawa
Lokasi wisata ini berjarak kira-kira 25 km dari Kota Sumber ke arah timur. Objek wisata ini memiliki daya tarik dari kura-kura yang mempunyai ciri khusus di punggung dengan nama latin ‘’Aquatic Tortose Ortilia Norneensis’’.
Menyimpan legenda menarik tentang keberadaannya di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang. Menurut penelitian merupakan spesies kura-kura yang langka dan patut dilindungi keberadaannya. Objek wisata ini direncanakan untuk dikembangkan menjadi kawasan yang lebih lengkap, yaitu taman kura-kura (turle park) atau taman reptilia.
Situ Sedong
Terletak di Kecamatan Sedong sekitar 26 km dari arah pusat Kota Sumber, dengan luas lahan 62,5 Ha. Selain mempunyai panorama yang indah, situ ini juga disebut pula situ pengasingan yang merupakan tempat rekreasi air dan pemancingan.
Banyu Panas Palimanan
Objek wisata ini terletak di Kecamatan Palimanan sekitar 16 km dari Kota Cirebon ke arah Bandung, merupakan pemandian air panas dengan kadar belerang yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kulit. Pemandian air panas ini ada di sekitar bukit Gunung Kapur, Gunung Kromong, yang mempunyai keistimewaan mata air selalu berpindah pindah.
Hutan Wisata Plangon
Objek wisata plangon berlokasi di Desa Babakan Kecamatan Sumber ± 10 km dari Kota Cirebon. Tempat rekreasi dengan panorama alam indah yang dihuni oleh sekelompok monyet liar. Selain selain tempat rekreasi, terdapat juga makam Pangeran Kejaksan dan Pangeran Panjunan.
Puncak acaranya biasa di masa ziarah Plangon tanggal 2 syawal, 11 Dzulhijjah, dan 27 Rajab. Untuk pengembangan wisata ini meliputi lahan sekitar 10 Ha, dan status tanah ini milik Kesultanan. Kapasitas pengunjung rata-rata sekitar 58.000 pengunjung/tahun.
Namun ada larangan, demi keselamatan pengunjung, diharapkan pengunjung tidak memberi makan monyet-monyet liar.
Setu Patok
Setu Patok memiliki luas 175 hektar. Setu Patok terletak di Desa Setupatok, sekitar 6 km dari Kota Cirebon ke arah Tegal. Selain mempunyai panorama indah, di sini juga tersedia sarana rekreasi air dan pemancingan.
Lahan negara seluas 7 hektar di lokasi ini berpotensi untuk dikembangkan. Prasarana yang diperlukan adalah pembuatan dermaga, pengadaan perahu motor, sarana pemancingan, serta pembangunan rumah makan yang artistik. Jalan ke lokasi ini cukup baik dan lebar, jaringan aliran listrik sudah tersedia, dan saat ini minat masyarakat untuk mengunjungi wisata ini cukup banyak.
Cikalahang
Kawasan Cikalahang merupakan kawasan yang baru berkembang dengan daya dukung alam. Sasaran wisatawan pada awalnya adalah objek wisata Telaga Remis yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Kuningan dan berada di wilayah Kuningan.
Hingga saat ini kawasan Telaga Remis masih menarik wisatawan yang dapat diandalkan dari segi pendapatan. Jalan menuju objek wisata ini adalah melalui Desa Cikalahang yang berada di wilayah Kabupaten Cirebon, sehingga keberadaannya memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar usaha lain sebagai daya pendukung. Di samping itu juga kawasan Cikalahang telah berkembang menjadi suatu kawasan yang mempunyai daya tarik sendiri yaitu dari usaha restoran/rumah makan ikan bakar. Dengan banyaknya peminat, wilayah itu berkembang pesat menjadi daya tarik wisata makan, sehingga pada hari-hari libur penuh dikunjungi wisatawan.
Menjual keadaan alam yang menarik dengan sumber air dari kaki Gunung Ciremai yang tidak pernah kering, sangat memungkinkan untuk membuka peluang usaha kolam renang yang bersifat alami dengan fasilitas modern serta bumi perkemahan.
Kawasan wisata Cikalahang terletak sekitar 6 km dari Kota Sumber dan 1 km dari jalan alternatif Cirebon-Majalengka dengan lingkungan alam yang masih asri.
Wana Wisata Ciwaringin
Hutan wisata dengan menampilkan keindahan alam dan banyak ditumbuhi oleh pohon kayu putih. Menyediakan lokasi bagi para penggemar jalan kaki dan arena motor cross. Di lokasi ini juga terdapat Danau Ciranca bagi penggemar memancing. Berlokasi di Desa Ciwaringin Kecamatan Ciwaringin, 17 km dari Kota Sumber.
Putra Daerah
Affandi
Hasan Alwi
Irish Bella
Pitrajaya Burnama
Rokhmin Dahuri
Chitra Dewi
Willem Anton Engelbrecht
Victor Aristide Honig van den Bossche
Saira Jihan
Mohamad Kusnaeni
Olaf J. de Landell
Dirk Theodoor Uden Masman
Yogie Suardi Memet
Ronald Anton Meyer
Djoko Munandar
Arifin C. Noer
Cecep Reza
Norbertus Riantiarno
Willem Nicolaas Rose
Hans Stam
Kaboel Suadi
Peggy Melati Sukma
Alam Surawidjaja
Catherine Surya
Ricky Karanda Suwardi
Jos Verdier
Hans Vernes
Nani Widjaja
Ilham Attirmidzi A.S
Nining Indra Shaleh
Candra Wijaya
Rendra Wijaya
Dewi Yull
Helmy Faishal Zaini
Charly Van Houten
Muhammad Zuhal
Claudia Emmanuela Santoso
Galeri kuliner
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Profil Kabupaten Cirebon di Situs Kemendagri
Wisata Belanja
Pesona Wisata Kabupaten Cirebon
Cirebon
Cirebon
Kota Pusaka di Indonesia
Geografi Sunda
Cirebon |
4075 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Tasikmalaya | Kabupaten Tasikmalaya | Kabupaten Tasikmalaya () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Singaparna. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kota Tasikmalaya di utara, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran di timur, dan Kabupaten Garut di barat.
Terletak di tenggara daerah Priangan, Kabupaten Tasikmalaya sejauh ini dinilai sebagai kabupaten paling besar dan berperan penting di wilayah Priangan Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten ini merupakan daerah hijau, terutama pertanian dan kehutanan, sementara petani menetap sebagai mayoritas penduduk.
Kabupaten Tasikmalaya terkenal akan produksi kerajinan, salak, sementara tutug oncom adalah makanan terkenal dari kabupaten ini. Kabupaten Tasikmalaya juga dikenal sebagai pusat keagamaan besar di Jawa Barat, yang memiliki lebih dari 1318 pesantren tersebar di penjuru wilayah Kabupaten.
Etimologi
Toponomi
Pada awalnya, nama yang menjadi cikal-bakal Tasikmalaya terdapat di daerah Sukapura. Sukapura dahulunya bernama Tawang atau Galunggung, sering juga disebut Tawang-Galunggung. Tawang berarti sawah atau tempat yang luas terbuka. Penyebutan
Tasikmalaya menuncul setelah Gunung Galunggung meletus sehingga wilayah Sukapura berubah menjadi Tasik (danau, laut) dan malaya dari (ma)layah yang bermakna ngalayah (bertebaran) atau deretan pegunungan di pantai Malabar (India). Jadi Tasikmalaya berarti danau yang bertebaran atau danau di gugusan bukit. Namun secara bahasa Sunda, Tasikmalaya mungkin juga mengandung arti keusik ngalayah, bermakna banyak pasir di mana-mana.
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah perbukitan, khususnya di daerah timur Kabupaten. Beberapa berupa pegunungan, seperti yang terlihat di bagian barat laut di mana pegunungan Galunggung berada. Hanya 13.05% bagian dari Kabupaten yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian dari nol hingga 200 meter. Sementara ketinggian rata-rata dari Kabupaten ini adalah 200 hingga 500 meter. Sisanya menjulang hingga ketinggian puncak Gunung Galunggung 2,168 meter.
Kabupaten ini dilalui oleh rantai gunung berapi di Pulau Jawa, di mana daerah ini secara alami memiliki tanah yang kaya dan subur, dan memberikan kelimpahan sumber daya air. Kabupaten Tasikmalaya juga berada rendah di rongga lereng gunung, yang memasok tangkapan curah hujan dan kawasan resapan air lebih banyak. Kelebihan tersebut didukung oleh iklim tropis hutan hujan di mana Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan hujan deras.
Iklim
Seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di Priangan, Tasikmalaya mengalami iklim tropis hutan hujan. Kabupaten ini menerima curah hujan tahunan rata-rata 2,072 mm. Meskipun mendapatkan hujan deras, Kabupaten ini memiliki temperatur yang sedang. Suhu rata-rata harian Kabupaten Tasikmalaya bervariasi, berkisar antara 20 ° sampai 34 °C di daerah dataran rendah dan 18 ° sampai 22 °C di daerah dataran tinggi.
Letak
Kabupaten Tasikmalaya meliputi area seluas 2,563.35 km persegi. Kabupaten Tasikmalaya ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah barat, dibatasi oleh dataran tinggi Pegunungan Galunggung, sepanjang barat daya hingga barat laut. Jauh ke utara, Kabupaten Tasikmalaya berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan berlanjut hingga ke tenggara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran. Selain itu, Kabupaten berbagi sedikit daerahnya dengan Kota Tasikmalaya, yang terletak di perbatasan timur laut. Sementara di selatan, Kabupaten Tasikmalaya dibatasi oleh Samudra Hindia. Kabupaten Tasikmalaya memiliki bentangan terjauh dari utara ke selatan sekitar 75 km, dan sekitar 56,25 km dari timur ke barat.
Sejarah
Dimulai pada abad ke VII sampai abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) atau dengan kata lain raja baru dianggap sah bila mendapat persetujuan Batara yang bertakhta di Galunggung. Batara atau sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah sang Batara Semplakwaja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang yang pada masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan menjadi kerajaan.
Kerajaan ini bernama Kerajaan Galunggung yang berdiri pada tanggal 13 Bhadrapada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakanda ng Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada zaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.
Periode modern
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan di Sukakerta dengan Ibu kota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sezaman dengan Prabu Siliwangi. Dalem Sukakerta sebagai penerus takhta diperkirakan sezaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi.
Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528 berkeliling ke seluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah masuk Islam.
Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada awal abad XVII Masehi: Mataram, Banten, dan VOC yang berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta kemudian diangkat menjadi Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibu kota negeri yang awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan “negara” disebut “Sukapura”. Berdasarkan titimangsa dari Piagam Sultan Agung Mataram, Sukapura terbentuk pada 9 Muharram Taun Alip yang bersamaan dengan 16 Juli 1633 atau 20 April 1641.
Setelah Pasundan diserahkan oleh Susuhunan Pakubuwana I kepada Kompeni, berdasarkan perjanjian 5 Oktober 1705, Kabupaten Sukapura berada dalam pengawasan Kepala Bupati (Opsigter-Regent) yang berkedudukan di Cirebon.
Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) ibu kota Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibu kota dipindahkan ke Manonjaya (1832). Perpindahan ibu kota ini dengan alasan untuk memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam menghadapi Diponegoro. Alasan lain adalah sedang giatnya pembangunan Jalan Pos dan Jalan Kereta Api menuju Tasikmalaya, di samping banyaknya Orang Belanda yang membuka lahan perkebunan karet dan teh di Tasikmalaya Selatan. Pada tanggal 1 Oktober 1901 ibu kota Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang pemindahan ini cenderung berdasarkan alasan ekonomis bagi kepentingan Belanda. Pada waktu itu daerah Galunggung yang subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diekspor melalui Batavia terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di ibu kota daerah. Letak Manonjaya kurang memenuhi untuk dijadikan tempat pengumpulan hasil-hasil perkebunan yang ada di Galunggung.
Nama Kabupaten Sukapura pada tahun 1913, masa pemerintahan Bupati XIV Sukapura diganti namanya menjadi Kabupaten Tasikmalaya dengan R.A.A Wiratanuningrat (1908-1937) sebagai Bupatinya.
Tanggal 21 Agustus 1111 Masehi dijadikan Hari Jadi Tasikmalaya berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang dibuat sebagai tanda upacara penahbisan atau penobatan Batari Hyang sebagai Penguasa di Galunggung.
Sejarah pemerintahan Bupati (1641-1937)
1641-1674: Raden Ngabehi Wirawangsa (Raden Tumenggung Wiradadaha I)
1674: Raden Jayamanggala (Raden Tumenggung Wiradadaha II)
1674-1723: Raden Anggadipa I (Raden Tumenggung Wiradadaha III)
1723-1745: Raden Subamanggala (Raden Tumenggung Wiradadaha IV)
1745-1747: Raden Secapati (Raden Tumenggung Wiradadaha V)
1747-1765: Raden Jaya Anggadireja (Raden Tumenggung Wiradadaha VI)
1765-1807: Raden Djayamanggala II (Raden Tumenggung Wiradadaha VII)
1807-1837: Raden Anggadipa II (Raden Tumenggung Wiradadaha VIII)
1837-1844: Raden Tumenggung Danudiningrat
1844-1855: Raden Tumenggung Wiratanubaya
1855-1875: Raden Tumenggung Wiraadegdana
1875-1901: Raden Tumenggung Wirahadiningrat
1901-1908: Raden Tumenggung Prawirahadingrat
1908-1937: Raden Tumenggung Wiratanuningrat
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Kota Tasikmalaya pernah menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tasikmalaya, tetapi kini menjadi kota otonom sejak 21 Juni 2001. Sejak itu, secara bertahap pusat pemerintahan kabupaten ini dipindahkan ke Kecamatan Singaparna.
Demografi
Kependudukan
Pada tahun 2017 tercatat penduduk Kabupaten Tasikmalaya berjumlah 1.735.998 jiwa dengan kepadatan 641/km².
Bahasa
Bahasa sehari-hari masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya adalah bahasa Sunda dialek Priangan.
Agama
Agama Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya juga dijuluki sebagai "Kota Santri" karena melekatnya nilai-nilai islam pada kehidupan masyarakat. Lalu ada sebagian kecil pemeluk agama Katolik, Protestan, Buddha dan Konghucu.
Pendidikan
Kabupaten Tasikmalaya memiliki sejumlah perguruan tinggi, di antaranya Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) Singaparna dan Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya. Selain itu, Tasikmalaya dikenal memiliki sejumlah pondok pesantren di antaranya Pondok Pesantren Cipasung, Miftahul Huda Manonjaya, KH. Zainal Musthafa Sukamanah & Sukahideng dan Pondok Pesantren lainnya yang hampir merata ada disetiap desa.
Perguruan Tinggi
Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), Singaparna, Tasikmalaya
Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah, di Pagerageung
Sekolah Tinggi Teknologi Cipasung (STT Cipasung), Singaparna, Tasikmalaya
Transportasi
KA Garut Cibatuan
Cibatu–Tasikmalaya
Angkutan Kota wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan Beberapa rute yang menghubungkan Kota Tasikmalaya dengan Kabupaten Garut.
Stasiun
Kabupaten Tasikmalaya memiliki 4 stasiun yang masih beroperasi, diantaranya:
Stasiun Cirahayu
Stasiun Ciawi
Stasiun Manonjaya
Stasiun Rajapolah
Selain itu, Kabupaten Tasikmalaya juga memiliki 5 stasiun di Jalur kereta api Padalarang–Kasugihan dan 6 stasiun di Jalur kereta api Tasikmalaya–Singaparna yang sudah berhenti beroperasi, yaitu:
Stasiun Bantarkadu
Stasiun Barengkok
Stasiun Barolong
Stasiun Cibanjaran
Stasiun Cibodas
Stasiun Cihonje
Stasiun Cipari (Tasikmalaya)
Stasiun Cirahong
Stasiun Pirusa
Stasiun Sukaseneg
Stasiun Singaparna
Ekonomi
Perekonomian Tasikmalaya umumnya bertumpu pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan, selain juga bertumpu pada sektor pertambangan seperti pasir Galunggung yang memiliki kualitas cukup baik bagi bahan bangunan, industri, dan perdagangan. Adapun catatan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya menyebutkan bahwa, di tahun 2022, terdapat setidaknya 113.988 rumah tangga petani di Kabupaten Tasikmalaya.
Tasikmalaya, terutama pada era sebelum 1980-an, dikenal sebagai basis perekonomian rakyat dan usaha kecil menengah seperti kerajinan dari bambu, batik, dan payung kertas. Selain itu, kota ini pun dikenal sebagai kota kredit akibat banyaknya pedagang dan perantau dari wilayah ini yang berprofesi sebagai pedagang yang menggunakan sistem kredit. Komoditas kreditan umumnya adalah barang-barang kelontong dan kebutuhan rumah tangga.
Hingga Oktober 2022, menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, 5.000 hektar lahan padi di Tasikmalaya dikhususkan untuk produksi padi organik, dengan setidaknya tiga kali panen dalam waktu setahun. Rerata produksi padi organik tiap hektar diperkirakan mencapai enam ton untuk sekali panen.
Pariwisata
Tempat Wisata menarik di Kabupaten Tasikmalaya:
Kampung Naga
Kampung Naga terletak sekitar 90 km dari Bandung. Masyarakat yang tinggal di daerah ini mempunyai tradisi lama yang tetap dipertahankan. Keunikan kampung ini adalah bangunan-bangunan rumah yang dibuat seragam, mulai dari bahan bangunan sampai pada potongan bangunan dan arah menghadapnya.
Kerajinan
Daerah Rajapolah amat terkenal dengan kerajinan anyaman. Di sini banyak dihasilkan tikar, anyaman dari bambu, mendongan, perabotan rumah tangga, dan sebagainya. Industri kecil lainnya yang amat menarik: Payung Tasik, Kelom Geulis dan Batik Tulis. Lingkungan industri kecil yang sedang pesat berkembang ialah Desa Sukaraja Kecamatan Rajapolah, yang menghasilkan industri anyaman mendongan dan berbagai kerajinan tangan lainnya. Hasil karya kerajinan tangan ini dapat ditemui dengan mudah di toko-toko yang berada di sepanjang Jalan Raya Rajapolah.
Gunung Galunggung
Letusan Gunung Galunggung terakhir, yang terjadi pada tanggal 5 April 1982, memberikan keuntungan di satu sisi. Sisa-sisa letusan itu sekarang berubah menjadi objek wisata yang indah mempesona, membentuk danau kawah dan sumber air panas.
Pantai Cipatujah
Pantai dengan keindahan alam laut, berpasir putih. Terletak di Kecamatan Cipatujah, sekitar 74 km dari kota Tasikmalaya. Rekreasi bisa dilakukan di muara sungai Cipatujah, mempergunakan perahu, memancing, serta bisa berbelanja berbagai macam buah pisangkec.cipatujah kab.tasikmalaya sangat indah .
Pantai Sindangkerta
Keistimewaan Pantai Sindangkerta, adalah taman laut yang disebut Taman Lengsar. Bisa digunakan sebagai tempat berenang. Jika air laut surut, maka di taman seluas 20 hektar itu, akan dijumpai karang laut, ikan hias, dan suaka alam satwa penyu hijau yang sudah langka kita temukan.
Pantai Karang Tawulan
Jarak dari kota Tasikmalaya 100 km, terletak di kecamatan Cikalong. Sebuah pantai berkarang dan landai, memiliki panorama laut yang mempesona. Agak ke timur, terdapat pulau kecil Nusa Manuk. Pada waktu-waktu tertentu, Nusa Manuk dihuni oleh berbagai macam jenis burung
Curug Dengdeng
Air terjun bertingkat ini terletak di Tawang, Cikatomas, Tasikmalaya.
Bacaan lanjutan
Aam Amaliah Rahmat (2017) Peranan Bupati R.A.A Wiratanuningrat dalam Pembangunan Kabupaten Tasikmalaya 1908-1937 Patanjala Vol 9 No 3
Lihat pula
Kerajaan Galunggung
Kota Tasikmalaya
Sejarah Tasikmalaya
Kampung Naga
Daftar tokoh Tasikmalaya
Kerajaan Sumedang Larang
Referensi
Pranala luar
Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya
Sejarah Tasikmalaya 1820-1942
Peta Kabupaten Tasikmalaya
Tasikmalaya
Tasikmalaya |
4079 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Blora | Kabupaten Blora | Blora (, alihaksara: Blora, ) adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Blora Kota. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati di utara, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Ngawi di selatan, serta Kabupaten Grobogan di bagian barat.
Asal usul nama Blora
Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata belor yang berarti lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama blora.
Secara etimologi Blora berasal dari kata wai + lorah. Wai berarti air, dan lorah berarti jurang atau tanah rendah.
Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata. Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata wailorah menjadi bailorah, dari bailorah menjadi balora dan kata balora akhirnya menjadi blora.
Jadi nama Blora berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur.
Namun mitos yang beredar, pengucapannya di luar bahasa Jawa, terdengar seperti kata "flora" yang artinya "sesuatu yang berhubungan/berkaitan dengan bunga".
Sejarah
Masa kerajaan Kadipaten Jipang
Blora berada di bawah pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih di bawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaannya meliputi Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi, setelah Jaka Tingkir (Hadiwijaya) mewarisi takhta Demak, pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian, Blora masuk Kerajaan Pajang.
Masa kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede, Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mataram bagian timur atau daerah Bang Wetan. Pada masa pemerintahan Pakubuwana I (1704-1719) daerah Blora diberikan kepada putranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = ¾ hektare). Pada tahun 1719–1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.
Blora pada zaman Perang Mangkubumi (tahun 1727–1755)
Pada saat Mataram di bawah Pakubuwana II (1727–1749), terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangkubumi dan Mas Sahid, Mangkubumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangkubumi diangkat oleh rakyatnya menjadi raja di Yogyakarta.
Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangkubumi menjadi raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangkubumi menjadi raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, di antaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.
Blora di bawah Kasultanan Perang Mangkubumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama 'palihan negari', karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Pakubuwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam palihan negari itu, Blora menjadi wilayah kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga dia pilih mundur dari jabatannya.
Blora sebagai kabupaten
Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram, Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini karena Blora terkenal dengan hutan jatinya.
Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan Hari Jadi Kabupaten Blora. Adapun bupati pertamanya adalah Wilatikta.
Perjuangan rakyat Blora menentang penjajahan
Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu.
Pada tahun 1882, pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah (petani). Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh Samin Surosentiko.
Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal bersenjata.
Beberapa indikator penyebab adanya pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah Belanda antara lain:
Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora
Perubahan pola pemakaian tanah komunal
Pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk
Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunyai corak millinarisme, yaitu gerakan yang menentang ketidakadilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.
Situs kuno
Situs fosil fauna purba
Lokasi situs fosil hewan purba terletak di Dukuh Kawung dan Singget, Desa Menden dan Dukuh Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Lokasinya berada di tepian daerah aliran sungai Bengawan Solo dan berjarak kurang lebih 65 km arah selatan dari Kota Blora. Di lokasi ini telah ditemukan fosil Kepala kerbau purba, kura-kura purba, dan Gajah Purba. Diperkirakan umur fosil antara 200.000-300.000 tahun. Fosil ini awalnya ditemukan oleh penduduk kemudian diamankan oleh Yayasan Mahameru. Sekarang sedang diteliti oleh ahli antropologi dari Bandung, Fahrul Azis dan tim dari Universitas Wolongong, Australia, yang dipimpin Gertz Vandenburg.
Situs Wura-Wari
Lokasi situs Wura-Wari ini terletak di desa Ngloram. Haji Wura-Wari adalah penguasa bawahan (vasal) yang pada tahun 1017 Masehi menyerang Kerajaan Mataram Hindu (semasa Raja Darmawangsa Teguh). Saat itu Kerajaan Mataram Hindu berpusat di daerah yang sekarang dikenal dengan Maospati, Magetan, Jawa Timur. Serangan dilakukan ketika pesta pernikahan putri Raja Darmawangsa Teguh dengan Airlangga, yang juga keponakan raja, sedang dilangsungkan.
Membalas dendam atas kematian istri, mertua, dan kerabatnya, Airlangga yang lolos dari penyerangan dan tinggal di Wanagiri (di daerah perbatasan Jombang-Lamongan), akhirnya balik menghancurkan Haji Wura-Wari. Namun, sebelumnya Haji Wura-Wari terlebih dahulu menyerang Airlangga sehingga dia terpaksa mengungsi dan keluar dari keratonnya di Wattan Mas (sekarang Kecamatan Ngoro, Pasuruan, Jawa Timur). Serangan balik Airlangga, yang ketika itu sudah dinobatkan menggantikan Darmawangsa Teguh, ditulis dalam Prasasti Pucangan (abad XI) yang terjadi pada tahun 1032 M. Serangan itu pula yang memperkuat dugaan batu bata kuno berserakan di sekitar situs tersebut.
Situs yang ditemukan tim ekspedisi berada di tengah tegalan, di tepi persawahan, berupa tumpukan batu bata kuno berlumut yang kini dijadikan areal pemakaman. Sejak tahun 2000, telah dikumpulkan serpihan batu bata kuno berukuran 20 x 30 sentimeter dengan tebal sekitar 4 cm, serpihan keramik, serta serpihan perunggu yang kini disimpan di Museum Mahameru. Temuan di situs itu memperkuat isi Prasasti Pucangan bertarikh Saka 963 (1041/1042 Masehi) yang pernah diuraikan ahli huruf kuno (epigraf) Boechori dari Universitas Indonesia. Boechori menyebutkan, "Haji Wura-Wari mijil sangke Lwaram". Mijil mempunyai arti keluar (muncul dari).
Hasil analisis toponimi (nama tempat), kemungkinan nama Lwaram berubah menjadi Desa Ngloram sekarang. “Pelesapan konsonan ’w’, penyengauan di awal kata, dan perubahan vokal ’a’ menjadi ’o’ menjadikan nama lama Lwaram menjadi Ngloram sekarang. Penjelasan seperti itu pula yang membantah berbagai pendapat terdahulu yang menyebutkan Haji Wura-Wari berasal dari daerah Indocina atau Sumatra sebagai koalisi Sriwijaya. Cepu memiliki data arkeologis, toponimi, dan geografis kuat untuk melokasikannya di tepian Bengawan Solo di Desa Ngloram.
Petilasan Kadipaten Jipang Panolan
Petilasan Kadipaten Jipang Panolan berada di Desa Jipang, sekitar 8 kilometer dari Cepu. Petilasannya berwujud makam Gedong Ageng yang dahulu merupakan pusat pemerintahan dan bandar perdagangan Kadipaten Jipang. Di tempat tersebut juga terlihat Petilasan Siti Hinggil, Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore, dan Petilasan Masjid.
Ada juga makam kerabat kerajaan, antara lain makam R. Bagus Sumantri, R. Bagus Sosrokusumo, R. A. Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo. Di sebelah utara Makam Gedong Ageng, terdapat Makam Santri Songo. Disebut demikian karena di situ ada sembilan makam santri dari Kerajaan Pajang yang dibunuh oleh prajurit Jipang karena dicurigai sebagai telik sandi atau mata-mata Sultan Hadiwijaya.
Geografi
Wilayah Kabupaten Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 20-280 meter dpl. Bagian utara merupakan kawasan perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian selatan berupa dataran rendah. Ibu kota kabupaten Blora sendiri terletak di cekungan Pegunungan Kapur Utara.
Separuh dari wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan hutan, terutama di bagian utara, timur, dan selatan. Dataran rendah di bagian tengah umumnya merupakan areal persawahan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora merupakan daerah krisis air (baik untuk air minum maupun untuk irigasi) pada musim kemarau, terutama di daerah pegunungan kapur. Sementara pada musim penghujan, rawan banjir longsor di sejumlah kawasan.
Sungai Bengawan solo merupakan sungai terbesar di Kabupaten Blora, dan sungai Lusi adalah sungai terbesar kedua, bermata air di Pegunungan Kapur Utara (Rembang), mengalir ke arah barat melintasi kota Purwodadi yang akhirnya bergabung dengan Kali Serang.
Kabupaten Blora berbatasan dengan beberapa wilayah administratif seperti
Seperti wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Blora beriklim tropis dengan tipe monsunal (Am) yang memiliki dua perbedaan musim yang disebabkan oleh pergerakan angin monsun, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan dipengaruhi oleh angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, serta banyak membawa uap air dan biasanya terjadi pada periode November hingga April. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Blora disebabkan oleh angin monsun timuran yang bersifat kering dan sedikit membawa uap air dan biasanya berlangsung pada periode Mei hingga Oktober. Suhu udara di wilayah Blora rata-rata berada dalam rentang 23°–35 °C dengan tingkat kelembapan relatif berkisar antara 60% hingga 90%.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kecamatan
Perencanaan daerah
Bupati Blora dan Pemkab Blora mempunyai beberapa rencana jangka panjang dan jangka pendek untuk membangun Kabupaten Blora, diantaranya:
Taman Patung Barongan Blora
Membangun Taman Kota yang pada bagian tengah taman tersebut dibangun Patung Barongan khas Blora yaitu Barongan Gembong Amijoyo, seperti Kota Semarang memiliki Taman Pandanaran Semarang yang terdapat Patung Warak ngendok (sejenis barongan Khas Kota Semarang).
Membangun jalur sepeda & becak
yang jalan rayanya di cat hijau dan di beri semacam trotoar pemisah dengan jalan raya mobil dan motor. Jalur sepeda agar meningkatkan minat bersepeda dan meninggalkan kendaraan bermotor supaya Blora udaranya tidak polusi. '
Sawah Organik
Menjadikan seluruh sawah di Blora menjadi sawah organik, yaitu padi organik, jagung organik, blewah organik, dll.
Blora Barongan Carnival
Mengadakan acara perayaan tahunan Blora Barongan Carnival yang diikuti berbagai jenis Barongan seluruh Indonesia, yaitu Barongan Gembong Amijoyo, Barong Loreng Gonteng, Barongan Dencong, Barongan Gembong Kamijoyo, Barongan Singo Karya, Singo Ulung, Barong Bali, Reog Ponorogo, Ondel-Ondel, Hudoq, Bebegig Sumantri, Barong Kemiren, dll.
Membangun TEAK LAND
Kota Johor ada LEGOLAND Malaysia harusnya Kabupaten Blora memiliki taman bermain seperti DUFAN (Dunia Fantasi) tetapi bertema hutan jati yang di berinama "TEAKLAND Indonesia", tempat besar dan luas dengan arena wahana berbentuk pohon jati, kayu jati, daun jati, ulat jati, bunga pohon jati, dll. Selain sebagai tempat wisata juga semakin memperkuat brand Blora sebagai Kota yang peduli hutan terutama hutan jati.
Ekonomi
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora. Pada subsektor kehutanan, Blora adalah salah satu daerah utama penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Pulau Jawa.
Daerah Cepu sejak lama dikenal sebagai daerah tambang minyak bumi, yang dieksploitasi sejak era Hindia Belanda. Blora mendapat sorotan internasional ketika di kawasan Blok Cepu ditemukan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Bulan Maret 2006 Kontrak Kerja Sama antara pemerintah dan kontraktor (PT Pertamina EP Cepu, Exxon Mobil Cepu Ltd, PT Ampolex Cepu) telah ditandatangani, dan Exxon Mobil Cepu Ltd. ditunjuk sebagai operator lapangan, sesuai kesepakatan Joint Operating Agreement (JOA) dari ketiga kontraktor tersebut, perkembangan terakhir untuk saat ini Plan Of Development (POD) Lapangan Banyu Urip telah disahkan Menteri ESDM.
Namun ironinya, walau Blora terkenal dengan hutan jati dan minyak bumi yang dikelola sejak zaman kolonial Belanda sampai dengan pemerintah NKRI sekarang ini, tetapi perekonomian rakyat Blora termasuk salah satu yang terendah di Jawa Tengah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh kabupaten Blora ternyata tidak mampu mengangkat taraf kehidupan dan taraf ekonomi masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena semua hasil SDA dinikmati oleh pemerintah pusat dan pegawai perusahaan yang sebagian besar dari luar Blora, tanpa ada program yang jelas untuk meningkatkan perekonomian rakyat sekitar.
Potensi ekonomi
Minyak bumi di desa Cepu
Batik Blora di desa Klopoduwur dan desa Blumbangrejo
Gula Merah di desa Sendangwates
Sentra Kerajinan Kayu Jati, di Desa Jepon
Sentra Tanaman Kelor Indonesia, di Kecamatan Kunduran
Sentra Gas Alam, di Desa Sumber
Pusat perbelanjaan
Mall dan swalayan di Blora:
Luwes Mall Blora
MD Mall Blora
Alfim Swalayan Blora
Gajah Mas Swalayan Blora
Gajah Mas Centre Blora
Morodadi Swalayan Blora
Bravo Mall Cepu
Blok T Blora
Cepu City Center
Pasar di Blora:
Pasar Induk Kota Blora
Pasar Modern Jepon
Pasar Medang (Blok M)
Pasar Jiken
Pasar Sambong
Pasar Induk Cepu
Pasar Kedungtuban
Pasar Menden
Pasar Randublatung
Pasar Doplang
Pasar Kunduran
Pasar Todanan
Pasar Japah
Pasar Tunjungan
Pasar Banjarejo
Pasar Puledagel
Pasar Bleboh
Pasar Pelem
Pasar Ponan
Pasar Ngronggah
Pasar Tinapan
Pasar Ngawen
Transportasi
Bus
Blora dilalui jalan provinsi yang menghubungkan Kota Semarang dengan Kota Surabaya lewat Purwodadi. Jalur ini cukup ramai, jika dibandingkan dengan jalur Semarang-Surabaya lewat Rembang, karena kondisi jalannya yang kalah lebar. Blora juga dapat dicapai dengan menempuh jalur Semarang-Kudus-Rembang-Blora. Blora sendiri setidaknya memiliki dua terminal bus tipe B; yaitu Terminal Gagak Rimang di Kecamatan Blora, Terminal Lama Blora dekat Stasiun Blora, dan satu Terminal tipe A Cepu di Cepu. ]] Blora juga memiliki tiga subterminal bertipe C; diantaranya Subterminal Kunduran, Subterminal Ngawen, SubTerninal Kedungtuban Subterminal Sambong Dan Subterminal Randublatung.
Kereta api
Jalur kereta api melewati wilayah Kabupaten Blora, namun tidak melintasi ibu kota kabupaten ini. Jalur tersebut melintas di bagian selatan. Stasiun kereta api Cepu merupakan yang terbesar, di mana berhenti kereta api jurusan Surabaya-Jakarta (KA Sembrani), Surabaya-Semarang (KA Maharani), Surabaya-Bandung (KA Harina), Surabaya-Kutoarjo (KA Sancaka Utara), serta kereta api lokal Blora Jaya Semarang-Cepu PP. Pada jalur kereta Semarang-Demak-Godong-Purwodadi-Wirosari-Kunduran-Blora-Cepu sebenarnya terdapat empat stasiun yang kini sudah tak beroperasi, yaitu:
Stasiun Kunduran
Stasiun Ngawen
Stasiun Blora
Stasiun Jepon
Stasiun Cepu Kota
Jalur kereta itu sendiri saat ini sudah tidak difungsikan lagi. Rencananya akan beroperasi kembali segera dan akan melayani kembali dengan dua pilihan jalur.
Pesawat
Blora terdapat moda trasportasi jalur udara dengan adanya Bandar Udara Ngloram.(Bandara Aryo Penagsang)
Diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 17 Desember 2021 dengan Konsep ramah lingkungan dengan metode Nuansa Pohon Jati yang dimaksudkan Blora akan kota Jati
Pesawat sementara Citilink anak buah Garuda Indonesia
Dengan rute Jakarta Halim–Blora PP
Pariwisata
Tempat Wisata
Tempat wisata di Kabupaten Blora:
Siung Kesongo (oro² kesongo Vulkano) Gabusan Bumi perkemahan Pramuka
Waduk Greneng, di Desa Tunjungan
Goa Terawang, di Desa Kedungwungu
Waduk Tempuran, di Desa Tempuran
Kampoeng Bluron, di Desa Tempuran
Waduk Bentolo, di Desa Tinapan
Wisata Kereta Lokomotif Cepu, di Kota Cepu
Pemandian Sayuran, di Desa Soko
Taman Rekreasi Tirtonadi, di kelurahan Kedungjenar
Taman Water Splash Sarbini, di JL.JEND.Ahmad Yani kelurahan Karangjati
Gunung Manggir, di Desa Ngumbul
Goa Sentono, di Desa Mendenrejo
Gunung Pencu, di Desa Bogorejo
Blora City Park, di kelurahan Bangkle
Taman Seribu Lampu, di Kota Cepu
Taman Mustika, di pusat kota Blora tepatnya Jalan Pemuda Kelurahan Kedungjenar
Taman Patung Sate di dekat perbatasan kabupaten sebelah barat yaitu di Desa Gagaan
Air Terjun Temajang, di Banjarejo
Kampoeng Gojekan, di Desa Tempuran
Desa Wisata, di Desa Tempuran
Sendang Banyu Biru, di Desa Kedungwungu
Air Terjun Kedung Mansur, di desa Jatisari
Bendungan Randugunting, di desa Kalinanas
Perayaan Tradisi
Blora mempunya beberapa acara perayaan, yaitu:
Blora Expo, di desa Gersi
Blora Barongan Festival (BBF), di desa Gersi
Parade Seni Budaya Blora, di desa Gersi
Gas Deso atau Sedekah Bumi
Kirab Budaya hari jadi Kabupaten Blora
Kuliner khas
Masakan
Masakan khas Blora adalah:
Soto Klethuk khas Blora
Nasi Pecel Blora
Sayur Menir
Sayur Lodeh
Sate Ayam Blora
Sate Sapi Blora | depost = Lihat di bawah.
Iwak Asin Sego Jagung
Oseng-Oseng Ungker
Lontong Tahu
Betiti
Mie Puyang Kuah (Mie Ramen khas Blora)
Mie Puyang tanpa kuah
Mangut ikan panggang
Rawon khas Blora
Sego Kobong
Lontong Opor Ngloram
Sambel Iwak Jendil
Lontong Sambel
Jajanan pasar
Jajanan pasar khas Blora adalah:
Egg Roll Waloh khas Blora
Arem–Arem khas Blora
Tahu Penthol khas Blora
Manco
Kerupuk Kulit Sapi
Bolang-Baling khas Blora
Kerupuk Sarmiyer
Dumbek
Minuman
Minuman khas Blora adalah:
Wedang Cemohe
Limun Kawis
Kopi Santan
Bubur Kacang Ijo
Wedang Ronde
Kesenian
Kesenian khas Blora adalah:
Barongan
Tayub
Ketoprak
Wayang kulit
Wayang krucil
Kentrung
Bahasa
Berdasarkan tutur bahasa Jawa, dialek Aneman merupakan bahasa pergaulan dan termasuk tataran ngoko atau bahasa kasar. Jadi, di daerah Blora tataran Krama (halus) maupun Madya (biasa, campuran krama dan ngoko) tetap digunakan selain tataran dialek pergaulan ngoko kasar tersebut.
Madya adalah salah satu tingkatan bahasa Jawa yang paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Tingkatan ini merupakan bahasa campuran antara ngoko dan krama, bahkan kadang dipengaruhi dengan bahasa Indonesia. Bahasa madya ini mudah dipahami dan dimengerti.
Bahasa yang digunakan di daerah kabupaten Blora adalah bahasa Indonesia dan Aneman/Mataraman Pesisir dalam tingkat tutur ngoko, madya maupun krama oleh penggunanya masing-masing (formal "mis: pidato tema-solving-analisis, dll" maupun non formal dalam wawancara atau dialog percakapan–lancar / njagong;epyek).
Pendidikan
SMA/SMK negeri
SMAN 1 Blora
SMAN 2 Blora
SMAN 1 Tunjungan
SMAN 1 Cepu
SMAN 2 Cepu
SMAN 1 Ngawen
SMAN 1 Randublatung
SMAN 1 Jepon
SMKN 1 Blora
SMKN 2 Blora
SMKN 1 Kunduran
SMKN 1 Cepu
SMKN 1 Jati
SMKN 1 Jepon
Perguruan tinggi
Kabupaten Blora memiliki beberapa perguruan tinggi, yaitu:
Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu
STAI Muhammadiyah Blora
POLITEKNIK Energi, Minyak dan Gas Bumi, di Jalan Srogo No. 1 Cepu
IAI Al-Muhammad Cepu
STAI Khozinatul Ulum
STKIP Muhammadiyah Blora
Universitas Terbuka Blora
Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Blora:
RSUD Dr. R Soetijono Blora, tipe C: Jalan Dr Sutomo No.42 Blora
RSU Suprapto Cepu, tipe C: Jalan RSU No.50 Cepu
RS PPT Migas Cepu: Jalan Diponegoro No.9 Cepu
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu: J. RSU Cepu
RS Permata: Jalan Reksodiputro No.57 Blora
RS NU Cepu
Media massa
Radio
Beberapa stasiun radio di Kabupaten Blora:
RSPD Blora (RSPD Gagak Rimang), AM 711 kHz
Radio Blora Sakti (RBS), AM 909v kHz
Radio GPN FM, FM 92.5 MHz
Radio M9 (Thomson Radio Network), FM 92.0 MHz
Radio Raka FM, 98.7 MHz
Radio Thomson Blora, FM 94.1 MHz
Radio XFM (Thomson Radio Network), FM 99.2 MHz
Radio Citra FM, FM 100.8 MHz
Radio Duta Suara FM, FM 102.7 MHz
RSPD Blora (RSPD Gagak Rimang), FM 105.9 MHz
Radio Gloria FM, FM 106.7 MHz
Radio Sion Blora, FM 107.7 MHz
Media Online
Beberapa media di Kabupaten Blora:
seputarblora.my.id
harianblora.com
infoblora.com
kabarblora.com
bloranews.com
haloblora.co
lintasblora.com
lingkarblora.com
bloraupdates.com
portalblora.com
lingkarjateng.id ( Koran Lingkar Jateng )
Julukan
Sate
Dijuluki Daerah Sate, karena di Blora terdapat sate khas dengan bumbu khas Blora.
Barongan
Dijuluki Barongan, karena Blora adalah daerahyang paling gencar melestarikan seni budaya Barongan.
Samin
Dijuluki Daerah Samin, karena daerah ini merupakan ibu kota kabupaten yang masyarakatnya banyak terdapat masyarakat Samin, pusat kegiatannya berada di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Blora.
Kayu Jati
Dijuluki Kayu Jati, karena Blora merupakan penghasil kayu jati terbesar se-pulau Jawa. Kayu jati dari Blora dikenal memiliki kualitas paling baik se-Indonesia, bahkan kayu jati Blora juga dikenal di mancanegara.
Tokoh terkenal
Tokoh terkenal asal Kabupaten Blora adalah:
Tokoh kolosal
Aryo Penangsang
Pocut Meurah Intan, pejuang Aceh yang dibuang Belanda ke Blora dan meninggal serta dimakamkan di Desa Temurejo, Blora.
Tokoh politik
Tirto Adhi Soerjo
Marco Kartodikromo
Ali Moertopo
Mukti Ali
LB Moerdani
Samin Surosentiko pelopor Ajaran Samin (Saminisme).
Mas Sutardjo Kertohadikusumo; pencetus Petisi Sutarjo
Prasetyo
Tokoh selebriti
Farid Aja
Maria Asteria Sastrayu Rahajeng
Yeni Inka
Tokoh olahraga
Pratama Arhan
Tokoh Sastrawan, Penulis dan Aktivis Literasi
Pramoedya Ananta Toer
Soesilo Toer
Kalis Mardiasih
Dian Marta Wijayanti
Tokoh Kepolisian
Agus Andrianto, Kabareskrim polri sejak 2021 sampai sekarang
Syahar Diantono, Kadivpropam Polri Sejak 2022 sampai sekarang
Mashudi (polisi) Kapusinafis Bareskrim Polri Sejak 2021 Sampai Sekarang
Guntur Setyanto Mantan Kapolda Bengkulu Dari Tanggal 1 Juni 2021-17 Desember 2021
Tokoh Militer
Harry Indarto, Komandan Lantamal III/Jakarta Sejak 31 Januari 2023 Sampai Sekarang
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Jaswandi Mantan Perwira Tinggi TNI / Mantan Pangdam Jaya periode 23 Februari 2017-2 Maret 2018
Laksamana madya Tentara Nasional Indonesia Purnawirawan Agung Prasetiawan mantan perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang sekarang menjabat sebagai Sekjen PPAL
Referensi
Pranala luar
Situs web resmi Pemerintah Kabupaten Blora
Blora
Blora |
4085 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Grobogan | Kabupaten Grobogan | Grobogan (atau lebih dikenal oleh masyarakat umum dengan nama ibu kota kabupatennya yaitu Kabupaten Purwodadi, ) adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Purwodadi Kota. Pada Sensus Penduduk Indonesia 2020, penduduk kabupaten Grobogan berjumlah 1.453.526 jiwa, dengan kepadatan penduduk 719 jiwa/km2.
Geografi
Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap, dan berbatasan langsung dengan 9 kabupaten lain. Letak astronomis wilayah antara 110° 15' BT – 111° 25' BT dan 7° LS–7°30’ LS, dengan jarak bentang dari utara ke selatan ± 37 km dan dari barat ke timur ± 83 km.
Secara geografis, Grobogan merupakan lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan Kendeng di bagian selatan dan Pegunungan Kapur Utara di bagian utara. Bagian tengah wilayahnya adalah dataran rendah. Dua sungai besar yang mengalir adalah Kali Serang dan Kali Lusi.
Dua pegunungan tersebut merupakan hutan jati, mahoni dan campuran yang memiliki fungsi sebagai resapan air hujan disamping juga sebagai lahan pertanian meskipun dengan daya dukung tanah yang rendah.
Lembah yang membujur dari barat ke timur merupakan lahan pertanian yang produktif, yang sebagian telah didukung jaringan irigasi. Lembah ini selain dipadati oleh penduduk juga aliran banyak sungai, jalan raya dan jalan kereta api.
Sebelumnya ibu kota kabupaten Grobogan terletak di Kecamatan Grobogan bukan di Kecamatan Purwodadi, akan tetapi kemudian dipindah di Purwodadi, Bupati Grobogan pertama kali adalah Raden Surokerti Abinarang dan Bupati yang paling legendaris adalah Soegiri.
Budaya yang paling terkenal di Grobogan ini adalah seni tayub, dengan pemainnya yang legendaris adalah Lasmi dari desa Kropak.
Topografi
Sebagian besar wilayah terletak pada permukaan yang relatif datar dengan kemiringan kurang dari 5%, daerah berbukit dan pegunungan terletak di bagian utara dan selatan, tepatnya di sekitar jalur pegunungan kendeng utara dan selatan. Secara umum kondisi topografi yang ada dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok:
Daerah dataran, berada pada ketinggian sampai dengan 50 mdpl, dengan kelerengan 0–8%
Daerah perbukitan, berada pada ketinggian antara 50 -100 mdpl, dengan kelerengan 8–15%
Daerah dataran tinggi, berada pada ketinggian antara 100–500 mdpl, dengan kelerengan >15%
Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan bentang alam dan asosiasi batuan penyusunnya, terdapat 7 jenis batuan, yaitu paleosen fasies sedimen, paleosen fasies batu gamping, pleistosen fasies sedimen, miosen fasies batu gamping, dan aluminium. Dari jenis batuan tersebut yang sebarannya merata adalah batuan aluminium dan paleosen fasies sedimen.
Hasil pelapukan batuan dan sedimentasi menghasilkan jenis tanah yang ada saat ini, yaitu aluvial dengan bahan induknya endapan liat dan pasir; Asosiasi Litosol, Mediteran kuning dan Rensina dengan bahan induknya batu kapur dan napal lunak; Komplek Regosol kelabu dan Grumosol kelabu tua dengan bahan induknya batu kapur dan napal; Grumosol dengan bahan induk endapan liat; Grumosol dengan bahan induk batu kapur dan napal; Asosiasi Grumosol tua coklat dengan bahan induk napal lunak; Asosiasi Mediteran merang kekuningan dan Mediteran coklat kekuningan dengan bahan induk batu liat lunak; Komplek Mediteran coklat kemerahan dan Litosol dengan bahan induk batu kapur dan napal. Dari jenis tersebut, aluvial kelabu dan aluvial coklat keabuan mempunyai sebaran yang hampir merata pada seluruh wilayah.
Batas Wilayah
Berikut merupakan batas wilayah Kabupaten Grobogan.
Etimologi
Asal mula daerah itu disebut Grobogan menurut cerita tutur yang beredar di daerah Grobogan, suatu ketika pasukan kesultanan Demak di bawah pimpinan Sunan Ngundung dan Sunan Kudus menyerbu ke pusat kerajaan Majapahit. Dalam pertempuran tersebut pasukan Demak memperoleh kemenangan gemilang. Runtuhlah Kerajaan Majapahit. Ketika Sunan Ngundung memasuki istana, dia menemukan banyak pusaka Majapahit yang ditinggalkan. Benda-benda itu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sebuah grobog, kemudian dibawa sebagai barang boyongan ke Demak. Di dalam perjalanan kembali ke Demak, grobog tersebut tertinggal di suatu tempat karena sesuatu sebab, tempat itulah yang kemudian disebut Grobogan. Grobog juga adalah tempat menyimpan senjata/barang pusaka, wayang, perhiasan, dan sebagainya. Peristiwa tersebut sangat mengesankan hati Sunan Ngundung, sebagai kenangan, tempat tersebut di beri nama Grobogan, yaitu tempat grobog tertinggal.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Transportasi
Purwodadi, ibu kota Kabupaten Grobogan, berada di jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Surabaya lewat Cepu, dan Pantura Jawa Tengah (Demak/ Jepara/ Kudus/ Pati/ Rembang/ Blora) dengan Solo atau Surakarta/ Yogyakarta
Angkutan kereta api juga melintasi wilayah kabupaten ini, khususnya kawasan selatan Purwodadi. Terdapat dua jalur utama kereta api, yakni dari:
Semarang Tawang menuju timur (Surabaya Kota)
Semarang Tawang menuju tenggara (Solo Balapan)
Kabupaten Grobogan memiliki sejumlah stasiun kereta api, di mana Stasiun Ngrombo adalah yang terbesar, di mana kereta api jarak jauh rute Surabaya, Semarang, dan Jakarta singgah di stasiun tersebut. Sedangkan stasiun-stasiun kereta api yang lain hanya dilewati kereta api-kereta api tersebut.
Pariwisata
Wisata Alam
Tempat wisata alam di Kabupaten Grobogan adalah:
Api Abadi Mrapen, di Manggarmas
Waduk Kedung Ombo, di Rambat
Cindelaras, di Ngrandah
Bledug Kuwu, di Kuwu
, Bledug Cangkring Di Kradenan
Bledug Kesongo, di Gabus
Bledug Medang Kawit, di Tanjungharjo
White Canyon, di Mrisi
Air Terjun Widuri, di Kemaduhbatur
Air Terjun Ngasinan, di Kemaduhbatur
Air Terjun Ngayongan, di Karangasem
Air Terjun Gulingan, di Sedayu
Goa Urang, di Kemaduhbatur
Goa Gajah, di Kemaduhbatur
Goa Macan, di Sedayu
Goa Lowo, di Sedayu
Goa Gogor, di Sumber Jatipohon
Goa Angil-Angil, di Kemaduhbatur
Goa Ngesong, di Tegalrejo
Goa Teges, di Tegalrejo
Wisata pager gunung (kec. Brati)
Wisata Pemandian
Tempat wisata pemandian di Kabupaten Grobogan adalah:
Pemandian Sanggeh, di Tambirejo
Pemandian Mudal, di Karangasem
Pemandian Segoro Gunung, di Nglinduk
Sendang Keyongan, di Penganten
Sendang Wangi, di Karangasem
Sendang Coyo, di Mlowokarangtalun
Sendang Bulusan, di Jipang
Sendang Sungapan, di Sembungharjo
Wisata Keluarga
Tempat wisata keluarga di Kabupaten Grobogan adalah:
Bloombang Waterpark, di Kuripan
Wisata Pesawat & Air Master Park, di Kuripan
Mulia Waterpark Klambu, di Klambu
Kolam Renang Jatipohon, di Sumber Jatipohon
Wisata Religi
Tempat wisata religi di Kabupaten Grobogan adalah:
Makam Ki Ageng Selo, di Selo
Makam Ki Ageng Tarub, di Tarub
Makam Ki Ageng Getas Pendowo, di Kuripan, Purwodadi
Makam Kyai Ageng Kafiluddin, di Menduran Brati
Makam Ki Ageng Tirta, di Wirosari
Wisata Kuliner
Tempat wisata kuliner di Kabupaten Grobogan adalah:
Babalu Cafe, Jalan Diponegoro
Ayam Goreng Noroyono, Jalan R. Suprapto
Resto Serba Sambel, Jalan Hayamwuruk
Danau Resto, Jalan Gajahmada
Suka Rasa, Jl Raya Solo–Purwodaadi KM 3
Dapur Mentari, Jl Kauman Mojoagung
Perayaan
Kabupaten Grobogan terdapat beberapa event acara perayaan, yaitu:
Pekan Raya Grobogan, di Alun-Alun
Purwodadi Expo, di Alun-Alun
Kuliner Khas
Grobogan memiliki beberapa makanan khas yang ekstrimkstrem, yaitu:
Botok Lebos (pohon talas)
Swike Kodok
Botok Yuyu
Asem-Asem Bekicot
Rica Bekicot
Rica Biawak
Peyek Laron
Oseng Ungker (Oseng Ulat Jati)
Walang Goreng (Belalang Goreng)
Sayur Becek
Garang Asem
Nasi Jagung
Nasi Pager
Pecel Gambreng (Pecel di Stasiun Gambrengan)
Asem–Asem
Kesehatan
Sarana Kesehatan
Rumah sakit di Grobogan, adalah:
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R Soemodiardjo Purwodadi
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi
Rumah Sakit Islam Purwodadi
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Gubug
Rumah Sakit Sekar Laras Purwodadi
Rumah Sakit Umum Daerah Ki Ageng Getas Pendowo Gubug
Rumah Sakit Umum Daerah Ki Ageng Selo Wirosari
Rumah Sakit Habibullah Gabus
Rumah Sakit Siaga Utama Khusus Bedah
Pendidikan
Sekolah Menengah Atas
SMK GAJAH MADA PURWODADI GROBOGAN
MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan
SMK GAJAH MADA PURWODADI
SMA Negeri 1 Purwodadi
MA Multimedia YATPI Godong
SMA Negeri 1 Grobogan
SMA Negeri 1 Wirosari
SMA Negeri 1 Kradenan
SMA Negeri 1 Toroh
SMA Negeri 1 Karangrayung
SMA Negeri 2 Karangrayung
SMA Negeri 1 Godong
SMA Negeri 1 Pulokulon
SMA Negeri 1 Gubug
SMA Negeri 1 Gabus
SMA Negeri 1 Geyer
SMK Negeri 1 Purwodadi
SMK Negeri 2 Purwodadi
SMK Negeri 1 Wirosari
MAN 1 Grobogan
MAN 2 Grobogan
SMK PEMBNAS Purwodadi
MA Darut Taqwa Purwodadi
MA MANBA'UL A'LAA Purwodadi
SMK PANCASILA PURWODADI
SMK Astra Mitra Purwodadi
SMK Al–Wahhab Bago Kradenan Grobogan
MA Sunniyyah Selo Tawangharjo
Sekolah Menengah Pertama
SMP Negeri 1 Purwodadi
SMP Negeri 2 Purwodadi
SMP Negeri 3 Purwodadi
SMP Negeri 4 Purwodadi
SMP Negeri 5 Purwodadi
SMP Negeri 6 Purwodadi
SMP Negeri 1 Wirosari
SMP Negeri 1 Grobogan
SMP Negeri 1 Brati
SMP Negeri 1 Godong
SMP Negeri 1 Tawangharjo
SMP Negeri 1 Penawangan
SMP Negeri 1 Tanggungharjo
SMP Negeri 2 Tanggungharjo
SMP Negeri 7 Purwodadi
SMP Negeri 1 Gubug
SMP Negeri 3 Wirosari
SMP Negeri 1 Toroh
SMP Negeri 2 Toroh
SMP Negeri 1 Karangrayung
SMP Negeri 2 Karangrayung
SMP Negeri 3 Karangrayung
SMP Negeri 4 Satu Atap Karangrayung
SMP Panca Bhakti Karangrayung
MTs Negeri Wirosari
MTs Negeri Jeketro
MTS Tsamrotul Huda Karangharjo
MTs. Manba'ul A'laa Purwodadi
MTs Putera Sunniyyah Selo Tawangharjo
SMP Negeri 1 Tegowanu
SMP Negeri 2 Tegowanu
SMP Negeri 3 Tegowanu
SMP Negeri 1 Pulokulon
SMP Negeri 2 Pulokulon
SMP Negeri 3 Pulokulon
SMP Islam Walisongo Penawangan
SMP Islam Integral
SMP Al Firdaus
SMP Pelita
Lembaga Kursus
ELCI School
Media Massa
Koran dan Majalah
Koran Lingkar
Koran Jawapost Radar Kudus
Media Online
bloranews.com
lingkarateng.id
orbitnews.id
Tokoh
Bondan Kajawan, leluhur dinasti Mataram Islam
Ki Ageng Enis, guru dan penasihat Joko Tingkir
Ki Ageng Sela, penyebar agama Islam di Grobogan
Nyai Ageng Serang, pejuang dan pahlawan nasional Indonesia
Nani Soedarsono, Menteri Sosial Republik Indonesia ke-20 (1983–1988)
Soekemi Sosrodihardjo, ayah dari Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia
Mohamad Agung Budijono, Wakapolda Kalimantan Tengah Sejak 23 Desember 2022 Sampai Sekarang
Referensi
Pranala luar
Grobogan
Grobogan |
4090 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Klaten | Kabupaten Klaten | Klaten () adalah kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Pusat pemerintahan berada di Kota Klaten, yang merupakan gabungan dari 3 kecamatan Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan, sekitar 36 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten yang berbatasan dengan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.275.850 jiwa pada tahun 2022 dan mayoritas penduduknya merupakan etnis Jawa.
Geografi
Secara astronomis, Kabupaten Klaten terletak di antara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Klaten mencapai 655,56 km². Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yakni wilayah Gunung Kidul Di sebelah barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yakni wilayah Sleman serta Kabupaten Magelang dan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran yakni Sebelah Utara Dataran Lereng Gunung Merapi, Sebelah Timur Membujur Dataran Rendah, sebelah Selatan Dataran Gunung Kapur.
Menurut topografi, Kabupaten Klaten terletak di antara Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter di atas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar, dan wilayah berbukit di bagian selatan.
Jarak Kota Klaten dengan kota lain se-Karesidenan Surakarta:
Kota Klaten ke Kota Boyolali: 38 km,
Kota Klaten ke Wonogiri: 67 km,
Kota Klaten ke Kota Surakarta: 36 km,
Kota Klaten ke Karanganyar: 49 km,
Kota Klaten ke Kota Sukoharjo: 47 km,
Kota Klaten ke Sragen: 63 km.
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah hujan terendah bulan Juli (8 mm).
Topografi
Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:
Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Tulung.
Dataran rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur.
Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas.
Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali, dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi.
Ketinggian daerah:
Sekitar 3,72% terletak di antara ketinggian 0–100 meter di atas permukaan laut.
Terbanyak 83,52% terletak di antara ketinggian 100–500 meter di atas permukaan laut.
Sisanya 12,76% terletak di antara ketinggian 500–2500 meter di atas permukaan laut.
Geologi
Jenis tanah terdiri dari 5 (lima) macam:
Litosol: Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah Kecamatan Bayat.
Regosol Kelabu: Bahan induk abu dan pasir vulkanik termedier terdapat di Kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom.
Grumusol Kelabu Tua: Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan interme-dier terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan.
Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua: Bahan induk berupa batuk apurnapal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan Kalikotes sebelah selatan.
Regosol Coklat Kekelabuan: Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi.
Batas Wilayah
Sejarah
Sejarah Klaten tersebar di berbagai catatan arsip-arsip kuno dan kolonial, arsip-arsip kuno dan manuskrip Jawa. Catatan itu seperti tertulis dalam Serat Perjanjian Dalem Nata, Serat Ebuk Anyar, Serat Siti Dusun, Sekar Nawala Pradata, Serat Angger Gunung, Serat Angger Sedasa dan Serat Angger Gladag. Dalam bundel arsip Karesidenan Surakarta, sejarah Klaten tercantum dalam Soerakarta Brieven van Buiten Posten, Brieven van den Soesoehoenan 1784-1810, Daghregister van den Residentie Soerakarta 1819, Reporten 1787-1816, Rijksblad Soerakarta dan Staatblad van Nederlandsche Indie. Babad Giyanti, Babad Bedhahipun Karaton Negari Ing Ngayogyakarta, Babad Tanah Jawi dan Babad Sindula juga dapat menjadi sumber lain untuk menelusuri sejarah Klaten. Sejarah Klaten juga dapat ditelusuri dari keberadaan candi-candi Hindu, Buddha maupun barang-barang kuno. Asal muasal desa-desa kuno seperti Pulowatu, Gumulan, Wedihati, Mirah-mirah maupun Upit, juga menunjukan keterangan tepercaya. Peninggalan atau petilasan Ngupit bahkan secara jelas menyebutkan pertanda tanggal yang dimaknai 8 November 66 Masehi oleh Raden Rakai Kayuwangi.
Daerah Kabupaten Klaten pada mulanya adalah bekas daerah swapraja Surakarta. Kasunanan Surakarta terdiri dari beberapa daerah yang merupakan suatu kabupaten. Setiap kabupaten terdiri atas beberapa distrik. Susunan penguasa kabupaten terdiri dari Bupati, Kliwon, Mantri Jaksa, Mantri Kabupaten, Mantri Pembantu, Mantri Distrik, Penghulu, Carik Kabupaten 1 dan 2, Lurah Langsik, dan Langsir. Susunan penguasa Distrik terdiri dari Pamong Distrik (1 orang), Mantri Distrik (5), Carik Kepanawon 1 dan 2 (2 orang), Carik Kemanten (5 orang), serta Kajineman (15 orang).
Pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1749, terjadi perubahan susunan penguasa di Kabupaten dan di Distrik. Untuk Jawa dan Madura, semua provinsi dibagi atas kabupaten-kabupaten, kabupaten terbagi atas distrik-distrik, dan setiap distrik dikepalai oleh seorang wedono. Pada tahun 1847, bentuk Kabupaten diubah menjadi Kabupaten Pulisi. Maksud dan tujuan pembentukan Kabupaten Pulisi adalah di samping Kabupaten itu menjalankan fungsi pemerintahan, ditugaskan pula agar dapat menjaga ketertiban dan keamanan dengan ditentukan batas-batas kekuasaan wilayahnya.
Berdasarkan Nawala Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana Senopati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panata Gama VII, Senin Legi 23 Jumadilakhir Tahun Dal 1775 atau 5 Juni 1847 dalam bab 13 disebutkan:
“……………… Kraton Dalam Surakarta Adiningrat Nganakake Kabupaten cacah enem.……………….”
“……………… Kabupaten cacah enem iku Nagara Surakarta, Kartosuro, Klaten, Boyolali, Ampel, lan Sragen.……………….”
“……………… Para Tumenggung kewajiban rumeksa amrih tata tentreme bawahe dhewe-dhewe serta padha ke bawah marang Raden Adipati.……………….”
Asal nama
Ada dua versi yang menyebut tentang asal muasal nama Klathèn.
mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata kelathi atau buah bibir. Kata kelathi ini kemudian mengalami disimilasi menjadi Klaten. Klaten sejak dulu merupakan daerah yang terkenal karena kesuburannya.
menyebutkan Klaten berasal dari kata Melati () yang berubah menjadi kata Klathi, sehingga memudahkan ucapan kata Klathi berubah menjadi kata Klathen. Versi ke dua ini atas dasar kata-kata orang tua sebagaimana dikutip dalam buku Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda Kab. Dati II Klaten Tahun 1992/1993.
Melati adalah nama seorang kyai yang pada kurang lebih 560 tahun yang lalu datang di suatu tempat yang masih berupa hutan belantara. Abdi dalem Kraton Mataram ini ditugaskan oleh raja untuk menyerahkan bunga Melati dan buah Joho untuk menghitamkan gigi para putri kraton (Serat Narpawada, 1919:1921).
Guna memenuhi kebutuhan bunga Melati untuk raja, Kyai dan Nyai Mlati menanami sawah milik Raden Ayu Mangunkusuma, istri Raden Tumenggung Mangunkusuma yang saat itu menjabat sebagai Bupati Pulisi Klaten, yang kemudian dipindah tugaskan istana menjadi Wakil Patih Pringgalaya di Surakarta. Tidak ditemukan sumber sejarah tentang akhir riwayat Kyai dan Nyai Melati. Silsilah Kyai dan Nyai Melati juga tidak diketahui. Bahkan penduduk Klaten tidak ada yang mengakui sebagai keturunan dua sosok penting ini.Kyai Melati Sekolekan, nama lengkap dari Kyai Melati, menetap di tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang yang tinggal di sekitarnya, dan daerah itulah yang menjadi Klaten yang sekarang.
Dukuh tempat tinggal Kyai Melati oleh masyarakat setempat lantas diberi nama Sekolekan. Nama Sekolekan adalah bagian darinama Kyai Melati Sekolekan. Sekolekan kemudian berkembang menjadi Sekalekan, sehingga sampai sekarang nama dukuh itu adalah Sekalekan. Di Dukuh Sekalekan itu pula Kyai Melati dimakamkan.
Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti. Karena kesaktiannya itu perkampungan itu aman dari gangguan perampok. Setelah meninggal dunia, Kyai Melati dikuburkan di dekat tempat tinggalnya.
Sampai sekarang sejarah kota Klaten masih menjadi silang pendapat. Belum ada penelitian yang dapat menyebutkan kapan persisnya kota Klaten berdiri. Selama ini kegiatan peringatan tentang Klaten diambil dari hari jadi pemerintah Kab Klaten, yang dimulai dari awal terbentuknya pemerintahan daerah otonom tahun 1950.
Hari jadi
Berdirinya Benteng atau loji Klaten di masa pemerintahan Sunan Paku Buwana IV mempunyai arti penting dalam sejarah Klaten. Pendirian benteng tersebut peletakan batu pertamanya dimulai pada hari sabtu Kliwon, 12 rabiulakir, Langkir, Alit 1731 atau sengkala RUPA MANTRI SWARANING JALAK atau dimaknai sebagai tanggal 28 Juli 1804. Sumber sejarah ini dapat ditemukan dalam Babad Bedhaning Ngayogyakarata dan Geger Sepehi. Catatan sejarah ini oleh pemerintah Kabupaten Klaten melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 sebagai Hari Jadi Kabupaten Klaten yang diperingati setiap tahun.
Perubahan luas daerah
Luas daerah Kabupaten Klaten mengalami beberapa kali perubahan. Klaten pada mulanya adalah tanpa kecamatan Jatinom dan Polanharjo. Kedua kecamatan semula merupakan wilayah kabupaten Boyolali, dan baru digabungkan tanggal 11 Oktober 1895.
Kelurahan
Semenjak terbentuknya onderdistrik, daerah onderdistrik terdiri dari beberapa dukuh. Sebagian dukuh-dukuh itu merupakan daerah kekuasaan seorang Demang. Gaji seorang Demang berupa tanah pituas.
Luas tanah pituas antara Demang yang satu dan yang lainnya berbeda-beda, sesuai dengan besar kecilnya jasa yang diberikan kepada Kasunanan. Penerima terkecil dinamakan Bekel, kemudian Demang, Ronggo, dan terbesar disebut Ngabei.
Pada tahun 1914 dibentuk kelurahan, yang merupakan penggabungan dari beberapa dukuh. Tanah pituas yang semula untuk gaji Bekel, Demang, Ronggo, dan Ngabei, diberikan pada kelurahan sebagai milik desa yang kemudian menjadi lungguh pamong desa. Struktur organisasi Kelurahan terdiri dari Lurah, Kamituwa, Carik, Kebayan, Modin, dan Ulu-ulu.
Pada tahun 1957, beberapa kelurahan digabungkan, atas ketentuan kasunanan bahwa setiap Kelurahan paling sedikit harus berpenduduk 1300 orang. Peristiwa itu dikenal sebagai masa kompleks.
Sebelumnya, di Klaten telah dilakukan penggabungan karena alasan lain. Masa kompleks di Klaten telah terjadi sejak tahun 1917. di beberapa onderdistrik, penggabungan Kelurahan dilakukan karena beberapa Kelurahan tidak mempunyai tanah untuk kas desa maupun untuk lungguh pada pegawainya.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Bupati yang menjabat di kabupaten Klaten saat ini yakni Sri Mulyani, didampingi wakil bupati Yoga Hardaya.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Ibu kota kabupaten ini berada di Kota Klaten, yang terdiri atas tiga kecamatan yaitu Klaten Utara, Klaten Tengah, dan Klaten Selatan. Kota Klaten dulunya merupakan kota administratif, namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan Kota Administratif Klaten kembali menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Klaten.
Daftar kecamatan di Kabupaten Klaten beserta data lainnya Tahun 2014
Lambang daerah
Mahkota Kerajaan: Melambangkan kebesaran/keagungan cita-cita.
Orang Yang Bersemedi dengan Rambut Terurai, Kaki Berbentuk Pita Bertuliskan KLATEN: Orang dengan tekad yang teguh dan suci menuju cita-cita Kab Klaten.
Perisai Warna Kuning Emas dengan Bingkai Segi Lima Warna Putih: Menggambarkan perlindungan rakyat menuju zaman keemasan “Toto Tentrem Kerto Raharjo” dengan prinsip kebajikan, kejujuran, keadilan dan kebenaran.
Padi dan Kapas: Mencerminkan sandang dan pangan dari hasil pertanian dan perkebunan padi warna kuning emas jumlah 28 kapas warna putih jumlah 10
Tulisan Menyerupai Huruf Jawa: “Tumengo Toto Anggotro Raharjo “ artinya 0591 (1950) Hari jadi Pemerintah Kab Klaten (ditanah jawa) 28-10-1950
Gunungan Warna Biru Muda: Gunungan berarti pembukaan, sedangkan Warna biru muda berarti warna cerah, tenang dan tenteram, yaitu tanda pembukaan berdirinya Pemerintah Kab Klaten dan membuka keadaan baru yang tenang dan tenteram.
Rantai Warna Kuning Melingkar Dibatang Pada dan Kapas: Menggambarkan persatuan dan kegotong royongan rakyat.
Bambu Runcing dan Api: Merupakan simbul perjuangan yang berkobar dan menyala menuju cita-cita yang suci dan mulia.
Tugu Warna Putih: Diartikan sebagai peringatan dari perjuangan yang suci
Pohon Beringin Beserta Akarnya Berwarna Hijau: Simbol pengayoman dan perlindungan rakyat menuju keadaan sosial ekonomi yang merata, adil dan makmur.
Warna Hitam Pada Dasar Lambang: Hitam berarti kuat, tegas, kekal. Maksudnya lambang ini bersifat kuat, tegas dan kekal, baik isi maupun tujuannya.
Pariwisata
Berikut beberapa pariwisata yang terdapat di Kabupaten Klaten
Wisata alam
Rowo Jombor
Deles Indah
Wisata Air Cokro
Wisata Air Janti
Menara Air Klaten
Umbul Ponggok
Wisata Air Water Gong Polanharjo
Kolam Renang Pluneng, Kebonarum
Kolam Renang Umbul Susuhan, Jatinom
Umbul Sigedang
Umbul Siblarak
Umbul Gedaren, Jatinom
Umbul Jolotundo, Jatinom
Umbul Manten, Polanharjo
Umbul Asri, Polanharjo
Wisata sejarah
Candi Prambanan
Candi Sewu
Candi Plaosan
Candi Bubrah
Candi Merak
Di Jatinom, upacara tradisional Sebaran Apem Yaqowiyu diadakan setiap bulan Sapar. Di Palar, Trucuk, Klaten bersemayam pujangga dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat bernama Ronggo Warsito. Keindahan alam dapat dinikmati di daerah Deles, sebuah tempat sejuk di lereng Gunung Merapi. Rowo Jombor tempat favorit untuk melihat waduk. Terdapat juga Museum Gula, di Gondang Winangun yang terletak sepanjang jalan Klaten–Yogyakarta.
Di kecamatan Tulung sebelah timur terdapat serangkaian tempat bermunculannya mata air pegunungan yang mengalir sepanjang tahun, dan dijadikan objek wisata. Wisata yang bisa dinikmati di sana adalah wisata memancing dan pemandian air segar. Banyak tempat pemandian yang bisa dikunjungi baik yang berbayar maupun tidak berbayar, seperti Umbul Nilo (berbayar), Umbul Penganten (berbayar), Umbul Ponggok (berbayar), Umbul Cokro (berbayar) dan umbul lainnya. Namun kalau untuk wisata memancing semua harus berbayar karena dikelola oleh usaha warga. Letak pemancingan yang terkenal adalah di desa Janti. Sambil memancing pengunjung dapat juga menikmati masakan ikan nila, lele, atau mas goreng berbumbu sambal khas dengan harga sangat terjangkau. Tiap hari libur perkampungan ini sering mengalami kemacetan karena membludaknya pengunjung dari Kota Surakarta, Semarang dan Jogja.
Di Kecamatan Bayat, Klaten, tepatnya di kelurahan Paseban, Bayat, Klaten terdapat Makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran atau Sunan Tembayat yang memiliki desain arsitektur gerbang gapura Majapahit. Sunan Tembayat ini dahulu dikenal sebelum menjadi Sunan, dia adalah Bupati Semarang yang kemudian berkelana dalam hal keagamaan. Makam ini menjadi salah satu tempat wisata ziarah Para Wali. Pengunjung dapat memarkir kendaraan di areal parkir serta halaman Kelurahan yang cukup luas. Setelah mendaki sekitar 250 anak tangga, akan ditemui pelataran dan Masjid. Pemandangan dari pelataran akan tampak sangat indah di pagi hari.
Kuliner khas
Ayam Bakar Khas Klaten
Ayam Panggang Khas Klaten
Kepelan asli Pedan (Camilan)
Sop Ayam Pecok asli Klaten
Nasi Tumpang Lethok
Soto Bebek dan Bebek Bacem
Swike Kodok
Bakmi Miroso
Angkringan/HIK
Keripik Cakar, Belut, dan Paru (Camilan)
Soto Kwali Klaten
Jenang Ayu
Bubur Tumpang
Ekonomi
Produk Klaten yang berpotensi, yaitu:
Sentra Industri Konveksi–Wedi
Karung Goni–Delanggu
Gerabah–Krakitan, Bayat
Lurik–Desa Mlese, Ds Tlingsing, Cawas
Kerajinan Wayang–Omah Wayang Klaten (danguran Klaten Selatan)
Payung Kertas–Juwiring
Meubel/ kerajinan kayu–Sajen
Handycraft–Karanganom
Pusat makanan Ringan(snack) -Gondangan, Jogonalan
Transportasi
Stasiun Kereta
Stasiun Brambanan
Stasiun Srowot
Stasiun Klaten
Stasiun Ketandan (Tidak Aktif)
Stasiun Ceper
Stasiun Delanggu
Terminal
Terminal Bus Ir. Soekarno Klaten
Terminal Bus Buntalan Klaten
Terminal Bus Delanggu Klaten
Terminal Bus Penggung Klaten
Terminal Bus Cawas Klaten
Terminal Bus Teloyo Klaten
Terminal Bus Tulung Klaten
Terminal Bus Bendogantungan Klaten
Pendidikan
Referensi
Pranala luar
Situs resmi
BPS Kab Klaten
Klaten
Klaten |
4095 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Pekalongan | Kota Pekalongan | Kota Pekalongan (Jawa: ꦥꦏꦭꦺꦴꦔꦤ꧀, Pegon: ڤكلوڠن, Pakalongan, , Belanda: Pacalongan) adalah kota di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini merupakan pelabuhan terpenting di Jawa Tengah dan terkenal dengan batiknya. Pekalongan merupakan kota pertama di Indonesia dan kota Asia Tenggara pertama yang menjadi bagian dari Jaringan Kota Kreatif UNESCO.
Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa di Utara, Kabupaten Batang di Timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah Selatan dan Barat, dan terletak di Jalur Pantura. Pekalongan berjarak 101 km sebelah barat kota Semarang, atau 384 km sebelah timur Jakarta. Pekalongan dikenal dengan julukan "Kota Batik", karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Pada tahun 2021, jumlah penduduk kota Pekalongan sebanyak 315.997 jiwa dengan kepadatan 6.983 jiwa/km².
Sejarah
Nama Kota Pekalongan (Gemeente Pekalongan) dapat ditelusuri pada arsip dokumen Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvernements Besluit) Nomor 40 tahun 1931. Nama Pekalongan diambil dari kosakata bahasa Jawa 'Along' (dapat banyak) dan di bawah lambang kota tertulis 'Pek-along-an'. Hal ini diikuti dengan keputusan DPRD Kota Besar Pekalongan tanggal 29 Januari 1957 dan tambahan Lembaran Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1958, serta persetujuan Pepekupeda Teritorium 4 dengan SK Nomor KTPS-PPD/00351/II/1958 yang menyatakan bahwa nama Pekalongan berasal dari kata 'Pek-Along-An' yang berarti pendapatan atau dalam bahasa Jawa Krama disebut dengan 'Pangangsalan'.
Pada pertengahan abad ke-19 di kalangan kaum liberal Belanda muncul pemikiran etis, yang selanjutnya dikenal sebagai politik etis, yang menyerukan Program Desentralisasi Kekuasaan Administratif yang memberikan hak otonomi kepada setiap Karesidenan dan Kota Besar serta pembentukan dewan-dewan daerah di wilayah administratif tersebut.
Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dengan dikeluarkannya Staatbland Nomor 329 Tahun 1903 yang menjadi dasar hukum pemberian hak otonomi kepada setiap residensi dan untuk Kota Pekalongan. Hak otonomi ini diatur dalam Staatblaad Nomor 124 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen voor de Hoofplaatss Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse yang berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menandatangani penyerahan kekuasaan kepada tentara Jepang. Jepang menghapus keberadaan dewan-dewan daerah, sedangkan Kabupaten dan Kotamadya diteruskan dan hanya menjalankan pemerintahan dekonsentrasi.
Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus oleh dwitunggal Soekarno-Hatta di Jakarta, ditindaklanjuti rakyat Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas tentara Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil, sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara Jepang.
Secara yuridis formal, Kota Pekalongan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka Pekalongan berubah sebutannya menjadi Kotamadya Dati II Pekalongan.
Terbitnya PP Nomor 21 Tahun 1988 tanggal 5 Desember 1988 dan ditindaklanjuti dengan Inmendagri Nomor 3 Tahun 1989 mengubah batas wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan sehingga luas wilayahnya berubah dari 1.755 Ha menjadi 4.465,24 Ha dan terdiri dari 4 Kecamatan, 22 desa dan 24 kelurahan. Sejalan dengan era reformasi yang menuntut adanya reformasi disegala bidang, diterbitkan PP Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 32 Tahun 2004 yang mengubah sebutan Kotamadya Dati II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan.
Lambang
Kota Pekalongan pertama kali menggunakan coat of arms bergaya Belanda yang pada perisainya tergambar tiga ekor ikan di jaring. Representasi ini melambangkan bahwa Pekalongan merupakan pusat penangkapan ikan utama di Jawa Tengah bagian utara.
Lambang Kota Pekalongan yang kini digunakan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Besar Pekalongan Tentang Bentuk Lambang Kota Besar Pekalongan tanggal 29 Januari 1957 dan kini menggunakan Peraturan Daerah Kota Pekalongan No. 3 Tahun 2017. Lambang ini berupa perisai yang dimahkotai benteng 5 menara. Pada perisai utama terdapat canting di atas bidang kuning emas (Or), tiga ikan berenang pada bidang biru (Azure), serta motif batik Jlamprang menyilang dari kanan atas ke kiri bawah (per bend sinister).
Pada tanggal 30 Januari 2015, Wali Kota Pekalongan Basyir Ahmad meluncurkan logo baru dan dikukuhkan berdasarkan Perda No. 10 Tahun 2014. Logo ini diluncurkan untuk memberikan citra baru bahwa Pemerintah Kota harus melayani masyarakat. Ahmad menyebut bahwa logo ini "tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat." Logo Kota Pekalongan tampil dengan bentuk yang lebih modern, membentuk lingkaran dengan unsur-unsur seperti orang bekerja, canting, ikan, dan orang beribadah. Ahmad menyebut bahwa lambang ini akan disandingkan dengan emblem UNESCO untuk memudahkan pemasaran dan penjenamaan.
Logo ini mendapat komplain dari masyarakat Kota Pekalongan karena bentuknya terlalu abstrak dan tak terkesan formal. Akhirnya Pemerintah Kota memutuskan untuk mengembalikannya ke coat of arms yang dibuat tahun 1958 dengan mengukuhkan Perda No. 3 Tahun 2017.
Geografi
Kota Pekalongan membentang antara 6º50’42”–6º55’44” LS dan 109º37’55”–109º42’19” BT. Berdasarkan koordinat fiktifnya, Kota Pekalongan membentang antara 510,00–518,00 km membujur dan 517,75–526,75 km melintang, dimana semuanya merupakan daerah datar, tidak ada daerah dengan kemiringan yang curam, terdiri dari tanah kering 67,48% Ha dan tanah sawah 32,53%.
Berdasarkan jenis tanahnya, di Kota Pekalongan memiliki jenis tanah yang berwarna agak kelabu dengan jenis aluvial kelabu kekuningan dan aluvial yohidromorf. Jarak terjauh dari Utara ke Selatan mencapai ± 9 km, sedangkan dari Barat ke Timur mencapai ± 7 km.
Batas wilayah
Batas wilayah administrasi Kota Pekalongan yaitu:
Iklim dan cuaca
Kota Pekalongan merupakan daerah beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 40 mm–300 mm per bulan, dengan jumlah hari hujan 120 hari. Keadaan suhu rata-rata di Kota Pekalongan dari tahun ke tahun tidak banyak berubah, berkisar antara 17–35 °C.
Pemerintahan
Secara administrasi pemerintahan Kota Pekalongan dipimpin oleh seorang Wali kota dan Wakil Wali kota yang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi beberapa kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kota. Sejak 2005, Wali kota Pekalongan dan wakilnya dipilih langsung oleh warga kota dalam pilkada, setelah sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD.
Daftar Walikota
Berikut adalah Daftar Wali kota Pekalongan, Jawa Tengah dari masa ke masa:
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Berikut ini adalah daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Pekalongan. <onlyinclude>Kota Pekalongan memiliki 4 kecamatan dan 27 kelurahan pasca-penggabungan (berdasarkan Perda Kota Pekalongan No.8 Tahun 2013).
</onlyinclude>
Demografi
Agama
Sejak dulu, Kota Pekalongan dikenal sebagai salah satu kota dengan tingkat religiusitas yang cukup tinggi, indikatornya adalah dengan banyaknya jumlah pondok pesantren yang ada yakni 44 buah dengan jumlah santri mencapai 4.706 orang. Keberagaman pemeluk agama tidak lagi menimbulkan permasalahan yang berarti menunjukkan kondusifnya kehidupan antar umat beragama Kota Pekalongan.
Agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk Kota Pekalongan, sedangkan agama lain yang dianut sebagian warga Kota Pekalongan adalah Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Untuk memenuhi kebutuhan peribadatan, di Kota Pekalongan terdapat berbagai jenis tempat ibadah berupa Masjid 106 unit, Musholla 613 unit, 13 buah Gereja Kristen, 2 Gereja Katolik, 1 Pura dan 5 Wihara yang tersebar diseluruh kecamatan Kota Pekalongan.
Etnis
Kota Pekalongan secara etnik didominasi oleh Suku Jawa yang bertutur dengan Bahasa Jawa dialek Pekalongan yang secara dialek dekat dengan Bahasa Jawa Banyumasan dialek Tegal ataupun Bahasa Jawa Semarang. Sejarah Pekalongan sebagai kota pelabuhan dan perdagangan membuatnya memiliki sejumlah komunitas pendatang yang menonjol, seperti etnis Cina dan Arab, selain tentu saja suku-suku Nusantara lain seperti suku Melayu dan Banjar.
Ekonomi
Karena letaknya sangat strategis yaitu di antara Jakarta dan Surabaya, perekonomian Kota Pekalongan cukup maju di antara kota-kota lain di Jawa Tengah yaitu dalam bidang industri, perikanan dan properti. Dalam bidang perikanan, Kota Pekalongan memiliki sebuah pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa.
Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain itu di Kota Pekalongan banyak terdapat perusahaan pengolahan hasil laut, seperti ikan asin, terasi, sarden, dan kerupuk ikan, baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah tangga.
Pusat perbelanjaan
Kota Pekalongan memiliki beberapa pusat perbelanjaan dari mall, pasar grosir hingga pasar tradisional.
Mall
Plaza Pekalongan
Transmart Pekalongan
Pekalongan Square
Yogya Toserba Pekalongan
Superindo Supermarket
Pasar
Pasar Grosir Batik Setono
Pasar Induk Banjarsari (Berhenti Operasi Sementara karena Kebakaran)
Pasar Induk Grogolan
Pasar Induk Banyu Urip
Pasar Pagi Keraton
Pasar Podosugih
Pasar Anyar
Pasar Kraton
Pasar Poncol
Pasar Klego
Pasar Induk Kuripan
Pasar Buah Banjarsari
Industri
Galangan kapal kayu
Galangan kapal fiberglass
Galangan kapal baja (PT Barokah Marine)
Pabrik es balok
Industri Ikan Asin
Industri Pemindangan ikan
Pabrik Pengalengan Ikan Maya
Industri Kecil Pembuatan Terasi
Pabrik Pembuatan Fillet Ikan
Industri Kerajinan Batik
Industri Pembuatan Mebel Rotan dan Bambu
Industri Kecil Makanan Ringan
Pabrik Rokok Sigaret Kretek
Pabrik Teh
Industri Pembuatan Sarung
Industri Kain
Hiburan
Cinema XXI Pekalongan Square
Cinema XXI Transmart Pekalongan
Karaoke Happy Puppy Plaza Pekalongan
Sahid International Convention Center
Crown Dupan Club
Pariwisata
Kota Pekalongan dikenal akan batiknya yang telah mendunia, banyak wisatawan yang datang atau sekedar singgah di Kota Pekalongan. Tempat wisata di Kota Pekalongan tidak hanya wisata batik saja, tetapi terdapat juga wisata keagamaan, sejarah dan alam.
Tempat wisata
Museum Batik Pekalongan
Kampoeng Batik Kauman
Kampung Wisata Batik Pesindon
Kampung Wisata ATBM Medono
Kampung Wisata Canting Landungsari
Pantai Pasir Kencana
Pantai Slamaran Indah
Seaworld Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP)
Wisata Hutan Bakau (Mangrove Park)
Water Park Dupan
Kawasan Kota Tua Jetayu
Ziarah Makam Habib Ahmad Bin Abdullah Bin Tholib Al Atas
Taman Kota Kawasan Mataram
Monumen 03-10-1945
Acara dan perayaan
Pada setiap tahun pada tanggal tertentu, Pemerintah atau warga Kota Pekalongan mengadakan berbagai acara yang menarik wisatawan, acara-acara tersebut diantaranya:
Pekan Batik Nusantara (PBN) dan Pekan Batik Internasional (PBI)
Pekan Batik Nusantara diadakan 1 tahun sekali pada bulan Oktober sedangkan Pekan Batik Internasional berlangsung setiap 3 tahun sekali pada bulan yang sama. Kegiatan yang diselenggarakan dalam acara ini adalah gala diner, fashion show, gelar budaya, seminar, karnaval kreasi busana batik, pameran produk batik dalm dan luar negeri, great sale dan wisata kuliner.
Perayaan HUT Kota Pekalongan
Diadakan 1 tahun sekali yaitu setiap tanggal 1 April, dalam acara ini dilakukan kirab dan gelar kesenian dan budaya khas Kota Pekalongan, karnaval serta berbagai event lomba. Tetapi pada tahun 2015, perayaan ini dilaksanakan dalam acara Pekan Kreatif Nusantara (PKN) yang konsep nya tidak jauh berbeda dengan Pekan Batik.
Hari Teknologi Nasional
Diselenggarakan 1 tahun sekali pada bulan September, agenda dalam acara ini adalah pameran inovasi daerah yang diikuti berbagai daerah di Indonesia serta lomba inovasi.
Nyadran
Tradisi Nelayan Pekalongan yang diadakan 1 tahun sekali dengan menggelar acara "ngelarung" sesaji ditengah laut yang diperebutkan oleh kalangan masyarakat nelayan.
Pek Tjun
Dilakukan 1 tahun sekali, kegiatan Pek Tjun menampilkan kebudayaan Tionghoa dengan puncak acara di Pantai Pasir Kencana dengan atraksi barongsai yang dilarung di laut serta lomba mendirikan telur ditengah terik matahari.
Cap Gomeh
Diselenggarakan 1 tahun sekali oleh umat Konghucu yang dipusatkan di Klenteng Pho An Thian, dengan kegiatan karnaval mengarak "para dewa" keliling kota yang diiringi kesenian Tionghoa.
Krapyakan atau Syawalan
Diselenggarakan 1 tahun sekali, sepekan usai Hari Raya Idul Fitri, acara ini berlokasi di Jalan Jlamprang, Krapyak dengan pemotongan lopis raksasa seberat 1 ton lebih dengan tinggi sekitar 2 meter.
Festival Pintoe Dalam
Digelar 1 tahun sekali selama 2 hari di sepanjang Jalan Blimbing, Pekalongan Timur, menyajikan kesenian dan makanan khas etnis Tionghoa.
Khoul
Acara ini dilaksanakan dalam rangka memperingati wafatnya Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas, diselenggarakan 1 tahun sekali menjelang bulan puasa Ramadan. Acara ini berlangsung di wilayah Makam Sapuro yang dihadiri masyarakat dari berbagai daerah di Nusantara dan Mancanegara.
Kuliner
Kota Pekalongan memiliki kuliner khas, diantaranya:
Tauto, merupakan salah satu makanan khas Kota Pekalongan, makanan ini merupakan sebagaimana makanan soto namun menggunakan daging kerbau dengan bumbu khas yaitu tauco.
Kopi tahlil, sebuah minuman kopi yang diracik dengan menggunakan bahan rempah-rempah seperti jahe, kapulaga, pandan.
Gule kambing kacang hijau, makanan ini dipengaruhi budaya khas Timur Tengah, gule kambing ini disajikan dengan dicampur bersama kacang hijau.
Nasi kebuli, merupakan nasi yang dimasak menggunakan rempah-rempah yang disajikan dengan potongan daging kambing yang dilengkapi acar nanas.
Garang asem Pekalongan, makanan yang berkuah bening dari daging sapi dengan racikan tomat dan cabai rawit gelondongan yang disajikan dalam kondisi panas. Biasa disajikan bersama megono.
Megono, makanan yang terbuat dari nangka muda yang dirajang, diramu dengan bumbu dan dimasak dengan cara dikukus.
Nasi uwet, makanan ini hampir mirip gulai kambing namun dengan kuah yang lebih encer karena tidak menggunakan santan.
Nasi Otot, makanan yang terdiri dari nasi dan otot sapi yang diberi bumbu yang khas, serta ditambah dengan tambahan gorengan.
Pindang tetel adalah makanan khas pekalongan yang berasal dari desa Ambokembang, Kedungwuni, Pekalongan dan Kota Pekalongan Selatan. Meskipun bernama pindang tetel, masakan ini lebih mirip rawon dan dibuat dari tetelan daging iga sapi, bukan ikan pindang.
Di Kota Pekalongan juga terdapat restoran atau kafe baik berjaringan nasional maupun lokal, diantaranya:
KFC Drive Thru Jalan Merdeka
KFC Box Pekalongan Square
Pizza Hut Restaurant Jalan Imam Bonjol
Domino's Pizza Jalan Gajah Mada
Richeese Factory Transmart Pekalongan
Wendy's Transmart Pekalongan
Hokben Jalan Merdeka
Solaria Transmart Pekalongan
Ichiban Sushi Transmart Pekalongan
Mie Gacoan Jalan Urip Sumoharjo
Bakso Boedjangan Transmart Pekalongan
Ramen1 Transmart Pekalongan
California Fried Chicken (Stasiun Pekalongan, Plaza Pekalongan)
Papa Ron's Pizza Pekalongan Square
Gahwaji Sky Lounge Hotel Namira Syariah
Teras Bali
Nostalgia Resto The Sidji Hotel
Obonk Steak & Ribs
Jozzy cafe, Jalan Patiunus 36
Coffee and Beyond
Garuda Madoong Kencana
Warung Oemang
Taiwan Tea House
Kesenian
Wayang Kulit
Wayang Golek Cepak Gaya Pekalongan
Sintren
Simtuduror
Kesenian Banjar
Kesenian Melayu
Pendidikan
Kota Pekalongan memiliki sekitar 2.687 sekolah, 451.609 siswa dan 22.137 guru
Perguruan Tinggi
Universitas Pekalongan (UNIKAL)
Universitas Terbuka Pekalongan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP)
Universitas Islam Negeri K.H. Abdurahman Wahid Pekalongan (UIN GUSDUR)
Universitas Diponegoro Kampus PSDKU Pekalongan
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Pratama (STMIK Widya Pratama)
Akademi Keperawatan Negeri (AKPER Negeri)
Akademi Kebidanan Harapan Ibu (AKBID Harapan Ibu)
Akademi Analis Kesehatan Pekalongan (AAK Pekalongan)
Politeknik Batik Pusmanu Pekalongan
Kesehatan
Rumah sakit
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Puskesmas Bendan
Puskesmas Tirto
Puskesmas Kramatsari
Puskesmas Kusuma Bangsa
Puskesmas Krapyak Kidul
Puskesmas Dukuh
Puskesmas Klego
Puskesmas Tondano
Puskesmas Noyontaan
Puskesmas Sokorejo
Puskesmas Jenggot
Puskesmas Pekalongan Selatan
Puskesmas Buaran Pekalongan Selatan
Puskesmas Kergon
Puskesmas Salammanis
Puskesmas Medono
Puskesmas Degayu
Puskesmas Setono
Transportasi
Kota Pekalongan mudah dijangkau karena merupakan kota perlintasan pada jalur Jakarta-Surabaya. Di Pekalongan terdapat beberapa fasilitas transportasi:
Stasiun Pekalongan, semua kereta api penumpang berhenti di stasiun ini
Terminal Bus Pekalongan
Terminal Ponolawen
Terminal Sayun
Terminal Banjarsari
Terminal Slamaran
Terminal Grogolan
Jalan Tol Pemalang-Batang, exit Kota Pekalongan di Sentono
Olahraga
Di Kota Pekalongan terdapat fasilitas olahraga pada berbagai cabang olahraga, diantaranya:
Stadion Jenderal Hoegeng
Stadion Bumirejo
Stadion Kuripan Lor
Kolam Renang Tirta Sari (Sudah dibongkar)
Gedung GOR Jetayu
Gedung GOR Peritis Kemerdekaan
Gedung GOR Medono
Lapangan Tenis Prabajaya
Lapangan Tenis PDAM
Sungai Cemoro Sewu
Lapangan Abdi Jaya Pringrejo
Lapangan Golf Setono
Media
Televisi
Masyarakat di Kota Pekalongan dapat menikmati beberapa stasiun televisi, terdiri dari TV lokal dan nasional (catatan: sebagian besar stasiun TV dalam daftar di bawah ini juga dapat disaksikan di Tegal dan sekitarnya).
Analog (PAL)
Stasiun analog beroperasi hingga Ditunda.
Radio
Beberapa stasiun radio yang beroperasi di Kota Pekalongan antara lain:
Radio BSP
Radio Damasintha
Radio RCS FM
Radio Kota Batik
Radio MS Pekalongan
Radio Pop FM
Surat kabar
Radar Pekalongan
Pantura Post Pekalongan
Suara Merdeka Pantura / Pekalongan
Pekalongan Express
Tribun Pantura / Pekalongan
Tokoh ternama
Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santoso, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 (1968-1971) dinobatkan sebagai Polisi Terjujur menurut Presiden ke 4 Dr. K.H. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur
Abdul Rahman Saleh, Jaksa Agung Republik Indonesia
Aziz Sattar, Aktor dan Sutradara
Supeno, Menteri Pemuda dan Olahraga (1948–1949)
Antonius Budi Ariantho, pemain bulu tangkis
Lioe Tiong Ping, pemain bulu tangkis
Muhammad Sultan, Tokoh Melayu
Nur Hidayat Sardini, Ketua BAWASLU RI (2008-2011), anggota DKPP RI (2012-2017),
Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Habib Baqir Alatas
Dian Pelangi
Rudy Hadisoewarno, penata rambut profesional
Sutrisno Bachir
Diani Amalia Ramadhani, penyanyi dan anngota JKT48
Agus Kriswanto Mantan Pangkostrad Dari tanggal 4 Januari 2018 Sampai Dengan 13 Juli 2018
Inspektur Jenderal Polisi Drs. Djoko Poerwanto Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat Sejak 21 Desember 2021 Sampai Sekarang
Galeri
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Proposal Bahasa Pekalongan di Wikipedia
Pekalongan
Pekalongan |
4099 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Rembang | Kabupaten Rembang | Rembang () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Di Kabupaten Rembang ada banyak tokoh nasional seperti KH A Bahauddin Nursalim, KH Maimun Zubair, KH Mustofa Bisri dan lainnya. Ibu kotanya adalah Kecamatan Rembang Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Teluk Rembang (Laut Jawa) di utara, Kabupaten Tuban (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Blora di selatan, serta Kabupaten Pati di barat.
Makam pahlawan pergerakan emansipasi wanita Indonesia, R. A. Kartini, terdapat di Kabupaten Rembang, yakni di Desa Bulu yang masuk ke jalur Rembang-Blora (Mantingan).
Sejarah
Sumber lain tentang Rembang dapat diambil dari sebuah manuskrip oleh Mbah Guru. Di sebutkan antara lain: “…kira-kira tahun Saka 1336 ada orang Campa Banjarmlati berjumlah delapan keluarga yang pandai membuat gula tebu ketika ada di negaranya…”Orang-orang tadi pindah untuk membuat gula merah yang tidak dapat dipatahkan itu. Berangkatnya melalui lautan menuju arah barat hingga mendarat di sekitar sungai yang pinggir dan kanan kirinya tumbuh tak teratur pohon bakau. Kepindahannya itu dipimpin oleh kakek Pow Ie Din; setelah mendarat kemudian mengadakan doa dan semadi, kemudian dia mulai menebang pohon bakau tadi yang kemudian diteruskan oleh orang-orang lainnya.
Tanah lapang itu kemudian dibuat tegalan dan pekarangan serta perumahan yang selanjutnya menjadi perkampungan itu dinamakan kampung: KABONGAN; mengambil kata dari sebutan pohon bakau, menjadi Ka-bonga-an (Kabongan),…. Pada suatu hari saat fajar menyingsing di bulan Waisaka; orang-orang akan mulai ngrembang (mbabat,Ind: memangkas) tebu. Sebelum dimulai mbabat diadakan upacara suci Sembayang dan semadi di tempat tebu serumpun yang akan dikepras/dipangkas dua pohon, untuk tebu “Penganten”. Upacara pengeprasan itu dinamakan “ngRembang”, sampai dijadikan nama Kota Rembang hingga saat ini. ”Menurut Mbah Guru, upacara ngRembang sakawit ini dilaksanakan pada hari Rabu Legi, saat dinyanyikan Kidung, Minggu Kasadha. Bulan Waisaka, Tahun Saka 1337 dengan Candra Sengkala: Sabda Tiga Wedha Isyara.
Geografi
Kabupaten Rembang terletak di ujung timur laut Provinsi Jawa Tengah dan dilalui Jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), terletak pada garis koordinat 111° 00'–111° 30' Bujur Timur dan 6° 30'–7° 6' Lintang Selatan. Laut Jawa terletak di sebelah utaranya, secara umum kondisi tanahnya berdataran rendah dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan air laut. Adapun batas- batasnya antara lain:
Kabupaten Rembang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, sehingga menjadi gerbang sebelah timur Provinsi Jawa Tengah. Daerah perbatasan dengan Jawa Timur (seperti di Kecamatan Sarang, memiliki kode telepon yang sama dengan Tuban (Jawa Timur).
Bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah perbukitan, bagian dari Pegunungan Kapur Utara, dengan puncaknya Gunung Butak (679 meter) dan Gunung Gembes (682 meter) yang meletus sekitar dekade 1980/1990-an. Sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan puncaknya Gunung Lasem (ketinggian 806 meter) yang meletus sekitar tahun 1992. Kawasan tersebut kini dilindungi dalam Cagar Alam Gunung Celering.
Untuk pengairan, Kabupaten Rembang memiliki 31 sungai dan 44 danau. Di daerah kabupaten tersebut terdapat 31 sungai, dengan sungai Kali Modong, Kali Jeruju, dan Kali Lasem sebagai sungai terbesarnya di wilayah tersebut, yang bermuara ke Laut Jawa. Diantaranya sungai Kali Lasem, yang kini telah dikanalisasi sejak dekade 1980-an, tepatnya pada era Sutikno menjadi bupati Rembang (menjabat pada tahun 1979-1984), serta telah dinormalisasi sejak tahun 2013, untuk mencegah banjir.
Seperti wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Rembang beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua pola musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Rembang berlangsung pada periode November hingga April sebagai akibat dari hembusan angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, serta banyak membawa uap air. Sementara itu, musim kemarau di Rembang terjadi pada periode Mei hingga Oktober sebagai akibat dari tiupan angin monsun timuran yang bersifat kering dan sangat sedikit membawa uap air. Suhu udara di wilayah Rembang berkisar antara 23°–34 °C dengan tingkat kelembapan relatif antara 60% hingga 90%.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Inilah nama-nama bupati rembang dari masa ke masa:
suripto martowijoyo (1964-1969)
letjend suparno (1969-1979)
letkol sutikno (1979-1984)
letjend sudirman mangunwinoto (1984-1994)
letkol aripin mahmud ilyas (1994-1999)
kolonel polisi sunarto susanto, (alm.) (1999-2002)
abdullah kamarungan (pejabat sementara) (2002-2003)
kolonel TNI hendarsono (2003-2008)
mohammad salim (2008-2013)
mohammad salim (2013-sekarang)
Pemilihan kepala daerah
Bupati rembang saat ini, adalah bupati rembang hasil pilkada rembang 2013 adalah mohammad salim dengan wakilnya abdul hafidz, yang menang, yakni mendapat 795.562 suara atau 67,12 % dalam pilkada rembang 2013 pada tanggal 5 April 2013 lalu. Pasangan mohammad salim-abdul hafidz tersebut menang di 27 dari 42 kecamatan dalam wilayah kabupaten rembang.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Sejak tahun 2006 kabupaten rembang telah memiliki 42 kecamatan dengan terbagi juga atas 552 desa dan 89 kelurahan serta juga 2.457 dusun desa atau lingkungan kelurahan. Setiap dusun dibagi juga dalam beberapa rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT). Berdasarkan perda kabupaten rembang nomor 3 tahun 2006 tanggal 16 februari 2006, telah dibentuk tiga kecamatan baru, yakni kecamatan kepulauan bureyeng, kecamatan tapahan, dan kecamatan tanjung agung. Sehingga jumlah kecamatan di kabupaten rembang pada tahun 2006 bertambah dari semula 39 kecamatan, menjadi 42 kecamatan.
Perencanaan Daerah
Pemkab Rembang mempunyai beberapa rencana jangka panjang (maksimal 5 tahun) dan jangka pendek (maksimal 2 tahun) untuk membangun Kabupaten Rembang, di antaranya:
Membangun Jalur sepeda yang jalan rayanya dicat hijau dan diberi semacam trotoar pemisah dengan jalan raya mobil dan motor. Jalur sepeda bisa dipakai untuk sepeda, becak, dokar. Jalur sepedanya dari Alun-Alun Rembang hinga perbatasan Pati, dari Alun-Alun Rembang hinga perbatasan Tuban, dari Alun-Alun Rembang hinga perbatasan Blora. jalur sepeda agar meningkatkan minat bersepeda dan meninggalkan kendaraan bermotor supaya Rembang udaranya tidak polusi. (Jangka Pendek)
Menjadikan seluruh sawah di Kabupaten Rembang menjadi sawah organik, yaitu padi organik, kacang organik, tebu organik, jagung organik, dll.
Membangun GARAM LAND atau SALT PARK. Di Malaysia ada LEGOLAND harusnya Kabupaten Rembang memiliki taman bermain seperti DUFAN tetapi bertema Garam, tempat besar dengan wahana berbentuk garam, misalnya wahana komidi putar berbentuk berbagai bentuk garam, wahana berbentuk kristal garam, wahana perahu berbentuk bungkus garam balok, wahana bianglala berbentuk garam balok, dll. Selain sebagai tempat wisata juga semakin memperkuat citra Rembang Kota Garam dan sebagai sarana pendidikan mengenai tata cara membuat dan memanen Garam.
Pemkab Rembang berpotensi membangun wahana wisata buatan "Waterpark" dengan mengusung bertema Pantai, karena sesuai dengan asal-usul sejarah Kabupaten Rembang yang memiliki sejarah seperti Jangkar Dampo Awang dll. Waterpark tersebut cocok diberi nama REMBANG SEA PARK yang artinya yaitu Taman Laut Rembang.
Meminta kepada PSSI Pengprov Jateng untuk mengadakan Jateng Champions League yaitu kompetisi sepak bola yang diikuti oleh klub ssb yang menjadi juara 1 pada liga tingkat kabupatennya masing-masing.
Membangun jalan tol yang melalui kabupaten ini, yakni Jalan Tol Demak—Tuban sepanjang 31 kilometer yang melalui wilayah kabupaten ini. Jalan tol ini akan mulai dibangun pada tahun 2019 nanti, serta peletakan batu pertama dilaksanakan pada Mei 2019 nanti.
Julukan
Cola-nya Jawa (The Cola of Java), Rembang terdapat buah kawista yang melimpah, buah kawista memiliki rasa mirip seperti Cola
Little Tiongkok (Tiongkok Kecil), Kabupaten Rembang mempunyai julukan Tiongkok Kecil, terutama daerah Lasem yang merupakan pecinannya Kabupaten Rembang.
Kota Garam, Masyarakat Kabupaten rembang mayoritas bermatapencaharian sebagai petani garam, oleh karena itu Rembang dijuluki Kota Garam.
Sarana transportasi
terminal rembang
terminal lasem
stasiun rembang
stasiun lasem
Bus AKAP
angkutan kota kabupaten Rembang
ojek motor
becak
taksi
delman
Jalan tol
Jalan Tol Demak—Tuban (rencana)
Jalan Tol Rembang—Blora (rencana)
Jalan Tol Rembang—Kawasan Industri Jakenan, Pati (rencana)
Seni Budaya
Kesenian budaya tradisional Rembang adalah:
Laesan, dari Lasem
Wayang Bengkong
Pathol Sarang
Sodhor
Jorit
Gacon
Kekean
Thong-Thong Lek
Tari Orek-Orek, dari Kecamatan Bulu
Nekeran
Engklek
Emprak Kuangsan
Perayaan
HUT Rembang
Rembang Expo
Festival Lasem
Lasem Batik Carnival
Rembang Fashion On The Street
Sedekah Bumi
Sedekah Laut
Penjamasan Bende Becak di desa Bonang
Lomba Thong-thong Klek
Haul Mbah Sambu
Haul Mbah Hamzah
Pariwisata
Wisata Alam
Pantai Nyamplung Indah di Desa Tritunggal
Pulau Karang Gosong
Pantai Pasir Putih Wates
Pulau Gede
Pulau Marongan
Gunung Lasem, di Lasem
Bukit Cendana di Sedan
Pantai Dampo Awang, di Tasikagung
Pantai Gedong (Pantai Caruban), di Gedongmulyo
Pantai Binangun, di Binangun
Gua Kare, Pamotan.
Pantai KarangJahe, Rembang.
Wana Wisata Kartini Mantingan, di Mantingan
Karangsari Park, di Karangsari
Puncak Argopuro, di Pancur
Embung Lodan, di Lodan Wetan
Waduk Panohan, di Panohan
Rimba Pasucen, di Pasucen
Embung Banyukuwung, di Sudo
Taman Wisata Alam Sumber Semen, di Gading
Hutan Mangrove, di Pasarbanggi
Pantai Jatisari, Sluke.
Pantai Karangjahe
Wisata Sejarah
Masjid Agung Rembang, di Kutoharjo
Masjid Jami' Lasem, di Lasem
Museum Kamar Pengabadian R.A.Kartini, di Kutoharjo
Kelenteng Mak Co (Tjoe An Kiong), di Soditan
Situs Tulang Belulang Manusia Austronesia dan peninggalan kebudayaannya, terhampar dari Lasem, Sluke hingga Kragan
Situs Pertapaan Pamulang, di barat Vihara Sendangcoyo, Lasem, di sini disemayamkan awu layon (abu jenazah) para pemimpin Lasem dari Hang Sam Badra (sekitar abad V) sampai Tumenggung Wilwatikta Mpu Pangeran Santibadra seorang pendeta pada zaman Majapahit yang juga seorang Mpu penulis Kakawin Sabda Badra Santi (Tahun 1401 Syaka).
Situs Kota Sejarah Lasem meliputi wilayah Lasem dan sekitarnya.
Wisata Religi
Pasujudan Sunan Bonang, di Bonang
Tapakan Sunan Bonang, di Sulang
Makam R.A. Kartini, di Bulu
Makam Mbah Sambu Lasem
Makam Sayyid Hamzah Syatho Sedan
Wisata Belanja
Ramayana Mall Rembang, di Karangsari
Mall Kartini 3, di Mantingan (cabang dari Mal Kartini di Bandar Lampung)
Pantes Mall, di Lasem. Terletak di Jalan Sunan Bonang km.0 Kecamatan Lasem
Kuliner
Masakan
Masakan khas Kabupaten rembang, yaitu:
Sayur Merica
Sup yang berbahan dasar ikan tuna (biasanya disebut sebagai tongkol) dan memiliki cita rasa pedas dari cabai rawit dan lada putih yang digunakan sebagai bumbu.
Sate Sarepeh
Sate ayam kampung yang bumbunya terdiri dari cabai merah, gula merah, santan, dan garam. Biasa dimakan sebagai lauk pauk atau disajikan dengan lontong.
Mangut
Sayuran yang berisi ikan laut panggang dengan bumbu-bumbu cabai hijau, bawang merah, bawang putih, garam, dan santan kental.
Pindang Tempe
Tempe yang dimasak dengan bumbu-bumbu cabai, bawang merah, bawang putih, asam (tomat) garam dan air. Biasa ditambahkan dengan ikan pindang. Sebagai sayur untuk makan siang (menu sehari-hari).
Petis Bumbon
Makanan berbahan dasar petis untuk makan siang/malam yang terbuat dari bahan-bahan petis ikan/udang, telur (bisa dadar ataupun rebus) dengan bumbu cabai, bawang putih, bawang merah, kunyit, lengkuas, daun jeruk purut, garam, dan ditambah santan kental.
Lontong Tuyuhan
Lontong dengan opor ayam kampung pedas khas desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur.
Terasi Petis Bonang
Terbuat dari udang/ikan segar dengan proses pemanasan, yang banyak diproduksi di Desa Bonang, Kecamatan Lasem. Aroma dan rasanya enak.
Jajanan pasar
Jajanan pasar khas kabupaten Rembang, yaitu:
Dumbeg
Dibuat dari tepung beras, gula pasir/gula aren dan ditambahkan garam, air pohon nira (legen); dan kalau suka ditaburi buah nangka/kelapa muda yang dipotong sebesar dadu. Kemudian tempatnya dari daun lontar (pohon nira) berbentuk kerucut dengan bau yang khas. Yang terkenal dari desa Pohlandak (Kecamatan Pancur) dan desa Mondoteko (Kecamatan Rembang).
Jenang Waluh
Dibuat dari buah waluh, gula aren, air nira dan garam, yang rasanya sangat manis. Dan biasanya dimakan dengan Jadah. Jadah yang terkenal adalah dari desa Pohlandak (Kecamatan Pancur).
Jadah
Terbuat dari beras ketan putih, kelapa muda, garam yang ditumbuk halus (sewaktu masih panas) di atas keranjang yang Terbuat dari daun lontar/daun kelapa muda dan alat tumbuknya juga dilapis dengan daun lontar dan kelapa muda. Rasanya sangat gurih, kemudian dicetak persegi dan dibungkus dengan daun pisang (seperti lemper). Biasanya dimakan bersama dengan Jenang waluh, yang terkenal dari desa Pohlandak (Kecamatan Pancur).
Kaoya Dudul
Terbuat dari beras ketan, kacang hijau, gula aren/gula pasir dan garam. Tempatnya dari daun lontar berlubang bulat kecil sebanyak 5 buah, kalau makan tinggal didudul (ditekan) saja, rasanya sangat manis dan gurih. Berasal dari desa Gunem Kecamatan Gunem.
Kerupuk Bakar
Kerupuk udang dan tengiri dari kota rembang yang dioven/dibakar.
Kacang Atom
Terbuat dari tepung beras dan tepung tapioka, kacang tanah, garam, bawang putih dan air yang dicetak bulat-bulat kecil dan digoreng. Rasanya sangat gurih dan banyak disukai masyarakat.
Kacang Pres
Terbuat dari kacang tanah yang dipres (diambil minyaknya). Kemudian dibumbui bawang putih dan garam dan dioven.
Gula Semut
Terbuat dari pohon nira (legen) dengan proses pemanasan, sehingga hasilnya seperti gula pasir/gula halus yang berwarna cokelat.
Minuman
Minuman Kabupaten Rembang, yaitu:
Wedang Gaul
Es Legen
Sirup Kawista
Oleh-oleh
Oleh-oleh Kabupaten Rembang, yaitu:
Buah Kawis
Sirup Kawis
Legen
Siwalan
Duku Woro
Kaoya Dudul
Jenang Waluh
Kacang Pres
Ekonomi
Sentra Buah Kawista, di Desa Kemadu
Sentra Buah Duku Woro, di Desa Kragan
Sentra Pelelangan Ikan, di Desa Tasikagung
Industri Kue Dubeg, di Desa Mondoteko
Industri Jenang waluh & Jadah, di Desa Pohlandak
Industri Kaoya dudul, di Desa Gunem
Industri Terasi Petis Bonang, di Desa Bonang
Kerajinan Tempayan Tempat Air, di Desa Sidowayah
Kerajinan Batik Lasem, di Desa Lasem
Kerajinan Kulit Kerang, di Desa Tasikagung
Kerajinan Kuningan & Tembaga, di Desa Jolotundo
Kerajinan Batik Kemadu, di Desa Kemadu
Sumber Daya Alam
Perikanan Laut
Garam
Hasil Tambang
Siwalan
Brayo (sejenis buah mangrove yang agak pahit)
Kawista (Cola van Rembang)
Petis
Transportasi
Terdapat beberapa jenis moda transportasi di Rembang, di antaranya:
Tossa
Motor Tossa yang mempunyai bak terbuka dimodifikasi sehingga menjadi kendaraan angkot untuk masyarakat Rembang, sistemnya seperti naik becak yaitu bisa naik di mana saja tidak harus ke terminal.
Kereta Api
Dulu, terdapat perusahaan kereta api dan trem Semarang Joana Stroomtram Maatschappij (SJS). Perusahaan tersebut pada tahun 1885 membuka jalur Semarang-Genuk-Demak-Kudus-Pati-Joana (sekarang Juwana). Setelah itu, pada 5 Mei 1895 perusahaan tersebut menambah jalurnya ke timur yakni membuka jalur Kudus-Mayong- Gotri-Pecangaan. Pada 1 Mei 1900 juga menambah jalur kereta api ke barat hingga mencapai Rembang , Pamotan dan Lasem. Pada tahun itu juga, pada 10 November SJS membuka jalur baru lagi yang melayani rute Mayong-Welahan-Demak-Semarang. Tahun 2021 akan dioperasikan kembali jalur kereta atau monorel Semarang-Kudus-Lasem.
Bus
Banyak bus di Rembang dengan berbagai jurusan dari antar kota, antar provinsi.
Rembang–Jakarta
Rembang–Semarang
Rembang–Surabaya
Rembang–Kudus
Rembang–Pati
Rembang–Jepara
Rembang–Blora
Rembang –Tuban
Fauna Identitas
Rembang memiliki fauna identitas yaitu kijang (Muntiacus muntjak). Pemerintah Kabupaten Rembang memberi julukan kepada tim sepak bola Kabupaten Rembang, PSIR Rembang yaitu Tim Kijang Lasem selain julukan Laskar Dampo Awang karena diharapkan menunjukkan identitas Kabupaten Rembang yaitu Gunung Lasem yang memiliki populasi kijang yang banyak. Selain itu kijang adalah hewan yang termasuk cerdik, Jadi diharapkan tim PSIR Rembang menjadi tim yang cerdik melakukan serangan ke gawang lawan.
Tokoh
Sayyid Abdurrahman Mbah Sambu
Sayyid Hamzah Syatho
K.H. Ma'sum Lasem
KH. Baidlowi Lasem
Kyai Abul Fadhol Senori
K.H. Abdul Hamid Pasuruan
K.H. Ali Ma'sum
K.H. Maimun Zubair
Muhammad Maftuh Basyuni
Gus Mus
Muhammad Muzammil Basyuni
Mayor Jenderal TNI Soesalit Djojoadhiningrat
Puthut EA
Alfred Emile Rambaldo
Andre Manika
Abdulmadjid Djojoadiningrat
Haryoko
Aliyatin Mahmudi
Nugroho Notosusanto
Moch Salim
Daniel Roekito
Slamet
Taj Yasin Maimoen
Hadi Surento
Wasis Purwoko
Gus Baha
Muhammad Arwani Thomafi
M. Imdadun Rahmat
Burhanuddin Muhtadi
Yaqut Cholil Qoumas
Yahya Cholil Staquf
Cholil Bisri
Muhammad Shiddiq Jember
Bisri Mustofa
Gus Qoyyum
Zubair Dahlan
K.H Muhammad Nur Langitan
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
Sudhamek
Oei Wie Gwan
Gus Najih Maimoen
Gus Ubab Maimoen
Rojih Ubab
Harmusa Oktaviani
Maryono
Didik Wahyu
Abdul Halim Muslih
Arya Penangsang
Referensi
Bacaan lanjutan
Pranala luar
Rembang
Rembang |
4103 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sragen | Kabupaten Sragen | Sragen () adalah sebuah kabupaten di Solo Raya, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Sragen, sekitar 30 km sebelah Timur kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di Utara, Kabupaten Ngawi di Timur, Kabupaten Karanganyar di Selatan, serta Kabupaten Boyolali di Barat. Penduduk kabupaten Sragen berjumlah 890.518 jiwa pada tahun 2019.
Kabupaten ini dikenal dengan sebutan "Bumi Sukowati", nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen.
Kawasan Sangiran merupakan tempat ditemukannya fosil manusia purba dan binatang purba, yang sebagian disimpan di Museum Fosil Sangiran.
Geografi
Secara geografis, Kabupaten Sragen terletak di 7°15' – 7°30' Lintang Selatan dan 110°45' – 111°10' Bujur Timur. Wilayahnya berada di lembah daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke arah timur. Sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 70-480 meter di atas permukaan air laut. Sebelah utara berupa perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Sedangkan sebagian kecil wilayah selatan berupa perbukitan kaki Gunung Lawu.
Batas wilayah
Batas wilayah kabupaten Sragen adalah sebagai berikut:
Sejarah
Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor: 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.
Kronologi
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746–1757 ). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati.
Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan dia meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat pemerintahan.
Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko.
Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain.
Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, di mana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, di mana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.
Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen.
Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta Baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan Kabupaten, di mana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.
Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang.
Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, di mana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada zaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, di mana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan.
Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia, Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Sragen. Bupati Sragen bertanggungjawab atas wilayah tersebut kepada gubernur provinsi Jawa Tengah. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Sragen ialah Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dengan wakil bupati Suroto. Mereka merupakan pemenang pemilihan kepada daerah tahun 2020, dan mulai menjabat sejak 26 Februari 2021.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Transportasi
Sragen terletak di jalur utama Jalan Nasional Yogyakarta-Solo-Ngawi-Surabaya. Kabupaten ini merupakan gerbang utama sebelah timur Provinsi Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur.
Kereta api
Sragen dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Bandung-Jakarta) dengan stasiun terbesarnya Stasiun Sragen, yang melayani kereta api menuju beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Banyuwangi, dan Cirebon. Selain itu, dilintas Gundih-Solo Balapan dengan stasiun terbesarnya adalah Stasiun Salem di Gemolong (hanya Kereta api Sancaka Utara dan Joglosemarkerto).
Jalan Tol
Sragen juga dilintasi oleh Jalan Tol Trans Jawa ruas Jalan Tol Solo-Ngawi dengan pintu keluar (gerbang tol) ada 2, yaitu di Sidoharjo Jalan Gemolong-Sragen, serta di Sambungmacan, tepatnya di Jalan Raya Sragen-Ngawi yang sudah dioperasikan.
Bus
Sragen juga memiliki terminal tipe B. Terminal Pilangsari adalah Terminal bus terbesar di Sragen. Melayani bus AKAP/AKDP jurusan Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lain lain. Ada juga terminal Gemolong yang juga melayani bus di wilayah Gemolong, dan letaknya tidak begitu jauh dari Stasiun Salem dan pusat kecamatan Gemolong.
Trans Jateng Surakarta-sumberlawang
Angkutan Desa
Sragen juga memiliki transportasi antar desa yang berupa bus kecil/minibus dan angkot, yang menghubungkan desa-desa di Sragen, seperti ke Sambirejo, dan Gondang.
Pariwisata
Tempat Wisata
Wisata Gunung Kemukus, merupakan makam Pangeran Samudro dan Ibu Ontrowulan. Setiap hari Wisata Gunung Kemukus selalu rame didatangi peziarah, terutama malam Jumat Pahing. Saat ini Wisata Gunung Kemukus direvitalisasi menjadi New Kemukus, sebagai wisata religi keluarga yang diresmikan oleh ketua DPR RI Puan Maharani
Alun-alun Kabupaten Sragen.
Museum Fosil Sangiran, adalah salah satu tempat situs purbakala yang sudah diakui UNESCO, berisi fosil-fosil dan tulang manusia purba pada masa lampau. Terletak di Kecamatan Kalijambe dan Gemolong, dan juga berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar. Contoh dari fosil purbakala di Museum Sangiran adalah rahang dari Homo erectus, salah satu manusia jawa purba yang berada di Pulau Jawa.
Pemandian Air Panas Bayanan.
Dayu Park.
Waduk Botok.
Waduk Brambang
Waduk Kedungombo, sebuah Bendungan yang berada di 3 kabupaten yakni Sragen, Grobogan, dan Boyolali. Salah satu wilayah dari bagian Waduk Kedungombo di Sragen adalah di Sumberlawang.
Museum Manyar Rejo.
Ganesha Techno Park.
Kolam Renang Kartika.
Edupark Gemolong.
Kuliner Daerah
Sragen memiliki beberapa makanan khas, yaitu:
Soto Kwali (girin) Sragen
Sate Kambing
Pecel Tumpang
Botok Mercon
Intip Sragen
Gathot
Gablok
Sate kelinci
Sambel tumpang
gethuk
Nila bakar
Garang asem
Brambang asem
Bakso Sragen bakso Sukowati
Lemper
Arem arem
Tiwul
Bubur sumsum
Bongko
Kawoyah
Seni Budaya
Wayang Beber
Batik Sukowati
Tari Tayub
Referensi
Pranala luar
Sragen
Sragen |
4108 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Temanggung | Kabupaten Temanggung | Temanggung () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Temanggung Kota. Kabupaten Temanggung berbatasan dengan Kabupaten Kendal di utara, Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Magelang di selatan, serta Kabupaten Wonosobo di barat. Jumlah penduduk Kabupaten ini per tahun 2022 mencapai 799.764 jiwa.
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung merupakan dataran tinggi dan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng. Di perbatasan dengan Kabupaten Wonosobo terdapat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Temanggung berada di jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Purwokerto. Jalan Raya Parakan-Weleri menghubungkan Temanggung dengan jalur pantura.
Untuk daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Semarang persisnya di Kecamatan Pringsurat, dilalui oleh jalan nasional yang menghubungkan Semarang-Yogyakarta.
Sejarah
Sejarah Temanggung selalu dikaitkan dengan raja Mataram Kuno yang bernama Rakai Pikatan. Nama "Pikatan" sendiri dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah yang berada pada sumber mata air di desa Mudal Kecamatan Temanggung. Di sini terdapat peninggalan berupa reruntuhan batu-bebatuan kuno yang diyakini petilasan raja Rakai Pikatan.
Sejarah Temanggung asal usul dari kata "teman gunung" lalu mulai tercatat pada Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908 Masehi yang ditemukan penduduk dusun Dunglo Desa Gandulan Kecamatan [[Kaloran,
Temanggung|Kaloran]] Temanggung pada bulan November 1983. Prasasti itu menggambarkan bahwa Temanggung semula berupa wilayah kademangan yang gemah ripah loh jinawi di mana salah satu wilayahnya yaitu Pikatan.
Di sini didirikan Bihara agama Hindu oleh adik raja Mataram Kuno Rahyangta I Hara, sedang rajanya adalah Rahyangta Rimdang (Raja Sanjaya) yang naik takhta pada tahun 717 M (Prasasti Mantyasih). Oleh pewaris takhta yaitu Rake Panangkaran yang naik takhta pada tanggal 27 November 746 M, Bihara Pikatan memperoleh bengkok di Sawah Sima.
Jika dikaitkan dengan prasasti Gondosuli ada gambaran jelas bahwa dari Kecamatan Temanggung memanjang ke barat sampai kecamatan Bulu dan seterusnya adalah adalah wilayah yang subur dan tenteram (ditandai tempat Bihara Pikatan).
Pengganti raja Sanjaya adalah Rakai Panangkaran yang naik takhta pada tanggal 27 November 746 M dan bertakhta selama kurang lebih 38 tahun. Dalam legenda Angling Dharma, keratin diperkirakan berada di daerah Kedu (Desa Bojonegoro). Di desa ini ditemukan peninggalan berupa reruntuhan. Di wilayah Kedu juga ditemukan desa Kademangan.
Pengganti Rakai Panangkaran adalah Rakai Panunggalan yang naik takhta pada tanggal 1 april 784 dan berakhir pada tanggal 28 Maret 803. Rakai Panunggalan bertakhta di Panaraban yang sekarang merupakan wilayah Parakan . Di sini ditemukan juga kademangan dan abu jenazah di Pakurejo daerah Bulu.
Selanjutnya Rakai Panunggalan digantikan oleh Rakai Warak yang diperkirakan tinggal di Tembarak. Di sini ditemukan reruntuhan di sekitar Masjid Menggoro dan reruntuhan Candi dan juga terdapat Desa Kademangan.
Pengganti Rakai Warak adalah Rakai Garung yang bertakhta pada tanggal 24 Januari 828 sampai dengan 22 Februari 847. Raja ini ahli dalam bangunan candi dan ilmu falak (perbintangan). Dia membuat pranata mangsa yang sampai sekarang masih digunakan. Karena kepandaiannya sehingga Raja Sriwijaya ingin menggunakannya untuk membuat candi. Namun Rakai Garung tidak mau walau diancam.
Kemudian Rakai Garung diganti Rakai Pikatan yang bermukim di Temanggung. Di sini ditemukan Prasasti Tlasri dan Wanua Tengah III. Di samping itu banyak reruntuhan benda kuno seperti Lumpang Joni dan arca-arca yang tersebar di daerah Temanggung. Di sini pun terdapat desa Demangan.
Dari buku sejarah karangan I Wayan badrika disebutkan bahwa Rakai Pikatan selaku raja Mataram Kuno berkeinginan menguasai wilayah Jawa Tengah. Namun tidak berani untuk merebut kekuasaan dari raja Bala Putra Dewa selaku penguasa kerajaan Syailendra.
Maka untuk mencapai maksud tersebut Rakai Pikatan membuat strategi dengan mengawini Dyah Pramudha Wardani kakak raja Bala Putra Dewa dengan tujuan untuk memiliki pengaruh kuat di kerajaan Syailendra. Selain itu Rakai Pikatan juga menghimpun kekuatan yang ada di wilayahnya baik para prajurit dan senapati serta menghimpun biaya yang berasal dari upeti para demang.
Pada saat itu yang diberi kepercayaan untuk mengumpulkan upeti adalah Demang Gong yang paling luas wilayahnya. Rakai Pikatan menghimpun bala tentara dan berangkat ke kerajaan syailendra pada tanggal 27 Mei 855 Masehi untuk melakukan penyerangan.
Dalam penyerangan ini Rakai Pikatan dibantu Kayu Wangi dan menyerahkan wilayah kerajaan kepada orang kepercayaan yang berpangkat demang. Dari nama demang dan wilayah kademangan kemudian muncul nama Ndemanggung yang akhirnya berubah menjadi nama Temanggung.
Catatan sejarah Temanggung berasal dari:
Prasasti Wanua Tengah III, Berkala arkeologi tahun 1994 halaman 87 bahwa Rakai Pikatan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 855 M.
Prasasti Siwagrha terjemahan Casparis (1956–288), pada tahun 856 M Rakai Pikatan mengundurkan diri.
Prasasti Nalanda tahun 860 (Casparis 1956, 289–294), Balaputra dewa dikalahkan perang oleh Rakai Pikatan dan Kayu Wangi.
Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Aekeologi Tahun 1994 halaman 89, Rakai Kayu Wangi naik takhta tanggal 27 Mei 855 M.
Dalam buku karangan I Wayan Badrika halaman 154, Pramudya Wardani kawin dengan Rakai Pikatan dan naik takhta tahun 856 M. Balaputra Dewa dikalahkan oleh Pramudha wardani dibantu Rakai Pikatan (Prasasti Ratu Boko) tahun 856 M.
Catatan di atas dapat disimpulkan bahwa Rakai Pikatan mengangkat putranya Kayu Wangi. Selanjutnya mengundurkan diri dan meninggalkan Mataram untuk kawin dengan Pramudha Wardani. Dalam peperangan melawan Balaputra Dewa, Rakai Pikatan dibantu putranya Kayu Wangi.
Hari Jadi Temanggung
Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda, Nomor 11 Tanggal 7 April 1826, Raden Ngabehi Djojonegoro ditetapkan sebagai Bupati Menoreh yang berkedudukan di Parakan, dengan gelar Raden Tumenggung Aria Djojonegoro.
Setelah perang Diponegoro berakhir, dia kemudian memindahkan Ibu Kota ke Kabupaten Temanggung. Kebijaksanaan pemindahan ini didasarkan pada beberapa hal;
Pertama, adanya pandangan masyarakat Jawa kebanyakan pada sat itu, bahwa Ibu Kota yang pernah diserang dan diduduki musuh dianggap telah ternoda dan perlu ditinggalkan.
Kedua, Distrik Menoreh sebuah daerah sebagai asal nama Kabupaten Menoreh, sudah sejak lama digabung dengan Kabupaten Magelang, sehingga nama Kabupaten Menoreh sudah tidak tepat lagi.
Mengingat hal tersebut, atas dasar usulan Raden Tumenggung Aria Djojonegoro, lewat residen Kedu kepada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia, maka disetujui dan ditetapkan bahwa nama Kabupaten Menoreh berubah menjadi Kabupaten Temanggung. Persetujuan ini berbentuk Resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 4 Tanggal 10 November 1834.
Mempertimbangkan bahwa Hari Jadi Daerah merupakan awal perjalanan sejarah, agar diketahui semua lapisan masyarakat, guna memacu meningkatkan semangat pembangunan dan pengembangan daerah, maka Pemerintah Kabupaten Dati II Temanggung menugaskan kepada DPD II KNPI Kabupaten Temanggung untuk mengadakan pelacakan sejarah dan seminar tentang Hari Jadi Kabupaten Temanggung.
Dari hasil seminar tanggal 21 Oktober 1985, yang diikuti oleh Sejarawan, Budayawan dan Tokoh Masyarakat, ABRI, Rokhaniwan, Dinas/Instansi/Lembaga Masyarakat dan lain-lainnya, maka ditetapkan bahwa tanggal 10 November 1834 sebagai Hari Jadi Kabupaten Temanggung.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Seni-budaya
Temanggung memiliki seni dan budaya yang merupakan hasil adaptasi dipadukan dengan budaya asli. Seni pertunjukan kuda kepang (kuda lumping) yang berkembang di Kabupaten Temanggung mengadaptasi kesenian . Selain kuda kepang juga berkembang seni terbangan/kemplingan di desa-desa, tarian topeng loreng/ndayakan. Temanggung juga memiliki cengkok pagelaran pewayangan khas yaitu dengan cengkok Kedu yang berbeda dari cengkok Jogja atau Solo. Budaya Nyadran atau mertideso atau bersih deso masih juga sering diadakan di desa-desa.
Pariwisata
Tempat Wisata
Wana Wisata Jumprit yang terletak di Kecamatan Ngadirejo berupa taman rekreasi dan arena outbond keluarga, serta sumber mata air suci perayaan Waisak dengan rerimbunan pohon yang dihuni sekelompok primata (kera)
Monumen Meteorit di Desa Wonotirto Kecamatan Bulu
Curug Lawe Muncar di Desa Muncar Kecamatan Gemawang
Pikatan Waterpark di Desa Mudal Kecamatan Temanggung
Curug Surodipo, merupakan air terjun tertinggi diukur dari puncak ke dasar di Kabupaten Temanggung terletak di Desa Wisata Tawangsari kecamatan Wonoboyo
Kompleks Taman Kartini berupa taman rekreasi keluarga dilengkapi dengan kolam renang, serta dekat dengan area stadion Bumi Phala dan Perpustakaan Daerah terletak di Kelurahan Kowangan Kecamatan Temanggung
Taman Pancasila, merupakan titik nol kilometer Kabupaten Temanggung
Pesona Watu Layah dan Watu Angkrik, terletak di Desa Tlogopucang kecamatan Kandangan
Desa Wisata Ngropoh, sentra penghasil durian di Kabupaten Temanggung biasa diselenggarakan di Embung Abimanyu terletak di Desa Ngropoh kecamatan Kranggan
Kompleks Alun-Alun Temanggung yang dekat dengan Masjid Agung Darussalam, Pendopo Pengayoman, Taman Pengayoman, Gedung-Gedung Pemerintahan, serta area hiburan seperti bioskop
Wisata Alam Posong, terletak di Lembah Sindoro Desa Wisata Tlahab kecamatan Kledung, sekitar 20 km ke utara dari Kota Temanggung.
Desa Wisata Traji, yang terkenal dengan Upacara Adat 1 Suro, kolam renang alam, serta Pekenlepen berupa Pasar Tradisional berbasis di kolam-kolam renang alam
Kota Pusaka Parakan, merupakan sentra bangunan cagar budaya dan adat istiadat di Kabupaten Temanggung
Pasar Papringan Ngadiprono, merupakan pasar tradisional pionir dalam menyelenggarakan lingkungan penggerak ekonomi yang mengedepankan revitalisasi desa dan pemberdayaan masyarakat desa terletak di Desa Ngadiprono kecamatan Kedu
Prasasti Gondosuli di Desa Gondosuli Kecamatan Bulu
Pinusan Sigrowong di kecamatan Kandangan
Sidempul Camping Ground berupa arena outbox dan berkemah serta merupakan tempat melihat matahari terbit yang terletak di Desa Bansari Kecamatan Bansari
Makam Ki Ageng Makukuhan di Kedu
Candi Pringapus di Desa Pringapus kecamatan Ngadirejo
Embung Kledung, merupakan waduk buatan yang diapit oleh gunung Sindoro dan gunung Sumbing
Pendakian gunung Sindoro via Kledung dan Bansari
Pendakian gunung Sumbing via Pagergunung dan Banaran
Pendakian gunung Prau via Wates
Pendakian gunung Kendil via dusun Sibajak Desa Canggal kecamatan Candiroto
Bukit Kembang Arum terletak di Desa Prangkokan kecamatan Bejen
Situs Liyangan, berupa kompleks Mataram Kuno dilengkapi dengan kolam renang alam berbentuk hati terletak di Desa Purbosari kecamatan Ngadirejo
Kledung Rest Area, taman wisata untuk sekadar beristirahat selama perjalanan jauh dengan panorama gunung Sumbing dan gunung Sindoro
Perkebunan kopi, peternakan sapi perah, dan Taman Doa yang berada di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng, Desa Ngemplak
Makam Ki Ageng Sumo Maruto dan Bukit Mbelang Sari di Mblawong Kulon
Jembatan Sekrikil Parakan
Embung Bansari, Desa Pringapus, Bansari
Wisata Sunrise Sunset Botorono
Jembatan Sigandul, Kledung
Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Temanggung :
RSUD Temanggung, Tipe B terletak di Jl Gadah Mada 1A Walitelon Temanggung
RS Kristen Ngesti Waluyo terletak di Wanutengah kecamatan Parakan Temanggung
RSB Gunung Sawo II: Jl Gatot Subroto KM 2 Manding Temanggung
RS PKU Muhammadiyah Temanggung terletak di Jl Raya Kedu KM 2 Kalisat Campursari Bulu Temanggung
Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas Bejen, Ngadirejo, Selopampang, dan Gemawang
Puskesmas Non Rawat Inap adalah Puskesmas Candiroto, Parakan, Traji (Parakan 2), Tretep, Wonoboyo, Kledung, Jumo, Kedu, Bulu, Kandangan, Kaloran, Tepusen (Kaloran 2), Kranggan, Pare (Kranggan 2), Tembarak, Temanggung, Dharmarini (Temanggung 2), Pringsurat, Rejosari (Pringsurat 2), Banjarsari (Ngadirejo 2), Tlogomulyo
Pendidikan
Perguruan tinggi di Kabupaten Temanggung, yaitu:
Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung.
Akademi Keperawatan Alkautsar Temanggung.
STIKES Ngesti Waluyo Temanggung.
Untuk daftar Sekolah SD sederajat, SMP sederajat, dan SMA sederajat bisa dilihat pada Daftar Sekolah di Kabupaten Temanggung
Media Massa
Kabupaten Temanggung memiliki sejumlah media massa, baik cetak, online, televisi dan radio yaitu:
Temanggung TV
TEMANGGUNGAREA.COM
Radio eRTe FM Temanggung
Santika FM milik PCNU Temanggung
Radio Shofar FM Listen Live–107.7 MHz FM
BEST FM Temanggung
Radio DSS FM 91.9 MHz
Ofa Radio FM 101.5 MHz
Radio POP FM Temanggung FM 103.1 MHz
Radio Komunitas Shofar Temanggung FM 107.7 MHz
Suara Merdeka Kedu
Magekang Ekspres
Hariantemanggung.com
Temanggungdaily.com
Kabtemanggung.com
Temanggungan.com
Kabartemanggung.com
Transportasi
Kabupaten ini dilalui jalan lintas Semarang–Purwokerto, jalan Nasional dan jalan Provinsi menuju Pantura ke Kendal via Parakan.
Transportasi Lain
Angkutan kota wilayah Kabupaten Temanggung dan beberapa rute yang menghubungkan Kabupaten Magelang dengan Kabupaten Wonosobo
Stasiun
Kabupaten Temanggung memiliki 4 stasiun di Jalur kereta api Secang–Parakan yang sudah berhenti beroperasi, diantaranya:
Stasiun Parakan
Stasiun Kedu
Stasiun Temanggung
Halte Maron
Ekonomi
Pertanian dan Industri
Temanggung adalah kabupaten yang mengandalkan sektor pertanian. Industri yang berkembang adalah industri yang mengolah dan mendukung pengolahan produk-produk pertanian. Industri yang menonjol adalah industri pengolahan kayu. Masyarakat Kabupaten Temanggung sangat bergantung kepada iklim dan cuaca yang mendukung hasil panen Tembakau (Temanggung bagian lereng Sindoro-Sumbing dan sebagian besar wilayah tengah dan selatan Temanggung) sementara Kopi (dan sebagian kecil cengkih) adalah komoditas di wilayah utara Temanggung. Berkembang juga sentra-sentra penjualan sayur mayur dan peternakan-peternakan ayam petelur.
Tokoh Daerah Temanggung
Pemimpin Daerah
Lihat Daftar Bupati Temanggung
Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
KH. Yacub Mubarok (Ketua MUI Temanggung)
KH. Muhammad Furqon (Ketua Tanfidziyah PCNU Temanggung)
Drs. KH. Asy’ari Muhadi (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Temanggung)
Drs. H. Nur Makhsun, M.S.I (Ketua BPP Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung)
Ahmad Sholeh (Ketua FKUB Temanggung)
Bante Titak Sado (Pemuka Agama Budha)
Seniman, Sastrawan, dan Budayawan
Ariem Christiawan alias Wawan TMG (Sound Engginering Republik Cinta Management)
Chamid Arang (Pelukis)
Dr. Rokhmad, M.S.I (Pelukis)
Djadoeg Djajakusuma
Didik Hadiprayitno, SST
Yudiono K.S.
Dhatu Rembulan (Selebgram, Istri Vokalis The Changcuters)
Titiek Puspa
Politisi
Mohamad Roem
H. Sujadi Saddat
Muchamad Nabil Haroen
Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.B.A.
Agus Santosa
Denty Eka Widi Pratiwi, SE., MH
Adi Wibowo
Ir. Panggah Susanto, M.M.
Akademisi dan Ilmuwan
Prof. Dr. H. Zaini Dahlan, MA
Agung H. Soehedi
dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D.
Dr. H. Muh. Baehaqi, M.M. (Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung)
Tri Suraning Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kes (Akademi Keperawatan Alkautsar Temanggung)
Prihanto, S.Kep., Ns., M.Kes. (Ketua STIKES Ngesti Waluyo)
Hamidulloh Ibda
Atlet dan Olahragawan
Muhammad Yunus
Rosaria Yusfin Pungkasari
Budiyono (Juara Pertama Kejuaraan Nasional XC CliniC Paralayang 2019)
Tomy Eko Kartika (Ketua KONI Kabupaten Temanggung)
Hari Fitriyanto ( Atlet panahan Barebow Indonesia )
Ekonom dan Pengusaha
Siti Chalimah Fadjriah
Hamam Nashirudin (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Temanggung)
Tokoh Militer
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Tjokropranolo
Brigjen. Pol. Drs. Torik Triyono, M.Si
Laksamana Pertama TNI Taat Siswo Sunarto, S.E., M.Si
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Kentot Harseno
AKBP Bogiek Sugiyarto, S.H., S.I.Kaa
Bangun Nawoko
Irjen Pol Suharyono, S.H., S.I.K Kepala Kepolisian Daerah Sumatra Barat sejak 14 Oktober 2022 hingga sekarang
Olahraga
Sepak Bola
Persitema Temanggung , klub yang memang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Temanggung ini berada di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia Musim 2011–2014 Dan 2018–Sekarang berada di Liga 3 2020 Regional Jateng
Referensi
Pranala luar
Temanggung
Temanggung
Jawa Tengah |
4113 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Banyuwangi | Kabupaten Banyuwangi | Banyuwangi adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Banyuwangi atau sering disebut Kota Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, serta wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso di sebelah utara, Selat Bali (Provinsi Bali) di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di sebelah barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km², atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km²). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk).
Sejarah
Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaannya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.
VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai Bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya Kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.
Tokoh sejarah fiksi yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminya ragu akan janin dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhan ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tetapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu". Maka seketika itu darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalah sang suami yang dikenal sebagai Raden Banterang ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.
Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlah nama asli dari adipati Blambangan. Nama tersebut diberikan oleh sebagian kalangan istana Majapahit sebagai wujud olok-olok kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selir.
Bagi masyarakat Blambangan, cerita Damarwulan tidak berdasar. Cerita ini hanya bentuk propaganda Mataram yang tidak pernah berhasil menguasai wilayah Blambangan yang saat itu disokong oleh kerajaan Hindu Mengwi di Bali.
Julukan
Kabupaten Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya:
The Sunrise of Java
Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di Pulau Jawa.
Bumi Blambangan
Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di Pulau Jawa.
Osing
Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku Osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat Jawa dan Madura.
Santet
Julukan Banyuwangi kota santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.
Gandrung
Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.
'Banteng
Kabupaten Banyuwangi dijuluki kota banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.
Pisang
Sejak dahulu Kabupaten Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.
Festival
Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival.
Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.
Geografi
Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan 113º38’10” BT.
Wilayah Kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif.
Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan penangkaran penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.
Pantai timur Banyuwangi yang menghadap ke Selat Bali merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Muncar yaitu pelabuhan perikanan Muncar.
Batas wilayah
Wilayah Kabupaten Banyuwangi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lain, yakni:
Topografi
Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0–2.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan tingkat kelerengan, wilayah Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam empat kategori tingkat kelerangan, yaitu tingkat kelerengan 0–2%, tingkat kelerengan 2–15%, tingkat kelerengan 15–40%, dan tingkat kelerengan >40%. Berikut adalah detailnya:
Tingkat kelerengan 0–2% dapat dijumpai di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
Tingkat kelerengan 2–15% dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncang dan Kecamatan Cluring
Tingkat kelerengan 15–40% dapat dijumpai di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Singojuruh, Giri, dan Banyuwangi.
Tingkat kelerengan >40% dapat dijumpai di sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Purwoharjo, Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Giri, Sempu, dan Banyuwangi.
Geohidrologi
Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai dari bagian utara ke selatan sehingga merupakan daerah yang cocok pertanian lahan basah, yaitu meliputi :
Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo.
Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah.
Sungai Sobo (13,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Glagah.
Sungai Pakis (7,043 km), melewati Kecamatan Banyuwangi.
Sungai Tambong (24,347 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kabat.
Sungai Binau (21,279 km), melewati Kecamatan Rogojampi.
Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, dan Muncar.
Sungai Setail (73,35 km), melewati Kecamatan Sempu, Genteng, Tegalsari, Gambiran, Purwoharjo dan Muncar.
Sungai Porolinggo (30,70 km)melewati Kecamatan Genteng.
Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore.
Sungai Wagud (14,60 km), melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan Muncar.
Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran.
Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran.
Sungai Baru (80,70 km), melewati Kecamatan Kalibaru, Glenmore, Tegalsari, Siliragung dan Pesanggaran.
Iklim
Suhu udara di wilayah datara rendah berkisar antara 20°–34°C, sedangkan wilayah dataran tinggi bersuhu udara kurang dari 19°C. Tingkat kelembapan di Kabupaten Banyuwangi bervariasi antara 73–84%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi masuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw & Am) dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Banyuwangi berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim hujan di wilayah Banyuwangi berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah bulan Januari dan Februari yang curah hujan bulanannya lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Banyuwangi berkisar antara 1.000–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 80–150 hari hujan per tahun.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Transportasi
Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Ketapang.
Pelabuhan Ketapang terletak di Kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal Ferry, LCM, roro dan tongkang.
Angkutan Antarkota
Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati Kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. Di kedua jalur tersebut tersedia bus ekonomi maupun non-ekonomi.
Angkutan Kereta Api
Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya – Pasuruan – Probolinggo – Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Kota merupakan stasiun terdekat dengan Kota Banyuwangi. Stasiun Ketapang terletak di Utara Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Ketapang, Banyuwangi Kota, Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan.
Angkutan Daerah
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Bosowa, Ramayana, Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut 'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.
Angkutan Udara
Bandar Udara Internasional Banyuwangi di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX).
Angkutan Laut dan Barang
Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi.
Moda transportasi alternatif yang juga sudah diluncurkan berupa Kapal Cepat Marina Srikandi yang memiliki kapasitas hingga 145 orang penumpang. Kapal cepat ini beroperasi dari Pantai Boom Banyuwangi. Pengoperasian kapal ini didorong oleh pemikiran bahwa pertumbuhan pariwisata Banyuwangi juga ditopang oleh pertumbuhan pariwisata di Bali dan Lombok, sehingga perjalanan yang menghubungkan ketiganya harus terus ditingkatkan.
Penduduk
Penduduk Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah suku Osing, namun terdapat suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa Mataraman dan suku Jawa Arekan yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, dan suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di Pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli Kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah subsuku dari suku Jawa. Mereka menggunakan bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami di Kecamatan Banyuwangi, Giri, Glagah, Licin, Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Srono, serta sebagian kecil di kecamatan lain.
Pendidikan
Daftar perguruan tinggi
Perguruan tinggi negeri
Perguruan tinggi swasta
Pariwisata
Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti:
Wisata Alam
Kawah Ijen
Pantai Boom Banyuwangi
Pantai Plengkung
Pantai Rajegwesi
Pantai Pulau Merah
Pantai Watu Dodol
Pantai Teluk Hijau
Pantai Teluk Biru
Pantai Lampon
Pantai Blimbingsari
Pantai Wedi Ireng
Pantai Sukamade
Pantai Cemara
Pantai Cacalan
Pulau Tabuhan
Bangsring Underwater
Waduk Sidodadi
Waduk Bajulmati
Rawa Bayu
Air Terjun Lider
Air Terjun Wonorejo (Tirto Kemanten)
Air Terjun Jagir
Air Terjun Antogan
Air Terjun Selendang Arum
Air Terjun Telunjuk Raung
Wisata Arung Jeram Kali Badeng
Taman Nasional Alas Purwo
Taman Nasional Meru Betiri
Savanna Sadengan
Hutan De Djawatan
Wisata Sejarah
Asrama Inggris
Situs Prabu Tawang Alun
Situs Umpak Songgo
Situs Kawitan
Situs Rawa Bayu
Situs Candi Agung Gumuk Kancil
Museum Blambangan
Wisata Desa
Desa Kemiren, desa dengan adat istiadat dan budaya masyarakat suku Osing yang masih terjaga.
Desa Tamansari, desa di kaki Gunung Ijen yang menawarkan keindahan alam khas dataran tinggi.
Desa Gintangan, desa dengan produk unggulan berupa kerajinan anyaman bambu kualitas ekspor yang banyak diburu wisatawan.
Desa Bangsring, desa yang menawarkan keindahan bawah laut Selat Bali dan eksotika Pulau Tabuhan.
Desa Patoman, desa yang dijuluki sebagai "Miniatur Pulau Bali" karena menawarkan suasana perdesaan ala Pulau Dewata.
Kelurahan Gombengsari, kelurahan dengan perkebunan kopi yang luas dan sajian olahan kopi lokal yang khas.
Kelurahan Temenggungan, kampung di pusat Kota Banyuwangi yang menawarkan suasana perkampungan klasik tempo dulu dengan balutan seni dan budaya lokal yang senantiasa dilestarikan.
Kuliner
Masakan
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam masakan khas Banyuwangi, di antaranya:
Sego tempong
Sego cawuk
Pindang koyong
Pecel Pitik
Ayam kesrut
Ayam pedas
Geseng mentok
Pelasan oling
Pelasan uceng
Bothok tawon
Rujak kelang
Rujak soto
Tahu walik Kampungmandar
Jajanan tradisional
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam jajanan pasar khas Banyuwangi, di antaranya
Bagiak
Sale Pisang Barlin
Kelemben
Satuh kacang ijo
Pia Glenmore
Manisan cerme
Manisan pala
Manisan tomat
Manisan kolang-kaling
Ladrang
Kacang asin
Carang emas
Widaran
Wiroko (opak gulung)
Petulo (precet)
Uceng-uceng
Minuman
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam minuman khas Banyuwangi, di antaranya:
Secang
Selasih
Ronde
Angsle
Caok
Setup Semarang
Kolak Duren
Kopi Luak
Kopi Lanang
Kopi Kemiren
Es Gedang Ijo
Es Temu lawak
Oleh-oleh
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam oleh-oleh khas Banyuwangi, di antaranya:
Bagiak
Pia Glenmore
Ladrang
Sale pisang
Kopi lanang
Kebudayaan
Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah lintas pulau antara Pulau Jawa dan Pulau Bali, sehingga menjadi salah satu tempat pertemuan berbagai jenis kebudayaan. Budaya masyarakat Banyuwangi sangat beragam dan meliputi budaya lokal dari suku Jawa, suku Bali, suku Madura, dan suku Melayu. Terdapat pula budaya asing yang meliputi budaya Eropa.
Di dusun Selorejo, kecamatan Glenmore, di lereng Gunung Raung, terdapat Pura Beji Ananthaboga, sebuah pura dan petirtaan yang terletakserta menempati wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat.
Batik
Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaitu
Gajah Oling
Paras Gempal
Sekar Jagad
Kangkung Setingkes
Mata Ayam
Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Lagu Daerah
Umbul-Umbul Blambangan
Ugo-Ugo
Banyuwangi Ijo Royo-Royo
Seblang Lukinto
Cengkir Gadhing
Ulan Andung Andung
Kesenian tradisional
Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain:
Angklung Khas Osing
Angklung Caruk
Angklung Tetak
Angklung Paglat
Angklung Blambangan
Barong Banyuwangi
Barong Kemiren
Barong Kumbo
Barong Prejeng
Barong Lundoyo
Barong Ider Bumi
Barong Bali
Barongsai
Ogoh-Ogoh
Ondel-Ondel
Janger Banyuwangi
Teater Banyuwangi
Drama Janger
Drama Osing
Jejer Gandrung
Jaranan
Jaranan Buto
Pacu Gandrung
Gandrung Dor
Gandrung Marsan
Gandrung Seblang Lukinto
Gama Gandrung
Gandrung Banyuwangi
Gedhogan
Kebo-Keboan
Keboan
Kuwung
Kuntulan
Mocoan Pacul Gowang
Patrol Banyuwangi
Seblang
Wayang Osing
Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Musik khas Banyuwangi
Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.
Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana.
Tokoh terkenal
Referensi
Pranala luar
Info mengenai pembagian administratif Banyuwangi di bentangbanyuwangi.github.io
Kabupaten di Jawa Timur
Kabupaten di Indonesia |
4117 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Bondowoso | Kabupaten Bondowoso | Bondowoso () adalah sebuah wilayah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. ibu kotanya adalah Kecamatan Bondowoso. Ibu kota kabupaten nya strategis, yakni berada di persimpangan jalur dari Kecamatan Besuki dan Kabupaten Situbondo menuju Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah pesisir laut di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Pada tahun 2020, penduduk Kabupaten Bondowoso berjumlah 776.151 jiwa dengan kepadatan penduduk 498 jiwa/km2.
Geografi
Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah: wilayah barat merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Iyang), bagian tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang, sedang bagian timur berupa pegunungan (bagian dari Dataran Tinggi Ijen). Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantai.
Posisi
Kabupaten Bondowoso terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Dikenal dengan sebutan daerah Tapal Kuda. Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis berada pada koordinat antara 113°48′10″–113°48′26″ BT dan 7°50′10″–7°56′41″ LS.
Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 0C – 25,10 0C, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.
Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang menghubungkan antar provinsi. Keadaan yang kurang strategis tersebut yang menyebabkan Bondowoso cenderung lebih sulit berkembang jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya.
Batas Wilayah
Kabupaten Bondowoso mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
Iklim
Wilayah Kabupaten Bondowoso beriklim tropis dengan tipe iklim muson tropis (Am) dan memiliki dua musim sebagai akibat dari pergerakan angin muson, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Bondowoso dipengaruhi oleh angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan bertiup pada periode bulan-bulan Mei–Oktober. Sementara itu, musim penghujan yang dipengaruhi angin muson barat laut–barat daya yang bersifat basah dan lembap bertiup pada periode bulan-bulan November–April. Curah hujan bulanan selama musim penghujan di wilayah Bondowoso berada pada angka lebih dari 150 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar antara 1700–2100 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–130 hari hujan per tahun. Suhu udara rata-rata di wilayah Bondowoso bervariasi yaitu 17°–32 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini cukup tinggi yakni ±77%.
Karakter Fisik dan Wilayah
Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri atas pegunungan dan perbukitan seluas 44,4 %, 24,9 % berupa dataran tinggi dan dataran rendah 30,7 % dari luas wilayah keseluruhan. Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian antara 78-2.300 meter dpl, dengan rincian 3,27% berada pada ketinggian di bawah 100 m dpl, 49,11% berada pada ketinggian antara 100 – 500 m dpl, 19,75% pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl dan 27,87% berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl.
Menurut klasifikasi topografis wilayah, kelerengan Kabupaten Bondowoso bervariasi. Datar dengan kemiringan 0-2 % seluas 190,83 km2, landai (3-15%) seluas 568,17 km2, agak curam (16-40%) seluas 304,70 km2 dan sangat curam di atas 40% seluas 496,40 km2.
Berdasarkan tinjauan geologis di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5% dan miasem jasies sedimen 1,5%. Untuk jenis tanahnya 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir; dan 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan tinjauan geologi, topografi, jenis tanah dan pola pemanfaatan lahan, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya bencana alam, khususnya banjir dan longsor.
Rawan Banjir
Permasalahan lingkungan dan sosial yang menonjol adalah kerusakan hutan atau luasnya lahan kritis. Berbagai kegiatan masyarakat (dengan kualitas SDM terbatas) dalam memanfaatkan lahan (kehutanan, pertanian dan permukiman) berpengaruh besar pada kerusakan DAS Sampean. Kawasan hutan di Kabupaten Bondowoso berada dalam pengelolaan KPH Bondowoso dengan perincian: hutan lindung 46.784,2 ha; hutan produksi 45.218 ha; dan LDTI 366,32 Ha. Kawasan lindung yang diolah dan di tempati masyarakat mencapai 23,0%. Sebaliknya terdapat pula hutan produksi yang berada di atas tanah milik masyarakat.
Hutan lindung dan hutan produksi yang ada relatif rawan terhadap penjarahan oleh masyarakat. Hal ini karena adanya tekanan penduduk yang besar yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang rendah, serta sistem kelembagaan yang kurang berjalan efektif. Sehingga masyarakat kurang peduli terhadap kelestarian hutan dan memanfaatkan hutan sebagai lahan mata pencaharian.
Kerusakan lahan yang terjadi di Kabupaten Bondowoso (lahan kritis yang ada) mencapai luas 40.758 Ha, dengan rincian sangat kritis seluas 4.175 Ha, kritis seluas 10.420 Ha, agak kritis seluas 11.417 Ha, dan potensial kritis seluas 9.746 Ha yang pada umumnya adalah lahan masyarakat. Sedangkan lahan perhutani yang kritis mencapai 5.000 Ha. Adanya lahan kritis tersebut cenderung meningkatkan erosi, yang berakibat pada meningkatnya sedimentasi sungai, menurunkan daya tampung sungai, melampaui kapasitas sarana prasarana irigasi yang ada, sehinga timbul kawasan-kawasan rawan luapan air atau kawasan rawan banjir.
Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaten Bondowoso, khususnya kawasan-kawasan yang berada di sepanjang aliran Sungai Sampean dan Sungai Tlogo, di antaranya Kecamatan Grujugan, Bondowoso, Tenggarang, Wonosari, Klabang, Tapen, Prajekan, Sumberwringin, Pakem, Tegalampel, dan Tlogosari (Peta terlampir).
Setiap tahun terjadi bencana banjir (terbesar tahun 2002) yang melanda wilayah Kabupaten Bondowoso dan Situbondo (daerah bawah DAS Sampean). Dampak seringnya terjadi banjir adalah meningkatnya kerusakan jaringan irigasi, kerusakan prasarana jalan, kerusakan instalasi air bersih dan rusaknya prasarana permukiman dan prasarana umum. Khusus prasarana irigasi, kerusakan jaringan apabila tidak tertangani segera akan menurunkan debit air irigasi dan pada akhirnya terjadi kekeringan lahan pertanian di musim kemarau.
Rawan Tanah Longsor
Berdasarkan tingkat kemiringannya, wilayah Kabupaten Bondowoso terdiri dari: kemiringan 0-2% seluas 19.083 ha (12,23%), kemiringan 3-15% seluas 56.816,9 ha (36,42%), kemiringan 16-40% seluas 30.470,3 ha (19,53%) dan kemiringan di atas 40% seluas 49.639,8 ha (31,82%). Sedangkan kedalaman efektif tanah bervariasi antara 30 cm–90 cm, dengan komposisi: 57,4% memiliki kedalamam efektif di atas 90 cm, 15,6% memiliki kedalaman efektif antara 60 cm–90 cm, 14,7% memiliki kedalaman efektif antara 30 cm–60 cm, dan 12,3% memiliki kedalaman efektif di bawah 30 cm. Ketinggian dan kedalaman efektif tanah yang bervariasi ini berpengaruh terhadap jenis, pertumbuhan dan kerapatan vegetasi.
Berdasarkan Peta Geologi Jawa dan Madura, di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5%, dan miasem, jasies sedimen 1,5%. Sedangkan tanah di Kabupaten Bondowoso 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu, dan lempung liat berpasir, 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung, dan tidak ada yang bertekstur halus.
Tingkat kemiringan dan tekstur tanah yang bervariasi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi/longsor dan rendahnya jumlah cadangan air.
Tanah yang mudah erosi/longsor seluas 40.796,62 ha (26,15%) dapat dijumpai di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Bondowoso, khususnya di wilayah Kecamatan Sempol, Sumberwringin, Tlogosari, Wringin, Tegalampel, Klabang, Pakem, Binakal, Curahdami, Grujugan dan Maesan (Peta terlampir). Kerawanan terhadap bencana longsor disebabkan juga oleh makin luasnya lahan kritis. Pada umumnya bencana banjir disertai oleh bencana longsor. Longsor terjadi setiap tahun pada kawasan-kawasan perbukitan dan lereng pegunungan yang sering kali melanda permukiman perdesaan, merusak prasarana irigasi, air bersih, jalan dan jembatan serta lahan-lahan pertanian masyarakat.
Kerawanan Terhadap Bencana Lainnya
Selain bencana banjir dan longsor Wilayah Kabupaten Bondowoso juga rawan terhadap beberapa bencana lainnya yaitu gempa bumi, bahaya gunung berapi dan angin puyuh.
a. Gempa Bumi
Adanya aktivitas Gunung berapi (Gunung Ijen dan Gunung Raung) di sisi timur Kabupaten Bondowoso, mengakibatkan daerah sekitarnya rawan terhadap bencana Gempa Bumi yaitu mencakup 9,74% luas wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung).
b. Bahaya Gunung Berapi
Demikian halnya dengan kerawanan terhadap bencana gunung berapi, kondisinya sama dengan kerawanan terhadap bencana gempa bumi. Daerah rawan bencana Gunung Berapi mencakup 9,74% luas wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung).
c. Angin Puyuh
Karakteristik daerah yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan menyebabkan sering terjadinya angin puyuh di wilayah Bondowoso sehingga sebagian besar wilayah (50,76%) rawan angin puyuh yaitu meliputi wilayah Kecamatan Cermee, Wonosari, Prajekan, Wringin, Pakem, Curahdami, dan Grujugan.
Sejarah
Semasa Pemerintahan Bupati Ronggo Kiai Suroadikusumo di Besuki mengalami kemajuan dengan berfungsinya Pelabuhan Besuki yang mampu menarik minat kaum pedagang luar. Dengan semakin padatnya penduduk perlu dilakukan pengembangan wilayah dengan membuka hutan yaitu ke arah tenggara. Kiai Patih Alus mengusulkan agar Mas Astrotruno, putra angkat Bupati Ronggo Suroadikusumo, menjadi orang yang menerima tugas untuk membuka hutan tersebut. usul itu diterima oleh Kiai Ronggo-Besuki, dan Mas Astrotruno juga sanggup memikul tugas tersebut. Kemudian Kiai Ronggo Suroadikusumo terlebih dahulu menikahkan Mas Astotruno dengan Roro Sadiyah yaitu putri Bupati Probolinggo Joyolelono. Mertua Mas Astrotruno menghadiahkan kerbau putih “Melati” yang dongkol (tanduknya melengkung ke bawah) untuk dijadikan teman perjalanan dan penuntun mencari daerah-daerah yang subur.
Pengembangan wilayah ini dimulai pada 1789, selain untuk tujuan politis juga sebagai upaya menyebarkan agama Islam mengingat di sekitas wilayah yang dituju penduduknya masih menyembah berhala. Mas Astrotruno dibantu oleh Puspo Driyo, Jatirto, Wirotruno, dan Jati Truno berangkat melaksanakan tugasnya menuju arah selatan, menerobos wilayah pegunungan sekitar Arak-arak “Jalan Nyi Melas”. Rombongan menerobos ke timur sampai ke Dusun Wringin melewati gerbang yang disebut “Lawang Seketeng”. Nama-nama desa yang dilalui rombongan Mas Astrotruno, yaiitu Wringin, Kupang, Poler dan Madiro, lalu menuju selatan yaitu desa Kademangan dengan membangun pondol peristirahatan di sebelah barat daya Kademangan (diperkirakan di Desa Nangkaan sekarang.
Desa-desa yang lainnya adalah disebelah utara adalah Glingseran, Tamben dan Ledok Bidara. disebelah Barat terdapat Selokambang, Selolembu. sebelah timur adalah Tenggarang, Pekalangan, Wonosari, Jurangjero, Tapen, Praje,kan dan Wonoboyo. Sebelah selatan terdapat Sentong, Bunder, Biting, Patrang, Baratan, Jember, Rambi, Puger, Sabrang, Menampu, Kencong, Keting. Jumlah Penduduk pada waktu itu adalah lima ratus orang, sedangkan setiap desa dihuni, dua, tiga, empat orang. kemudian dibangunlah kediaman penguasa di sebelah selatan sungai Blindungan, di sebelah barat Sungai Kijing dan disebelah utara Sungai Growongan (Nangkaan) yang dikenal sebagai “Kabupaten Lama” Blindungan, terletak ±400 meter disebelah utara alun-alun.
Pekerjaan membuka jalan berlangsung dari tahun 1789-1794. Untuk memantapkan wilayah kekuasaan, Mas Astrotruno pada tahun 1808 diangkat menjadi demang dengan gelar Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno, dan sebutannya adalah “Demang Blindungan”. Pembangunan kotapun dirancang, rumah kediaman penguasa menghadap selatan di utara alun-alun. Di mana alun-alun tersebut semula adalah lapangan untuk memelihara kerbau putih kesayangan Mas Astrotruno, karena disitu tumbuh rerumputan makanan ternak. lama kelamaan lapangan itu mendapatkan fungsi baru sebagai alun-alun kota. Sedangkan di sebelah barat dibangun masjid yang menghadap ke timur. Mas Astrotruno mengadakan berbagai tontonan, antara lain aduan burung puyuh (gemek), sabung ayam, kerapan sapi, dan aduan sapi guna menghibur para pekerja. tontonan aduan sapi diselenggarakan secara berkala dan menjadi tontonan di Jawa Timur sampai 1998. Atas jasa-jasanya kemudian Astrotruno diangkat sebagai Nayaka merangkap Jaksa Negeri.
Dari ikatan Keluarga Besar “Ki Ronggo Bondowoso” didapat keterangan bahwa pada tahun 1809 Raden Bagus Asrah atau Mas Ngabehi Astrotruno dianggkat sebagi patih berdiri sendiri (zelfstanding) dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Kertonegoro. Dia dipandang sebagai penemu (founder) sekaligus penguasa pemerintahan pertama (first ruler) di Bondowoso. Adapun tempat kediaman Ki Kertonegoro yang semula bernama Blindungan, dengan adanya pembangunan kota diubah namanya menjadi Bondowoso, sebagai ubahan perkataan Wana Wasa. Maknanya kemudian dikaitkan dengan perkataan Bondo, yang berarti modal, bekal, dan woso yang berarti kekuasaan. makna seluruhnya demikian: terjadinya negeri (kota) adalah semata-mata karena modal kemauan keras mengemban tugas (penguasa) yang diberikan kepada Astrotruno untuk membabat hutan dan membangun kota.
Meskipun Belanda telah bercokol di Puger dan secara administrtatif yuridis formal memasukan Bondowoso kedalam wilayah kekuasaannya, namun dalam kenyataannya pengangkatan personel praja masih wewenang Ronggo Besuki, maka tidak seorang pun yang berhak mengklaim lahirnya kota baru Bondowoso selain Mas Ngabehi Kertonegoro. Hal ini dikuatkan dengan pemberian izin kepada Dia untuk terus bekerja membabat hutan sampai akhir hayat Sri Bupati di Besuki.
Pada tahun 1819 Bupati Adipati Besuki Raden Ario Prawiroadiningrat meningkatkan statusnya dari Kademangan menjadi wilayah lepas dari Besuki dengan status Keranggan Bondowoso dan mengangkat Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah dengan gelar Mas Ngabehi Kertonegoro, serta dengan predikat Ronngo I. Hal ini berlangsung pada hari Selasa Kliwon, 25 Syawal 1234 H atau 17 agustus 1819. Peristiwa itu kemudian dijadikan eksistensi formal Bondowoso sebagai wilayah kekuasaan mandiri di bawah otoritas kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso. Kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso meliputi wilayah Bondowoso dan Jember, dan berlangsung antara 1829-1830.
Pada 1830 Kiai Ronggo I mengundurkan diri dan kekuasaannya diserahkan kepada putra keduanya yang bernama Djoko Sridin yang pada waktu itu menjabat Patih di Probolinggo. Jabatan baru itu dipangku antar 1830-1858 dengan gelar M Ng Kertokusumo dengan predikat Ronggo II, berkedudukan di Blindungan sekarang atau jalan S Yudodiharjo (jalan Ki Ronggo) yang dikenal masyarakat sebagi “Kabupaten lama”.Setelah mengundurkan diri, Ronggo I menekuni bidang dakwah agama Islam dengan bermukim di Kebun Dalem Tanggul Kuripan (Tanggul, Jember), Ronggo I wafat pada 19 Rabi’ulawal 1271 H atai 11 Desember 1854 dalam usia 110 tahun. jenazahnya dikebumikan disebuah bukit (Asta Tinggi) di Desa Sekarputih. Masyarakat Bondowoso menyebutnya sebagai “Makam Ki Ronggo”.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Kependudukan
Mayoritas penduduk kabupaten Bondowoso adalah Suku Madura Pendalungan, dengan bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso tahun 2018 sebesar 791,838 jiwa, yang terdiri dari 394,883 jiwa penduduk laki-laki dan 396,955 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 23 kecamatan. Ini mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebesar 10.323 jiwa atau sebesar 1,42 %. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Bondowoso sebesar 72.714 jiwa dan terendah di Kecamatan Sempol 8.103 jiwa. Angka kepadatan penduduk mencapai 471 jiwa/km2.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bondowoso tahun 2008 yang terdiri dari empat komponen yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf orang dewasa, rata-rata sekolah dan paritas daya beli pada tahun 2008 sebesar 59,54. Meningkat dari tahun 2007 sebesar 59,05. Kecamatan dengan IPM tertinggi yaitu Kecamatan Bondowoso sebesar 68,58, dan IPM terendah di Kecamatan Sumberwringin sebesar 53,23.
Kesehatan
Upaya penyehatan manusia dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dapat dilakukan dengan cara menggerakkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, keluarga yang sadar gizi serta menjadikan seluruh desa menjadi desa siaga.
Dalam rangka menuju Bondowoso Sehat tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui dinas terkait telah melakukan beberapa upaya, antara lain revitalisasi RSU, Puskesmas, Polindes, Posyandu dan pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja masing-masing sarana kesehatan tersebut dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Di Kabupaten Bondowoso sendiri saat ini telah terdapat sebuah Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi dengan tipe B. Juga terdapat sebuah Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri,Rumah Sakit Swasta RS Mitra Medika,dan Klinik Kusuma Bakti. Puskesmas tersebar di seluruh kecamatan. Khusus di Kecamatan Bondowoso terdapat tiga Puskesmas.
Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan saat ini sedang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso, yang dilakukan dengan cara memperluas dan pemerataan kesempatan masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Ini dikarenakan masih adanya penduduk yang tidak tamat sekolah, putus sekolah dan bahkan tidak sekolah.
Untuk itu Pemerintah Kabupaten Bondowoso berupaya agar tingkat pendidikan masyarakat meningkat. Mulai dari pemenuhan sarana dan parasarana pendidikan formal hingga penyelenggaraan pendidikan luar sekolah salah satunya dengan Pemberantasan Buta Aksara (PBA), di mana Kabupaten Bondowoso telah dideklarasikan sebagai kabupaten bebas buta aksara oleh Presiden RI dengan diterimanya penghargaan Anugerah Aksara Tingkat Utama dari Presiden Republik Indonesia.
Fasilitas pendidikan dasar tersebar di semua kecamatan. Sedangkan untuk pendidikan setingkat SMA sederajat terdapat di hampir semua kecamatan di Kabupaten Bondowoso. Untuk pendidikan tinggi berada di Kecamatan Bondowoso yaitu Universitas Bondowoso, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) At Taqwa dan Program Diploma III Keperawatan.
SMP
SMP Negeri 1 Bondowoso
SMP Negeri 2 Bondowoso
SMP Negeri 3 Bondowoso
SMP Negeri 4 Bondowoso
SMP Negeri 5 Bondowoso
SMP Negeri 2 Tenggarang
SMP Negeri 6 Bondowoso
SMP Negeri 7 Bondowoso
SMPK Indra Prastha Bondowoso
MTS
MTSN 1 Bondowoso
MTSN 2 Bondowoso
MTS At-Taqwa
SMA/MA
SMA Negeri 1 Tenggarang
SMA Negeri 1 Bondowoso
SMA Negeri 2 Bondowoso
SMA Negeri 3 Bondowoso
SMA Negeri 1 Tapen
SMA Negeri 1 Prajekan
SMA Negeri 1 Klabang
SMA Negeri 1 Pujer
MAN Bondowoso
Atqia Institute
SMK
SMK Negeri 1 Bondowoso
SMK Negeri 2 Bondowoso
SMK Negeri 3 Bondowoso
SMK Negeri 4 Bondowoso
SMK Negeri 1 Grujugan
SMK Negeri 1 Tlogosari
Kebudayaan Nasional
Terdapat lima suku/etnis di Kabupaten Bondowoso. Mayoritas dari Madura. Minoritas lainnya adalah minoritas nonpribumi, yakni suku India, Arab, dan Cina yang terdapat di ibu kota kabupaten. Umumnya dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Jawa (dialek Surabaya) bercampur bahasa Madura. Bahkan hampir dua pertiga penduduk Bondowoso tidak bisa berbahasa Jawa sama sekali dan hanya berbahasa Madura dalam kesehariannya.
Arkeologi
Di kabupaten Bondowoso terdapat sejumlah situs megalitik, tepatnya 12 situs, di mana ditemukan dolmen, punden berundak, menhir, sarkofagus, kubur batu, batu kenong, pelinggih dan stunchambers (batu ruang). Ada juga Goa Buto, Ekopak, Abris Saus Roche dan Area Batu.
Keagamaan
Hampir semua penduduknya beragama islam, sedangkan penduduk kristen, tionghoa, dan konghuchu tinggal di ibu kota. Fasilitas peribadatan islam (masjid maupun mushola) tersebar di seluruh Kabupaten Bondowoso. Masjid terbesar di Bondowoso yaitu Masjid Jami’ At Taqwa yang berada di sebelah barat alun-alun Bondowoso. Khusus untuk gereja katolik, Pura dan Vihara terletak di Kecamatan Bondowoso.
Di Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu kabupaten tapal kuda, tersebar pondok-pondok pesantren, di mana jumlah pondok pesantren dan jumlah santri setiap tahun selalu bertambah.
Ekonomi
Industri
Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi industri besar, industri menengah dan industri kecil baik formal atau non formal. Jumlah industri besar dan menengah tetap seperti tahun sebelumnya yaitu berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan jumlah industri kecil baik formal dan non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760 unit. Penyerapan tenaga kerja meningkat rata-rata 2,26 %. Nilai investasi meningkat rata-rata 5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400.- dengan nilai produksinya sebesar Rp. 168.896.897.650,- atau naik 6,02 %.
Perdagangan
Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan signifikan. Ini ditandai dengan meningkatnya penerbitan/ pembaharuan pendaftaran perusahaan secara keseluruhan sebesar 7,69%. Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) juga meningkat 7,75% dari tahun sebelumnya sebanyak 5.700 buah untuk SIUP kecil, menengah dan besar.
Sarana perdagangan bagi masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi oleh toko/ ruko. Pasar induk terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan Jalan Wadid Hasyim. Sedangkan swalayan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza/ mall. Terdapat juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa kecamatan.
Kawasan jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam hari digunakan Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya. Pedagang buah-buahan disediakan tempat di Jalan Veteran.
Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan/ perbankan di samping untuk perorangan juga mempunyai peranan dalam meningkatkan pembangunan daerah. Jumlah bank baik bank pemerintah maupun swasta di Kabupaten Bondowoso tahun 2008 tetap seperti tahun sebelumnya. Bank pemerintah meliputi BRI, BNI, Bank Mandiri dan Bank Jatim. Bank swasta nasional meliputi BTPN, Bank Buana, Bank Danamon Simpan Pinjam dan Bank Bukopin. Untuk bank swasta asing/campuran yaitu BCA dan Bank Lippo. BRI Unit berjumlah 13 unit serta Bank Perkreditan Rakyat berjumlah 5 unit yaitu BPR Bintang Mas, Delta, Manuk Ayu, Manukwari dan Sari Dinar Mas.
Pariwisata
Pariwisata, seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat, yang berdampak pada meningkatnya pendapatan daerah. Kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang RTRW Kabupaten Bondowoso, ditetapkan kawasan wisata Kabupaten Bondowoso yaitu:
1.Kawasan Wisata Terpadu Kawah Ijen di Kecamatan Sempol dan Sumberwringin, dengan objek wisata:
Wisata Kawah Ijen, Kawah Telaga Weru dan Kawah Wurung
Wisata Air Terjun Blawan dan Gua Stalagtit
Wisata Pemandian Air Panas Blawan dan Pemandian Damarwulan
Wisata Agro Kopi Kalisat
Wisata Air Terjun Puloagung–Sukorejo
2.Kawasan Wisata Terpadu Lereng Argopuro di Kecamatan Pakem, dengan objek wisata:
Wisata Agro Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Wisata Air Terjun Tancak Kembar
Wisata Pendakian Pegunungan Hyang (Gunung Argopuro)
3. Kawasan Wisata Pemandangan Arak-arak di Kecamatan Wringin;
4. Kawasan Wisata Pendakian Gunung Raung di Kecamatan Sumberwringin;
5. Kawasan Wisata Panjat Tebing Alam Patirana di Kecamatan Grujugan;
6. Kawasan Wisata Pemandian Tasnan di Kecamatan Grujugan;
7. Kawasan Wisata Sejarah Sarkopage di Kecamatan Grujugan, Maesan, Wringin, Tegalampel, Bondowoso, Wonosari, Tamanan, Jambesari Darussholah, Prajekan, Tlogosari dan Sempol;
8. Kawasan Wisata Rekreasi Alun-alun Bondowoso;
9. Kawasan Wisata Ziarah Makam Ki Ronggo di Kecamatan Tegalampel;
10. Kawasan Wisata Budaya Pedepokan Gema Buana di Kecamatan Prajekan;
11 .Kawasan Wisata Kerajinan Kuningan Cindogo di Kecamatan Tapen;
12. Kawasan Wisata Bendung Sampean Baru di Kecamatan Tapen;
13. Kawasan Wisata Budaya Upacara Adat Desa Blimbing di Kecamatan Klabang;
14. Kawasan Wisata Arung Jeram Bosamba di Kecamatan Taman Krocok dan Tapen.
15. Kawasan wisata aduan sapi yang ada di kecamatan tapen
Dalam mendukung pariwisata, di Kabupaten Bondowoso juga disediakan sarana akomodasi penginapan yang memadai bagi wisatawan. Pada tahun 2008 ini jumlah hotel di Kabupaten Bondowoso terdiri dari 11 hotel. Satu hotel bintang 3 yaitu Hotel Ijen View di Jalan KIS Mangunsarkoro. Sedangkan lainnya yaitu hotel melati. Enam hotel di Kota Bondowoso yaitu Palm, Anugerah, Baru, Slamet, Kinanti dan Grand serta 4 hotel di luar Kota Bondowoso yaitu Arabica, Catimore, Jampit, dan Wisata Asri.
Transportasi
Prasarana transportasi berupa terminal type C yang berada di Jalan Imam Bonjol. Terdapat pula Stasiun kereta api, namun sudah tidak beroperasi. Bondowoso juga tidak terdapat jembatan timbang.
Sarana transportasi berupa bus umum yang terdiri dari bus antar kota dalam provinsi dan luar provinsi. MPU dan angkutan desa melayani trayek antar kota dan antar kecamatan. Di dalam kota sarana transportasi berupa becak dan dokar. Khusus untuk dokar beroperasi di pinggiran kota.
Jalan Raya
Berdasarkan Rencana Tata Tuang Wilayah Kabupaten Bondowoso Tahun 2007, sistem prasarana jalan berdasarkan hierarki dan fungsi pelayanan di Kabupaten Bondowoso terdiri dari jalan kolektor primer, lokal primer dan lokal sekunder, yaitu:
Jalan kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara ibu kota Kabupaten Bondowoso dengan ibu kota kabupaten sekitarnya, yaitu:
Jalan penghubung Bondowoso – Situbondo (Bondowoso-Tenggarang-Wonosari-Tapen-Klabang-Prajekan-Widuri);
Jalan penghubung Bondowoso – Banyuwangi (Bondowoso-Tenggarang Wonosari-Garduatak-Sukosari-Sempol-Paltuding);
Jalan penghubung Bondowoso – Jember (Bondowoso-Grujugan-Maesan-Suger Lor);
Jalan penghubung Bondowoso – Besuki (Bondowoso-Pal 9-Wringin-Arak-arak)
Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara Kota Bondowoso dengan kota ordo II dan ordo III kabupaten dan ibu kota kabupaten yaitu:
Jalan Bondowoso – Tegalampel – Taman Krocok
Jalan Wonosari – Taman Krocok
Jalan Widuri – Cermee
Jalan Klabang – Botolinggo
Jalan Bondowoso – Curahdami – Binakal
Jalan Tenggarang (Bataan) – Pujer – Tlogosari
Jalan Sukosari (Sumbergading) – Sumberwringin
dan jalan-jalan yang menghubungkan pusatkawasan perkotaan dengan kawasan perdagangan dan jasa, industri, wisata dan perkantoran.
Jalan lokal primer dan sekunder yang potensial sebagai jalan tembus antar kabupaten yaitu:
Jalan Bondowoso (Koncer) – Grujugan Kidul – Tamanan – Sukowono Kabupaten Jember;
Jalan Maesan–Sukowono Kabupaten Jember;
Jalan Cermee – Panji Kabupaten Situbondo;
Jalan Klabang – Wonoboyo–Kendit – Panarukan Kabupaten Situbondo;
Jalan lokal sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan permukiman baik permukiman perkotaan maupun perdesaan dengan kawasan perdagangan dan pemerintahan yang ada simpul-simpul kota di wilayah Kabupaten Bondowoso.
Tahun 2007 total panjang jalan di Kabupaten Bondowoso 1.286,550 km yang terdapat pada pada 323 ruas jalan, yang terdiri dari jalan aspal sepanjang 734,417 km (57,08%), jalan makadam 140,530 km (10,92%) dan jalan tanah sepanjang 411,603 km (32,00%). Untuk jembatan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 267 buah sepanjang 1.958,50 meter.
Transportasi lain
Angkutan Kota wilayah Kabupaten Bondowoso dan beberapa rute yang menghubungkan Kabupaten Situbondo dengan Kabupaten Jember
Stasiun
Kabupaten Bondowoso memiliki 9 stasiun di Jalur kereta api Kalisat–Panarukan yang sudah berhenti beroperasi, diantaranya:
Stasiun Tamanan
Stasiun Grujugan
Halte Nangkaan
Stasiun Bondowoso
Halte Tangsil
Stasiun Bonosare
Halte Tapen
Stasiun Prajekan
Halte Widuri
Makanan khas
Makanan khas Bondowoso adalah Tape manis Bondowoso, yang umumnya dikemas dalam bèsèk (anyaman dari bambu berbentuk kotak). Tape ini terbuat dari Singkong, wisatawan mancanegara menyebutnya fermented of Cassava, mirip seperti Peyeum di Jawa Barat. Tapi rasa tape manis bondowoso lebih khas. Banyak wistawan dari luar bondowoso yang rela datang ke bondowoso hanya untuk membeli tape manis ini merk tape manis yang terkenal antara lain Tape manis 82, Tape manis 31, Tape manis Tjap Enak, Mana Lagi, 66, 17, dll. Toko penjual tape manis Bondowoso pada umumnya terkonsentrasi di Jalan Jenderal Sudirman dan Teuku Umar atau lebih dikenal daerah Pecinan. Jl jenderal sudirman. Selain Tape, makanan khas turunan dari Tape juga banyak dijual di Bondowoso seperti Suwar-suwir, dodol Tape, Tape bakar dll.
Referensi
Pranala luar
Bondowoso
Bondowoso |
4121 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Kediri | Kota Kediri | 1. Mempertahankan bentuk dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia sebagaimana ketentuan pasal 37
Sejarah
Artefak arkeologi yang ditemukan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa daerah sekitar Kediri menjadi lokasi Kerajaan Kadiri, sebuah kerajaan Hindu-Buddha pada abad ke-11.
Menurut Serat Calon Arang, awal mula wilayah Kediri sebagai permukiman perkotaan dimulai ketika raja Airlangga memindahkan pusat pemerintahan kerajaannya dari istana Kahuripan ke Dahanapura ("dahana" = api, "pura" = kota), selanjutnya lebih dikenal dengan singkatannya sebagai Daha yang berlokasi di wilayah sekitar Kota Kediri. Sepeninggal Airlangga, wilayah Panjalu dibagi menjadi dua, yaitu Kediri di barat dan Jenggala di timur. Daha menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Kadiri dan Kahuripan menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Janggala. Panjalu oleh penulis-penulis periode belakangan juga disebut sebagai Kerajaan Kadiri/Kediri, dengan wilayah kira-kira Kabupaten Kediri sampai Kabupaten Madiun sekarang.
Semenjak pengaruh wilayah Tumapel (yang berpusat di Singhasari) menguat, ibukota Dahanapura diserang dan kota ini menjadi kedudukan raja vazal, yang terus berlanjut hingga Majapahit hingga Demak dan Mataram Islam.
Kediri jatuh ke tangan VOC sebagai konsekuensi Geger Pecinan. Jawa Timur pada saat itu dikuasai Cakraningrat IV, adipati Madura yang memihak VOC dan menginginkan bebasnya Madura dari Kasunanan Kartasura. Karena Cakraningrat IV keinginannya ditolak oleh VOC, ia memberontak. Pemberontakannya ini dikalahkan VOC, dibantu Pakubuwana II, sunan Kartasura. Sebagai pembayaran, Kediri menjadi bagian yang dikuasai VOC. Kekuasaan Belanda atas Kediri terus berlangsung sampai Perang Kemerdekaan Indonesia.
Perkembangan Kota Kediri menjadi swapraja dimulai ketika diresmikannya Karesidenan Kediri atau Gemeente Kediri pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan Staasblad (Lembaran Negara) no. 148 tertanggal 1 Maret 1906. Gemeente ini menjadi tempat kedudukan Residen Kediri dengan sifat pemerintahan otonom terbatas dan mempunyai Gemeente Raad ("Dewan Kota"/DPRD) sebanyak 13 orang, yang terdiri dari delapan orang golongan Eropa dan yang disamakan (Europeanen), empat orang Pribumi (Inlanders) dan satu orang Bangsa Timur Asing. Sebagai tambahan, berdasarkan Staasblad No. 173 tertanggal 13 Maret 1906 ditetapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun. Baru sejak tanggal 1 November 1928 berdasarkan Stbl No. 498 tanggal 1 Januari 1928, Kota Kediri menjadi "Zelfstanding Gemeenteschap" ("kota swapraja" dengan menjadi otonomi penuh).
Kediri pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 menjadi salah satu titik rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kediri juga mencatat sejarah yang kelam juga ketika era Pemberontakan G30S PKI karena banyak penduduk Kediri yang ikut menjadi korbannya.
Geografi
Luas wilayah Kota Kediri adalah 63,40 km² atau (6.340 ha) dan merupakan kota sedang di Provinsi Jawa Timur. Terletak di daerah yang dilalui Sungai Brantas dan di antara sebuah lembah di kaki gunung berapi, Gunung Wilis dengan tinggi 2552 meter. Kota ini berjarak ±130 km dari Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur terletak antara 07°45'-07°55'LS dan 111°05'-112°3' BT. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 meter di atas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40%.
Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh Sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kecamatan Mojoroto yang mana di bagian barat sungai masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m) yang keduanya termasuk gugusan Pegunungan Wilis .
Batas Wilayah
Seluruh wilayah kota Kediri berbatasan dengan Kabupaten Kediri, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Kecamatan Gampengrejo dan Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri
Sebelah Selatan: Kecamatan Kandat, Kecamatan Ngadiluwih, dan Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri
Sebelah Timur: Kecamatan Ngasem, Kecamatan Wates dan Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri
Sebelah Barat: Kecamatan Banyakan dan Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri
Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kota Kediri beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di kota ini berlangsung sejak awal bulan Mei hingga awal bulan November dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim hujan di wilayah Kediri berlangsung pada pertengahan November hingga akhir April dengan bulan terbasah adalah Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 325 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kota Kediri berkisar antara 1.500–2.00 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar pada 80–130 hari hujan per tahun. Suhu udara di kota ini bervariasi antara 19°-32 °C dengan tingkat kelembapan relatif berkisar antara 67%–84%.
Pemerintahan
Daftar Wail Kota
Secara administrasi pemerintahan Kota Kediri dipimpin oleh seorang wali kota dan wakil wali kota yang dipilih langsung oleh rakyat Kediri dalam pemilihan wali kota Kediri setiap lima tahun sekali. Wali kota Kediri membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi kelurahan-kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kota. Pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara langsung pertama di kota Kediri pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008, setelah sebelumnya wali kota dan wakilnya dipilih oleh anggota DPRD kota. Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kediri saat ini adalah Abdullah Abu Bakar dan Alm.Lilik Muhibbah yang berasal dari Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Suku bangsa
Menurut catatan Badan Pusat Statistik Kota Kediri tahun 2022, jumlah penduduk Kota Kediri pada tahun 2021 sebanyak 287.962 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Kediri adalah sebesar 4.611 jiwa/km². Menjadi situs sebuah ibukota kuno bagi kerajaan Jawa, kota ini merupakan salah satu pusat kebudayaan utama bagi suku Jawa dan di kota ini juga berisi beberapa reruntuhan kuno dan candi era Kerajaan Kediri dan Kerajaan Majapahit. Mayoritas penduduk Kota Kediri adalah suku Jawa, dan beberapa suku lain dari berbagai daerah di Indonesia seperti Tionghoa, Batak, Minahasa, Ambon, Madura, Sunda, Arab, dan berbagai perantau di luar suku Jawa lainnya yang tinggal dan menetap di kota ini.
Agama
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, penduduk Kota Kediri mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 91,59%. Kemudian diikuti dengan agama Kristen sebanyak 7,93% (Protestan 5,71%, dan Katolik 2,22%), sebagian lagi menganut agama Buddha sebanyak 0,40%, Hindu sebanyak 0,07% dan Konghucu sebanyak 0,01%. Banyaknya tempat ibadah di Kota kediri, terdiri dari 259 masjid, 76 gereja Protestan, 3 gereja Katolik, 3 vihara dan 1 pura. Bangunan Gereja GPIB Kediri merupakan peninggalan masa kolonial Belanda dan Klenteng Tjio Hwie Kiong, sudah berusia ratusan tahun. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Kediri terjalin dengan baik. Tokoh agama Islam asal Kediri yang terkenal yaitu Gus Miek, Gus Kautsar, KH Kafabih, Ning Sheila, Ning Imaz
Bahasa
Bahasa Indonesia menjadi bahasa formal di masyarakat Kota Kediri, sedangkan Bahasa Jawa Mataraman menjadi yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan keluarga, tetangga, teman, atau orang-orang sesama penutur bahasa Jawa lainnya. Berbeda dengan bahasa Jawa Dialek Surabaya dan Dialek Malang yang memiliki dialek dan gaya bahasa Jawa yang blak-blakan dan egaliter, bahasa Jawa mayoritas masyarakat Kediri dan wilayah Mataraman Jawa Timur lainnya cenderung halus dari segi pemakaian kata dan penuturan.
Ekonomi
Kota ini berkembang seiring meningkatnya kualitas dalam berbagai aspek, yaitu pendidikan, pariwisata, perdagangan, birokrasi pemerintah, hingga olahraga. Pusat perbelanjaan dari pasar tradisional hingga pusat perbelanjaan modern sudah beroperasi di kota ini.
Industri rokok Gudang Garam yang berada di kota ini, menjadi penopang mayoritas perekonomian warga Kediri, yang sekaligus merupakan perusahaan rokok terbesar di Indonesia. . Gudang Garam menyumbangkan pajak dan cukai yang relatif besar kepada pemerintah kota maupun kabupaten karena letak nya berada tepat di perbatasan antara Kota Kediri dengan Kabupaten Kediri.
Di bidang pariwisata, kota ini mempunyai beragam tempat wisata, seperti Gunung Klotok, Sumber Air Jiput, Sumber Air Banteng, Kolam Renang Pagora, Water Park Tirtayasa, Dermaga Jayabaya, Gua Selomangleng, Kediri Eco Park, Taman Sekartaji, Taman Brantas, Taman Hutan Joyoboyo, Taman Kresek dan Taman Ngronggo. Di area sepanjang Jalan Dhoho menjadi pusat pertokoan terpadat di Kediri. Beberapa sudut kota juga terdapat minimarket, cafe, resort, hiburan malam dan banyak tempat lain yang menjadi penopang ekonomi sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kota Kediri menerima penghargaan sebagai kota yang paling kondusif untuk berinvestasi dari sebuah ajang yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat dan kualitas otonomi. Kediri menjadi rujukan para investor yang ingin menanamkan modalnya di kota ini. Beberapa perguruan tinggi swasta, pondok pesantren, dan lain sebagainya juga memberi dampak ke sektor perekonomian kota ini. Pondok pesantren besar yang ada di Kota Kediri di antaranya adalah Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Wali Barokah.
Pusat Perbelanjaan
Pusat perbelanjaan, Mall dan Pasar di area Kota Kediri yang menunjang perputaran ekonomi Kediri diantaranya Doho Plaza, Kediri Town Square, Kediri Mall, Ramayana, dan lainnya.
Pendidikan
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Menengah
Pendidikan Dasar
Pendidikan Luar Biasa
Ranking SMA/SMK/MA
Berdasarkan Top 1000 Sekolah Tahun 2022 Berdasarkan Nilai UTBK LTMPT Wilayah Kota Kediri dan Kab. Kediri
Kesehatan
Olahraga
Klub sepak bola Persik Kediri adalah tim sepak bola yang berasal dari kota Kediri yang didirikan pada pada 19 Mei 1950 oleh Bupati Kediri saat itu, R. Muhammad Machin. Persik saat ini tengah bersaing di Liga 1. yang merupakan kasta tertinggi sepakbola di liga Indonesia.
Sejak liga Indonesia dimulai di tahun 1994 Persik tercatat telah berhasil dua kali memenangkan piala Liga Indonesia masing-masing edisi IX & XII 2003 dan 2006. Tim memiliki julukan Macan Putih serta semboyan kebanggaan tim yaitu Djajati, atau Panjalu Jayati yang berarti Kadiri Menang. sementara untuk kandang Persik bermarkas di Stadion Brawijaya kota Kediri yang menjadi tempat bertanding dan menjamu setiap lawan-lawannya.
Media
Televisi
Di Kediri, terdapat stasiun televisi lokal dan nasional yang tersedia di kota ini adalah :
Televisi terestrial
Analog
Stasiun analog (PAL) beroperasi hingga 2023.
Digital (DVB-T2)
Televisi Analog Tidak Beroperasi
Radio
Kota Kediri juga memiliki beberapa stasiun radio yang tersebar di kota ini diantaranya:
Kuliner Khas
Kota Kediri mendapat julukan Kota Tahu sebagai ciri khas oleh-oleh kuliner paling terkenal berupa Tahu Kuning yang biasa diburu oleh wisatawan saat berkunjung atau melewati Kota Kediri. Juga ada Nasi Pecel Tumpang sebagai makanan khas daerah ini.
Foto
Referensi
Pranala luar
Situs resmi
Kediri
Enklave dan eksklave |
4126 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Magetan | Kabupaten Magetan | Magetan () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Magetan Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ngawi di bagian Utara, Kabupaten Madiun di bagian Timur, Kabupaten Ponorogo di bagian Selatan, serta Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri (keduanya termasuk provinsi Jawa Tengah) di bagian Barat. Pangkalan Udara Iswahjudi, salah satu pangkalan utama TNI-AU di Jawa Timur, terletak di Kecamatan Maospati. Pada tahun 2022, jumlah penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 678.343 jiwa.
Kabupaten Magetan dilintasi jalan raya utama Surabaya-Ngawi-Yogyakarta dan jalur kereta api lintas selatan pulau Jawa, namun jalur tersebut tidak melintasi ibu kota Kabupaten Magetan. Satu-satunya stasiun yang berada di wilayah kabupaten Magetan adalah Stasiun Magetan yang terletak di wilayah Kecamatan Barat.
Gunung Lawu (3.265 m) terdapat di bagian barat Kabupaten Magetan, yakni perbatasan dengan Jawa Tengah. Di daerah pegunungan ini terdapat Telaga Sarangan (1000 mdpl), salah satu tempat wisata andalan kabupaten ini, yang berada di jalur wisata Magetan-Sarangan-Tawangmangu-Karanganyar.
Magetan dikenal karena kerajinan kulit (untuk alas kaki dan tas), anyaman bambu, rengginan, dan produksi jeruk pamelo (jeruk bali), serta kerupuk lempengnya yang terbuat dari nasi.
Etimologi
Asal-usul nama Magetan tampaknya sangat mungkin berkaitan dengan "Kamagetan". Dalam hal ini, Pigeaud berpendapat sebagai berikut:
Ada satu hal yang mengganjal Pigeaud. Pada lereng Gunung Lawu yang menjadi wilayah Magetan tersebut tidak ditemukan suatu peninggalan yang besar dan monumental setelah kejatuhan Majapahit. Namun demikian, mungkin daerah sekitar Desa Sadon dahulunya adalah sebuah permukiman. Daerah ini diduga merupakan bekas kediaman pertapa pada zaman Hindu-Jawa. Kediaman ini mungkin berasal dari abad ke-11 dan ditinggalkan atau lenyap pada abad ke-16.
Geografi
Kabupaten Magetan terletak pada posisi 7°38'30" Lintang selatan dan 111°20'30" Bujur Timur. Secara administrasi, Kabupaten Magetan terdiri dari 18 Kecamatan dengan 235 desa. Luas Kabupaten Magetan mencapai 688,85 km². Kecamatan Plaosan merupakan kecamatan terluas dengan luas 66,09 km² sedangkan Kecamatan Karangrejo dengan luas 15,15 km² merupakan kecamatan dengan luas terkecil.
Batas Wilayah
Batas fisik Kabupaten Magetan adalah:
Topografi
Dilihat dari tingkat kesuburan tanahnya, Kabupaten Magetan dapat dibagi dalam 6 tipologi wilayah:
Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian subur: Kecamatan Plaosan
Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian sedang: Kecamatan Panekan dan Kecamatan Poncol
Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian kurang subur(kritis): sebagian Kecamatan Poncol, Kecamatan Parang, Kecamatan Lembeyan, dan sebagian Kecamatan Kawedanan
Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian subur: Kecamatan Barat, Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Karangrejo, Kecamatan Karas, Kecamatan takeran dan Kecamatan Nguntoronadi
Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian sedang: Kecamatan Maospati, sebagian Kecamatan Bendo, sebagian Kecamatan Kawedanan, sebagian Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Ngariboyo, dan Kecamatan Magetan.
Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian kurang subur: sebagian Kecamatan Sukomoro dan sebagian Kecamatan Bendo.
Iklim dan Curah Hujan
Suhu udara berkisar antara 16–20 °C di dataran tinggi dan antara 22–26 °C di dataran rendah. Wilayah Kabupaten Magetan beriklim muson tropis (Am) dengan dua musim yang dipengaruhi oleh angin muson, yaitu musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin muson timuran yang bersifat kering dan dingin dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat yang bersifat basah dan lembap. Musim kemarau berlangsung pada saat angin muson timuran berhembus, yaitu pada periode Mei–Oktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim penghujan berlangsung saat angin muson baratan berhembus, yakni pada periode November–April dengan puncak musim penghujan adalah bulan Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 290 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Magetan berkisar antara 1500–2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Julukan
Magetan memiliki beberapa julukan, antara lain:
The Nice of Java
Kabupaten Magetan terkenal dengan wisata gunung yang indah, berhawa sejuk, dengan panorama alam yang memukau. Magetan memiliki wisata andalan yakni Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu yang terletak di lereng Gunung Lawu.
Kaki Gunung
Kabupaten Magetan diberi julukan Kaki Gunung karena letak geografisnya yang berada di kaki dan lereng Gunung Lawu.
The Sunset of East Java
Kabupaten Magetan diberi julukan The Sunset of East Java karena letak geografisnya yang berada di ujung paling barat dari Provinsi Jawa Timur.
Ekonomi
Terdapat berbagai potensi di Magetan, di antaranya:
Sentra Perkebunan Pamelo, di Desa Tamanan
Sentra Kerajinan Kulit Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, Kec. Magetan
Sentra Kerajinan Anyaman Bambu, Desa Ringinagung, Kec. Magetan
Sentra Ayam Panggang Gandu, Kecamatan Karangrejo
Sentra Industi Batik Sidomukti Kecamatan Plaosan
Sentra Industri Genteng Winong Kecamatan Maospati
Pariwisata
Tempat Wisata
Beberapa objek wisata terkenal di Kabupaten Magetan yang sedang dikembangkan adalah:
Gunung Lawu
Telaga Sarangan
Telaga Wahyu
Magetan Park
Kerajinan Gamelan Patihan Karangrejo
Candi Sadon
Candi Simbatan (Beji)
Puncak Lawu
Air Terjun Pundak Kiwo
Air Terjun Tirtasari
Argo Dumilah
Taman Ria Dirgantara Kosala Tirta Maospati
Pemandian Dewi Sri
Gerbang Kadipaten Purwodadi
Cemorosewu
Mojosemi Camping Ground
Sumber Clelek Driyorejo
Bendungan Gonggang Poncol
Monumen Soco
Transportasi
Transportasi di Kabupaten Magetan berupa:
Pesawat
Lanud Iswahyudi terletak di Maospati
Untuk saat ini keperluan militer sampai saat ini
Bus
Transportasi Bus di Kabupaten Magetan diberangkatkan dari Terminal Maospati menuju Ngawi, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Bandung, dan luar Pulau Jawa. Selain Terminal Maospati sebagai terminal utama, keberangkatan bus skala lebih kecil juga diberangkatkan dari Terminal Magetan dan Terminal Plaosan.
Kereta Api
Transportasi Kereta Api di Kabupaten Magetan diberangkatkan dari Stasiun Magetan (Barat) yang merupakan satu-satunya stasiun Kereta Api di Kabupaten Magetan. Letak Stasiun Barat sekitar 5 Km dari Terminal Maospati atau 18 Km dari Terminal Magetan.
Angkot
Transportasi Angkutan Perkotaan maupun Pedesaan dilayani baik dari Terminal Maospati, Terminal Magetan, Terminal Plaosan maupun Terminal Kawedanan menjangkau seluruh pelosok Kabupaten Magetan. Selain itu untuk wilayah sekitar Bandar Udara Iswahyudi juga dilayani oleh Angkutan Iswahjudi.
Angkutan pelajar
Tahun 2018, Dinas Perhubungan Kabupaten Magetan meluncurkan program angkutan pelajar gratis. Program ini diperuntukkan bagi pelajar tingkat menengah pertama dan sederajat, yang termasuk golongan usia yang belum cukup umur untuk memiliki surat izin mengemudi (SIM). Sejumlah 34 unit angkutan umum dari berbagai trayek, meliputi sepuluh unit angkutan kota dan 24 unit angkutan pedesaan diberdayakan sebagai angkutan pelajar. Selain menyediakan fasilitas bagi pelajar, program ini merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan pengemudi angkutan umum di Magetan yang kian terpuruk.
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
Magetan
Magetan |
4131 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Malang | Kabupaten Malang | Kabupaten Malang (; Osob Kiwalan: ngalaM; Péghu: مالاڠ; Alfabét Bhâsa Madhurâ: Malang) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya Kabupaten Malang adalah Kecamatan Kepanjen Kota, sebelumnya berada di Kota Malang. Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi dan merupakan kabupaten dengan populasi terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang mempunyai koordinat 112o17' sampai 112o57' Bujur Timur dan 7o44' sampai 8o26' Lintang Selatan. Kabupaten Malang juga merupakan kabupaten terluas ketiga di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sukabumi di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Malang tahun 2021, penduduk kabupaten Malang berjumlah 2.654.448 jiwa (2020), dengan kepadatan 752 jiwa/km2.
Kota Malang merupakan enklave dari kabupaten ini.
Kabupaten ini memiliki Penekslave yaitu wilayah yang secara terpisah dengan wilayah utamanya yaitu di Malang Barat berupa Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang dan Kecamatan Kasembon Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Jombang; Kabupaten Mojokerto; dan Kabupaten Pasuruan; di utara, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kota Batu, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan yang berhawa sejuk, Kabupaten Malang dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur. Bersama dengan Kota Batu dan Kota Malang, Kabupaten Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang).
Geografi
Batas wilayah
Kabupaten Malang terletak pada 112 035`10090`` sampai 112``57`00`` Bujur Timur 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. Kabupaten Malang berbatasan dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan; dan Kota Batu di sebelah utara, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang di sebelah timur, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di sebelah barat, serta Samudra Hindia di sebelah selatan. Kota Malang menjadi enklave di tengah-tengah kabupaten ini.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Malang merupakan kawasan dataran tinggi dan pegunungan yang berhawa sejuk. Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.651 m). Di pegunungan ini terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang kedua di pulau Jawa dan terpanjang di Jawa Timur.
Bagian timur merupakan kompleks Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kota Malang sendiri berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan tersebut. Bagian selatan berupa pegunungan dan dataran bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagian besar pantainya berbukit.
Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk. Daerah utara dan timur banyak digunakan untuk perkebunan apel. Daerah pegunungan di barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu penghasil sayuran utama di Jawa Timur. Daerah selatan banyak ditanami tebu dan hortikultura, seperti salak dan semangka. Selain perkebunan teh, Kabupaten Malang juga berpotensi untuk perkebunanan kopi dan kakao (daerah pegunungan Kecamatan Tirtoyudo). Hutan jati banyak terdapat di bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan kapur.
Sejarah
Pada awalnya Kerajaan Singasari berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri dan dipimpin oleh Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung yang beristrikan Ken Dedes. Pusat pemerintahan Singasari saat itu berada di Tumapel. Baru setelah muncul Ken Arok yang kemudian membunuh Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes, pusat kerajaan berpindah ke Malang setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri. Saat jatuh ke tangan Singasari, status Kediri menjadi kadipaten. Sementara Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi (1222–1227).
Kerajaan ini mengalami jatuh bangun. Semasa kejayaan Kesultanan Mataram, kerajaan-kerajaan yang ada di Malang jatuh ke tangan Mataram, seperti halnya Kerajaan Majapahit. Sementara pemerintahan pun berpindah ke Demak disertai masuknya agama Islam yang dibawa oleh Wali Songo. Malang saat itu berada di bawah pemerintahan Adipati Ronggo Tohjiwo dan hanya berstatus kadipaten. Pada masa-masa keruntuhan itu, menurut Folklore, muncul pahlawan legendaris Raden Panji Pulongjiwo. Ia tertangkap prajurit Mataram di Desa Panggungrejo yang kini disebut Kepanjen (Kepanji-an). Hancurnya kota Malang saat itu dikenal sebagai Malang Kutho Bedhah.
Bukti-bukti lain yang hingga sekarang merupakan saksi bisu adalah nama-nama desa seperti Kanjeron, Balandit, Turen, Polowijen, Ketindan, Ngantang dan Mandaraka. Peninggalan sejarah berupa candi-candi merupakan bukti konkret seperti :
Candi Kidal di Desa Kidal kecamatan Tumpang yang dikenal sebagai tempat penyimpanan jenazah Anusapati.
Candi Singhasari di kecamatan Singosari sebagai penyimpanan abu jenazah Kertanegara.
Candi Jago / Jajaghu di kecamatan Tumpang merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Wisnuwardhana.
Pada zaman VOC, Malang merupakan tempat strategis sebagai basis perlawanan seperti halnya perlawanan Trunojoyo (1674–1680) terhadap Mataram yang dibantu VOC. Menurut kisah, Trunojoyo tertangkap di Ngantang. Setelah Trunojoyo, Malang kembali menjadi basis perlawanan terhadap VOC pada tahun 1768. Penguasa Malang saat itu yaitu Adipati Malayakusuma mempertahankan Malang dari serbuan VOC bersama pangeran asal Mataram bernama Prabujaka. Setelah berperang cukup lama, Malang akhirnya jatuh ke tangan VOC. Malayakusuma dan Prabujaka kemudian berhasil ditangkap. Prabujaka dibuang ke luar Jawa sementara Malayakusuma berhasil meloloskan diri dan bersembunyi di Pegunungan Tengger.
Awal abad ke-19 ketika pemerintahan Hindia-Belanda dipimpin oleh Gubernur Jenderal, Malang seperti halnya daerah-daerah lainnya, dipimpin oleh seorang bupati.
Bupati Malang I adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16. Kabupaten Malang merupakan wilayah yang strategis pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan. Bukti-bukti yang lain, seperti beberapa prasasti yang ditemukan menunjukkan daerah ini telah ada sejak abad ke-9 dalam bentuk Kerajaan Singasari dan beberapa kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Kanjuruhan seperti yang tertulis dalam Prasasti Dinoyo. Prasasti itu menyebutkan peresmian tempat suci pada hari Jum`at Legi tanggal 1 Margasirsa 682 Saka, yang bila diperhitungkan berdasarkan kalender kabisat jatuh pada tanggal 28 November 760. Tanggal inilah yang dijadikan patokan hari jadi Kabupaten Malang. Sejak tahun 1984 di Pendopo Kabupaten Malang ditampilkan upacara Kerajaan Kanjuruhan, lengkap berpakaian adat zaman itu, sedangkan para hadirin dianjurkan berpakaian khas daerah Malang sebagaimana ditetapkan.
Maskot
Habitat jenis fauna burung Cucak Ijo ditengarai berasal dari kawasan Malang Selatan, walaupun di beberapa daerah lain juga terdapat burung sejenis. Didasari dengan latar belakang Chloropsis sonnerati dan disusul kemudian dengan Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Malang tanggal 8 Februari 1996 bernomor 522.4/429.024/1995 tentang pelestarian flora dan fauna, burung Cucak Ijo dimunculkan sebagai identitas fauna Kabupaten Malang. Hal ini lalu dikukuhkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Malang, nomor 180/170/SK/429.013/1997, tentang Penetapan Maskot / Identitas Flora dan FaunaKabupaten Daerah Tingkat II Malang, tertanggal 26 April 1997. Dalam Surat Keputusan Bupati itu, Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill) ditetapkan sebagai maskot flora, sedangkan Burung Cucak Ijo sebagai maskot fauna. Maksud penetapan maskot flora dan fauna tersebut sebagai upaya pengenalan sekaligus pelestarian yang didasari keunikan suatu jenis satwa dan tumbuhan tertentu yang terdapat di Kabupaten Malang serta merupakan ciri khas daerah. Penetapan maskot tersebut berperan pula sebagai sarana meningkatkan promosi kepariwisataan, penelitian dan pendidikan. Upaya pelestarian Burung Cucak Ijo ini dilakukan antara lain dengan cara pembangunan penangkaran terbesar yang sedang dibangun di Desa Jeru, Kecamatan Tumpang di atas lahan seluas 9,5 hektare yang untuk burung cucak ijo disediakan lahan seluas 0,5 hektare, dan lahan yang lain digunakan untuk pembudidayaan dan pelestarian flora dan fauna yang lain.
Pemerintahan
Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Malang dipimpin oleh seorang bupati dan wakil bupati yang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi desa dan kelurahan yang dikepalai oleh seorang kepala desa dan seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kabupaten, sedangkan kepala desa dipilih oleh setiap warga desa setiap periode tertentu dan memiliki sebuah pemerintahan desa yang mandiri. Sejak 2005, bupati Malang dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pilkada, setelah sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kabupaten. Bupati dan Wakil Bupati Malang saat ini adalah Sanusi dan Didik Gatot Subroto yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Daftar Bupati dan Wakil Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kepanjen. Pusat pemerintahan sebelumnya berada di Kota Malang hingga tahun 2008. Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang dan sejak tahun 2001 menjadi daerah otonom setelah ditetapkan menjadi kota. Terdapat beberapa kawasan kecamatan yang cukup besar di Kabupaten Malang antara lain Kecamatan Lawang, Turen, dan Kepanjen.
Lambang Daerah
Lambang Kabupaten Malang berarti:
Merah putih = Perisai Segi Lima
Merah = Tulisan Kabupaten Malang
Kuning emas = Garis tepi atap kubah
Hijau = Warna dasar kubah
Hijau= Gunung Berapi
Putih = Asap
Putih dan hitam = Keris
Putih = Buku terbuka
Biru tua = Laut
Putih = Gelombang laut (jumlah 19)
Kunig emas = Butir padi (jumlah 45)
Putih = Bunga kapas (jumlah 8)
Hijau = Daun kapas (jumlah 17)
Kuning emas = Bintang bersudut lima
Putih dan hitam = Pita terbentang dengan sesanti Satata Gama Kartaraharja
Kuning emas = Rantai (jumlah 7)
Jiwa nasional bangsa Indonesia yang suci dan berani, di mana segala usaha ditujukan untuk kepentingan nasional berlandaskan falsafah Pancasila dilukiskan dengan persegi lima dengan garis tepi tebal berwarna MERAH PUTIH.
KUBAH dengan garis tepi atapnya berwarna kuning emas dan warna dasar hijau mencerminkan papan atau tempat bernaung bagi kehidupan rohani dan jasmani diruang lingkup Daerah Kabupaten Malang yang subur makmur.
Bintang bersudut lima berwarna kuning emas, mencerminkan Ketuhanan Yang Maha Esa berdasarkan Falsafah Pancasila yang Luhur dan Agung.
Untaian padi berwarna kuning emas, daun kapas berwarna hijau serta bunga kapaas berwarna putih mencerminkan tujuan masyarakat adil dan makmur.
Daun kapas berjumlah 17, bunga kapas berjumlah 8, gelombang laut berjumlah 45 mencerminkan semangat perjuangan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Rantai berwarna kuning emas mencerminkan persatuan dan keadilan, gunung berapi berwarna hijau mencerminkan potensi alam daerah Kabupaten Malang, dan asap berwarna putih mencerminkan semangat yang tak pernah kunjung padam.
Laut mencerminkan kekayaan alam yang ada di daerah Kabupaten Malang sedangkan warna biru tua mencerminkan cita-cita yang abadi dan tak pernah padam.
Keris yang berwarna hitam dan putih mencerminkan jiwa kepahlawanan dan Kemegahan sejarah daerah Kabupaten Malang.
Buku terbuka berwarna putih mencerminkan tujuan meningkatkan kecerdasan rakyat untuk kemajuan.
Sesanti Satata Gama Karta Raharja mencerminkan masyarakat adil dan makmur material dan spiritual disertai dasar kesucian yang langgeng (abadi).
Pendidikan
Terdapat Sekolah/Lembaga Pendidikan baik Negeri maupun Swasta di Kabupaten Malang yang terkenal dengan julukan "Kota Pendidikan" ini.
Perguruan Tinggi
Universitas Negeri Malang (UM)
Universitas Brawijaya (UB)
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Universitas Islam Malang
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Universitas Merdeka Malang (UNMER)
Universitas Ma Chung
Institut Teknologi Nasional
Universitas Widyagama Malang
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Politeknik Negeri Malang
Universitas Kanjuruhan Malang
Universitas Tribhuwana Tungga Dewi
Universitas Wishnuwardhana
Universitas Gajayana Malang
Akademi Pariwisata Dan Perhotelan (APARTEL) Ganesha Malang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kertanegara Lowokwaru Malang
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang
Akfar Putra Indonesia Malang
Sekolah Menengah Atas
SMA Negeri 1 Kepanjen
SMA Negeri 1 Bantur
SMA Negeri 1 Sumberpucung
SMA Negeri 1 Pagak
SMA Negeri 1 Singosari
SMA Negeri 1 Bululawang
SMA Negeri 1 Gondanglegi
SMA Negeri 1 Turen
SMA Negeri 1 Dampit
SMA Negeri 1 Ngantang
SMA Negeri 1 Sumbermanjing Wetan
SMA Negeri 1 Tumpang
SMA Negeri 1 Lawang
SMK Negeri 1 Turen
SMK Negeri 2 Turen
SMK Negeri 1 Singosari
Ekonomi
Agrobisnis
Sumber perekonomian utama masyarakat di kabupaten Malang adalah dari sektor agrobisnis yang meliputi pertanian, perkebunan dan peternakan.
Hasil pertanian & perkebunan meliputi:
Sayur mayur: tomat, kubis, wortel, sawi, kol, buncis, kacang panjang, mentimun, kentang, dll
Padi
Tebu
Tanaman hias
Kayu-kayuan: Sengon, Jabon
Hasil peternakan meliputi:
Daging & telur ayam kampung (Ayam Buras)
Daging & telur ayam ras
Susu sapi perah
Daging & susu kambing ettawa
Daging kelinci
Industri
Industri di Kabupaten Malang banyak bergerak dibidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi meliputi:
Industri gula rafinasi
Industri teh
Industri makanan olahan (keripik buah, keripik kentang, aneka camilan, dll)
Industri pemotongan & pengolahan kayu
Industri pengolahan susu
Industri pengolahan daging ayam kampung
Transportasi
Bus
Transportasi darat menggunakan bus antarkota di Kabupaten Malang umumnya terkonsentrasi pada tiga terminal bus Kota Malang seperti Terminal Arjosari, Terminal Landungsari dan Terminal Hamid Rusdi (Gadang). Sedangkan moda transportasi antar kecamatan di Kawasan Malang Raya menggunakan bus mini, angkutan pedesaan ataupun MPU bison terkonsentrasi pada beberapa sub terminal yang tersebar di Dampit, Batu, Gondanglegi, Karangploso, Lawang, Madyopuro, Mulyorejo, Singosari, Kepanjen, Tumpang, Turen dan Wonosari.
Kereta api
Malang terletak di jalur kereta api lintas Surabaya-Malang-Blitar-Kertosono-Surabaya. Terdapat 6 stasiun di wilayah Kabupaten Malang (Lawang, Singosari, Pakisaji, Kepanjen, Ngebruk, dan Sumberpucung). Lintasan kereta api di wilayah Kabupaten Malang termasuk unik karena melewati dua buah terowongan di daerah Bendungan Sutami, Karangkates. Kabupaten Malang juga memiliki stasiun kereta api nonaktif seperti Stasiun Gondanglegi dan Stasiun Dampit
Pesawat
Bandara Abdul Rachman Saleh yang terletak di Kecamatan Pakis melayani penerbangan sipil dengan jurusan Malang–Jakarta (Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Citilink, Batavia Air) serta Malang–Denpasar (Wings Air), dengan adanya empat maskapai penerbangan tersebut Bandara Abdul Rachman Saleh total melakukan penerbangan sebanyak tujuh kali per hari.
Pariwisata
Kabupaten Malang dikenal sebagai daerah tujuan wisata utama Jawa Timur. Berikut ini adalah beberapa tempat wisata menarik di Kabupaten Malang.
Wisata gunung
Gunung Kawi, terletak di wilayah Kecamatan Wonosari. Terkenal sebagai tempat wisata spiritual.
Gunung Arjuno-Welirang, sering dipakai untuk pendakian dengan rute Junggo, Cangar, Singosari, Lawang, Purwosari, atau Pandaan.
Bromo lewat Desa Tumpang (Kecamatan Tumpang), Desa Gubuk Klakah–Kecamatan Poncokusumo.
Gunung Semeru lewat desa Ngadas kecamatan Poncokusumo
Gunung Anjasmoro lewat Kecamatan Pujon
Wisata Payung Batu, kota Batu
Bukit Buduk Asu, Lewat Desa Ketindan, Lawang
Wisata air
Waduk Selorejo, terletak di Kecamatan Ngantang (di tepi jalan raya Malang-Kediri)
Kasembon Rafting, merupakan objek wisata bagi pencinta olahraga arung jeram, terletak di Kasembon (70 km barat kota Malang).
Waduk Ir. Sutami/Bendungan Sutami, terletak di Kecamatan Sumberpucung.
Bendungan Lahor, terletak di sebelah barat Bendungan Ir.Sutami (Sumberpucung,kab.Malang)
Taman Ria Sengkaling, terletak di tepi jalan raya Malang-Batu, terdapat kolam renang dan taman bermain.
Wendit Water Park, terletak di jalan raya Mangliawan Pakis. Sebuah tempat wisata yang baru saja di renovasi. Objek wisata ini terkenal dengan sumber airnya dan kera-nya.
Pemandian Umbulan,merupakan pemandian bernuansa pegunungan terletak di Kecamatan Dampit tepatnya di Desa Ubalan 2 Km dari pusat kota.
Pemandian Dewi Sri, terletak di Kecamatan Pujon, menyajikan wisata pemandian air pegunungan. Wisata ini berada di dekat Pasar Pujon sebagai sentra pemasaran buah dan sayur mayur (Terminal Agrobisnis Mantung).
Pemandian Ken Dedes, terletak di Kecamatan Singosari
Wisata Air Krabyakan, terletak di Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang
Sumber Nyolo, terletak di Kecamatan Singosari
Boonpring , terletak di Kecamatan Turen
Sumber Maron dan sumber taman, terletak di Kecamatan Pagelaran
Sumber Jenon , terletak di Kecamatan Tajinan
Sumber Sirah , terletak di Kecamatan Gondanglegi
Pemandian Gentong Emas , terletak di Kecamatan Wajak
Pemandian Sumber Ringin, terletak di Kecamatan Tumpang
Lembah Tumpang , terletak di Kecamatan Tumpang
Water Boom 88, terletak di Kecamatan Bululawang.
Wisata air terjun
Air terjun Coban Rondo, terletak di Kecamatan Pujon.
Air terjun Parang Teja di Desa Gading Kulon kecamatan Dau
Air terjun Coban Pelangi, terletak di Kecamatan Poncokusumo.
Air terjun Coban Jahe, terletak di Kecamatan Jabung.
Air terjun Coban Glothak, terletak di Kecamatan Wagir.
Air terjun Coban Sumber Pitu, terletak di Kecamatan Tumpang.
Air terjun Bayu Anjlok, terletak di Pantai Lenggoksono .
Air terjun Coban Sewu, terletak di kecamatan Ampelgading.
Air terjun Coban supit urang Di Lawang
Wisata sejarah
Candi Singosari dan arca Dwarapala, terletak di Kecamatan Singosari,
Candi Jago (Jayaghu) di Kecamatan Tumpang, merupakan makam Ranggawuni
Candi Badut terletak di kecamatan Dau Candi Badut oleh Purbatjaraka dikaitkan dengan sebuah prasasti yang di temukan di kelurahan Merjosari, yaitu prasasti Dinoyo. Prasasti berbahasa sanskerta dan berhuruf Jawa kuno itu berangka tahun Candrasangkala: nayana vayu ras yang mengandung arti angka tahun saka 682 atau 760 Masehi. isi prasasti yang menceritakan raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan.
Candi Kidal di kecamatan Tumpang, merupakan makam Anusapati, perlu diketahui di mana semua candi di kabupaten Malang sebagian besar adalah peninggalan sejarah kerajaan Singhasari, kecuali beberapa situs purbakala di sekitar wilayah Dau, Wagir dan Turen merupakan peninggalan kerajaan Kanjuruhan.
Candi Songgoriti terletak di kecamatan Batu.
Candi Sumberawan terletak di kecamatan Singosari Para ahli purbakala memperkirakan Candi Sumberawan dulunya bernama Kasurangganan, sebuah nama yang terkenal dalam kitab Negarakertagama. Tempat tersebut telah dikunjungi Hayam Wuruk pada tahun 1359 masehi, sewaktu ia mengadakan perjalanan keliling. Dari bentuk-bentuk yang tertulis pada bagian batur dan dagoba (stupanya) dapat diperkirakan bahwa bangunan Candi Sumberawan didirikan sekitar abad 14 sampai 15 masehi yaitu pada periode Majapahit
Wisata pantai
Donomulyo: Modangan (70 km dari pusat kota Malang), Ngliyep (62 km), Jonggring Saloko (69 km), Kondang Bandung, Kondang Iwak, Bantol, Nglurung, Ngebros
Gedangan: Bajul Mati (58 km), Wonogoro (55 km), Nganteb, Gua Cina
Bantur: Balekambang (57 km), Kondang Merak (59 km), Kipas
Sumbermanjing Wetan: Tamban (68 km), Rawa Indah, Tambak Asri (60 km), Sendangbiru (Segoro Anakan) (69 km),
Tirtoyudo: Sipelot, Lenggoksono, Tanger (70 km)
Ampelgading: Licin (64 km)
Wisata agro
Kebun Teh PTPN Wonosari di Desa Ketindan kecamatan Lawang, terdapat agrowisata serta cottage,kolam pemandian dan transportasi wisata yang dapat disewa jika ingin berlibur.
Wisata petik jeruk, di desa Selorejo kecamatan Dau
PWEC (Petungsewu Wildlife Ecosystem Conservation) di desa Petungsewu Dau
Wisata durian, disepanjang jalan raya Ngantang–Kasembon tepatnya di desa Pait.
Wisata petik buah naga di Gondanglegi.
Wisata petik strawberry di Desa Pandesari, Pujon.
Wisata religi
Masjid Tiban, di Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang.
Feng Shui Asri Abadi di desa sidodadi kecamatan Lawang
GKJW Peniwen, di Desa Peniwen. Desa Peniwen termasuk 41 Desa Kristen yang ada di Jawa Timur, Kampung Kristen di Jawa Timur inilah yang dikenal dengan sentra Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), yaitu gereja beraliran Kristen Protestan yang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda.
GKJW Sitiarjo, di Desa Sitiarjo.
Pesarehan Gunung Kawi, di Gunung Kawi.
Makam Mbah Jago Pati, di Desa Tangkilsari.
Kuliner khas
Masakan
Kabupaten Malang mempunyai beberapa masakan khas, di antaranya:
Bakso Duro Kepanjen
Soto Daging Pak Amir Tunjungtirto
Bakso malang
Bakso Bakar
Cwie mie Malang
Rawon
Kaldu Kambing Kacang Hijau
Soto kambing Tunggulwulung
Nasi pecel
Sop dengkul
Sayur asem Buah Apel
Kare kikil
Tahu campur
Tahu Lontong Telor
Sate Bunul
Sate Landak wendit
Onde-onde Lawang
Makanan ringan
Kabupaten Malang mempunyai beberapa makanan ringan yang khas, di antaranya:
Tahu Petis
Bakpau Telo
Arbanat
Mendol
Tahu sukun
Orem-orem
Onde-onde Lawang
Sempol
Cilok
Minuman
Kabupaten Malang mempunyai beberapa minuman khas, di antaranya:
Angsle
Ronde
Es Gandul
Oleh-oleh
Kabupaten Malang mempunyai beberapa oleh-oleh khas, di antaranya:
Kripik buah (kripik apel, nangka, dll.)
Kripik Tempe Sanan
Olahraga
Sepak bola
Arema FC, klub sepak bola yang berlaga di Liga 1 Indonesia
Persekam Metro FC, klub milik pemerintah Kabupaten Malang ini pada musim 2009–2010 menjuarai Divisi Satu Liga Indonesia dan pada musim 2011 akan berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia
Kedua klub ini bermarkas di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang.
Tokoh Terkenal
Berikut ini adalah daftar nama-nama orang kelahiran dan/atau pernah tumbuh berkembang di Malang, yang berkarya besar sehingga membawa nama harum bagi Kabupaten Malang dan Indonesia.
K.H Masjkur, Menteri Agama Indonesia Ke-6 dan Pahlawan Nasional
K.H Hasyim Muzadi, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden periode 2015-2017 dan Mantan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU
K.H Nachrowi Tohir, Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Ke-4
K.H Tolchah Hasan, Menteri Agama Indonesia Ke-18
Soebandrio, Menteri Luar Negeri Indonesia Ke-10
Hadi Tjahjanto, Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia
Soewoto Sukendar, KSAU Ke-5
Widjojo Nitisastro, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Ke-2
Roesmin Noerjadin, Menteri Perhubungan Indonesia, Ke-26
Oetomo, KSAU Ke-9
Rudini, Menteri Dalam Negeri Indonesia Ke-19
Sudomo, Ketua Dewan Pertimbangan Agung Ke-9
Topan, Pelawak Srimulat
Leysus, Pelawak Srimulat
K.H Tolchah Mansoer, Pendiri IPNU
M.Sanusi, Bupati Malang 2018-2024
Didik Gatot Subroto, Wakil Bupati Malang 2021-2024
Sujud Pribadi, Bupati Malang 2002-2010
Moch.Ibnu Rubiyanto, Bupati Malang 2000-2002
Hamid Roesdi, Pahlawan Nasional
Nurbuat, Pelawak Srimulat
Tarzan, Pelawak
Faida, Bupati Jember 2016-2021
Haryanti Sutrisno, Bupati Kediri 2010-2021
Lucky Acub Zaenal, Pendiri Arema Football Club
Punjul Santoso, Wakil Wali kota Batu 2012-2022
Aji Santoso, Legenda Sepak Bola
Dwi Cahyono, Budayawan
Krisdayanti, Anggota DPR RI dan Penyanyi
Yuni Shara, Penyanyi
Bayu Skak, Aktor, Komedian dan Youtuber.
Andhika Pratama, Aktor, Pelawak dan Penyanyi.
Rizal Djibran, Aktor dan Penyanyi.
Widodo Dwi Purwanto, Komandan Korps Marinir TNI AL Ke 24 Sejak 21 Januari 2022 Sampai Sekarang
Laksamana Muda TNI ''' Agus Hariadi Panglima Komando Armada III Sejak 16 Januari 2023 Sampai Sekarang
Inspektur Jenderal Polisi Nanang Avianto Menjabat Sebagai Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Sejak 21 Oktober 2021 Sampai Sekarang
Inspektur Jenderal Polisi Imam Sugianto Menjabat Sebagai Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Sejak 17 Desember 2021 Sampai Sekarang
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Malang
Malang
Malang Raya |
4135 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Pamekasan | Kabupaten Pamekasan | Pamekasan (Madura: Mekkasân; [mǝkkasɐn], Pèghu: مٓكّاساْن, Carakan: ꦩꦼꦏ꧀ꦏꦱꦤ꧀) adalah sebuah wilayah kabupaten di Pulau Madura. Kabupaten ini juga terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Pamekasan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur.
Kabupaten Pamekasan merupakan kabupaten termaju di Pulau Madura dilihat dari segi infrastruktur dan angka kemiskinan yg paling kecil di Pulau Madura
Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahannya ada di Kecamatan Pamekasan.
Rencana pemindahan ibukota ke Kecamatan Waru sebagai Pusat Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
Geografi
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten di kawasan Madura yang terletak di perlintasan jalur jaringan jalan Sampang-Sumenep. Luas wilayah Kabupaten Pamekasan 79.230 Ha, terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa. Secara garis besar wilayah Kabupaten Pamekasan terdiri dari dataran rendah pada bagian selatan dan dataran tinggi di wilayah tengah dan utara dengan kemiringan lahan tidak lebih rendah dari 2%. Secara astronomis Kabupaten Pamekasan berada pada 6°51'–7°31' Lintang Selatan dan 113°19'–113°58' Bujur Timur.
Batas Wilayah
Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Pamekasan didasarkan atas ketinggian dan kelerangan, di mana ditinjau dari kondisi topografi ini Kabupaten Pamekasan terletak di ketinggian 0-340 meter di atas permukaan laut. Wilayah tertinggi yaitu Kecamatan Pegantenan yang berada pada ketinggian 312 meter di atas permukaan laut, sedangkan wilayah terendah yaitu Kecamatan Galis berada pada ketinggian 6 meter di atas permukaan laut. Untuk kemiringan wilayah Kabupaten Pamekasan terbagi atas empat karakteristik, yaitu:
Kelerangan 0-15 % merupakan daerah datar sampai landai, penyebarannya meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ±59.964 Ha, dengan luasan tersebar adalah di Kecamatan Pademawu yaitu seluas 7.189 Ha
Kelerangan 15-25 %, merupakan daerah miring sampai berbukit, penyebarannya meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Pamekasan dengan luas daerah ±14.094 Ha, dengan luasan tersebat adalah di Kecamatan Batumarmar yaitu seluas 5.611 Ha
Kelerangan 25-40 %, merupakan daerah berbukit sampai curam, penyebarannya hanya meliputi tujuh kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ± 2.383 Ha, dengan luasan tersebar adalah Kecamatan Kadur seluas 638 Ha
Kelerengan 40 %, merupakan daerah sangat curam, penyebarannya hanya pada enam kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ±2.789 Ha dengan luasan terbesar berada di Kecamatan Kadur seluas 956 Ha.
Hidrologi
Kabupaten Pamekasan memiliki 21 buah sungai dengan sungai terpanjang yaitu sungai Samadjid. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Pamekasan merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam, berkelok putus, cagar alam bersifat tetap, sementara, dan berkala. Untuk panjang sungai yang ada tersebut berkisar antara 2–12 km yang terpanjang adalah Sungai Samadjid dan yang terpendek adalah Sungai Bringin dan Sungai Dingin dengan panjang 2 km.
Iklim
Wilayah Kabupaten Pamekasan memiliki suhu udara antara 21°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 72%–84%. Kabupaten Pamekasan beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim hujan yang berlangsung pada periode Desember–April dengan bulan terbasah adalah bulan Januari dan musim kemarau yang berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Curah hujan tahunan di wilayah Pamekasan berkisar antara 1.200–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–120 hari hujan per tahun.
Sejarah
Kemunculan sejarah pemerintahan lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenep yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh raja Kertanegara.
Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini. Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.
Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad ke-15, tidak dapat disangkal bahwa kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bisa dimungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri telah sibuk dengan upaya mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang sangat besar, apalagi saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra. Sedangkan pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, tampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis. Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-islam.
Tulisan-tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan Bahasa Belanda dan kemudian mulai diterjemahkan atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun lontar atau Layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.
Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan Se Jimat, yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan Masjid Jamik Pamekasan. Namun, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.
Bahkan zaman pemerintahan Ronggosukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggosukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Aresbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan Hari Jadi Kota Pamekasan.
Terungkapnya sejarah pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invansi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh Sarjana barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigeaud tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Benda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit, termasuk juga beberapa karya penelitian lainnya yang menceritakan sejarah Madura. Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih cerah sebab telah banyak tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada tulisan-tulisan sejarah Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram khususnya dalam pemerintahan Madura Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa campur tangan pemerintahan Belanda yang sempat menimbulkan pro dan kontra bagi para Penguasa Madura, dan menimbulkan peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’ Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya pemerintahan kolonial Belanda di Madura.
Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda inilah, tampaknya Pamekasan untuk perkembangan politik nasional tidak menguntungkan, tetapi disisi lain, para penguasa Pamekasan seperti diibaratkan pada pepatah Buppa’, Babu’, Guru, Rato telah banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan Kolonial untuk kerentanan politiknya. Hal ini terbukti dengan banyaknya penguasa Madura yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan beberapa pemberontakan di Nusantara yang dianggap merugikan pemerintahan kolonial dan penggunaan tenaga kerja Madura untuk kepentingan perkembangan ekonomi Kolonial pada beberapa perusahaan Barat yang ada didaerah Jawa, khususnya Jawa Timur bagian timur (Karisidenan Basuki).
Tenaga kerja Madura dimanfaatkan sebagai tenaga buruh pada beberapa perkebunan Belanda. Orang-orang Pamekasan sendiri pada akhirnya banyak hijrah dan menetap di daerah Bondowoso. Walaupun sisi lain, seperti yang ditulis oleh peneliti Belanda masa Hindia Belanda telah menyebabkan terbukanya Madura dengan dunia luar yang menyebabkan orang-orang kecil mengetahui system komersialisasi dan industrialisasi yang sangat bermanfaat untuk gerakan-gerakan politik masa berikutnya dan muncul kesadaran kebangsaan, masa Hindia Belanda telah menorehkan sejarah tentang pedihnya luka akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing. Memberlakukan dan perlindungan terhadap system apanage telah membuat orang-orang kecil di pedesaan tidak bisa menikmati hak-haknya secara bebas.
Begitu juga ketika politik etis diberlakukan, rakyat Madura telah diperkenalkan akan pentingnya pendidikan dan industri, tetapi disisi lain, keuntungan politik etis yang dinikmati oleh rakyat Madura termasuk Pamekasan harus ditebus dengan hancurnya ekologi Madura secara berkepanjangan, atau sedikitnya sampai masa pemulihan keadaan yang dipelopori oleh Residen R. Soenarto Hadiwidjojo. Bahwa pencabutan hak apanage yang diberikan kepada para bangsawan dan raja-raja Madura telah mengarah kepada kehancuran prestise pemegangnya yang selama beberapa abad disandangnya.
Perkembangan Pamekasan, walaupun tidak terlalu banyak bukti tertulis berupa manuskrip ataupun inskripsi tampaknya memiliki peran yang cukup penting pada pertumbuhan kesadaran kebangsaan yang mulai berkembang di negara kita pada zaman Kebangkitan dan Pergerakan Nasional. Banyak tokoh-tokoh Pamekasan yang kemudian bergabung dengan partai-partai politik nasional yang mulai bangkit seperti Sarikat Islam dan Nahdatul Ulama diakui sebagai tokoh nasional. Kita mengenal Tabrani, sebagai pencetus Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mulai dihembuskan pada saat terjadinya Kongres Pemuda pertama pada tahun 1926, namun terjadi perselisihan paham dengan tokoh nasional lainnya di kongres tersebut. Pada Kongres Pemuda kedua tahun 1928 antara Tabrani dengan tokoh lainnya seperti Mohammad Yamin sudah tidak lagi bersilang pendapat.
Pergaulan tokoh-tokoh Pamekasan pada tingkat nasional baik secara perorangan ataupun melalui partai-partai politik yang bermunculan pada saat itu, ditambah dengan kejadian-kejadian historis sekitar persiapan kemerdekaan yang kemudian disusul dengan tragedi-tragedi pada zaman pendudukan Jepang ternyata mampu mendorong semakin kuatnya kesadaran para tokoh Pamekasan akan pentingnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kemudian bahwa sebagian besar rakyat Madura termasuk Pamekasan tidak bisa menerima terbentuknya negara Madura sebagai salah satu upaya Pemerintahan Kolonial Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Melihat dari sedikitnya, bahkan hampir tidak ada sama sekali prasasti maupun inskripsi sebagai sumber penulisan ini, maka data-data ataupun fakta yang digunakan untuk menganalisis peristiwa yang terjadi tetap diupayakan menggunakan data-data sekunder berupa buku-buku sejarah ataupun Layang Madura yang diperkirakan memiliki kaitan peristiwa dengan kejadian sejarah yang ada. Selain itu diupayakan menggunakan data primer dari beberapa informan kunci yaitu para sesepuh Pamekasan.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Pendidikan
Selain dikenal Kota Batik dan Gerbang Salam. Kabupaten Pamekasan juga dinobatkan sebagai Kabupaten Pendidikan dikarenakan banyaknya lembaga pendidikan mulai dari Tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Predikat Kabupaten Pamekasan sudah diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Moh. Nuh pada akhir tahun 2012 lalu, sejak saat itulah Kabupaten pamekasan secara resmi mendeklarasikan diri menjadi kabupaten Pendidikan.
Predikat kabupaten Pendidikan tentu bukan hanya sekadar predikat, akan tetapi hal itu diraih atas keberhasilan kabupaten pamekasan dalam menggalakkan pendidikan, sehingga dari tahun ke tahun terus bertabur prestasi baik dari tingkat local, regional, hingga internasional.
Perguruan Tinggi
STIBA Banyuanyar
STIU Al Mujtama'
IAI Al-Khairat Pamekasan. Jalan Raya Palengaan (Palduding) No. 2 Pamekasan https://alkhairat.ac.id/
IAIN Madura
Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah As-Salafiyah (STISA) Sumber Duko (http://www.stisa.ac.id)
Akademi Keperawatan Pamekasan
UIM (Universitas Islam Madura)
Universitas Madura (UNIRA)
STAI Miftahul Ulum
Yayasan An-Nasyiin
Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STIA) Al-Falah Kadur Pamekasan
Unibraw Cab. Pamekasan
Unair Cab. Pamekasan
Sekolah Tinggi Teknik Pamekasan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pamekasan
Sekolah Tinggi Ilmu Akuntansi Pamekasan
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Al-Hamidy
Akademi Keperawatan Pamekasan
Akademi Kebidanan Aifa Husada Pamekasan
Akademi Komunitas Pamekasan
Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat
SMA Tahfidz Darul Ulum
SMA Isbatia
MA Mambaul Ulum Bata-Bata
SMK Mambaul Ulum Bata-Bata
MA Darul Ulum 1 Banyu Anyar Pamekasan
SMAN 1 Pakong Pamekasan
MA. Sumber Bungur Pakong Pamekasan
MA. Sabilul Muttaqien Budangan Pademawu Pamekasan
MA As-Salafiyah Sumber Duko (http://www.aliyahassalafiyah.sch.id)
SMK As-Salafiyah Sumber Duko (http://www.smkassalafiyah.sch.id)
SMAN 1 Waru
SMAN 1 Pamekasan
SMAN 2 Pamekasan
SMAN 3 Pamekasan
SMAN 4 Pamekasan
SMAN 1 Galis Pamekasan
SMAN 5 Pamekasan
SMAN 1 Pademawu
MAN Pamekasan
MAN Jucangcang Pamekasan
SMA Muhammadiyah
MA Miftahul Ulum Panyepen
MA Sirojut Tholibin Palengaan
MA Nurul Ulum Palengaan
MA Nurul Istiqlal Palengaan
MA Az-Zubair Sumber Anyar
SMK Al-Miftah Panyepen
SMA SSN AL-Miftah Panyepen
MA Hidayatul Mubtadiin Pancoran Barat Kadur
SMK (SMA Islam) Mambaul Ulum Tlagah Pegantenan Pamekasan
SMK AL-Muarraf padukoan bicorong pakong pamekasan
SMK Nahdlatun Nasyiin, Legung Bungbaruh, Kadur
MA Al-Falah Sumber Gayam, Kadur.
MA Ummul Quro Plakpak Pegantenan
MA Insan Generasi Islami, Tagangser Laok Waru Pamekasan https://www.maigi.sch.id
SMK Bustanul Ulum, Tagangser Laok Waru Pamekasan
SMK Al-Mukhlisin, Seddur Pakong Pamekasan
SMK Islam Empu Gennah
Kertagena Laok, Kadur, Pamekasan
https://empugennah.sch.id/
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat
SMP Tahfidz Darul Ulum
Mts Mambaul Ulum Bata-Bata
Mts Sabilul Muttaqien Budangan Pademawu Pamekasan
Mts Az-Zubair Sumber Anyar
MTS Darul Ulum 1 Banyu Anyar Pamekasan
MTsN Model Sumber Bungur Pamekasan 3
MTs As-Salafiyah Sumber Duko
SMPN 1 Pademawu
SMPN 2 Pademawu
SMPN 1 Pamekasan
SMPN 2 Pamekasan
SMPN 3 Pamekasan
SMPN 4 Pamekasan
SMPN 5 Pamekasan
SMPN 6 Pamekasan
SMPN 7 Pamekasan
SMPN 8 Pamekasan
SMPN 1 Pakong
SMPN 1 Palengaan
SMPN 2 Palengaan
SMPN 1 Larangan
SMPN 2 Larangan
SMP Nurul Istiqlal Palengaan Daya
SMP Islam Darul Karomah Larangan Luar
MTsN Parteker Pamekasan
MTsN Pademawu 1 Pamekasan
MTs Sirojut Tholibin Palengaan
SMP Muhammadiyah
SMP SSN Mandiri AL-Miftah Terpadu Panyepen
MTs. Hidayatul Mubtadiin Pancoran Barat Kadur
MTs. Miftahul Ulum Panyepen
MTS. Darul Ulum 2 Waru Pamekasan
SMP Islam Mambaul Ulum Tlagah Pegantenan Pamekasan
SMP.Al-Muarraf padukoan bicorong pakong pamekasan
Mts Nahdlatun Nasyiin, Legung Bungbaruh Kadur
MTs Ummul Quro Plakpak Pegantenan
MTs Bustanul Ulum Tagangser Laok Waru Pamekasan
SMPI Al-Mukhlisin, Seddur Pakong Pamekasan
MTs Bustanul Ulum, Bujur Timur, Batumarmar, Pamekasan
Pesantren
Pondok Pesantren Ma'had Ad-Dirasat Al-Qur'aniyah Bajur,Waru,Pamekasan
Pondok Pesantren Al-Falah Dempo Barat Pasean
Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar
Pondok Pesantren Sumber Bungur Pakong Pamekasan
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Pancoran Barat Kadur
Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata
Pondok Pesantren As-Salafiyah Sumber Duko
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet
Pondok Pesantern An-Nasyiin Grujugan
Pondok pesantren Miftahul Ulum Panyepen
Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam Kadur
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Sumber Jati
Pondok Pesantren Tahfidzil Qur'an Bangkes
Pondok Pesantren Miftahul Khoir Cenlecen Pakong
Pondok Pesantren Ummul Quro As-suyuty Plakpak
Pondok Pesantren Sirojut Tholibin Taman Sari
Pondok Pesantren Nurul Ulum Karang Manggis
Pondok Pesantren Darul Karomah Larangan Luar
Pondok Pesantren Al-islah Beringin
Pondok Pesentren Al mujtama' Plak Pak
Pondok Pesentren As Salafiyah Sumber Duko Pakong
Pondok Pesantren Darul Lughah Akkor Palengngaan
Pondok Pesantren Al Hamidy Tlagah Pegantenan Pamekasan
Pondok pesantren MIFTAHUL ULUM Padukoan bicorong pakong pamekasan
Pondok pesantren SUMBER ANYAR Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan
Pondok pesantren AT TAUFIQ Jungcangcang Pamekasan
Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Tagangser Laok Waru Pamekasan
Pondok Pesantren Al-Mukhlisin, Seddur Pakong Pamekasan
Pondok Pesantren Nurus Salam Saba Tambak,Palengaan Laok Palengaan Pamekasan
Prestasi
Medali Emas Kejuaraan Dunia Fisika Internasional 2006 oleh Andy Octavian Latief
Medali Emas Olimpiade Fisika tingkat dunia ke-41 2010 oleh Shohibul Maromi
Medali Emas International Mathematical Contest The Clock Tower School 14th Edition” 2011 oleh Alyssa Diva Mustika
Medali Emas atau Juara pertama TANFIDZ ALQUR’AN Internasional Di Mesir oleh Salim Ghazali
Medali Perunggu asean physic olimpiade(AphO)di Bangkok 2009 Ali Ichsanul Qauli dan M.Shohibul Maromi
5 Medali Perunggu olimpiade matematika internasional World Mathematics Invitational Korea Selatan, 2013 oleh Beauty Valen Fajri, Bintang Alethea Nagara,Prima Sultan Hudiyanto Muhammad Salman Al Farisi dan Moh. Amiril Haq.
Penghargaan khusus dalam ajang Olimpiade Fisika tingkat Asia 2013 oleh Fidiya Maulida
Serta Sederet Prestasi membanggakan di level regional, nasional dan internasional
Olahraga
Selain Karapan Sapi sebagai olahraga Tradisional Madura yang perhelatan finalnya ditempatkan di Kabupaten Pamekasan. Pamekasan juga sedang naik daun dalam dunia Sepak Bola. Saat ini PERSEPAM (Madura United) klub Sepak Bola asal Pamekasan naik daun dengan masuknya di devisi utama sejak kompetisi 2012/2013 dalam Indonesia Super League (ISL)
Kebudayaan
Tradisi
Nisfu Sya'ban
Upacara Petik Laut
Pertunjukan
Tari Pecot
Tari Samper Nyecceng
Tari Dhanggak
Tari Rondhing
Tari Mekar sareh
Tari Sekar Kedaton
Tari Topeng Gethak
Tari Samman
Gamelan Tabuan Kenek
Remo Mekassan
Sronin/ seronen
Ol-Dhaol
Kriya
Batik Tulis di Kecamatan Proppo, Kecamatan Palengaan, Kecamatan Pamekasan
Permainan rakyat
Karapan Sapi Pasangan sapi jantan
Kontes Sapi Sonok Pasangan sapi betina
Kontes Ayam Ketawa
Kuliner
Sate Kambing Pamekasan
Sate Lalat atau Sate Laler (sate dengan ukuran daging yang kecil)
Rujak Cingur
Rawon
Soto Pamekasan
Minuman Ta’al/Legen/Siwalan
Krepek Tangguk
Krepek Tette
Kaldu Kokot
Pariwisata
Tempat Wisata
Pantai Talang Siring, Kecamatan Larangan
Pantai Jumiang, Kecamatan Pademawu
Pantai Batu Kerbuy
Api tak kunjung padam / Jhengkah
Makam Batuampar
Makam Kyai Ratoh Sumber Anyar
Vihara Avalokitesvara
Situs Pangeran Rangga Sukawati
Candi Burung, Kecamatan Proppo
Museum Daerah
Pasar Batik Joko Tole
Pasar 17 Agustus
Campor Lorjuk Jumiang
Wisata bukit Waru
Monumen
Monumen Arek Lancor, Pamekasan
Monumen Proklamasi, Pamekasan
Perayaan
Pekan Budaya Madura
Akomodasi
Hotel di Pamekasan:
Madinah
Garuda
Ramayana
Pkpri
Trunojoyo
New Ramayana
Putri
Purnama
Edo Hotel
Malindo
Madura Indah
Home Stay Asri
Losmen Varia
Odaita
Front One
Rencana Pemekaran
Wacana pembentukan Kota Pamekasan merupakan pemekaran dari Kabupaten Pamekasan yang meliputi beberapa Kecamatan antara lain:
Kecamatan Pamekasan
Kecamatan Pademawu
Kecamatan Larangan
Kecamatan Tlanakan
Kecamatan Galis
Transportasi
Pamekasan terdapat Terminal bus
Yang AKDP maupun AKAP Surabaya.
Pamekasan dahulu terdapat jalur kereta api nonaktif yang menghubungkan lintas Madura dari Kamal ( Bangkalan ) Sampai Kalianget ( Sumenep )
Yang melewati Pamekasan nonaktif
Madura Soortam Mattscapai
Tokoh Daerah
Hadi Purnomo, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI, 2009-2014
Didik J. Rachbini, Ketua PAN
Mahfud MD, mantan ketua MK (meski lahir di Sampang tapi besar dan awal pendidikannya di Pamekasan serta orang tuanya asli Pamekasan)
Wardiman Djojonegoro. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 1993 hingga tahun 1998
R. Hartono. Menjabat sebagai Gubernur Lemhanas periode 1994–1995.
Rendra Kresna. Bupati Malang 2010–2018
Amin Said Husni. Bupati Bondowoso 2008-2013 dan 2013-2018
* Soedarso Djojonegoro. Mantan Rektor UNAIR
M.Tabrani Penggagas Bahasa Indonesia
Referensi
Pranala luar
Pamekasan
Pamekasan |
4140 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Probolinggo | Kabupaten Probolinggo | Kabupaten Probolinggo (Madura: Prabâlingghâ, Pèghu: ڤراباْليڠڬاْ) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kraksaan Kota. Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Kabupaten ini dikelilingi oleh pegunungan Tengger, Gunung Semeru, dan Gunung Argopuro.
Kabupaten Probolinggo mempunyai semboyan "Prasadja Ngesti Wibawa". Makna semboyan: Prasadja berarti: bersahaja, blaka, jujur, bares, dengan terus terang, Ngesti berarti: menginginkan, menciptakan, mempunyai tujuan, Wibawa berarti: mukti, luhur, mulia. "Prasadja Ngesti Wibawa" berarti: Dengan rasa tulus ikhlas (bersahaja, jujur, bares) menuju kemuliaan.
Geografi
Kabupaten Probolinggo adalah salah satu kabupaten yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Timur. Berada pada posisi 112°50'–113°30' Bujur Timur (BT) dan 7°40'–8°10' Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah sekitar 169.616,65 Ha atau + 1696,17 Km2 (1,07% dari luas daratan dan lautan dari Provinsi Jawa Timur.
Dengan Rincian Sebagai berikut:
Pemukiman: 147,74 Km2
Persawahan: 373,13 Km2
Tegal: 513,80 Km2
Perkebunan: 32,81 Km2
Hutan: 426,46 Km2
Tambak / kolam: 13,99 Km2
Pulau Gili Ketapang: 0,6 Km2
Lain lain: 188,24 Km2
Dilihat dari geografisnya, Kabupaten Probolinggo terletak di lereng pegunungan yang membujur dari Barat ke Timur, yaitu gunung Semeru, Argopuro, Lemongan, dan pegunungan Bromo-Tengger. Selain itu, terdapat gunung lainnya seperti Gunung Bromo, Widodaren, Gilap, Gambir, Jombang, Cemoro Lawang, Malang dan Batujajar. Dilihat dari ketinggian berada pada 0-2500 m di atas permukaan laut dengan temperatur rata rata 27–30 derajat Celcius
Batas wilayah
Di tengah-tengah Kabupaten Probolinggo terdapat kota otonom, Kota Probolinggo.
Topografi
Secara topografi Kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan kondisi geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda.
Bentuk permukaan daratan diklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu:
Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0-100 M di atas permukaan air laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke arah Timur kemudian membujur ke Selatan.
Daerah perbukitan dengan ketinggian 100-1.000 M di atas permukaan air laut, daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegunungan Tengger serta pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan.
Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 M dari permukaan air laut, daerah ini terletak di sebelah barat daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan disebelah Tenggara yaitu di sekitar Pegunungan Argopuro.
Untuk wilayah pegunungan terdiri dari Gunung Bromo, Widodaren, Gilap, Gambir, Jombang, Cemoro Lawang, Malang, Batujajar dan Argopuro.
Sedangkan jumlah sungai yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo antara lain terdiri dari Sungai Pekalen, Pancarglagas, Krasak, Kertosuko, Rondoningo, Pendil, Gending, Banyubiru, Ronggojalu, Kedunggaleng dan Patalan. Sungai terpanjang adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 Km, sedangkan sungai terpendek adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 Km saja. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim yang berlangsung tiap tahun.
Iklim
Suhu udara di wilayah Kabupaten Probolinggo bervariasi berdasarkan tingkat ketinggian muka lahan, semakin tinggi suatu muka lahan semakin rendah pula rata-rata suhu udaranya, tetapi pada umumnya suhu udara di wilayah Kabupaten Probolinggo berkisar antara 18°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi bervariasi antara 71%–83%. Kabupaten Probolinggo beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di kabupaten ini biasanya berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sedangkan, musim hujan berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 260 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Probolinggo berkisar antara 1.100–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 80–120 hari hujan per tahun.
Sejarah Kabupaten Probolinggo
Zaman Kerajaan Majapahit
Jejak sejarah Kabupaten Probolinggo dapat dimulai dengan mempelajari Buku Negarakertagama. Empu Prapanca, Sang Pujangga Majapahit, dalam Pupuh XXXIV Negarakertagama menuliskan kalimat seperti ini:
Arddälawas/nŗpati tansah añanti mäsa, Solahnireŋ sakuwukuww atikaŋ linoyan, Ryyankätmirän hawan i lohgaway iŋ sumandiŋ, Boraŋ, baŋör, baŗmi tüt / hnu ńüny ańulwan.
Very long was the Prince yhere, all the time awaiting the month, All his doings in all the different manors, those were what he was absorbed in, At his departure he was taking his way trough Loh Gaway, trough Sumanding Borang, Banger, Baremi following the previous route westward.
Agak lama berhenti seraya beristirahat, mengunjungi para penduduk segenap desa, kemudian menuju Sungai gawe, Sumanding, Borang, Banger, Baremi lurus ke barat.
Pada Hari Kamis Pahing tanggal 4 September 1359, Prabu Hayam Wuruk memerintahkan rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada di sekitarnya yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Banger selanjutnya mengalami perkembangan pesat seiring perkembangan zaman. Hal ini ternyata menarik perhatian dari Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan yang berkuasa. Hingga pada akhirnya Banger dapat dikuasai oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger pernah menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.
Zaman Kerajaan Mataram
Pada Tahun 1742, Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku Buwono II, Raja Mataram pada saat itu, berada dalam pengasingan. Pada Ttahun 1743 dengan bantuan VOC, Ibukota Kartasura berhasil direbut kembali dari tangan pemberontak. Sebuah perjanjian sangat berat dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas bantuan VOC. Akhirnya, VOC mendapatkan hak penguasaan atas Ccirebon, Priangan dan separuh bagian timur Mmadura, serta seluruh Pantai Utara Jawa, termasuk Banger.
Pada tanggal 18 April 1746, Kyai Djojolelono dilantik menjadi Bupati Banger pertama bergelar Tumenggung. Di kemudian hari, momentum inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten Probolinggo. Bupati Djojolelono tercatat berkuasa selama 22 tahun, yang kemudian digantikan Kyai Djojonegoro sebagai Bupati Banger kedua pada Tahun 1768. Pada masa Bupati Djojonegoro inilah, tepatnya pada Tahun 1770 nama Banger diganti menjadi Probolinggo yang berarti sinar yang terang atau cahaya yang memancar.
Sebelum mengganti nama Banger menjadi Probolinggo, Kyai Djojonegoro menggelar do'a bersama. Tasyakuran kembul bujono, makan bersama rakyat, sehingga nama Probolinggo Insya Allah abadi sampai akhir nanti. Setelah itu, kehidupan masyarakat Probolinggo berjalan sesuai perkembangan zamannya.
Zaman Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda
Reformasi secara besar-besaran yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda, khususnya di wilayah Jawa Timur, dilaksanakan pada tahun 1928. Sesuai dengan keputusan resmi pemerintah Hindia Belanda, dengan Staatsblad 1925 No. 622, tentang Organisasi Administrasi (bestuursorganisatie). Dengan merujuk staatsblad itu, pada tanggal 25 Mei 1928, pemerintah mengeluarkan Staatsblad 1928 No. 145, tentang Reformasi Administrasi Pemerintahan di Jawa Timur (Bestuurshervorming. Oost Java), yang berlaku sejak 1 Juli 1928. Isi pokok dari Staatsblad ini, adalah pembagian atau pemecahan wilayah karesidenan dan kabupaten di Jawa Timur, serta tindakan-tindakan terkait lainnya, antara lain :
- Kabupaten Probolinggo dibagi menjadi 3 kabupaten, terdiri dari :
1. Kabupaten Probolinggo, yang terdiri dari distrik Probolinggo, Tongas, Dringu dan Tengger.
2. Kabupaten Kraksaan, yang meliputi distrik Kraksaan, Paiton, Gending dan Gading.
3. Kabupaten Lumajang, meliputi distrik Lumajang, Ranulamongan, Tempeh dan Kandangan;
Dari pembagian Kabupaten Probolinggo, maka kemudian lahirlah 2 kabupaten dan 2 bupati baru, yang belum pernah dibentuk sebelumnya, berlaku secara resmi 1 Januari 1929. Bupati Kraksaan yang pertama, Raden Tumenggung Djojodiprodjo, diangkat 1 Juli 1928. Bupati Lumajang yang pertama, Raden Tumenggung Kartoadiredjo, diangkat 1 Juli 1928.
Penghapusan atau pembubaran Kabupaten Kraksaan, secara resmi dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1934, sesuai dengan Staatsblad 1934 No. 708, tentang pembubaran kabupaten (regentschap) Kraksaan dan penggabungan lagi dengan kabupaten Probolinggo (Opheffing van het regentschap Kraksaan en de voeging van het gebied daarvan bij het regentschap Probolinggo). Pembubaran ini berlaku secara resmi sejak 1 Januari 1935.
Zaman Kemerdekaan Republik Indonesia
Setelah indonesia merdeka, pemerintah menetapkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur. Dasar regulasi ini mengesahkan berdirinya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dan Pemerintah Kota Probolinggo. Pada Tahun 1950, Walikota Gatot, memimpin Kota Probolinggo, sedangkat Bupati M. Subandhi Hadinoto, memimpin Kabupaten Probolinggo. Sungguhpun demikian Pendopo dan pusat pemerintahan Kabupaten Probolinggo tetap berada di wilayah teritorial Kota Probolinggo.
Etimologi
Ketika seluruh Wilayah Nusantara dapat dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit tahun 1357 M (tahun 1279 Saka), Maha Patih Gajah Mada telah dapat mewujudkan ikhrarnya dalam Sumpah Palapa. Menyambut keberhasilan ini, Sang Maha Raja Prabu Hayam Wuruk berkenan berpesiar keliling negara. Perjalanan muhibah ini terlaksana pada tahun 1359 (tahun 1281 Saka). Menyertai perjalanan bersejarah ini, Empu Prapanca seorang pujangga ahli sastra melukiskan dengan kata-kata, Sang Baginda Prabu Hayam Wuruk merasa suka cita dan kagum,menyaksikan panorama alam yang sangat mempesona di kawasan yang disinggahi ini. Masyarakatnya ramah,tempat peribadatannya anggun dan tenang,memberikan ketentraman dan kedamaian serta mengesankan. Penyambutannya meriah aneka suguhan disajikan, membuat Baginda bersantap dengan lahap. Taman dan darma pasogatan yang elok permai menyebabkan Sang Prabu terlena dalam kesenangan dan menjadi kerasan.
Ketika rombongan tamu agung ini hendak melanjutkan perjalanan, Sang Prabu diliputi rasa sedih karena enggan untuk berpisah. Saat perpisahan diliputi rasa dukacita, bercampur bangga. Karena Sang Prabu Maha Raja junjungannya berkenan mengunjungi dan singgah berlama-lama di tempat ini. Sejak itu warga disini menandai tempat ini dengan sebutan "Prabu Linggih". Artinya tempat persinggahan Sang Prabu sebagai "Tamu Agung". Sebutan Prabu Linggih selanjutnya mengalami proses perubahan ucap hingga kemudian berubah menjadi "Probo Linggo". Maka sebutan itu kini menjadi Probolinggo.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Tata ruang
Dalam pelaksanaan pembangunan, berdasarkan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah perlu diupayakan sistem pengelolaan penyelenggaraan pembangunan yang efisien dan efektif, dalam rangka pengembangan wilayah. Salah satu yang dapat dijadikan pegangan dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah adalah mencapai keseimbangan laju pertumbuhan dan perkembangan antar wilayah, pemerataan hasil pembangunan serta kelestarian lingkungan hidup.
Kebijakan perwilayahan pembangunan di Kabupaten Probolinggo dibagi menjadi 2 (dua) Hierarkhi pusat pelayanan yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo, adalah sebagai berikut:
Hierarki I Kabupaten Probolinggo adalah Kota Kraksaan, yang merupakan pusat Wilayah Pembangunan I. Adapun wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pembangunan ini adalah Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Pajarakan, Kecamatan Krejengan dan Kecamatan Besuk. Fungsi pengembangan utama sebagai pemerintahan, perkotaan, pendidikan, perikanan dan jasa.
Hierarki II adalah kota-kota lainnya yang menjadi pusat Wilayah Pembangunan II sampai Wilayah Pembangunan VI Kabupaten Probolinggo, yaitu:
Kota Paiton, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan II. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pengembangan ini adalah Kecamatan Paiton, Kecamatan Kotaanyar dan Kecamatan Pakuniran. Fungsi pengembangan utama sebagai kawasan industri, sumber energi dan perikanan.
Kota Gading, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan III. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pengembangan ini adalah Kecamatan Gading, Kecamatan Krucil dan Kecamatan Tiris. Fungsi pengembangan utama sebagai pusat pengembangan agropolitan, agrowisata dan kawasan lindung.
Kota Leces, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan IV. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pembangunan ini adalah Kecamatan Leces, Kecamatan Dringu, Kecamatan Gending, Kecamatan Maron, Kecamatan Banyuanyar dan Kecamatan Tegalsiwalan. Fungsi pengembangan utama sebagai penyangga perkotaan, industri dan perikanan.
Kota Wonomerto, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan V. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pembangunan ini adalah Kecamatan Wonomerto, Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Bantaran, Kecamatan Kuripan dan Kecamatan Sumber. Fungsi pengembangan utama sebagai pusat pengembangan kawasan pertambangan, perikanan dan pariwisata.
Kota Tongas, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan VI. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pembangunan ini adalah Kecamatan Lumbang, Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Tongas. Fungsi pengembangan utama sebagai kawasan agropolitan, pariwisata dan industri.
Pemekaran
Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka perkembangan di Probolinggo semakin cepat dan pesat, dimana Kota Probolinggo telah mampu berdiri sebagai Kota Madya dengan Ibu Kota Probolinggo, sedangkan Kabupaten Probolinggo yang semula ikon ibu kotanya adalah Probolinggo, kini harus bergeser dengan membentuk ibu kota sendiri yakni Kraksaan sebagai ibu kota kabupatennya.
Secara astronomis Kabupaten Probolinggo berada pada posisi 7′ 40′ sampai 8′ 10′ lintang selatan dan 111′ 50′ sampai 113′ 30′ bujur timur yang terbentang dari daerah barat keselatan mulai Kecamatan Tongas sampai Kecamatan Lumbang dan sebelah timur mulai Kecamatan Paiton hingga Kecamatan Tiris serta Kecamatan Krucil diposisi arah tenggara yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Situbondo dan Jember, sedangkan wilayah kota madya terletak di bagian tengah sebelah utara. Luas wilayah Kabupaten Probolinggo (daerah pedesaan/rural area) 1.397,50 km2 dan luas wilayah Kota Madya Probolinggo (daerah perkotaan/urban area) 56,67 km2.
Dengan bentang alam yang cukup luas ini, maka tidak salah apabila Kraksaan dipilih sebagai tempat Ibu Kota Kabupaten Probolinggo, sehingga terpisah dengan Ibu Kota Kota Madya Probolinggo. Sebenarnya antara kabupaten dan kota madya berada pada jenjang yang sama. Perbedaan status daerah kabupaten dan kota dimaksudkan untuk memberikan penekanan pada kondisi masyarakat atau kawasan setempat. Daerah kabupaten dimaksudkan bagi masyarakat atau kawasan pedesaan (rural area) dan daerah kota dimaksudkan bagi masyarakat atau kawasan perkotaan atau urban area (Muluk, 2005:140).
Dengan adanya penekanan yang berpola pada perbedaan kawasan tersebut, maka dengan dipilihnya Kraksaan sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo secara psikologis, akan memberikan dampak positif bagi seluruh warga masyarakat kabupaten, karena ibu kota merupakan lambang kebanggaan tentang keberadaan suatu wilayah, dan sekaligus sebagai cermin bagi keberhasilan suatu pemerintahan.
Dipilihnya Kraksaan sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo ini tentunya secara internal beradasarkan pada pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya, sedangkan secara eksternal untuk perubahan nama ibu kota dan pemindahan ibu kota daerah ditetapkan dengan perturan pemerintah, maka dengan demikian apabila kedua faktor internal dan eksternal tersebut disatukan, Kraksaan akan lebih mampu dan berdiri sebagai sosok Ibu Kota Kabupaten Probolinggo yang baru dan sekaligus akan memberi harapan baru bagi warga Kota Kraksaan khususnya dan warga masyarakat Kabupaten Probolinggo pada umumnya dalam upayanya ikut membangun bangsa dan negara.
Pariwisata
Kabupaten Probolinggo juga memiliki tempat wisata yang banyak diminati Wisatawan baik dari Dalam negeri maupun luar negeri. Berikut adalah nama-nama tempat wisata yang ada di Kabupaten Probolinggo:
Gunung Bromo
Banyak yang beranggapan bahwa kawasan wisata Gunung Bromo sepenuhnya termasuk dalam wilayah administrasi kabupaten Malang. Padahal Gunung Bromo notabanenya masuk dalam wilayah administrasi kabupaten Probolinggo dan sebelah Barat Daya termasuk dalam wilayah kabupaten Pasuruan.
Dalam mitologi suku Tengger yang mendiami wilayah Bromo, tepatnya di Desa Ngadisari, Dsn. Cemorolawang, kecamatan Sukapura, kabupaten Probolinggo, terdapat sebuah upacara adat bernama upacara kasada (Yadnya Kasada). Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Gunung Argopuro
Gunung Argopuro memiliki beberapa puncak, salah satunya adalah puncak Rengganis. Selain memiliki daya tarik khas puncak gunung, di Rengganis juga terdapat situs peninggalan zaman purbakala berupa teras berundak yang terdiri dari 3 komplek area dengan 5 bekas bangunan di dalamanya. Reruntuhan bersejarah itu dipercaya sebagai bekas reruntuhan kerajaan Dewi Rengganis.
Pulau Gili Ketapang
Pulau Gili Ketapang adalah pulau di Selat Madura, jaraknya delapan kilometer dari bibir pantai Probolinggo, dan dihuni oleh mayoritas Suku Madura. Pulau Gili Ketapang mempunyai luas 68 hektar, dan bisa diakses melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga. Konon dulu Pulau Gili Ketapang menyatu dengan Pulau Jawa, dan baru memisah setelah terjadi letusan Gunung Semeru yang dahsyat. Gili artinya mengalir, Ketapang adalah nama tempat tersebut.Di Gili Ketapang kita bisa snorkeling,melihat terumbu karang yang masih jernih dan pemandangan alam laut lainnya yang masih perawan.
Ranu Segaran
Ranu Segaran atau Danau Segaran terletak di Desa Segaran, Kecamatan Tiris. Ranu Segaran dapat ditemput dari pusat Probolinggo selama tiga puluh menit perjalanan. Jangan cemas, sepanjang perjalanan anda disuguhi pemandangan berupa pepohonan dan rangkaian pegunungan. Anda bisa sejenak singgah di Air Panas dalam perjalanan ke Danau Segaran.Ranu Segaran muncul akibat aktivitas vulkanik alias gunung berapi. Airnya masih bening, alam sekitaranya masih perawan. Pemandangannya syahdu melenakan hati. Perlu hati-hati biar anda tidak tertidur sampai malam di tempat asri ini.
Candi Jabung
Candi Jabung adalah Candi Hindu peninggalan kerajaan Majapahit. Meski hanya dari bata merah, candi Jabung terbukti mampu bertahan selama ratusan tahun. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagarakertagama Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagarakertagama candi Jabung dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada lawatannya keliling Jawa Timur pada tahun 1359 Masehi. Pada kitab Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhre Gundal salah seorang keluarga raja.
Air Panas Desa Tiris
Air Panas Desa Tiris masih termasuk kompleks Ranu Segaran, tinggal melangkah 200 meter. Wisata Air Panas Desa Tiris masih alami, hanya ada tembok pemisah yang sangat sederhana. Belum ada sentuhan manusia yang lebih heboh.
Air Panas Desa Tiris bisa kita nikmati dari dekat, dan kita bisa merasakan kehangatannya. Ada air sungai yang jernih di sampingnya, dangkal sekali, cuma selutut, hingga tapak kaki kita kelihatan. Sekitar sungai adalah pepohonan yang rimbun. Dan di seberangnya adalah pemandangan alam yang asri dan bagus.
Air terjun Madakaripura
Air terjun Madakaripura terletak di Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang. Air terjun Madakaripura masih termasuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun Madakaripura berbentuk ceruk yang dikelilingi perbukitan yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya, tiga di antaranya mengucur deras dan membentuk air terjun lagi.Madakaripura bisa dicapai dari Probolinggo, bisa dari Malang. Kalau dari Probolinggo kita bisa ikut bus ke arah Tongas. Bilang saja mau ke air terju Madakaripura pada pak kondektur atau sopir. Anda akan berhenti di pertigaan Tongas. Lalu naik angkot. Jangan lupa nawar biar murah.
Arung Jeram Sungai Pekalen
Sungai Pekalen hanya sejauh 25 kilometer dari Probolinggo. Sungai Pekalen punya pemandangan yang indah, meski terdapat belokan yang bertebing dan juram,serta batu-batu berukuran besar. Sungai Pekalen ini mengalir di tiga kecamatan, yaitu Maron, Tiris dan kecamatan Gading.
Demografi
Jumlah penduduk Probolinggo berdasarkan perhitungan BPS pada tahun 2008 sebanyak 1.092.036 terdiri atas 523.652 laki laki dan 568.384 perempuan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1.01%. Adapun tingkat kepadatan penduduk rata rata 644 Jiwa/Km2 dengan tingkat kepadatan tertinggi terjadi di Kecamatan Sumberasih. Dan tingkat kepadatan terendah terjadi di Kecamatan Sumber.
Penduduk kabupaten Probolinggo mayoritas adalah suku Madura selain itu Suku Jawa yang merupakan penduduk asli wilayah ini dapat ditemui di beberapa wilayah di bagian barat. Suku Madura di kabupaten Probolinggo bahkan lebih banyak presentase jumlahnya dibandingkan di kabupaten Jember. Bahasa daerah Madura dan Jawa juga mudah dijumpai di setiap wilayah, sehingga sangat umum masyarakat Probolinggo menguasai kedua bahasa daerah ini dengan baik. Kedua bahasa ini juga saling mempengaruhi sehingga memunculkan beberapa kosakata khas Probolinggo. Hal serupa juga berlaku di daerah Jember, yang terkenal sebagai Pusat Budaya Pendalungan. Selain itu, juga terdapat Suku Tengger yang dipercaya merupakan sub-suku Jawa . Bahasa mereka sehari-hari adalah bahasa Jawa Tengger. Suku Tengger menghuni wilayah sekitar gunung Bromo-Semeru.
Mayoritas penduduknya beragama Islam 95.04%, Kristen 3,01%(Protestan 1,51%, dan Katolik 1,50%), Buddha 0.50%, serta 1,45% beragama Hindu tersebar di kecamatan Sumber dan Sukapura
Adapun Persentase mata pencaharian penduduk Kabupaten Probolinggo Sebagai berikut:
Persentase Mata Pencaharian Penduduk Kab.Probolinggo
Wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang sangat asri seperti Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Pajarakan, Kraksaan, Paiton dan terdapat Wisata Pantai Pasir Putih dengan Panorama Ikan dan Trumbu Karang. Sedangkan daerah pegunungan berpotensi untuk pengembangan sektor perkebunan dengan berbagai komoditinya.
Ekonomi
Kabupaten Probolinggo mempunyai banyak objek wisata, di antaranya Gunung Bromo, air terjun Madakaripura, Pulau Giliketapang dengan taman lautnya, Pantai Bukit Bentar, Ranu Segaran, dan Sumber Air Panas yang terletak di Desa Tiris serta Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan masa lalu. Selain itu Kabupaten Probolinggo memiliki bermacam-macam seni budaya khas, di antaranya Kerapan Sapi, Kuda Kencak, Tari Glipang dan Tari Slempang, Tari Pangore dan Seni Budaya masyarakat Tengger. Selain objek wisata dan keseniannya Kabupaten Probolinggo juga menghasilkan buah-buahan, sayur-sayuran serta hasil perkebunan lainnya.
Sumber Daya Alam
Kabupaten Probolinggo memiliki sumber daya alam berupa tembakau, mangga, anggur, semangka, gula, pohon jati, udang, pasir, emas, tembaga, mangan, bijih besi, belerang/sulfur, dan ikan laut.
Transportasi
Transportasi di Kabupaten Probolinggo masih minim. Dulu, terdapat sebuah stasiun besar di Kraksaan yang bernama Stasiun Kraksaan, namun sejak tahun 1960, Stasiun tersebut ditutup.
Bus
Kebanyakan bus yang berada di Kabupaten Probolinggo melayani jurusan Situbondo, Jember, Banyuwangi, Malang, Surabaya, maupun Bali
Angkutan Daerah
Angkutan daerah di Kabupaten Probolinggo biasa dipanggil "kol". Angkutan ini biasanya berangkat dari Paiton menuju Kota Probolinggo, namun ada angkutan yang berangkat dari Situbondo
Kuliner
Sebagai salah satu kabupaten. Probolinggo tentunya memiliki makanan khas seperti Nasi glepungan, Sirup pokak, keripik kentang, dan laini lain.
Nasi Glepungan
Nasi Glepungan. Namanya cukup aneh, tetapi rasanya sangat lezat sekali. Nasi Glepungan biasanya terdiri dari ikan asin, lalapan, sambal pedas, nasi glepungan (sari-sari jagung), sayur kelor, tempe dan tahu penyet.
Sirup Pokak
Keistimewaan dari sirup Pokak tanpa bahan pengawet, bahan seperti untuk membuat pokak itu alami, mudah untuk didapat, di pasar juga ada, di swalayan juga bisa. Tapi tidak bisa tahan lama, karena buatnya tidak pakai pengawet. Lamanya hanya bertahan 1 minggu. Khasiat sirup okak adalah dapat menghangatkan badan, meredakan sakit tenggorokan, juga dapat diminum dengan es.
Keripik Kentang
Selain makanan tradisional, Probolinggo juga banyak bergerak pada makanan kecil atau camilan khas Probolinggo. Salah satunya adalah keripiki Kentang, yang terbuat dari kentang segar dengan hasil yang renyah.
Mangga Probolinggo
Hampir semua orang mengenal mangga Probolinggo, rasanya manis dan segar. Saat musim mangga bulan Mei-Oktober, mangga Probolinggo akan membanjiri pasar hingga ke kota-kota besar seperti Jakarta. Di luar Probolinggo harganya agak sedikit mahal ini karena ongkos kirim dibebankan pada pembeli, sedangkan di Probolinggo sendiri harganya murah sehingga banyak yang membawanya sebagai oleh-oleh. Terdapat 12 kecamatan sebagai sentra mangga antara lain di Kecamatan Tongas, Pakuniran, Gading, Maron, Banyuanyar, Besuk, Wonomerto, Paiton, Leces, Kota Anyar, Tegal Silwan dan Krejengan. Varietas mangga yang dikembangkan antara lain Arumanis dan Manalagi. Mangga Probolinggo terutama varietas Arumanis sangat populer dan sudah dipasarkan di dalam negeri maupun di pasar internasional seperti Singapura.
Selain mangga, di Probolinggo juga terdapat buah unggulan dan khas yaitu anggur. Di daerah tertentu, buah anggur juga tumbuh subur di pekarangan rumah penduduk. Salah satu daerah yang terkenal dengan kualitas anggur terbaik yanitu Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Buah anggur bahkan sudah diproduksi dalam bentuk jus anggur dari berbagai jenis yang berbeda, antara lain jenis Probolinggo Super, Prabu Bestari, Belgie dan Caroline Black Rose. Kota Probolinggo juga berhasil mengembangkan anggur dengan baik, khususnya jenis Prabu Bestari yang saat ini dikembangkan secara besar-besaran di Probolinggo. Prabu Bestari sendiri merupakan varietas hasil pengembangan dari jenis anggur Probolinggo Super. Bentuknya sedikit lebih besar dari Probolinggo Super, sementara cita rasanya lebih enak dan lebih manis.
Kepiting Olok
Olok, adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat Probolinggo untuk menyebut kepiting muda yang terdapar di pantai. Kepiting muda ini diolah dan diberi campuran udang dan bumbu. Kemudian dimasukkan lagi ke dalam cangkang kepiting yang berukuran besar. Cangkang dari kepiting muda ini masih lembut sehingga rasanya gurih. Probolinggo memang terkenal dengan kekayaan olahan lautnya, selain kepiting ada pula hidangan lain berbahan kerang simping. Kerang simping atau scallop ini sangat mudah ditemui di daerah pantai. Biasanya kerang simping ini memiliki cangkang yang lebar dan datar, umumnya disajikan sebagai hidangan pembangkit selera, yaitu sup simping. Kerang simping disajikan bersama wortel, kacang polong dan jagung manis sehingga menghasilkan cita rasa asin dan gurih. Menu unik lainnya yaitu gongseng ikan jenggelek. Cara memasaknya cukup sederhana, dengan bahan antara lain ikan jenggelek yang dipotong-potong, bawang putih, bawang bombay, lengkuas, cabe rawit, cabe besar merah, cabe besar hijau dan bumbu penyedap.
Ketan Kratok
Makanan lain yang dapat dijumpai di Probolinggo adalah Oncer, dan ternyata Oncer ini masih banyak dijumpai di daerah Kecamatan Bantaran karena sebagian masyarakatnya masih mengkonsumsi Oncer. Makanan Oncer atau yang kerap disebut dengan sorghum atau jagung cantel. Sebagai lauknya yang khas yaitu mortes yang biasa disebut remis. Untuk Oncer, bisa juga diolah menjadi berbagai bahan makanan dan minuman. Untuk makanan pokok Oncer ini dijadikan nasi non beras dan rasanya juga tidak kalah dengan beras. Bisa pula diolah menjadi kudapan tape, selanjutnya dijadikan madu mongso,lupis dan mentuk. Untuk mimunan bisa dibuat menjadi dawet oncer dan cao oncer.
Anggur Prabu Bestari
Selain dikenal sebagai Kota Angin dan Kota Mangga, Probolinggo juga dikenal sebagai Kota Anggur. Sekitar dekade 80-an, budidaya anggur ini sempat booming di Probolinggo. Di sepanjang jalan Mastrip Desa Wonoasih, merupakan sentra anggur terbesar di Probolinggo. Ribuan pohon anggur terbentang sejauh mata memandang. Di kiri kanan jalan, buah anggur itu terjuntai mempesona di antara bambu-bambu yang menopangnya. Anggur-anggur itu menggoda siapa saja yang memandangnya, untuk segera memetik dan mencicipinya. Kualitas anggur Probolinggo sendiri tidak perlu diragukan lagi. Bentuknya segar, warnanya cerah, manis rasanya dan harum aromanya.
Soto Kraksaan
Banyak ditemukan di Kecamatan Kraksaan. Ibu kota Kabupaten Probolinggo. Soto Kraksaan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki soto lain. yaitu kuahnya diberi santan tetapi tidak terlalu kental. Meski diklaim soto khas Probolinggo tetapi tempatnya di Kota Kraksaan atau kurang lebih 27 Km dari Probolinggo. Letak persisnya di sebelah masjid Krasaan Ar-Raudlah dan dekat alun alun kota Kraksaan.
Kebudayaan
Ada bermacam-macam Kebudayaan yang dimiliki oleh Kota kecil yang satu ini, contohnya Tari Glipang, Ludruk, Petik Laut, Perahu Hias, dll.
Tari Glipang
Tari Glipang lahir di Desa Pendil, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo ini sudah lama dikenal masyarakat. Tari Glipang Berasal dari kebiasan masyarakat. Kebiasaan yang sudah turun temurun tersebut akhirnya menjadi tradisi. Pak Parmo yang merupakan cucu dari pencipta Tari Glipang ini mengatakan bahwa “Glipang” bukanlah nama yang sebenarnya dari tarian tersebut. Awalnya nama tari tersebut adalah “Gholiban” berasal dari bahasa arab yang berarti kebiasaan.
Ludruk
Ludruk merupakan suatu bentuk pementasan drama kehidupan yang disajikan dengan pendekatan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Ludruk tumbuh dan berkembang hamper disemua daerah di Jawa Timur bagian Timur termasuk di daerah Probolinggo. Tampilan ludruk khas Probolonggo memiliki perbedaan dengan ludruk-ludruk lainnya, yakni pada bahasa yang dipakai Ludruk Probolinggo menggunakan bahasa Jawa Ngoko yang di campur dengan bahasa Madura Pesisiran, baik dalam bentuk kidungan maupun dialog para pemainnya.
Petik Laut
Petik Laut merupakan lomba balap perahu yang di adakan pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum puasa). Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa.
Media Massa
Radio
Stasiun Radio di Probolinggo
Televisi
Galeri
Lihat pula
Kota Probolinggo
Kabupaten Purbalingga
Kabupaten Kraksaan
Bupati Kraksaan
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Probolinggo
Probolinggo |
4144 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sumenep | Kabupaten Sumenep | Sumenep (Madura: Songennep; [sɔŋǝnnǝp], Pèghu: سَوڠٓنّٓڤ, Carakan: ꦯꦺꦴꦔꦼꦤ꧀ꦤꦼꦥ꧀) adalah nama salah satu kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Madura dan masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kota Sumenep. Menurut sensus penduduk 2021, kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093 km² dengan jumlah populasi mencapai 1.134.810 jiwa.
Kabupaten ini tercatat sebagai kabupaten penghasil minyak dan gas bumi di Madura. Saat ini tercatat, setidaknya ada 8 perusahaan minyak yang melakukan eksploitasi dan 2 perusahaan yang masih melakukan eksplorasi. Daerah ini juga termasuk kedalam 50 daerah terkaya di Indonesia menurut majalah Warta Ekonomi tahun 2012 dengan urutan ke-31 dengan indeks total 36.
Asal Usul Nama Sumenep
Nama Sumenep setidak-tidaknya sudah dikenal sejak era kerajaan Majapahit. Sebelumnya, wilayah Sumenep dikenal dengan sebutan Madura ing Wetan atau Madura bagian timur.
Menurut ahli bahasa, nama Sumenep diduga berasal dari bahasa Kawi, yakni “Sungeneb”. Jika diartikan, kurang lebih memiliki makna “lembah atau relung yang mengendap”.
Sekalipun belum pernah ditemukan prasasti yang menyebutkan kata Sungeneb, namun kata tersebut banyak ditulis didalam naskah-naskah kuno yang ditulis pada era Majapahit , seperti Serat Pararaton, Kidung Harsawijaya, dan Kidung Panji Wijayakrama.
Salahsatunya seperti yang dituliskan dalam serat pararaton :
“Hanata Wongira, babatangira buyuting Nangka, Aran Banyak Wide, Sinungan Pasenggahan Arya Wiraraja, Arupa tan kandel denira, dinohaksen, kinun adipati ring Sungeneb, anger ing Madura wetan”.
Yang artinya: Adalah seorang hambanya, keturunan orang ketua di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja, rupa-rupanya tidak dipercaya, dijauhkan disuruh menjadi adipati di Sumenep. Bertempat tinggal di Madura sebelah timur.
Kondisi Geografis
Luas Wilayah
Luas Wilayah Kabupaten Sumenep adalah 2.093,457573 km², terdiri dari pemukiman seluas 179,324696 km², areal hutan seluas 423,958 km², rumput tanah kosong seluas 14,680877 km², perkebunan/tegalan/semak belukar/ladang seluas 1.130,190914 km², kolam/ pertambakan/air payau/danau/waduk/rawa seluas 59,07 km², dan lain-lainnya seluas 63,413086 km². Untuk luas lautan Kabupaten Sumenep yang potensial dengan keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanannya seluas +50.000 km².
Batas Wilayah
Kabupaten Sumenep yang berada di ujung timur Pulau Madura merupakan wilayah yang unik karena terdiri wilayah daratan dengan pulau yang tersebar berjumlah 126 pulau (berdasarkan hasil sinkronisasi Luas Wilayah Kabupaten Sumenep) yang terletak di antara 113°32'54"-116°16'48" Bujur Timur dan di antara 4°55'-7°24' Lintang Selatan.
Jumlah pulau berpenghuni di Kabupaten Sumenep hanya 48 pulau atau 38%, sedangkan pulau yang tidak berpenghuni sebanyak 78 pulau atau 62%. Pulau Karamian di Kecamatan Masalembu adalah pulau terluar di bagian utara yang berdekatan dengan Kalimantan Selatan dan jarak tempuhnya + 151 Mil Laut dari Pelabuhan Kalianget, sedangkan Pulau Sakala adalah pulau terluar di bagian timur yang berdekatan dengan Pulau Sulawesi dan jarak tempuhnya dari Pelabuhan Kalianget + 165 Mil Laut.Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamian dalam gugusan Kepulauan Masalembu dan pulau yang paling timur adalah Pulau Sakala.
Perbatasan dengan daerah sekitarnya:
Sebelah Selatan: Selat Madura dan Laut Bali
Sebelah Utara: Laut Jawa dan Provinsi Kalimantan Selatan
Sebelah Barat: Kabupaten Pamekasan
Sebelah Timur: Laut Jawa dan Laut Flores
Iklim
Kabupaten Sumenep termasuk dalam kategori daerah beriklim tropis basah dan kering (Aw). Seperti daerah lain di Indonesia, musim hujan di Sumenep dimulai bulan Desember hingga Maret, dan musim kemarau bulan Mei hingga Oktober. Rata-rata curah hujan di Sumenep adalah ±1.394 mm. Berdasarkan data tahun 2011 Temperatur Suhu udara di Sumenep tertinggi terjadi di bulan September–November (32,7 °C). Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Jumlah curah hujan terbanyak terjadi di bulan Januari. Rata-rata penyinaran matahari terlama di bulan Agustus dan terendah di bulan Februari. Sedangkan Kecepatan angin di bulan Juli merupakan yang tertinggi dan terendah di bulan Maret.
Sejarah
Jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Pulau Madura, perjalanan sejarah Sumenep dapat dikatakan cukup panjang. Dalam berbagai sumber tertulis, wilayah Sumenep mulai dikenal sejak akhir keruntuhan kerajaan Singasari.
Dikisahkan dalam Nagarakertagama, Arya Wiraraja, Mpu Reganata dan Mpu Wirakreti disingkirkan dan diturunkan jabatannya karena berpeda pandangan dengan sang Raja. Mereka menyatakan ketidaksetujuanya terkait gagasan Kertanegara untuk menjalankan ekspedisi Pamalayu. Peristiwa tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1911 caka / 1269 masehi , bertepatan dengan dikeluarkannya Prasasti Sarwwadharmma .
Kala itu sebelum disingkirkan sebagai Adipati Madura Timur, yang dalam serat pararaton disebut Sungeneb, Arya Wiraraja merupakan seorang pejabat senior kepercayaan Wisnuwardhana. Posisinya saat itu sebagai Rakyan Demung.
Meskipun tak lagi menetap dan tinggal dipusat kekuasaan Kertanegara, Arya Wiraraja masih dianggap sebagai tokoh berpengaruh karena ia merupakan pejabat senior yang dituakan. Pejabat-pejabat lain yang masih setia kepadanya masih tetap menjalin komunikasi. Mereka datang meminta saran dan pendapat dari sang Adipati.
Seperti yang dilakukan oleh Jayakatwang, bupati gelanggelang yang kemudian berhasil meruntuhkan kekuasaan Kertanegara dan Raden Wijaya yang berhasil kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Peristiwa-peristiwa tersebut tak lepas dari kelihaian Wiraraja dalam memainkan kondisi politik selama pemerintahan Kertanegara.
Pasca runtuhnya Singasari, wilayah Sumenep tetap berada dibawah kekuasaan Majapahit. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan benda arkeologi seperti patirtaan dan arca gaya Majapahit, yang tersebar di beberapa daerah di Sumenep, sebagaimana yang dicatat oleh Commissie in Nederlandsch Indie voor Oudheidkundige Onderzoek op Java en Madoera pada tahun 1906-1907.
Sayangnya tak ada ada sumber naskah dan prasasti sezaman yang ditemukan, sehingga tak ada satupun yang bisa menceritakan keadaan Sumenep pasca Arya Wiraraja pindah ke Lamajang hingga akhir keruntuhan Majapahit.
DIBAWAH PENGARUH MATARAM ISLAM
Prof. Aminudin Kasdi dalam buku perlawanan penguasa Madura atas hegemoni Jawa menerangkan jika sebelum jatuh ketangan Mataram, Sumenep dan beberapa kerajaan kecil lainnya berada dalam wilayah kekuasaan Demak dan kemudian Giri.
Kala itu, kerajaan Sumenep menjalin hubungan baik dengan daerah-daerah di pesisir utara Jawa, baik dalam hal perdagangan dan ikatan keluarga. Lebih-lebih pada akhir abad ke-16 saat hampir seluruh Penduduk Madura memeluk agama islam, hubungan penguasa Madura dengan penguasa Jawa terutama giri semakin erat. Meski demikian, pada masa itu sama sekali tak ada campur tangan dari penguasa-penguasa Jawa. Hingga kemudian pada paruh pertama Abad ke-17 muncul kekuatan baru di Jawa bagian tengah, yakni Mataram Islam.
Dibawah kuasa Sultan Agung, Kerajaan Mataram melakukan ekspansi besar-besaran ke wilayah timur Jawa, termasuk Pulau Madura. Sejarawan Belanda, H.J. de Graaf dalam bukunya, Kerajaan-kerajaan di Madura ditaklukkan oleh Mataram pada tahun 1624 meski mendapat perlawanan besar dari penduduk Kerajaan Pamekasan dan Sumenep.
Raden Prasena keturunan Raja Madura Barat yang selamat, ketika dewasa kemudian diangkat sebagai penguasa seluruh Madura dengan gelar Pangeran Cakraningrat. Segala urusan terkait pemerintahan di seluruh wilayah Madura dibebankan kepadanya. Kebijakan tersebut sontak membuat ketidakpuasan bagi keluarga bangsawan di Madura Timur. Selama puluhan tahun para penguasa di dua wilayah ini selalu terlibat konflik.
Awal abad ke-18 menjadi awal sejarah terpenting bagi para penguasa di Madura timur. Usaha untuk melepaskan diri dari hegemoni Jawa dan kekuasaan Cakraningrat akhirnya terwujud. Atas bantuan VOC, wilayah Pamekasan dan Sumenep dilepaskan dari dominasi kekuasaan Jawa melalui sebuah perjanjian yang dilakukan oleh VOC dan Susuhunan Mataram pada tahun 1705.
DIBAWAH KUASA PEMERINTAH HINDIA–BELANDA
Sejak Sumenep secara resmi berada dalam wilayah kekuasaan VOC, para penguasa yang biasa disebut regent diwajibkan untuk mengadakan kontrak-kontrak politik dengan pejabat VOC yang bermarkas di Semarang ataupun Batavia. Regent yang menjabat diwajibkan untuk memenuhi segala keinginan dan kebutuhan VOC tanpa terkecuali, baik dalam bentuk barang ataupun tenaga.
Selama kontrak dibuat, regent tetap diberi kuasa layaknya raja-raja Jawa. Kompeni tak pernah ikut campur urusan pemerintahan internal kerajaan. Meski demikian gerak-gerik kekuasaan para Pangeran tetap dibatasi, termasuk dalam hal kenaikan takhta dan juga gelar.
Tahun 1883 merupakan awal titik awal sejarah baru bagi Sumenep. Sejak saat itu, Kerajaan Sumenep resmi dihapuskan, sebagaimana yang tertuang dalam staatblaad no. 242 tahun 1883. Sejak masa itu, Regent bukan lagi kepala Negara dan kepala Pemerintahan, melainkan sebagai pegawai pemerintah Kolonial. Ia diangkat, digaji dan diberhentikan sebagaimana bupati Jawa pada umumnya.
Abad ke 20 dapat dikatakan sebagai babak baru bagi Sumenep. Industri Garam yang dipusatkan di Kalianget menjadi satu-satunya pusat industri garam terbesar di Hindia-Belanda. Ladang garam dan Pabrik dibangun di timur kota Sumenep oleh Pemerintah Kolonial. Tak mengherankan jika hampir sebagian besar penduduk di wilayah pesisir selatan banyak menggantungkan hidupnya kedalam industri tersebut. Sedangkan penduduk di daerah utara Sumenep lebih banyak menggantungkan hidupnya pada perdagangan, transporter dan nelayan dan sebagian kecil menggantungkan hidupnya dari pertanian. Penduduk Pulau lebih banyak merantau ke daerah oost-hook atau tapal kuda.
DIBAWAH BENDERA JEPANG
Tak jauh beda dengan daerah lainnya di Indonesia, Sumenep juga pernah berada dalam kuasa pemerintah meliter Jepang. Bupati atau kenco dijabat oleh R.A.A Samadikoen Prawoto Adikoesoemo. Dalam sebuah makalah yang berjudul Perjuangan Rakyat Sumenep yang disusun oleh LVRI pada tahun 1980, selama pendudukan Jepang, hampir sebagian besar penduduk Sumenep mengalami kekurangan pangan dan penderitaan karena perang. Saat itu penduduk Sumenep banyak diwajibkan menanam pohon jarak dan umbi-umbian. Industri garam berhenti total karena meletusnya perang dunia II.
Dimasa pendudukan Jepang, di Sumenep terdapat beberapa sekolah pribumi yang dapat ditempuh selama tiga tahun yang dikenal dengan istilah Shoto Kokumin Gakko. Selain itu terdapat juga Sekolah Pelayaran guna memperkuat angakatan laut Jepang. Beberapa pulau di timur Sumenep juga dibangun pangkalan udara darurat . Selama pendudukan Jepang, perairan Sumenep cukup mendapat perhatian karena merupakan salah satu pintu masuk menuju selat Madura.
Penderitaan rakyat Sumenep berangsur-angsur pulih menjelang revolusi kemerdekaan Indonesia, terlebih saat dibubarkannya Negara Madura pada tahun 1950.
Pemerintahan
KABUPATEN
Sumenep terletak di ujung timur Pulau Madura, provinsi Jawa Timur. Sebelum tergabung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sumenep diperintah oleh Adipati (Rato atau Raja dalam konteks masyarakat lokal Madura) di bawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa diantaranya Kerajaan Singasari, Majapahit, Demak, Giri, dan Mataram Islam.
Tahun 1705 resmi berada dibawah naungan VOC berdasarkan perjanjian yang dilakukan Susuhunan Mataram dan VOC di Kartasura. Sejak VOC dinyatakan bangkrut pada tahun 1799, Sumenep berada dalam wilayah administrasi pemerintahan Hindia-Belanda. Selama periode ini, corak pemerintahan tradisional tetap dipertahankan, hingga kemudian pada tahun 1883 pemerintahan Kerajaan Sumenep dihapuskan. Sejak saat itu, Bupati bukan lagi sebagai kepala negara, melainkan pejabat kolonial.
Daftar Bupati Kabupaten Sumenep
Daftar Wakil Bupati Kabupaten Sumenep
Daftar Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep
Komposisi Anggota DPRD Kabupaten Sumenep
KECAMATAN
Julukan
Sumenep memiliki julukan "Somekar" atau "Sumekar" yang dalam bahasa Madura berarti osok mekar atau tunas muda yang mulai mekar. Julukan ini merupakan kiasan dari perjalanan Tumenggung Kanduruwan, putra Raden Patah yang telah mensiarkan islam di Sumenep sejak abad ke-16.
Sejak tahun 2014 Sumenep memiliki city branding dengan nama "Sumenep Soul of Madura" yang berarti Jiwanya Madura. Branding ini diharapkan bisa menjadi cerminan Pulau Madura baik kebudayaan, religi dan keadaan alamnya.
Masyarakat umum juga lumrah menyebut Sumenep dengan beberapa nama lain, seperti Bumi Sumekar, Kota Keris, Kota Garam, dsb.
Di samping itu ada beberapa pulau di Sumenep juga memili julukannya tersendiri, misalnya Kepulauan Kapajang untuk gabungan dari nama Pulau Kangean, Pulau Paleat, dan Pulau Sepanjang. Di pulau-pulau tersebut dapat ditemukan taman-taman laut indah layaknya taman nasional Bunaken. Pulau Kangean juga lebih dikenal dengan sebutan Pulau Cukir, karena di wilayah inilah fauna khas Sumenep berupa ayam bekisar banyak dikembangkan. Unggas cantik ini merupakan maskot Sumenep dan juga Jawa Timur.
Demografi
Kependudukan
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Pendudukan tahun 2010, Jumlah penduduk Kabupaten Sumenep sementara adalah 1.041.915 jiwa, yang terdiri atas 495.099 jiwa laki-laki dan 546.816 jiwa perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk kabupaten Sumenep masih bertumpu di Kecamatan Kota Sumenep yaitu sebanyak 70.794 jiwa (6.75 %), diikuti Kecamatan Pragaan 65.031 jiwa (5.90 %) dan Kecamatan Arjasa sebanyak 59.701 jiwa (5,73%). Sedangkan Batuan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit.
Dengan luas wilayah Kabupaten Sumenep sekitar 2.093,47 km² yang didiami oleh 1.0491.915 jiwa, maka rata2 tingkat kepadatan penduduk Kab Sumenep adalah sebanyak 498 jiwa/km². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Kec Kota Sumenep yakni 2.543 jiwa/km², dan yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kec batuan yakni 446 jiwa/km2.
Sex ratio penduduk Kabupaten Sumenep berdsarkan SP 2010 adalah sebesar 90,54 yang artinya jumlah penduduk laki2 adalah 9,46 % lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan.
Laju Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumenep selama 10 tahun terakhir, yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,55%. Laju pertumbuhan penduduk Kec Sapeken adalah yang tertinggi dibandingkan kec lain di kab sumenep yakni sebesar 1,60%, dan yang terendah adalah kec Talango sebesar -0,36%.
Jumlah Rumah Tangga berdasarkan hasil SP 2010 adalah 315.412 RT. Ini berarti bahwa banyaknya penduduk yang menempati satu rumah tangga dari hasil SP2010 rata-rata sebanyak 3,30 orang. Rata-rata anggota RT di setiap kecamatan berkisar antara 2,48 orang-3,86 orang.
Dalam 10 tahun terakhir Garis Kemiskinan Kabupaten Sumenep terus mengalami kenaikan. Pada akhir Maret 2022, Sumenep tertinggi kedua di Pulau Madura setelah Kabupaten Bangkalan.
Berdasarkan data BPS, Garis Kemiskinan Sumenep kini tengah mengalami kenaikan, yakni pada periode Maret 2021 Rp 400.960 per kapita per bulan menjadi Rp 427.882 pada Maret 2022.
Kenaikan garis kemiskinan pada Maret 2022 ini lebih besar dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan tahun sebelumnya, yakni pada Maret 2020-Maret 2021 Garis Kemiskinan naik sebesar 4,83 persen, yaitu dari Rp382.491 menjadi Rp400.960.
Bahkan Garis Kemiskinan Sumenep merupakan yang tertinggi kedua di Madura dari empat kabupaten. Berikut rinciannya secara berurutan, Garis Kemiskinan Bangkalan Rp 458.754, Sumenep Rp 427.882, Sampang Rp 411.661 dan terkecil Kabupaten Pamekasan Rp 392.345.
Agama
Agama yang dianut oleh penduduk Kabupaten Sumenep beragam. Menurut data dari Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk tahun 2010, penganut Islam berjumlah 1.033.854 jiwa (98,11%), Kristen berjumlah 685 jiwa (0,33%), Katolik berjumlah 478 jiwa (0,27%), Buddha berjumlah 118 jiwa (0,03%), Hindu berjumlah 8 jiwa (0,01%), Kong Hu Cu berjumlah 5 jiwa (0,002%).
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Kabupaten Sumenep adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Selain itu beberapa daerah di Pulau Sapeken dan beberapa pulau kecil di sekitarnya, bahasa yang digunakan adalah bahasa Bajo, bahasa Mandar, bahasa Makasar dan beberapa bahasa daerah yang berasal dari Sulawesi. Untuk Pulau Kangean bahasa yang digunakan adalah bahasa Madura dialek Kangean.
Pendidikan
Bidang Pendidikan di Sumenep telah berkembang sejak zaman Penjajahan Hindia Belanda, di wilayah ini pernah berdiri sekolah HIS (Hollandsch-Inlandsche School) tahun 1901an yang terletak di daerah Pajagalan. Selain itu Pada tanggal 31 Agustus 1931 di daerah ini juga pernah berdiri sekolah setara HIS yakni HIS Partikelir (PHIS) Sumekar Pangabru yang terletak di daerah Karembangan tak jauh dari sekolah HIS milik pemerintah Hindia Belanda. PHIS didirikan oleh Meneer Muhammad Saleh Werdisastro, putra dari budayawan dan sejarawan Madura, R. Musaid Werdisastro penulis "babad Songenep". Saat ini, di Sumenep tercatat ada 70 Sekolah Menengah Atas baik Negeri Maupun Swasta dan Madrasah Aliyah serta 2 sekolah Menengah kejuruan. Selain pendidikan umum tsb, Pendidikan Pesantren juga hampir terdapat diseluruh penjuru Sumenep, beberapa pondok pesantren besar yang terkenal antara lain, PP. Annuqayyah Guluk-Guluk, PP. Al-Amien Prenduan, PP. Mathaliul Anwar Sumenep, PP Al-Karimiyah, PP At-Taufiqiyah Aengbaja Raja, dsb.
Daftar Perguruan Tinggi di Sumenep:
Universitas Wiraraja
Universitas KH. Bahaudin Mudhary Madura
Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA)
Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk
STKIP PGRI Sumenep
STIT Al Karimiyyah Beraji
AKNS (Akademi Komunitas Negeri Sumenep)
STIQNIS (Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Nurul Islam) Karangcempaka Bluto Sumenep
STIDAR (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman) Gadu Barat Ganding
Kesehatan
Infrastruktur pelayanan kesehatan di Sumenep semuanya di layani di pusat-pusat kesehatan masyarakat yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, di wilayah ini tercatat ada 30 Puskesmas yang tersebar di 27 Kecamatan dibantu oleh puskesmas pembantu sebanyak 71 unit, Poskesdes (Pos Kesehatan desa) sebanyak 231 unit dan Polindes lebih dari 200 unit. Sarana Kesehatan yang lain adalah tersedianya Rumah Sakit di Sumenep sebanyak 5 unit, 1 di antaranya masih dalam tahap pembangunan. Rumah Sakit yang tersebar di Sumenep terdiri dari rumah sakit untuk umum dan rumah sakit bersalin. Pada tahun 2011 lalu untuk memberikan pelayanan lebih bagi warga Pulau Arjasa dan sekitarnya, Dinkes Sumenep menaikkan Status Puskesmas Arjasa menjadi Rumah Sakit tipe D.
Daftar Rumah Sakit di Sumenep:
RSUD dr. Moh. Anwar
RSI Garam Medical Center (RS Mardi Waluyo) Kalianget
RSI Al-amin, Prenduan (tahap pembangunan)
RS Bersalin Esto Ebhu
RS Bersalin Sumekar
Ekonomi
Sumber Daya Alam
Sumber Daya Mineral: di kabupaten Sumenep cukup bervariatif. terdiri dari jenis bahan galian golongan C antara lain: pospat, batu gamping, calsit/batu bintang, gipsum, pasir kuarsa, dolomite, batu lempung, dan kaolin.
Sumber Daya Energi: Kabupaten Sumenep selain memiliki potensi kekayaan alam berupa bahan galian golongan C, juga memiliki bahan tambang strategis berupa golongan A yang terletak di Pulau Pagerungan Besar, Pulau Sepanjang Kecamatan Sapeken, Perairan Pulau Giligenting. Berdasarkan perjalanan waktu selain di tiga pulau tersebut masih ada beberapa tempat yang terindikasi mengandung gas dan minyak bumi. Di antaranya sekitar Pulau Masalembu, Perairan Kalianget, Perairan Pulau Raas dan Blok Kangean. Setidaknya ada 10 perusahaan operator Migas yang mengelola beberapa blok migas di wilayah ini.
Sumber Daya Air: Berdasarkan aspek geomorfologi, sumber daya air di Kabupaten Sumenep terbagi di 4 (empat) satuan wilayah:
a). Daerah Dataran
b). Daerah Perbukitan Bergelombang Halus
c). Daerah Perbukitan Bergelombang Kasar
d). Daerah Perbukitan yang Terpisah
Pertanian
Komoditi Pangan
Berdasarkan data Tahun 2010 luas lahan sawah di Kabupaten Sumenep 23.852 Ha, terbagi menjadi 13.388 Ha (56,13 %) lahan sawah tadah hujan, 5.385 Ha (22,57 %) lahan berpengairan teknis, 1.959 Ha lahan semi teknis, 1.071 Ha lahan sederhana dan 2.049 Ha lahan memakai irigasi desa. Penggunaan lahan khususnya lahan bukan sawah meliputi pekarangan, tegal, perkebunan, ladang, huma, padang rumput, lahan sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan negara, rawa-rawa, tambak, kolam, dll.
Tanaman pangan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu komoditas beras (padi sawah dan padi gogo) dan komoditas palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ketela pohon dan ketela rambat).
Komoditas Hortikultura
Komoditas sayur mayur yang diusahakan oleh masyarakat petani di Kabupaten Sumenep pada Tahun 2008 berdasarkan data dari BPS (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep) terbanyak adalah bawang merah dengan jumlah produksi 18.117,1 Kw mengalami penurunan jumlah produksi sebesar 64.42 % dari tahun sebelumnya. Lombok pada tahun 2008 merupakan komoditas terbanyak, pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 89.28 % dari tahu sebelumnya. Sedangkan perubahan jumlah produksi komoditas sayur mayur yang lain seperti: kacang panjang, mentimun, terong, kangkung, bayam dan tomat tidak terlalu signifikan.
Untuk komoditas buah-buahan jumlah produksinya cukup bervariatif. Buah mangga dengan jumlah produksi 652.401 Kw merupakan komoditas buah tertinggi baik dari segi jumlah produksinya yaitu sebesar Rp. 127.218.195.000,-. Untuk komoditas buah lain seperti: pisang, pepaya, jeruk, jambu biji, rambutan, sawo, blimbing, salak dan avokad sangat beravariatif.
Komoditas Perkebunan dan Kehutanan
Berdasarkan data statistik Tahun 2010 (Sumber: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sumenep dan Perum Perhutani KPH Madura di Pamekasan), hasil produksi komoditas perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Sumenep sangat bervariatif. Untuk produksi tanaman perkebunan rakyat, jumlah produksi tertinggi adalah kelapa yaitu 35.068,66 ton dengan luas lahan 50.059,06 Ha. Sedangkan untuk produksi tembakau sebagai komoditas primadona bagi petani Kabupaten Sumenep pada khususnya secara kuantitas mengalami penurunan sebesar 39,10 % dari tahun sebelumnya. Tanaman tembakau sebagai komoditas favorit dikenal sebagai daun emas yang dapat mengubah perilaku dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani tembakau. Luas lahan tembakau pada tahun 2010 10.377,94 Ha, dengan jumlah produksi sebanyak 2,917.62 Ton.
Perikanan
Berdasarkan estimasi produksi, potensi sumber daya ikan di perairan laut Kabupaten Sumenep mampu menghasilkan per tahun sebesar 22.000 ton per tahun. Sedangkan menurut estimasi potensi sumber lestari dihitung 60 % dari jumlah potensi yang ada atau 137.400 ton per tahun.
Perkembangan produksi perikanan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani nelayan melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha yang berorientasi pada agrobisnis. Produksi perikanan yang dicapai kabupaten Sumenep pada tahun 2009 untuk perikanan laut mencapai 44.900,2 ton per tahun atau 32,68 % dari potensi lestari (mengalami peningkatan sebesar 10.09 % dari tahun sebelumya) dengan nilai produksi Rp. 169.553.210.000,-.
Peternakan
Populasi ternak besar di Kabupaten Sumenep terbesar dan spesifik adalah ternak sapi. Terbukti pada tahun 2011 populasi sapi sekitar 357.067 ekor, yang masih dikelola secara tradisional (ternak kerja, penghasil pupuk kandang, kegemaran dan tabungan) sebagai sub komponen usaha tani.
Keunggulan sapi madura khususnya sapi Sumenep dengan daerah-daerah lain di Pulau Madura jenisnya adalah sama yaitu:
Tahan terhadap penyakit spesifik, mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap kondisi alam yang kurang baik.
Mempunyai respons yang baik terhadap perbaikan pakan melalui peningkatan protein maupun energi pakan yang ditujukan dengan pertimbangan bobot badan optimal.
Mempunyai tipe sapi potong dan kualitas daging yang baik.
Saat ini, Sumenep merupakan wilayah sentra pengembangan Sapi Nasional di Pulau Madura, Jawa Timur. Sejak zaman Belanda, Madura merupakan sentra sapi nasional. Bahkan Pulau Sapudi di Sumenep, menurut buku Peduli Peternakan Rakyat karya Sofyan Sudrajat, merupakan kawasan sapi terpadat di dunia.
Populasi ternak kedua yang banyak dipelihara oleh masyarakat Sumenep khususnya masyarakat kepulauan di Kecamatan Arjasa dan Sapeken adalah ternak kerbau. Di daratan hanya terdapat di Kecamatan Kalianget. Jumlah ternak kerbau adalah 6.926 ekor. Populasi ternak ketiga adalah ternak kuda yang berjumlah 3.357 ekor.
Populasi ternak kecil yang banyak dipelihara di Kabupaten Sumenep adalah kambing berjumlah 113.224 ekor dan domba berjumlah 25.123 ekor. Sedangkan ternak unggas tercatat ayam ras berjumlah 235.584 ekor; ayam kampung 741.131 ekor dan itik 42.417 ekor.
Transportasi
Karena letak geografis Kabupaten Sumenep yang terletak di ujung timur Madura dan letaknya yang begitu strategis (dekat dengan Pulau Bali) maka untuk menuju wilayah Kebupaten Sumenep disediakan beberapa fasilitas untuk menunjang lancarnya moda transportasi, antara lain:
Terminal Bus Arya Wiraraja–merupakan terminal bus tipe A terbesar di Sumenep melayani seluruh penumpang dari luar daerah Sumenep.
Pelabuhan Kalianget–Merupakan sarana transportasi laut yang melayani penumpang dari daratan Sumenep ke wilayah Kepulauan maupun sebaliknya, selain itu juga pelabuhan kalianget melayani jalur transportasi laut Kalianget–Jangkar, Situbondo.
Bandar Udara Trunojoyo Sumenep–Merupakan Bandara yang berdiri pada tahun 1970-an, yang saat ini dalam tahap pengembangan, dan direncanakan pula bahwa pada tahun 2012 mendatang Bandara ini akan beroprasi untuk penerbangan komersial.
Fasilitas
Listrik
Untuk menunjang kebutuhan kelistrikan di Sumenep, Travo Listrik yang di kelola oleh PLN PJU Sumenep saat ini sebesar 150 kV dengan Kapasitas 60 MVA. Untuk mengurangi perimintaan daerah-daerah yang belum teraliri Listrik PLN, Pemerintah daerah juga memberikan bantuan berupa pembangkit Listrik Tenaga Surya bagi daerah pesisir dan kepulauan Sumenep.
Telekomunikasi
Saat ini akses telekomukasi yang dikelola oleh PT Telkom Sumenep untuk memberikan layanan kepada masyarakat Sumenep, jaringan telkom saat ini berkapasitas 3.633 SST.
Kantor Pos
Untuk menunjang kebutuhan pengriman barang atau paket di Sumenep telah berdiri Kantor Pos Indonesia yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan, Jumlah Kantor Pos di Sumenep saat ini telah berjumlah 16 unit, baik di daratan maupun di beberapa daerah kepulauan Sumenep.
Bank dan ATM
Industri perbakan di Kabupaten Sumenep sebagian besar beroprasi di Jalan Trunojoyo Sumenep, di jalan utama inilah bank-bank nasional dan daerah membuka kantornya. Bank yang ada di wilayah ini antara lain:
BNI
BCA
BRI
Bank btpn
Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri
Bank Sinarmas
Bank Danamon Syariah
Bank Jatim
Bank BPR Jawa Timur
Bank UMKM Jatim
BPRS Bhakti Sumekar
Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu potensi unggulan di Kabupaten Sumenep. Ada beberapa jenis potensi wisata, yang dapat dikelompokkan menjadi:
Wisata Sejarah, Budaya dan Arsitektur
Museum Keraton Sumenep adalah museum yang dikelola oleh pemerintah daerah Sumenep yang di dalamnya menyimpan berbagai koleksi benda-benda cagar budaya peninggalan keluarga Karaton Sumenep dan beberapa peninggalan masa kerajaan hindu budha seperti arca Wisnu dan Lingga yang ditemukan di Kecamatan Dungkek. Di dalam museum terdapat juga beberapa koleksi pusaka peninggalan Bangsawan Sumenep seperti guci keramik dari Cina dan Kareta My Lord pemberian Kerajaan Inggris kepada Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I atas jasanya yang telah banyak membantu Thomas Stamford Raffles salah seorang Gubenur Inggris dalam penelitian yang dilakukannya di Indonesia.
Keraton Sumenep adalah peninggalan pusaka Sumenep yang dibangun oleh Raja/Adipati Sumenep XXXI, Panembahan Sumolo Asirudin Pakunataningrat dan diperluas oleh keturunannya yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I. Karaton Sumenep sendiri letaknya tepat berada di depan Museum Karaton Sumenep,
Masjid Jamik Sumenep adalah bangunan yang mempunyai arsitektur yang khas, memadukan berbagai kebudayaan menjadi bentuk yang unik dan megah, dibangun oleh Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat yang memerintah pada tahun 1762-1811 M dengan arsitek berkebangsaan tionghoa "law pia ngho"
Kota Tua Kalianget letaknya di sebelah timur kota Sumenep, di sini para pengunjung bisa melihat peninggalan-peninggalan Pabrik garam, Arsitektur Kolonial dan beberapa daerah pertahanan yang dibangun Oleh Pemerintahan Kolonial saat menjajah wilayah Sumenep,
Rumah Adat Tradisional Madura Tanean Lanjhang, bisa ditemui di beberapa daerah menuju pantai lombang maupun menuju pantai slopeng,
Benteng VOC Kalimo'ok di Kalianget.
Wisata Religi/Ziarah
Asta Karang Sabu merupakan kompleks pemakaman keluarga Raja / Adipati Sumenep yang memerintah pada abad 15 yaitu Pangeran Ario kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. di daerah karang sabu inilah dia memimpin pemerintah Sumenep pada saat itu.
Kompleks pemakaman Asta Tinggi Sumenep adalah kompleks pemakaman Raja-Raja Sumenep yang dibangun pada tahun 1644 M. terletak di daerah dataran Tinggi Kebon Agung Sumenep.
Asta Yusuf merupakan salah satu makam penyebar agama Islam di Pulau Talango, makam tersebut ditemukan oleh Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat ketika betolak menuju Bali pada tahun 1212 hijriah (1791),
Asta Katandur merupakan salah satu makam penyebar agama Islam di Sumenep, Pangeran Katandur yang juga salah satu tokoh yang ahli dalam bidang pertanian dan menurut berbagai sumber, Pangeran Katandur juga merupakan pencipta tradisi kerapan sapi,
Makam Pangeran Panembahan Joharsari yang merupakan salah satu Adipati Sumenep V yang pertama kali memeluk Agama Ifslam di Bluto,
Wisata Alam
Pantai Lombang adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. Pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang,
Pantai Slopeng adalah pantai dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan, termasuk jenis ikan tongkol,
Pantai Ponjug di Pulau Talango,
Pantai Badur di Kecamatan Batu Putih,
Taman Air Kiermata di Kecamatan Saronggi,
Gua Jeruk Asta Tinggi Sumenep,
Gua Kuning di Kecamatan Kangean,
Gua Payudan di Kecamatan Guluk-Guluk,
Wisata Bahari/Laut
Kepulauan Kangean dan sekitarnya merupakan gugusan kepulauan Kabupaten Sumenep yang letaknya berada di wilayah ujung timur Pulau Madura. Mempunyai banyak pantai yang eksotik,
Wisata Taman Laut Mamburit Pulau Arjasa
Wisata Taman Laut Gililabak Pulau Talango
Pantai Pasir Putih dan Terumbu Karang Pulau Saor (Kecamatan Sapeken)
Pantai pasir putih, taman mangrove/ bakau dan wisata taman laut takat Pulau Pajangan (kecamatan nonggunong)
Wisata Konservasi
Ayam bekisar, ayam bekisar adalah ayam khas Sumenep yang banyak dibudidayakan untuk peliharaan di Pulau Kangean.
Kijang, merupakan hewan penghuni hutan di daerah Arjasa. Jenis hewan ini termasuk hewan yang dilindungi.
Cemara Udang, merupakan satu jenis spesies cemara yang hanya ada di Kabupaten Sumenep dan di Pesisir Pantai Negeri China. Pohon cemara ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Batang-Batang dan Kecamatan Dungkek, tak jauh dari lokai wisata Pantai Lombang.
Taman laut takat pajangan
merupakan taman bawah laut pulau pajangan yang terletak di sebelah utara pantai pulau pajangan. terumbu karangnya yang luas dan jenis terumbu karangnya yang sangat banyak hampir menyerupai taman nasional bunaken di manado
Wisata Minat Khusus
Tirta Sumekar Indah merupakan salah satu kompleks pemandian kolam renang yang ada di Sumenep, letaknya berada di kecamatan Batuan, sebelah barat kota Sumenep. Letaknya yang strategis, dikelilingi Perkebunan Pohon Jati dan Jambu Mente serta tak jauh dari wisata kompleks pemakaman Asta Tinggi membuat pemandian ini banyak di kunjungi warga saat akhir pekan dan liburan sekolah,
Water Park Sumekar, merupakan wisata air yang terletak tak jauh di belakang lokasi Wisata kompleks Asta Tinggi, kondisi bangunannya yang terletak dilerang bukit Kasengan sangat menambah suasana alami di kawasan ini,
Alun-Alun Sumenep sekarang menjadi taman Adipura, setiap harinya khususnya pada malam hari dibangian utara Alun-Alun Sumenep ini terdapat pasar malam dengan menyajikan berbagai macam kuliner dan accesories yang bisa dinikmati dengan harga yang murah.
Wisata kesehatan di Pulau Giliyang Kecamatan Dungkek merupakan daerah di kabupaten Sumenep yang mempunyai kandungan O2/oksigen sebesar 21,5% atau 215.000 ppm. Selain terkenal karena kemurnian oksigennya, pulau Giliyang juga memiliki wisata Gua "Celeng" Gua ini terletak di Desa Banraas, sekitar 3 km dari tepi pantai Gili Iyang. Untuk bisa sampai di gua ini, para wisatawan harus berjalan turun melalui bebatuan kecil yang akan dipandu oleh guide. Gua ini ditemukan sekitar tahun 2014 oleh warga sekitar. Sebelum bernama Gua Mahakarya, gua ini bernama Gua Celeng dikarenakan gue ini dihuni dan dijadikan tempat persembunyian oleh babi hutan. Namun seiring berjalannya waktu, celeng (babi hutan) mulai meninggalkan gua ini. Keindahan batu stalaktit dan stalagmit yang ada di gua ini bisa memukau para wisatawan karena bisa melihat dinding gua yang berkelap-kelip terkena cahaya. Gua ini memiliki luas sekitar 800 m2 dan terbagi menjadi tujuh ruangan yang bisa dinikmati. Penerangan di gua ini benar-benar murni dari cahaya matahari, sehingga hal ini menjadi keunikan tersendiri untuk digunakan sebagai spot foto. Dengan beberapa bebatuan stalaktit dan stalagmit yang masih aktif serta menghasilkan bebatuan baru, di dalam gua juga terdapat bebatuan bersinar karena pada gua ini mengandung butiran-butiran kecil yang jika terkena cahaya maka akan memancarkan kilau yang indah. Wisata berikutnya yang berada di pulau Giliyang adalah wisata Batu Canggah Batu Canggah terletak di Dusun Baniteng Desa Bancamara. Perjalanan untuk mencapai Batu Canggah sendiri tidaklah mudah, para wisatawan harus berjalan kaki terlebih dahulu sekitar 30 menit dari tempat odong-odong biasanya diparkir. Melewati hijaunya sawah milik penduduk, pemandangan akan terasa nikmat. Selama perjalanan menuju lokasi, wisatawan tidak akan pernah bosan untuk melihat keadaan alam masyarakat sekitar yang benar-benar masih terjaga kealamiannya. Saat tiba di gapura bertuliskan Batu Canggah, pengunjung masih harus menuruni anak tangga yang cukup ekstrem, jika lalai sedikit saja maka tidak dapat dipungkiri bisa terjatuh ke bawah dan disambut dengan batu-batuan karang. Setelah menapaki anak tangga terakhir, maka akan terlihat lekukan karang berukuran besar yang akan memanjakan mata, yang berdiri kokoh, tegak, nan eksotis. Di sepanjang jalan sudah tersedia pagar bambu untuk memudahkan para wisatawan berjalan untuk mengantisipasi terpeleset atau bahkan terjatuh. Saat di Batu Canggah, wisatawan tidak hanya dimanjakan dengan pesona batuan karang yang eksotis ini, namun juga akan disambut dengan hamparan laut luas yang siap membuat mata takjub.
Kota tua Kalianget merupakan wisata kota tua bekas peninggalan masa kolonial Belanda, hingga saat ini masih bisa dinikmati berupa bekas pabrik, bekas bioskop, bekas kolam renang dan bekas gereja tua.
Nambakor merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Saronggi, desa ini merupakan penghasil garam dan penghasil ikan budidaya tambak.
Hotel
Sebagai daerah destinasi utama wisata Pulau Madura, di Sumenep, hotel-hotel mulai dibangun. menurut data PHRI Jawa Timur Hotel di Sumenep berjumlah 13 unit. Secara keseluruhan lokasinya berpusat di Kota Sumenep dan Kalianget.
Berikut Daftar Hotel di Sumenep
Hotel Wijaya I
Hotel Wijaya II
Safari Jaya Hotel
Garuda Hotel
Sumekar Hotel
Hotel Utami Sumekar
Hotel Suramadu
Mitraland Hotel
Hotel Family Nur
C-1 Hotel
Apel Hotel
Dreamland Hotel
Musdalifah Hotel and Resort
Media
Televisi
Kebudayaan
Seni Tari
Tari Moang Sangkal
Tari Codi' Somekkar
Tari Gambu
Seni Musik
Musik Saronen
Musik Tong-tong
Seni Kriya
Batik Tulis Sumenep, sentra batik tulis di Sumenep terdapat di desa Pakandangan Barat Kecamatan Bluto,
Keris, sentra pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan desa desa Palongan Kecamatan Bluto,
Sentra Ukiran Sumenep Madura terdapat di desa Karduluk,
Sentra pembuatan Perahu Madura terdapat di desa Slopeng dan Pulau Sapudi,
Sentra Pembuatan Topeng Madura
Budaya
Mamaca
Mamapar gigi
Kalenengan Karaton
Tandha'
Tan-pangantanan
Ojhung
Topeng dhalang
Lodrok
Sape Sono'
Karapan Sapi
Upacara Adat Nyadar
Upacara Adat Penganten Ngekak Sangger
Kuliner Khas
Rujak Cingur Sumenep
Rujak Selingkuh
Kaldu Kokot
Kalsot (kaldu soto)
Lontong Campor
Apen Parsanga
Soto Madura
Sate Madura
Man reman
Macho
Pattola
Mento
Nasi Romi
Nasi Jagung Kuah Maronggi (daun kelor)
Kripik Singkong
Jubada
Rengginang Lorjuk
Pokak Saripah
Event Wisata
Semalam di Karaton
Prosesi Pelantikan Arya Wiraraja
Karapan Sapi
Tellasan Topak
Maskot
Fauna Identitas Kabupaten Sumenep adalah Ayam bekisar yang berasal dari Pulau Kangean. Fauna ini tak hanya menjadi identitas daerah Sumenep namun juga menjadi identitas Provinsi Jawa Timur. Selain mempunyai fauna khas, Sumenep juga mempunyai flora khas yaitu Pohon Cemara Udang yang tumbuh subur di lokasi wisata Pantai Lombang. Saat ini pohon cemara udang termasuk salah satu flora yang dilindungi oleh UU dan Perda Kab. Sumenep
Musisi dan Hiburan
Dalam dunia Hiburan dan musisi tanah air ternyata tak sedikit juga kalangan artis dari Sumenep, Madura. di antaranya ada Pelawak kocak, presenter sekaligus aktor Ferrasta Soebardi atau lebih dikenal dengan nama Pepeng . disamping itu ada juga artis cilik yaitu Randy Martin salah satu tokoh pemeran si Pitung di sinetron Pitung The Master dan Sayef Muhammad Billah yang memerankan tokoh Arif dalam film layar lebar Semesta Mendukung. selain aktor-aktor tersebut juga ada musisi dangdut, Imam S Arifin dan Yus Yunus.
Tokoh Terkenal
Arya Wiraraja, Otak pendiri kerajaan Majapahit.
Halim Perdanakusuma, Pahlawan Nasional Indonesia.
Muhammad Saleh Werdisastro, Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Daerah Yogyakarta yang pertama dan Wali kota Surakarta tahun 1951-1958.
M.A. Rachman, Mantan Jaksa Agung RI Kabinet Gotong Royong.
Prof. Abdul Hadi WM, Guru Besar Filsafat Univ. Paramadina, Budayawan.
Prof. Mien Achmad Rifai, M.Sc.,Ph.D., Ahli Botani Indonesia.
D. Zawawi Imron, Sastrawan/Penyair Nasional.
DR. A. Latif Wiyata, Dosen Fisip UNEJ dan kepala lembaga Pusat Kajian Madura UNEJ.
Edhi Setiawan, SH, Budayawan Madura.
MH Said Abdullah, Ketua Banggar DPR RI 2019 - 2024
Achsanul Qasasi, Presiden Madura United FC
Imam S Arifin, Penyanyi Dangdut
[Nyai Hj Dewi Khalifah]], Wabup Sumenep/Ketua PC Muslimat NU
Olahraga
Olahraga ungulan yang sedang diminati oleh masyarakat Sumenep saat ini adalah cabang olahraga bola volly. Saat ini di Sumenep tercatat ada 442 klub, terdiri dari 328 klub putera dan 114 klub puteri, sehingga pada tahun 2005 lalu masuk dalam catatan MURI sebagai klub bola voli terbanyak se-Indonesia. Selain olahraga bola voli, olahraga tradisional balbudih juga sering dimainkan oleh pemuda-pemuda di lapangan kecamatan. Olahraga tradisional ini hampir berkembang diseluruh masyarakat pedesaan di Sumenep. Olahraga ini dimainkan secara beregu. Selain dua olahraga di atas, olahraga futsal, sepak bola, bulu tangkis, tenis, bela diri juga diminati oleh masyarakat Sumenep. Klub sepak bola dari kabupaten ini adalah Perssu Sumenep FC.
Referensi
Daftar pustaka
Huub de Jonge.1989.Madura dalam empat zaman: pedagang, perkembangan ekonomi, dan Islam: suatu studi antropologi ekonomi. PT Gramedia.
Werdisastra (raden.).1996.Babad Sumenep.Universitas Michigan: Garoeda Buana Indah.
Hélène Bouvier. 2002. Lèbur: seni musik dan pertunjukan dalam masyarakat Madura. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 979-461-420-3, 9789794614204
Zulkarnaen, Iskandar. 2003. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisata dan kebudayaan kabupaten Sumenep.
Abdurrahchman, Drs.1971.Sejarah Madura Selajang Pandang. Sumenep.
Justine Vaisutis. 2007.Indonesia. Lonely Planet. ISBN 1-74104-435-9
Soebrata Sastro, Raden.1920.Perjalanan dari Soengenep ka Batawi. Balai Pustaka.
Sejarah Perjuangan Rakyat Sumenep 1945-1950
Pranala luar
Sumenep
Sumenep |
4148 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Tulungagung | Kabupaten Tulungagung | Tulungagung () adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Tulungagung. Tulungagung terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer terbesar di Indonesia.
Etimologi
Ada dua versi cerita dalam penamaan nama Kabupaten Tulungagung.
Versi pertama adalah nama "Tulungagung" dipercaya berasal dari kata "Pitulungan Agung" (Tulang Gunung). Nama ini berasal dari peristiwa saat seorang pemuda dari Gunung Wilis bernama Joko Baru mengeringkan sumber air di Ngrowo (Kabupaten Tulungagung tempo dulu) dengan menyumbat semua sumber air tersebut dengan lidi dari sebuah pohon enau atau aren. Joko Baru dikisahkan sebagai seorang pemuda yang dikutuk menjadi ular oleh ayahnya, orang sekitar kerap menyebutnya dengan Baru Klinthing. Ayahnya mengatakan bahwa untuk kembali menjadi manusia sejati, Joko Baru harus mampu melingkarkan tubuhnya di Gunung Wilis. Namun, malang menimpanya karena tubuhnya hanya kurang sejengkal untuk dapat benar-benar melingkar sempurna. Alhasil Joko Baru menjulurkan lidahnya. Disaat yang bersamaan, ayah Joko Baru memotong lidahnya. Secara ajaib, lidah tersebut berubah menjadi tombak sakti yang hingga saat ini dipercaya sebagai "gaman" atau "senjata sakti". Tombak ini masih disimpan dan dirawat hingga saat ini oleh masyarakat sekitar.
Sedangkan, versi kedua nama Tulungagung berasal dua kata, tulung dan agung, tulung artinya sumber yang besar, sedangkan agung artinya besar. Dalam pengartian berbahasa Jawa tersebut, Tulungagung adalah daerah yang memiliki sumber air yang besar. Sebelum dibangunnya Terowongan Neyama di Tulungagung bagian selatan oleh tentara Jepang, di Tulungagung sangat mudah ditemui rawa. Pada masa lalu, karena terlalu banyaknya sumber air di sana, banyak kawasan yang tergenang air, baik di musim kemarau maupun musim hujan.
Dugaan yang paling kuat mengenai etimologi nama kabupaten ini adalah versi kedua, penamaan nama ini dimulai ketika ibu kota Tulungagung mulai pindah ke tempat sekarang ini. Sebelumnya ibu kota Tulungagung bertempat di daerah Kalangbret dan diberi nama Kadipaten Ngrowo (Ngrowo juga berarti sumber air). Perpindahan ini terjadi sekitar tahun 1901 Masehi.
Geografi
Batas Wilayah
Batas-batas wilayah Kabupaten Tulungagung secara administratif adalah sebagai berikut:
Sebelah utara: Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk
Sebelah Selatan: Samudra Hindia
Sebelah Timur: Kabupaten Blitar
Sebelah Barat: Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Ponorogo
Topografi
Secara topografi, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis-Liman. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Kabupaten Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian: utara dan selatan. Kali ini sering disebut dengan Kali Parit Raya dari rangkaian Kali Parit Agung.
Iklim
Wilayah Kabupaten Tulungagung menurut klasifikasi iklim Koppen beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Tulungagung berlangsung pada periode November hingga April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 270 mm per bulan. Sedangkan, musim kemarau berlangsung pada periode Mei hingga Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang curah hujan bulanannya kurang dari 20 mm per bulan. Suhu udara di wilayah Tulungagung bervariasi antara 21°–32 °C. Curah hujan tahunan di wilayah Tulungagung berkisar pada angka 1.400–1.800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–120 hari hujan per tahun.
Sejarah
Pada 1205 Masehi, masyarakat Thani Lawadan di selatan Tulungagung, mendapatkan penghargaan dari Raja Daha terakhir, Kertajaya, atas kesetiaan mereka kepada Raja ketika terjadi serangan musuh dari timur Daha. Penghargaan tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M. Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.
Di Desa Boyolangu, terdapat Candi Gayatri. Candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang memerintah Kerajaan Majapahit pada masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan dia.
Berikut ini adalah kutipan Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:
Pemerintahan
Kabupaten Tulungagung beribu kota di Kecamatan Tulungagung, yang terletak tepat di tengah Kabupaten Tulungagung. Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan.
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Penduduk
Pada akhir 2006 jumlah penduduk di Kabupaten Tulungagung tercatat sebanyak 1.002.807 jiwa yang terbagi atas laki-laki
498.533 (49,71%) jiwa dan perempuan 504.274 (50,29%). Kepadatan penduduk terkonsentrasi pada 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Kedungwaru, dan Kecamatan Boyolangu.
Pendidikan
Tulungagung mempunyai sarana pendidikan dari TK sampai Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta.
Beberapa di antara Perguruan tinggi yang ada Di Tulungagung:
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah ( UIN SATU TULUNGAGUNG ) Semenjak tahun 2021, Institut Agama Islam Negeri (IAIN Tulungagung), dulu Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN TULUNGAGUNG)
Universitas Tulungagung (UNITA)
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP PGRI) Tahun 2020 Berubah Nama Menjadi UBHI (Universitas Bhineka PGRI Tulungagung)
Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung
Sekolah Tinggi Agama Islam DIPONEGORO (STAI DIPONEGORO)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KARYA PUTRA BANGSA (STIKES KARTRASA)
Beberapa di antara Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) di Tulungagung:
SMP/MTs
SMP Negeri 1 Tulungagung
MTs Muhammadiyah Bandung
SMP Negeri 2 Tulungagung
SMP Negeri 3 Tulungagung
SMP Negeri 4 Tulungagung
SMP Negeri 5 Tulungagung
SMP Negeri 6 Tulungagung
SMP Negeri 1 Boyolangu
SMP negeri 1 Campurdarat
SMP Negeri 2 Campurdarat
SMP Negeri 1 Sumbergempol
SMP Negeri 2 Sumbergempol
SMP Negeri 1 Kedungwaru
SMP Negeri 2 Kedungwaru
SMP Negeri 3 Kedungwaru
SMP Negeri 1 Gondang
SMP Negeri 2 Gondang
SMP Negeri 1 Ngantru
SMP Negeri 2 Ngantru
SMP Negeri 1 Bandung
SMP Negeri 2 Bandung
SMP Negeri 3 Bandung
SMP Negeri 1 Ngunut
SMP Negeri 2 Ngunut
SMP Negeri 3 Ngunut
SMP Negeri 1 Rejotangan
SMP Negeri 2 Rejotangan
SMP Negeri 1 Besuki
SMP Negeri 2 Besuki
SMP Negeri 1 Sendang
SMP Negeri 2 Sendang
SMP Negeri 1 Pagerwojo
SMP Negeri 2 Pagerwojo
SMP Negeri 3 Pagerwojo
SMP Negeri 4 Pagerwojo
SMP Negeri 1 Pucanglaban
SMP Negeri 2 Pucanglaban
SMP Negeri 1 Karangrejo
SMP Negeri 1 Kalidawir
SMP Negeri 2 Kalidawir
SMP Negeri 3 Kalidawir
SMP Negeri 1 Kauman
SMP Negeri 2 kauman
SMP Negeri 1 Pakel
SMP Negeri 2 Pakel
SMP Budi Utomo Sumbergempol
SMP Tamansiswa Tulungagung
SMP Islam Sunan Gunung Jati Ngunut
SMP Islam Al Khoiriyah Wates Sumbergempol
MTsN Al–Huda Bandung
Mtsn Al ma'arif
MTsN Tulungagung
MTsN Tunggangri Kalidawir
MTs Aswaja Kalidawir
MTsN Ngantru
MTsN Bandung
MTsN Pulosari
MTsN Pucanglaban
MTsN Karangrejo
MTsN Aryojeding
MTs Al–Islam Tulungagung
MTs Sunan Kalijaga Boyolangu
MTs Darul Falah-Bendil Jati Kulon-Sumbergempol
MTs PSM Tanen
MTs PSM Mirigambar-Sumbergempol
MTs Abdul Qadir Jati-Pandansari-Ngunut
SMP Islam Al–Azhar
SMP Sunan Ampel Bolu Karangrejo
SMP Islam Al–Fattahiyyah Boyolangu
SMP Negeri 1 Tanggungunung
SMP Katolik Santa Maria
SMP Jawaahirul Hikmah (SMP JH)
SMA/SMK/MA
SMA Negeri 1 Boyolangu
SMA Negeri 1 Campurdarat
SMA Negeri 1 Gondang
SMA Negeri 1 Kauman
SMA Negeri 1 Karangrejo
SMA Negeri 1 Kedungwaru
SMA Negeri 1 Kalidawir
SMA Negeri 1 Ngunut
SMA Negeri 1 Pakel
SMA Negeri 1 Rejotangan (SMARETA)
SMA Negeri 1 Tulungagung
MAN 1 Tulungagung
MAN 2 Tulungagung
MAN 3 Tulungagung
SMA 45 Bandung Tulungagung
MA Al Ma'arif Tulungagung
MA UNGGULAN BANDUNG TULUNGAGUNG
SMA Islam Sunun Gunung JAti
SMA Katolik Santo Thomas Aquino
SMA Jawaahrulhikmah
SMK Negeri 1 Boyolangu
SMK Negeri 2 Boyolangu
SMK Negeri 3 Boyolangu
SMK Negeri 1 Bandung
SMK Negeri 1 Tulungagung
SMK Negeri 2 Tulungagung
SMK Negeri 1 Pagerwojo
SMK PGRI 1 Tulungagung
SMK PGRI 2 Tulungagung
SMK PGRI 3 Tulungagung
SMK PGRI 4 Tulungagung
SMK Muhammadiyah 1 Tulungagung
SMK Muhammadiyah 2 Tulungagung
SMK Muhammadiyah 3 Tulungagung
SMK BHAKTI Suruhanlor Bandung Tulungagung
SMA Sunan Ampel Bolu Karangrejo
SMK SORE Tulungagung
SMK Veteran 1 Tulungagung
MA Muhammadiyah 1 Bandung
SMKN 1 REJOTANGAN
SMA Islam Al Azhaar
Olahraga
Tulungagung mempunyai beberapa Sarana Olahraga yang tersebar di sejumlah tempat, baik Indoor maupun Outdoor antara lain:
Fasilitas Olahraga
Stadion Rejoagung
Stadion Beta
Stadion Bandung
Stadion Pema
Stadion Wira Mandala
GOR Sembung
GOR Lembu Peteng
GOR Seragam jaya
GOR Putra Lawadhan
GOR Menara Eva
GOR Mandala Krida
GOR Campurdarat
Lapangan Tenis Pendopo Tulungagung
Lapangan Tenis Ngunut
Industri
Tulungagung terkenal sebagai salah satu penghasil marmer terbesar di Indonesia, yang bersumber di bagian selatan Tulungagung. Tulungagung juga termasuk salah satu pusat industri marmer di Indonesia, dan terpusat di selatan Tulungagung, terutama di Kecamatan Campurdarat, yang di dalamnya banyak terdapat perajin marmer,sayangnya saat ini marmer kualitas terbaik sudah habis. Aset marmer dari Tulungagung telah menembus pasar internasional. Di daerah yang sama, juga terdapat industri onyx yang mempunyai kualitas mirip marmer.
Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan berkembang berbagai industri kecil dan menengah antara lain memproduksi alat-alat/perkakas rumah tangga, batik, dan konfeksi termasuk bordir. Beberapa batik yang terkenal di Tulungagung diantaranya Batik Tulungagung (sangat minim), Batik Satriomanah, dan sebagainya. Di Kecamatan Ngunut terdapat industri peralatan Tentara seperti tas ransel, sabuk, seragam,tenda dan makanan ringan seperti kacang atom. Di Kecamatan Ngunut juga terdapat industri batu bata dan genteng yang berkualitas. Di kelurahan sembung juga di kenal sebagai pusat industri kerupuk rambak. Sedangkan di bagian pegunungan utara, yakni Kecamatan Sendang terdapat perusahaan air susu sapi perah dan teh. Industri perikanan, dan gula merah juga Tulungagung juga tidak kalah, ini telah dikenal secara nasional. salah satunya Pabrik Gula Modjopanggung di Kecamatan Kauman.
Pariwisata
Wisata Alam
Industri pariwisata di Tulungagung cukup berkembang dengan objek wisata andalan Pantai Popoh yang terletak di Kecamatan Besuki.
Di kecamatan Bandung, tepatnnya di desa Sukoharjo terdapat beberapa wisata alam yang menawan, di antaranya "Sumber Ece", yang terletak di dusun Nglempung, desa Sukoharjo, kecamatan Bandung, kabupaten Tulungagung.
Ada lagi di Dusun Nguri, yaitu wisata alam "Goa Sepeda" dan "Banyu Ilang".
Wisata pantai
Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi selain Pantai Popoh, di antaranya Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, Pantai Sanggar, Pantai Gemah, Pantai Ngalur, Pantai Coro, Pantai Lumbung, Pantai Dlodo, Pantai Pathok Gebang dan Pantai Kedung Tumpang.
Wisata Air Terjun
Selain objek wisata pantai, Tulungagung juga memiliki objek wisata alam lain, di antaranya Air Terjun Lawean di Kecamatan Sendang, Coban Alam di Kecamatan Campurdarat, Gua Selomangleng di Kecamatan Boyolangu, serta Gua Pasir di Kecamatan Sumbergempol. Disisi timur, yakni Kecamatan Rejotangan juga terdapat Wana Wisata Alam Kandung yang terkenal dengan Grojogan Sewu dan bangunan cerobong peninggalan zaman Belanda di Bukit Cemenung. Di utara Tulungagung, objek wisata alam yang terkenal adalah Pesanggarahan Argo Wilis, Perkebunan Teh Penampean, serta Bendungan Wonorejo.
Wisata Candi
Selain itu Tulungagung juga mempunyai Beberapa Bangunan Candi yang tersebar di beberapa tempat, yaitu Candi Dadi yang terletak di Puncak bukit di Desa Sanggrahan Kecamatan Boyolangu, Candi Cungkup (Candi Sanggrahan) yang terletak di Desa Sanggrahan Kecamatan Boyolangu, Candi Gayatri (Boyolangu) yang terletak di Kecamatan Boyolangu, Candi Mirigambar terletak di Kecamatan sumbergempol, Candi Bodho terletak di Kecamatan Kalidawir, Candi Penampihan berada di Lereng Gunung Wilis Kecamatan Sendang. Di selatan Tulungagung tepatnya di Kecamatan Campurdarat sebuah Telaga yang bernama Telaga Buret, telaga ini tak pernah kering walaupun letaknya di Perbukitan kapur selatan yang terkenal kering dan panas saat musim kemarau datang. Arca Joko Budhek, adalah sebentuk batu yang ukurannya besar yang bentuknya seperti seorang pria yang bertapa,arca ini berada di puncakbukit, dan bisa dilihat dari jalan raya karena ukurannya yang besar.
Wisata Budaya
Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya:
Wayang Kulit Purwo/Ringgit Purwo
Jaranan senterewe
Reog Kendang
Tiban
Jedor
Kentrung
Manten kucing
Langen Beksan
Tayub Tulungagung
Sendra Tari Setyo Budaya
Reog Ponorogo Cahaya Budaya
Kesenian jaranan dan reog kendang serta wayang kulit bahkan mendapat dukungan yang luas dari mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.dan disukai masyarakat sekitar bahkan sering ditanggap
Wisata Kuliner
Tulungagung memiliki jajanan khas, yaitu:
Sate dan Gule Kambing, Sate Tulungagung mirip dengan sate lainnya dan tampak sederhana, terdiri dari daging kambing yang ditusuk dalam sujen (tusuk sate) bambu, disajikan dengan bumbu kecap yang diberi merica dan petis, serta ditaburi dengan irisan bawang merah, di beberapa warung ditambah irisan daun jeruk, berbeda dengan tampilan Sate di kabupaten Trenggalek (Sate Bendo) yang dalam penyajiannya ditaburi kecambah sama seperti daerah Nganjuk, tidak seperti sate Madura dan sate Ponorogo dan Kediri, yang bumbu-nya mengandung kacang, Sehingga rasanya memang khas Tulungagung-an, pada dasarnya perbedaan rasa ini dikarenakan proses bakarnya dicelupkan dalam kuah gule dan pemakaian kecap manis tradisional merk kuda khas tulungagung-an.
Nasi Lodho Tulungagung, sebenarnya kuliner ini mirip dengan kare ayam, hanya saja ayamnya dipanggang/diasap terlebih dulu dan disajikan bersama nasi/tiwul (tiwul adalah nasi yang terbuat dari gaplek/singkong) dengan pelengkap gudhangan (kudapan) sayur-sayuran, namun dalam perkembangannya lebih banyak yang disajikan (warung kaki lima) serupa dengan kare ayam. Lodho Tulungagung dibedakan dalam 2 genre,yaitu Lodho kuah kental dan encer, kekentalannya berasal dari konsentrasi santan, biasanya rasanya pedas,ayamnya ayam kampung.
Sredek, Makanan yang terbuat dari gethuk singkong, kemudian digoreng. Biasa dimakan dengan tempe goreng dan cabe mentah (sebagai lalap), adalah makanan khas Tulungagung selatan.
Kemplang, makanan yang terbuat dari ketela yang diparut dikasih bumbu-bumbu dibentuk pipih diatasnya dikasih kacang lotho lalu di goreng itu juga makanan khas tulungagung
Emping Melinjo, makanan ini terbuat dari biji belinjo yang dipipihkan dan kemudian dijemur seperti kerupuk.
Kerupuk Gadung, kuliner yang untuk saat ini pembuatannya hanya dikuasai oleh sedikit orang (umumnya orang tua) karena pengolahannya harus diperam dulu menggunakan abu untuk menghilangkan kandungan getah gadung agar tidak menyebabkan efek mabuk/pusing ketika dimakan.
Soto Ayam Kampung Tulungagung warung soto dengan aroma rempah yang kuat dan kemiri sebagai penguat rasa banyak ditemui disekitaran Kecamatan Kauman dan Kecamatan Gondang
Nasi pecel Tulungagung, nasi pecel dengan karakter sambal pecel seperti di daerah Kabupaten Blitar, yang membedakan dengan pecel dari daerah lain seperti Madiun/Ponorogo adalah karakter sambal kacang yang pedas manis (karena penambahan gula jawa/gula aren) serta aroma daun jeruk yang kuat.
Sompil, Lontong diiris kemudian disiram dengan sayur lodeh (umumnya lodeh kacang) dan diatasnya ditambahi dengan bubuk kedelai yang gurih-manis.
Lopis, makanan seperti lontong biasanya dicampur cenil, kicak atau gethuk dikasih larutan gula merah
Cenil Yang dibuat dari singkong yang diolah melalui proses ditumbuk/digiling yang biasanya juga dibuat bersama Kicak, disajikan dengan parutan kelapa muda dan disiram dengan gula jawa/gula aren cair.
Kerupuk Rambak Tulungagung, kerupuk yang terbuat dari kulit sapi/kerbau serupa kerupuk jangek di Padang-Sumatra Barat namun dengan karakter yang lebih renyah, sentra industri kerupuk ini ada di seputaran Botoran Panggungrejo kota, Sembung.
Gethuk, singkong rebus yang dihaluskan dengan cara ditumbuk bersama gula jawa/ gula aren dan disajikan dengan taburan parutan kelapa diatasnya.
Srondeng, parutan kelapa yang digoreng dengan dibumbui sedemikian rupa sampai berwarna merah kecoklatan, kadang-kadang buat campuran dendeng sapi
Jenang Syabun, jenang yang diolah dari beras ketan menjadi serupa dodol dengan penggabungan karakter rasa manis dari dua macam gula, gula jawa dan gula pasir,jenang ini mempunyai tektur lembut namun kenyal dan tidak lengket,originalnya jenang initidakmenggunakan pengawet,sehingga jarang dipajang ditoko,jika berminat disarankan datang ke pabriknya di desa Botoran.
Jenang Grendol, makanan terbuat dari tepung kanji, biasanya disajikan bersama dengan Jenang Baning yang terbuat dari tepung beras serta Jenang Ketan dari bubur ketan hitam. Secara terpisah Jenang Grendol disajikan dengan kuah santan karena karakter jenang itu sendiri yang sudah manis namun apabila dicampur akan diberikan kuah gula jawa/gula aren yang umum disebut Juruh.
Geti, adalah nuget terbuat dari wijen kadang-kadang dicampur kacang yang dimasak dengan gula sehingga memunculkan sensasi rasa yang manis-gurih.
Kopi Cethe, ampas kopi yang dijadikan bahan pengoles rokok agar memiliki aroma yang lebih sedap.
Punten Pecel, Punten serupa dengan Jadah cuma bedanya kalau Jadah terbuat dari bahan ketan sementara Punten dari bahan beras yang ditanak dengan santan gurih dan kemudian dijelu atau ditumbuk pelan dan umumnya ditambah parutan kelapa muda sehingga tercipta adonan kenyal dan gurih yang biasanya disajikan dengan pecel.
Brondong Ketan, di Tulungagung umumnya disebut Bipang, dengan mengolah berondong dari beras ketan yang diolah dengan gula.
Capar Tape, atau disebut tape pecel yang terbuat dari tape singkong (umumnya putih) dan disiram sayur pecel bahkan biasanya juga ditambahkan mentimun rebus.
Glondhong Juruh,asli Sambitan, terbuat dari kukusan ketela pohon disiram juruh kental atau dibuat dengan memasukkan singkong kedalam ke jadi/wajan besar tempat orang memasak gula jawa/gula tebu sehingga menjadi manis, kadang-kadang disebut juga Cimplung yang mungkin karena dibuat dengan nyemplung/memasukan singkong ke wadah pengolahan gula.
Sego Bantingan, nasi bungkus yang dijual secara murah meriah, pelengkapnya sederhana (lauk standar dan sambal/keringan) dan apabila ingin menambahkan sayur atau lauk ada disiapkan secara terpisah.
Gembrot, kuliner khas yang terbuat dari beberapa jenis dedaunan yang dicampur dengan parutan kelapa yang telah dibumbui sedemikian rupa kemudian dibungkus dengan daun kelapa dan dikukus, kadang-kadang didalamnya juga ditambahkan sejenis ikan sungai atau udang.
Gathot, makanan yang terbuat dari singkong yang direndam air garam kemudian dijemur hingga kering menjadi Gaplek, gaplek yang dicacah/diiris tipis apabila ditanak menjadi Gathot dan disajikan dengan parutan kelapa muda, sementara itu Gaplek yang ditumbuk menjadi Tiwul dan ditanak sebagai pengganti nasi
Klethek, klethek merupakan makanan yang terbuat dari singkong yang dalam pengolahannya dicampur dengan bumbu-bumbu lainnya, seperti terasi dan kedelai. Klethek mirip dengan keripik singkong hanya saja dalam pemasakannya klethek digoreng sedikit lebih lama.
Kesehatan
Rumah Sakit Pemerintah: 1
Rumah Sakit POLRI: 1
Rumah Sakit swasta:
RSU Era Medika
RSU Madinah
RSU Satiti
RSU Muhammadiyah
RSUI Orpeha
RSU Putra Waspada
RSIA Fausiyah
RSIA Amanda
RSIA Cita Sehat
KLINIK Nita Jaya Husada
Transportasi
Transportasi di Kabupaten Tulungagung cukup banyak pilihan mulai dari Bus dan Kereta Api dan agen agen travel lokal di Tulungagung sehingga warga Kota Tulungagung mudah untuk melakukan perjalanan keluar kota.Berikut Transportasi yang ada di Tulungagung:
Terminal Gayatri
Pelita Indah AC Tarif Biasa via Tol Panjang & Via Arteri: Trenggalek–Kertosono–Surabaya
Pelita Indah PATAS via Arteri: Trenggalek–Kertosono–Surabaya
Harapan Jaya AC Tarif Biasa: Tulungagung–Kertosono / Pare–Surabaya
Harapan Jaya AC Tarif Biasa via Tol Panjang: Tulungagung–Kertosono–Surabaya
Harapan Jaya PATAS via Arteri: Tulungagung–Kertosono–Mojokerto–Surabaya
Harapan Jaya PATAS via TOL: Tulungagung–Kediri–Surabaya
Harapan Jaya Bus Malam: Tulungagung–Ngawi–Semarang–Jakarta–Lampung–Palembang
Harapan Jaya Bus Malam: Tulungagung–Ngawi–Bandung
Harapan Jaya Bus Malam Patas: Tulungagung–Ngawi–Yogyakarta–Magelang
Damri Perintis: Tulungagung–Pagerwojo–Bendungan–Sooko–Pulung–Ponorogo
Gunung Harta: Tulungagung–Denpasar
Gunung Harta: Tulungagung–Jakarta
Restu Mulya: Tulungagung–Denpasar
Antar Lintas Sumatra: Tulungagung–Medan
Bagong AC Tarif Biasa: Trenggalek–Tulungagung–Blitar–Malang
Bagong AC Tarif Biasa via Tol Panjang & via arteri: Tulungagung–Kediri–Surabaya
Bagong PATAS via Tol : Tulungagung–Kediri–Surabaya
Bagong PATAS : Tulungagung–Blitar–Kesamben–Penarukan–Kendalpayak–Hamid Rusdi–Malang (Arjosari)
Setiawan: Trenggalek–Tulungagung–Denpasar
MTrans: Ponorogo–Trenggalek–Tulungagung–Blitar–Malang–Denpasar
Harapan Baru: Trenggalek–Banyuwangi
Arimbi: Tulungagung–Tangerang (Tidak beroperasi)
Rosalia Indah: Tulungagung–Jakarta
Rosalia Indah: Tulungagung–Lampung
Stasiun Tulungagung
Kelas Eksekutif & Luxury
Gajayana: Malang-Tulungagung-Yogyakarta–Jakarta Gambir
Kelas Eksekutif
Brawijaya: Malang–Tulungagung-Semarang Tawang-Jakarta Gambir
Kelas Eksekutif, Bisnis & Ekonomi 80 tempat duduk
Malabar: Malang–Tulungagung-Yogyakarta-Bandung
Kelas Eksekutif & Ekonomi
Kertanegara: Malang–Tulungagung-Yogyakarta-Purwokerto (Menggunakan ekonomi new image 80 tempat duduk)
Singasari: Blitar–Tulungagung-Yogyakarta Lempuyangan-Jakarta Pasar Senen (Menggunakan ekonomi modifikasi 80 tempat duduk)
Brantas: Blitar–Tulungagung-Semarang Tawang-Jakarta Pasar Senen
Kelas Bisnis & Ekonomi
Brantas Tambahan: Blitar–Tulungagung-Semarang Tawang-Jakarta Pasar Senen (Beroperasi pada hari tertentu)
Kelas Ekonomi Premium
Malioboro Ekspres: Malang–Tulungagung-Yogyakarta-Purwokerto (Mulai 1 Juni 2023,beroperasi Fakultatif)
Kelas Ekonomi 80 tempat duduk
Majapahit: Malang–Tulungagung-Semarang Tawang-Jakarta Pasar Senen
Kelas Ekonomi 106 tempat duduk
Matarmaja: Malang–Tulungagung-Semarang Tawang-Jakarta Pasar Senen
Kahuripan: Blitar–Tulungagung-Yogyakarta Lempuyangan-Bandung Kiaracondong
Kelas Ekonomi Lokal
Rapih Dhoho: Blitar–Surabaya Kota
Dhoho Penataran: Surabaya Kota–Tulungagung–Malang–Surabaya Kota
Selain rel aktif Tulungagung juga rel nonaktif ke Tugu Trenggalek
Tokoh Terkenal
Berikut ini sebagian tokoh terkenal asal Tulungagung:
Wahono, mantan Ketua MPR-RI (1992-1997)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn.) Dra. Rumiyah Kartoredjo, S.Pd. (Kepala Kepolisian Daerah Banten 2008-2010)
Komisaris Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Putut Eko Bayu Seno, S.H. (Inspektur Pengawasan Umum POLRI 2017-2019)
Inspektur Jenderal Polisi, Drs. Istiono, M.H., KAKORLANTAS POLRI
Ali Masykur Musa, politikus
Sri Somantri, pakar hukum tata negara Universitas Padjadjaran
Yogi Sugito, rektor Universitas Brawijaya (2006–2010)
Inspektur Jenderal Polisi Drs. Mudji Waluyo, SH, MM. (Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan 2012-sekarang)
Inten Suweno, Mantan Menteri Peranan Wanita (UPW)
Triyogi Yuwono, Guru besar, Rektor (2011-2015) ITS-Surabaya
Pangeran Adipati Soejono, politikus Belanda
Yongki Ariwibowo, Pesepak bola timnas Indonesia AFF cup 2010
Prof.Dr.H.Suparno, Rektor Universitas Negeri Malang 2007-2014
Ardian Syaf, Komikus DC Comics (2012-sekarang), Marvel Comics (2009), dan Dynamite (2007)
Arsyad Yusgiantoro, Pesepak bola Persegres Gresik United, Danone Cup
Referensi
Pranala luar
Tulungagung
Tulungagung |
4154 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Badung | Kabupaten Badung | Badung () adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia. Daerah ini yang juga meliputi Kuta dan Nusa Dua adalah sebuah objek wisata yang terkenal. Ibu kotanya adalah Kota Mangupura, dahulu berada di Denpasar. Pada tahun 1999 terjadi kerusuhan besar di mana Kantor Bupati Badung di kawasan Lumintang, Dauh Puri Kaja, Denpasar dibakar sampai rata dengan tanah. Kini bekas ibukota Kabupaten Badung telah menjadi Gedung Sewaka Dharma, Kantor Camat Denpasar Utara, Lapangan Lumintang, serta Taman Kota Denpasar.
Kabupaten Badung saat ini dipimpin oleh seorang Bupati yang saat ini dijabat oleh I Nyoman Giri Prasta, dan sebagai Wakil Bupati yaitu I Ketut Suiasa. Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang meliputi kantor bupati, kantor DPRD, kantor dinas, gedung kesenian dan perpustakaan kini berlokasi di Pusat Pemerintahan (Puspem) Mangupraja Mandala Kabupaten Badung, di Mangupura.
Sejarah
Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan pada akhir abad ke-18. Dengan memiliki keris dan cemeti pusaka, Ia dapat menundukkan Kerajaan Mengwi dan Jembrana hingga tahun 1810, sampai ia akhirnya diganti oleh 2 orang raja berikutnya. Kematiannya seolah sudah diatur oleh penerusnya, barangkali saudaranya, Raja Kesiman, yang kemudian memerintah dan mencapai puncaknya tahun 1829-1863. Kerajaan ini dipengaruhi oleh kekuatan dari luar Bali dan menggantungkan harapan kepada Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu.
Belanda diijinkan untuk mendirikan tangsi militer di Kuta pada tahun 1826, sebagai balasan atas kerjasama itu, raja mendapatkan hadiah yang sangat indah. Seorang pedagang berkebangsaan Denmark, bernama Mads Johansen Lange yang datang ke Bali pada usia 18 tahun dan memegang peranan sebagai mediator antara Pemerintah Belanda dan kerajaan Badung menulis bahwa raja Badung mendapat bagian yang cukup menarik. Mulai saat itu, Mads Lange yang lahir tahun 1806, dapat meningkatkan hubungan baik dengan raja-raja di Bali. Pada tahun 1856, Mads Lange sakit dan mohon pensiun serta memutuskan untuk kembali ke Denmark, tetapi sayang dia meninggal pada saat kapal yang akan ditumpangi akan berangkat dan akhirnya dikubur di Kuta.
Di samping itu, Kuta juga dikenal sebagai tempat di mana Kapten Cornelis de Houtman dengan beberapa pengikutnya berlabuh pada tahun 1557, ketika 20.000 pasukan Bali kembali dari perjalanan mempertahankan Blambangan dari Kesultanan Mataram.
Pada tahun 1904, sebuah kapal China berbendera Belanda bernama "Sri Komala" kandas di pantai Sanur. Pihak pemerintah Belanda menuduh masyarakat setempat melucuti, merusak, dan merampas isi kapal dan menuntut kepada raja atas segala kerusakan itu sebesar 3.000 mata uang perak dan menghukum orang-orang yang merusak kapal. Penolakan raja atas tuduhan dan pembayaran kompensasi itu menyebabkan pemerintah Belanda mempersiapkan expedisi militernya yang ke-6 ke Bali pada tanggal 20 September 1906. Tiga batalyon infantri dan 2 batalyon pasukan artileri segera mendarat dan menyerang Kerajaan Badung.
Setelah menyerang Badung, Belanda menyerbu kota Denpasar, hingga mencapai pintu gerbang kota, mereka belum mendapatkan perlawanan yang berarti. Namun tiba-tiba mereka disambut oleh sekelompok orang berpakaian serba putih, siap melakukan "perang puputan" (mati berperang sampai titik darah terakhir). Dipimpin oleh raja, para pendeta, pengawal, sanak saudara, laki-laki perempuan menghiasi diri dengan batu permata dan berpakaian perang keluar menuju tengah-tengah medan pertempuran. Puputan dilakukan sesuai ajaran agama Hindu Bali saat itu bahwa tujuan ksatria adalah mati di medan perang sehingga arwah dapat masuk langsung ke surga. Menyerah dan mati dalam pengasingan adalah hal yang paling memalukan.
Raja Badung beserta laskarnya yang dengan gagah berani dan tidak kenal menyerah serta memilih melakukan perang puputan akhirnya gugur demi mempertahankan kedaulatan dan kehormatan rakyat Badung.
Beberapa hari kemudian, Belanda pun menyerang Tabanan dan Kesiman. Pada tahun 1908, Kerajaan Klungkung juga melakukan puputan dan dengan jatuhnya kerajaan Klungkung maka Belanda menguasai Bali sepenuhnya. Pada tahun 1914, Belanda mengganti pasukan tentara dengan kepolisian sambil melakukan reorganisasi pemerintahan. Beberapa raja dicabuti hak politiknya, tetapi mereka tetap menjaga nilai kebudayaan dan raja pun masih berpengaruh kuat. Kota Denpasar yang terdiri dari 3 kecamatan merupakan bagian dari Kabupaten Badung, sebelum ditetapkan sebagai Kota Madya pada tanggal 27 Februari 1993.
Geografi
Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Bali. Kabupaten ini terletak membujur dari tengah hingga selatan Pulau Bali. Secara astronomis, wilayah Kabupaten Badung terletak di antara 8°14' hingga 8°50' Lintang Selatan serta 115°5' hingga 115°14' Bujur Timur. Kabupaten Buleleng memiliki luas wilayah sebesar 418,52 km² yang terbagi ke dalam enam kecamatan dengan kecamatan terbesarnya yaitu Kecamatan Petang yang luas wilayahnya adalah 115 km² dan kecamatan terkecilnya yaitu Kecamatan Kuta yang luas wilayahnya sebesar 17,52 km².
Batas Wilayah
Secara administratif, wilayah Kabupaten Badung berbatasan dengan beberapa wilayah kabupaten/kota di Bali, yaitu:
Topografi
Secara topografis, wilayah Kabupaten Badung memiliki kontur muka daratan yang beragam. Di wilayah selatan, kontur muka daratan yang dominan adalah dataran rendah hingga wilayah pesisir pantai. Sementara itu, wilayah tengah didominasi oleh dataran rendah yang kemudian diikuti kontur muka daratan perbukitan dan pegunungan di wilayah utara. Ketinggian muka daratan di Kabupaten Badung bervariasi antara 0 hingga ±2000 mdpl. Berdasarkan ketinggiannya, wilayah kecamatan Kuta Selatan, Kuta Utara, dan Kuta berada di ketinggian 0–65 mdpl, wilayah kecamatan Mengwi berada pada ketinggian 0–350 mdpl, wilayah kecamatan Abiansemal berada di ketinggian 75–350 mdpl, dan wilayah kecamatan Petang berada di ketinggian antara 250–2075 mdpl.
Iklim
Seperti wilayah lain di selatan Indonesia, Kabupaten Badung beriklim tropis yang bertipe iklim monsun (Am) dengan dua perbedaan musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Badung terjadi akibat dari hembusan angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, serta banyak membawa uap air penghasil awan hujan dan musim penghujan biasanya terjadi antara bulan November hingga April dengan puncaknya biasa terjadi antara bulan Januari ataupun Februari. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Badung berlangsung pada periode Mei hingga Oktober yang disebabkan oleh tiupan angin monsun timuran yang bersifat kering dan dingin. Suhu udara di wilayah Badung bervariasi berdasar ketinggian muka daratannya. Namun, secara umum suhu udara di wilayah Badung berkisar antara 22°–34°C, kecuali untuk wilayah perbukitan dan pegunungan yang suhu reratanya umumnya kurang dari 26°C. Tingkat kelembapan relatif di wilayah Badung biasanya berkisar antara 50%–90%.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Bupati Badung adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Badung. Bupati Badung bertanggungjawab kepada Gubernur provinsi Bali. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Badung ialah I Nyoman Giri Prasta, dengan wakil bupati I Ketut Suiasa. Jabatan I Nyoman Giri Prasta sebagai bupati Badung saat ini untuk periode kedua sejak 26 Februari 2021.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Suku bangsa
Provinsi Bali merupakan rumah bagi etnis Bali dan Bali Aga, demikian juga di kabupaten ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 425.988 jiwa atau 78,40% dari 543.332 jiwa penduduk kabupaten Badung adalah suku Bali. Penduduk Badung dari suku lainnya, banyak berasal dari suku Jawa, dan sebagian lagi adalah orang Madura, Sasak,Sunda, Tionghoa, Flores, Melayu, Bugis, Batak, dan beberapa suku lainnya.
Berikut adalah banyaknya penduduk Kabupaten Badung berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010:
Agama
Agama yang dianut penduduk kabupaten Badung sangat beragam dengan mayoritas beragama Hindu. Orang Bali umumnya beragama Hindu, dan sebagian beragama Islam dan Kristen. Sementara penduduk dari suku Jawa, Melayu, Bugis, Sunda, Sasak umumnya beragama Islam. Sebagian orang Flores, Batak, dan sebagian Tionghoa, beragama Kristen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, sebanyak 82,82% Penduduk Kabupaten Badung menganut agama Hindu. Kemudian penduduk yang beragama Islam sebanyak 10,34%. Selebihnya beragama Kristen sebanyak 5,88%, dimana Protestan sebanyak 3,66% dan Katolik sebanyak 2,22%. Penduduk yang beragama Buddha sebanyak 0,74%, Lainnya sebanyak 0,21% dan Konghucu sebanyak 0,01%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 6.244 pura , kemudian 16 masjid, 77 mushola, 113 gereja Protestan, 17 gereja Katolik dan 8 vihara.
Kesehatan
Beberapa rumah sakit di Kabupaten Badung diantaranya adalah:
RSUD Kab. Badung Mangusada
RS Siloam Bali
RS Khusus Bedah BIMC
RS Graha Asih
RS Kasih Ibu Kedonganan
Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC
RSU Surya Husadha Nusa Dua
Pariwisata
Di Kabupaten Badung banyak terdapat objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara, misalnya:
Air terjun Nungnung
Atraksi Makotek di Desa Munggu
Ayung Rafting
Bumi Perkemahan Dukuh, Blahkiuh
Bungy Jumping
Desa Petang
Desa Plaga
Desa Kapal
Perang Tipat Bantal (Desa Kapal)
Pantai Dreamland
Pantai Padang-Padang
Jembatan Tukad Bangkung (terpanjang di Bali Nusa tenggara dan Tertinggi di Asia Tenggara
Pura Penataran Puspem Badung
Pantai Seseh
Pantai Batu Bolong
Pantai Brawa
Kawasan Industri Badung (Jalan Bay Pass Sunset Road, Kuta)
Kawasan Wisata Malam Oberoi
Desa Wisata Baha
Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Geger Sawangan
Kawasan Indonesia Tourism Development Corporation Nusa Dua
Mandala Wisata
Monumen Tragedi Kemanusiaan Bom Bali
Panggung Kesenian Kuta Timur
Pantai Canggu
Pantai Jimbaran
Pantai Kedonganan
Pantai Kuta, Legian, Seminyak
Kawasan Internasional Legian
Pantai Labuan Sait
Pantai Nyang-Nyang
Pantai Suluban
Patung Satria Gatot Kaca
Penangkaran Penyu Deluang Sari
Pura Peti Tenget
Pura Pucak Tedung
Pura Sadha
Pura Taman Ayun
Pura Uluwatu
Safari Kuda
Sangeh
Taman Reptil Indonesia Jaya
Kota Mangupura
Tanah Wuk
Tanjung Benoa
Waka Tangga
Water Boom Park, Kuta, Badung
Wisata Agro Pelaga
Puja Mandala Nusa Dua
Galeri
Referensi
Pranala luar
Situs resmi
Profil di bali.go.id
Badung
Badung |
4158 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Gianyar | Kabupaten Gianyar | Gianyar () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Bali, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Gianyar. Daerah ini merupakan pusat budaya ukiran di Bali. Gianyar berbatasan dengan Kota Denpasar di Barat Daya, Kabupaten Badung di Barat, Kabupaten Bangli di Utara dan Kabupaten Klungkung di Timur. Penduduk Gianyar berjumlah 519.485 jiwa pada tahun 2021.
Sejarah Kota Gianyar
Sejarah Kota Gianyar ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar No.9 tahun 2004 tanggal 2 April 2004 tentang Hari jadi Kota Gianyar.
Sejarah dua seperempat abad lebih, tepatnya 244 tahun yang lalu, 19 April 1771, ketika Gianyar dipilih menjadi nama sebuah keraton, Puri Agung yaitu Istana Raja (Anak Agung) oleh Ida Dewa Manggis Sakti maka sebuah kerajaan yang berdaulat dan otonom telah lahir serta ikut pentas dalam percaturan kekuasaan kerajaan-kerajaan di Bali. Sesungguhnya berfungsinya sebuah keraton, yaitu Puri Agung Gianyar yang telah ditentukan oleh syarat sekala niskala yang jatuh pada tanggal 19 April 1771 adalah tonggak sejarah yang telah dibangun oleh raja (Ida Anak Agung) Gianyar I, Ida Dewata Manggis Sakti memberikan syarat kepada kita bahwa proses menjadi dan ada itu bisa ditarik ke belakang (masa sebelumnya) atau ditarik ke depan (masa sesudahnya).
Masa kerajaan
Berdasarkan bukti arkeologis di wilayah Gianyar, diperkirakan bahwa munculnya pemukiman manusia di Gianyar terjadi sudah sejak 2000 tahun yang lalu dengan ditemukannya situs perkakas (artefak) berupa batu, logam perunggu berupa nekara (Bulan Pejeng), relief-relief yang menggambarkan kehidupan candi-candi atau goa-goa di tebing-tebing sungai (tukad) Pakerisan.
Setelah bukti-bukti tertulis ditemukan berupa prasasti di atas batu atau logam terindetifikasi situs pusat-pusat kerajaan dari dinasti Warmadewa di Keraton Singamandawa, Bedahulu. Setelah ekspedisi Gajah Mada (Majapahit) dapat menguasai Pulau Bali maka di bekas pusat markas laskarnya didirikan sebuah Keraton Samprangan sebagai pusat pemerintahan kerajaan yang dipegang oleh Lima Raja Bali, yaitu:
Raja Adipati Ida Dalem Krena Kepakisan (1350-1380), sebagai cikal bakal dari dinasti Kresna Kepakisan, kemudian Keraton Samprangan mampu bertahan selama lebih kurang tiga abad.
Ida Dalem Ketut Ngulesir (1380-1460)
Ida Dalem Waturenggong (1460-1550)
Ida Dalem Sagening (1580-1625)
Ida Dalem Dimade (1625-1651).
Dua Raja Bali yang terakhir yaitu Ida Dalem Segening dan Ida Dalem Dimade telah menurunkan cikal bakal penguasa di daerah-daerah. Ida Dewa Manggis Kuning (1600-an) penguasa di Desa Beng adalah cikal bakal Dinasti Manggis yang muncul setelah generasi II membangun Kerajaan Payangan (1735-1843). Salah seorang putra raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe yang bernama Ida Dewa Agung Anom muncul sebagai cikal bakal dinasti raja-raja di Sukawati (1711-1771) termasuk Peliatan dan Ubud. Pada periode yang sama, yaitu periode Gelgel muncul pula penguasa-penguasa daerah lainnya, yaitu I Gusti Ngurah Jelantik menguasai Blahbatuh dan kemudian I Gusti Agung Maruti menguasai daerah Keramas yang keduanya adalah keturunan Arya Kepakisan.
Masa kolonialisme
Dinamika pergumulan antara elit tradisional dari generasi ke generasi telah berproses pada momentum tertentu, salah seorang di antaranya sebagai pembangunan kota keraton atau kota kerajaan pusat pemerintahan kerajaan yang disebut Gianyar. Pembangunan Kota kerajaan yang berdaulat dan memiliki otonomi penuh adalah Ida dewa Manggis Sakti, generasi IV dari Ida Dewa Manggis Kuning. Sejak berdirinya Puri Agung Gianyar 19 April 1771 sekaligus ibu kota Pusat Pemerintah Kerajaan Gianyar adalah tonggak sejarah. Sejak itu dan selama periode sesudahnya Kerajaan Gianyar yang berdaulat, ikut mengisi lembaran sejarah kerajaan-kerajaan di Bali yang terdiri atas sembilan kerajaan di Klungkung, Karangasem, Buleleng, Mengwi, Bangli, Payangan, Badung, Tabanan dan Gianyar. Namun sampai akhir abat ke-19, setelah runtuhnya Payangan dan Mengwi di satu pihak dan munculnya Jembrana dilain pihak maka Negara): Klungkung, Karangasem, Bangli dan Gianyar (ENI, 1917).
Masa awal kemerdekaan
Ketika Belanda telah menguasai seluruh Pulau Bali, Kedelapan bekas kerajaan tetap diakui keberadaannya oleh Pemerintah Guberneurmen namun sebagai bagian wilayah Hindia Belanda yang dikepalai oleh seorang raja (Selfbestuurder) di daerah Swaprajanya masing-masing. Selama masa revolusi, ketika daerah Bali termasuk dalam wilayah Negara Indonesia Timur (NIT) otonomi daerah kerjaan (Swapraja) ke dalam sebuah lembaga yang disebut Oka, Raja Gianyar diangkat sebagai Ketua Dewan Raja-raja menggantikan tahun 1947. Selain itu pada periode NTT dua tokoh lainnya yaitu Tjokorde Gde Raka Sukawati (Puri Kantor Ubud) menjadi Presiden NIT dan Ida A.A. Gde Agung (Puri Agung Gianyar) menjadi Perdana Menteri NIT, Ketika Republik Indonesia Serikat (RIS) kembali ke Negara Kesatuan (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950, maka daerah-daerah diseluruh Indonesia dengan dikeluarkan Undang-undang N0. I tahun 1957, yang pelaksanaannya diatur dengan Undang-Undang No. 69 tahun 1958 yang mengubah daerah Swatantra Tingkat II (Daswati II). Nama Daswati II berlaku secara seragam untuk seluruh Indonesia sampai tahun 1960. Setelah itu diganti dengan nama Derah Tingkat II (Dati II).
Namun Bupati Kepala Derah Tingkat II untuk pertama kalinya dimilai pada tahun 1960. Bupati pertama di DATI II Gianyar adalah Tjokorda Ngurah (1960-1963). Bupati berikutnya adalah Drh. Tjokorda Anom Pudak (1963-1964) dan Bupati I Made Sayoga, BA (1964-1965). Ketika dilaksanakannya Undang-Undang No. 18 tahun 1965, maka DATI II diubah dengan nama Kabupaten DATI II. Kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 tahun 1974 yang menggantikan nama Kabupaten. Kepala daerahnya tetap disebut Bupati.
Masa Pemerintahan Kabupaten Gianyar
Dari sisi otonomi jelas tampak bahwa proses perkembangan yang terjadi di Kota Gianyar. Otonomi dan berdaulat penuh melekat pada Pemerintah kerjaan sejak 19 April 1771 kemudian berproses sampai otonomi Daerah di Tingkat II Kabupaten yang diberlakukan sampai sekarang.
Berbagai gaya kepemimpinan dan seni memerintah dalam sistem otonomi telah terparti di atas lembaran Sejarah Kota Gianyar. Proses dinamika otonomi cukup lama sejak 19 April 1771 sampai 19 April 2005 saat ini, sejak kota keraton dibangun menjadi pusat pemerintahan kerajaan yang otonomi sampai sebuah kota kabupaten, nama Gianyar diabadikan. Sampai saat ini telah berusia 234 tahun, para pemimpin wilayah kotanya, dari raja (kerajaan) sampai Bupati (Kabupaten), memiliki ciri dan gaya serta seni memerintah sendiri-sendiri di bumi seniman. Seniman yang senantiasa membumi di Gianyar dan bahkan mendunia.
Pemerintahan
Bupati
Bupati Gianyar adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Gianyar. Bupati Gianyar bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Bali. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Gianyar ialah I Made Agus Mahayastra, didampingi wakil bupati Anak Agung Gde Mayun. Mahayastra dan Mayun, maju dalam Pemilihan umum Bupati Gianyar 2018, dan menang, kemudian dilantik pada 20 September 2018, hingga masa jabatan tahun 2023.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Suku bangsa
Sebagian besar suku penduduk yang ada di Gianyar adalah suku Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 95,27% dari 496.777 jiwa penduduk kabupaten Gianyar adalah suku Bali. Kemudian suku Jawa sebanyak 3,26%, dan beberapa lainnya seperti suku Sasak, Sunda, Madura, dan suku lainnya.
Berikut adalah banyaknya penduduk kabupaten Gianyar berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010:
Pariwisata
Berikut adalah beberapa objek wisata yang terdapat di Kabupaten Gianyar:
Air terjun Tegenungan
Bali Bird Park
Bali Safari & Marine Park
Taman Nusa–Indonesian Cultural Heritage Center
Desa Batuan
Desa Batubulan
Desa Celuk
Desa Mas
Goa Gajah
Pura Gunung Kawi
Monkey Forest Ubud
Pasar Sukawati
Tampaksiring
Ubud
Pasar seni guwang
Pasar seni desa pekraman sukawati
Pantai Ketewel
Pantai Purnama
Pantai Lebih
Pantai Masceti
Pantai Saba
Pantai Keramas
Bali Zoo
Bali Bird Park
Pura Payogan Agung
Museum Purbakala
Beji Guwang, Ketewel
Stadion Kapten I Wayan Dipta
Taman Kota Gianyar
Pura Samuan Tiga
Terasering ceking
Pura Tirta Empul
Pura Sebatu
Istana Tampaksiring
Pasar Sukawati
Candi Tebing Kerobokan
Referensi
Pranala luar
Situs resmi
Profil Kabupaten di situs Pemprov Bali
Daftar Objek Wisata di Gianyar Bali
Tempat Wisata di Bali
Gianyar
Gianyar |
4162 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Tabanan | Kabupaten Tabanan | Tabanan () adalah sebuah kabupaten di provinsi Bali, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Tabanan Kota. Kabupaten ini terletak sekitar 35 km di sebelah barat Kota Denpasar. Tabanan berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten Badung di timur, Samudra Indonesia di selatan dan Kabupaten Jembrana di barat. Luas Kabupaten Tabanan adalah 1.013,88 km²
Geografi
Topografi
Kabupaten Tabanan terletak di bagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan memiliki luas wilayah 1.013,88 km² atau 17,54% dari luas provinsi Bali yang terdiri dari daerah pegunungan dan pantai. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara 114°54'52" - 115°12'57" bujur timur dan 8°14'30" - 8°30'70" lintang selatan.
Topografi kabupaten ini terletak di antara ketinggian 0 – 2.276 mdpl, dengan rincian; pada ketinggian 0 – 500 mdpl merupakan wilayah datar dengan kemiringan 2 – 15%. Sedangkan pada ketinggian 500 – 1.000 mdpl merupakan wilayah datar sampai miring dengan kemiringan 15 – 40 %. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan 2 – 15 % dan 15 – 40 % merupakan daerah yang cukup subur yang menjadi lahan pertanian. Di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut dan dengan kemiringan 40 % ke atas merupakan daerah berbukit- bukit dan terjal.
Adapun batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan pegunungan seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m), Gunung Pohen (2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan (2.020 m) ; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi oleh Tukad Yeh Sungi, Tukad Yeh Ukun dan tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km ; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let.
Wilayah Kabupaten Tabanan sebanyak 23.358 Ha atau 28,00% dari luas lahan merupakan lahan persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris. Potensi unggulan Tabanan adalah bidang pertanian kerena sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti),
Kabupaten Tabanan berada di daerah tropis dengan dua musim yang berbeda antara musim kemarau dan musim penghujan dengan diselingi musim pancaroba. Temperatur udara bervariasi dan juga ditentukan oleh ketinggian tempat, rata-rata berkisar 27,60 C. Keadaan pengairan dipengaruhi oleh bentuk pantai dan curah hujan yang menjadi sumber penyimpanan air dan sumber pengairan disamping danau yang luasnya 377 Ha terletak di kecamatan Baturiti.
Penggunaan Tanah
Bila dilihat dari penguasaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada, sekitar 22,562 km2 (26,88 %) wilayah Tabanan merupakan lahan persawahan dan 61,371 km² (73,12% ) merupakan lahan bukan sawah. Dari 73,12 persen lahan bukan sawah, 99,95 persen diantaranya merupakan lahan kering yang sebagian besar berupa tegal, kebun, dan hutan negara, sisanya 0,05 persen adalah lahan lainnya seperti kolam, tambak dan rawa-rawa.
Curah Hujan
Dari topografinya, Kabupaten Tabanan merupakan daerah pegunungan dan pantai. Ini mengakibatkan perbedaan suhu dimasing-masing daerah di wilayah Kabupaten Tabanan. Perbedaan suhu tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat curah hujan. Dari dua stasiun pencatat curah hujan yang aktif di Kabupaten Tabanan, curah hujan yang tertinggi pada tahun 2010 terjadi pada bulan januari, april, dan bulan septsember hingga desember. Hal tersebut artinya pada bulan bulan bersangkutan, frekwensi curah hujannya tinggi.
Pertanahan
Berdasarkan catatan Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tabanan, banyaknya hak atas tanah yang telah terdaftar sampai pada Tahun 2010 sebanyak 201.988 buah, yang sebagian besar (94,97 %) merupakan hak milik. Kepemilikan hak atas tanah ini mengalami peningkatan sekitar 5,49 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pemerintahan
Daftar Bupati
Bupati Tabanan adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Tabanan. Bupati Tabanan bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Bali. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Tabanan ialah I Komang Gede Sanjaya, didampingi wakil bupati I Made Edi Wirawan. Pada periode sebelumnya, Sanjaya merupakan wakil bupati, mendampingi bupati Ni Putu Eka Wiryastuti hingga 2021. Kemudian Sanjaya bersama Edi Wirawan maju dalam Pemilihan umum Bupati Tabanan 2020, dan menang, kemudian dilantik pada 21 Februari 2021, hingga masa jabatan tahun 2024.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Tabanan tahun 2004 tercatat sejumlah 404.582 jiwa dengan laju pertumbuhan sejak lima tahun terakhir rata-rata 0,36 persen per tahun. Pada periode 2000–2004, kepadatan penduduk rata-rata 469,43 jiwa/km². Laju pertumbuhan penduduk terkonsentrasi di Kota Tabanan dan Kediri yang meliputi Desa Abiantuwung, Kediri, Banjar Anyar, Delod Peken, Dajan Peken, Dauh Peken, Denbantas, Subamia dan Bongan akibat adanya urbanisasi yang tersebar pada kompleks perumahan KPR/BTN dan pembukaan pemukiman penduduk baru. Komposisi penduduk menunjukkan Sex Ratio 98,27. Jumlah kepala keluarga (KK) di Kabupaten Tabanan tercatat sejumlah 98.913 dengan rata-rata jiwa setiap rumah tanggga 4,1 orang.
Angka penundaan usia kawin wanita rata-rata mencapai 24,2 tahun. Suksesnya penanganan kependudukan selain adanya keberhasilan pengendalian juga karena adanya dukungan sosial seperti: pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan membaiknya pendapatan per kapita. Dari tahun ke tahun pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Tabanan menunjukkan kecenderungan meningkat, tahun 2000 sebesar Rp 3.706.700,52,- dan tahun 2004 sebesar Rp 5.358.758,91,-
Sebagai wilayah yang berbatasan dengan Samudera Indonesia, Kabupaten Tabanan memiliki garis pantai sepanjang 35 km yang terbentang dari Timur ke Barat, mulai di pantai Nyanyi, Kecamatan Kediri sampai di pantai Selabih, Kecamatan Selemadeg Barat. Potensi kelautan dan pantai ini telah dimanfaatkan melalui usaha penangkapan ikan dan objek wisata.
Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2010, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat berjumlah 431.162 jiwa dengan laju pertumbuhan alaminya sebesar 0,15. Dari 431.162 jiwa, 214.264 (49,69 %) diantaranya merupakan penduduk laki laki dan 216.898 (50,31 %) merupakan penduduk perempuan. Dilihat dari komposisi penduduknya, rasio jenis kelamin atau sex ratio penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah sebesar 98,79. Nilai ini berarti, setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Tabanan terdapat 98 penduduk laki laki.
Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah sebesar 839 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 431.162 jiwa, kepadatan penduduknya mencapai 513 jiwa per km2. Apabila dilihat tingkat kepadatan penduduk per kecamatan, persebaran penduduk di Kabupaten Tabanan tidak merata. Terdapat beberapa kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya jauh di atas rata-rata, antara lain kecamatan Kediri (1.399 jiwa per km2), Tabanan (1.235 jiwa per km2), Marga (970 jiwa per km2), dan Kerambitan (930 jiwa per km2), Baturiti (515 jiwa per km2) sedangkan lainnya tingkat kepadatan penduduknya 500 jiwa per km2 kebawah.
Agama
Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Negara menjamin kehidupan beragama serta menjaga kerukunan antar umat beragama. Untuk itu, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk peningkatan pelayanan bagi seluruh umat beragama. Sebagian besar penduduk Kabupaten Tabanan beragama Hindu, hal ini tercermin dari jumlah peribadatan yang terdapat di Kabupaten Tabanan. Pada tahun 2010 di Kabupaten Tabanan terdapat 1.163 buah tempat peribadahan untuk Agama Hindu, 43 buah untuk Agama Islam, 6 buah untuk Agama Katolik, 3 buah untuk Agama Budha dan 9 buah untuk Agama Protestan.
Suku bangsa
Sebagian besar suku penduduk yang ada di Tabanan adalah suku Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 93,38% dari 624.125 jiwa penduduk kabupaten Tabanan adalah suku Bali. Kemudian suku Jawa sebanyak 4,80%, dan beberapa lainnya seperti suku Madura, Sasak, dan suku lainnya.
Berikut adalah banyaknya penduduk kabupaten Tabanan berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010:
Tenaga Kerja
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2010, angkatan kerja di Kabupaten Tabanan sebanyak 261.534 jiwa. Dari angkatan kerja yang ada254.402 jiwa (97,27 %) diantaranya adalah penduduk yang bekerja, dan sisanya 7.132 (2,73 %) merupakan pengangguran terbuka.
Penduduk angkatan kerja yang berada di Kabupaten Tabanan, penduduknya bekerja di sektor pertanian, yaitu sekitar 43,96 persen. Penduduk angkatan kerja yang bekerja di sektor perdagangan terdapat 44.250 jiwa (17,39 %), di sektor industri sebanyak 35.313 jiwa (13,88 %), dan sisanya tersebar di keenam sektor lainnya.
Jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja di Kabupaten Tabanan sebanyak 82.354 jiwa, di mana 19.249 jiwa (23,37 %) karena masih bersekolah, 48.697 jiwa (59,13 %) mengurus rumah tangga dan 14.408 (17,05 %) karena alasan lainnya.
Pendidikan
Jumlah sekolah TKK di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 terdapat sebanyak 219 buah dengan jumlah murid sebanyak 6.394 orang. Jumlah SD yang ada di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah sebanyak 339 buah, dengan jumlah murid dan guru masing-masing sebanyak 35.969 dan 3.383 orang. Dari keadaan tersebut dapat diketahui bahwa nilai rasio murid terhadap guru untuk Sekolah Dasar adalah sebesar 11. Nilai rasio ini berarti setiap 1 orang guru SD harus mendidik 13 orang murid.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah murid SLTP di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 1,01 persen. Dari 18.232 murid SLTP, terdapat 1.644 orang guru yang mengajar ditingkat SLTP. Ini berarti rasio murid terhadap guru untuk tingkat SLTP adalah sebesar 11.
Untuk sekolah menengah atas (SMU dan SMK), jumlah murid di Kabupaten Tabanan mengalami kenaikan yaitu dari 12.551 orang pada tahun 2009 menjadi 12.551 orang pada tahun 2010.Jumlah pengajar yang mengajar di sekolah menengah atas sebanyak 1.517 orang guru. Berarti rasio murid terhadap guru untuk tingkat sekolah menengah atas adalah sebesar 9. Di Kabupaten Tabanan terdapat 4 perguruan tinggi, di mana ketiganya merupakan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Jumlah mahasiswa PTS di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 meningkat dari 1.913 orang pada tahun 2009 menjadi 2.079 orang pada tahun 2010.
Kesehatan
Di Kabupaten Tabanan terdapat 20 Puskesmas, 78 puskesmas pembantu, dan 30 puskesmas keliling. Sedangkan jumlah rumah sakit negeri yang terdapat di Kabupaten Tabanan terdapat satu buah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 190 buah.
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah tenaga kesehatan di RSUD Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 1,17 persen.
Jumlah pasien yang tercatat di RSUD Tabanan selama tahun 2010 sebanyak 125.141 pasien, di mana 110,301 diantaranya adalah pasien rawat jalan, dan 14.840 pasien rawat inap. Dari pasien rawat inap yang tercatat di RSUD Tabanan, paling banyak pasien dirawat disebabkan oleh kasus Single live birth (15,61%). Sedangkan untuk kasus kematian, kebanyakan disebabkan oleh penyakit keracunan darah (42,02 %).
Hukum
Peradilan
Statistik Peradilan Kabupaten Tabanan tahun 2010 terdapat 302 terdakwa yang perkaranya telah mendapatkan putusan pengadilan. Bila dilihat dari kelompok umur, sebagian besar terdakwa berumur 21 tahun keatas, yaitu sekitar 93,98%. Jumlah tahanan yang masuk Rumah Tahanan Negara Tabanan tahun 2010 sebanyak 246 orang, terdiri dari 224 orang berstatus penjara kurang dari 1 tahun dan 15 orang berstatus penjara 1 – 5 tahun dan 6 orang berstatus lebih dari 5 tahun. Pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Tabanan selama tahun 2010 terdapat 8.331 buah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah ini mengalami penurunan sebesar 48,82 persen. Tahun 2010 tercatat 253 kasus kecelakaan, dengan 73 orang diantaranya meninggal, 145 orang luka berat dan 226 orang luka ringan.
Pariwisata
Beberapa tempat wisata yang ada di kabupaten Tabanan, yakni:
Pura Tanah Lot
Pura Ulun Danu Bratan
Alas Kedaton
Jatiluwih
Museum Subak
Museum Keramik Tanteri
Pura Batukaru
Taman Pujaan Bangsa Margarana
Vihara Dharma Giri
Air Terjun Blahmantung
Kebun Raya Bali
Taman Kupu-Kupu Bali
Pantai Yeh Gangga
Pantai Balian
Pantai Kelating
Pantai Pasut
Pantai Soka
Puri Anom Tabanan
Puri Agung & Puri Anyar Kerambitan
Pemandian Air Panas Angseri
Galeri
Referensi
Pranala luar
Situs Resmi Kabupaten Tabanan
Tabanan di bali.go.id
Tabanan
Tabanan |
4166 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Lombok%20Tengah | Kabupaten Lombok Tengah | Kabupaten Lombok Tengah adalah salah satu Daerah Tingkat II atau kabupaten yang berada di pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat. Ibu kota daerah ini ialah kecamatan Praya. Kabupaten Lombok Tengah memiliki luas wilayah 1.095,03 km² dengan populasi sebanyak 1.059.324 jiwa (2021).
Geografis
Kabupaten Lombok Tengah terletak pada posisi 82° 7' - 8° 30' Lintang Selatan dan 116° 10' - 116° 30' Bujur Timur, membujur mulai dari kaki Gunung Rinjani di sebelah Utara hingga ke pesisir pantai Kuta di sebelah Selatan dengan beberapa pulau kecil yang ada disekitarnya.
Batas Wilayah
Kabupaten Lombok Tengah dengan batas-batas sebagai berikut:
Topografi
Wilayah Lombok Tengah yang membujur dari utara ke selatan tersebut mempunyai letak dan ketinggian yang bervariasi mulai dari nol (0) hingga 2000 meter dari permukaan laut. Secara garis besar topografi masih mirip dengan kabupaten lain di pulau Lombok. Jenis-jenis tanah yang ada di kawasan ini antara lain:
Aluvial: 2.764 Ha
Regusol Kelabu: 20.387 Ha
Kompleks Gromusol Kelabu Tua: 3.947 Ha
Gromusol Kelabu: 34.306 Ha
Regusol Coklat: 8.225 Ha
Brown Forest Soil: 9.575 Ha
Kompleks Mediteran Coklat: 41.635 Ha
Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmid dan Ferguson, Kabupaten Lombok Tengah memiliki iklim D dan iklim E, yaitu hujan tropis dengan musim kemarau kering, yaitu mulai bulan Mei sampai dengan November, sementara curah hujan berkisar antara 1.000 hingga 2.500 mm per tahun.
Curah hujan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:
1000–1750 mm, biasanya terjadi di Kecamatan Janapria, Praya dan Kecamatan Praya Tengah
1000–2000 mm, biasanya terjadi di Kecamatan Janapria
1500-2500, biasanya terjadi di Kecamatan Batukliang Utara, Jonggat, Kopang, Praya Barat Daya dan Kecamatan Pringgarata
Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, sebagian besar wilayah Kabupaten Lombok Tengah beriklim sabana tropis (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Lombok Tengah biasanya berlangsung pada periode November hingga April dengan bulan terbasah adalah Januari yang rerata curah hujannya >300 mm per bulan. Sementara itu, musim kemarau biasanya terjadi pada periode Mei hingga Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang rerata curah hujannya kurang dari 20 mm per bulan.
Pemerintah
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Pemekaran Daerah
Praya merupakan ibu kota Kabupaten Lombok Tengah akan dinaikkan menjadi kotamadya.
Penduduk
Menurut data hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 745.433 jiwa (laki-laki 350.734 jiwa dan perempuan 394.699 jiwa) dengan Sex Ratio 89. Laju pertumbuhan sebesar 0.97%. Tingkat pertumbuhan merupakan kemajuan dari sebelumnya, yaitu 211% per tahun (periode 1970 - 1980) dan 1,64% per tahun (periode 1980 - 1990). Tingkat kepadatan mencapai 617 jiwa/km².
Mata Pencaharian
Mengingat sebagian wilayah Kabupaten Lombok Tengah merupakan areal pertanian, maka sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Secara keseluruhan, persentase pembagian penduduk di Kabupaten Lombok Tengah dari segi mata pencaharian adalah: pertanian 72%, industri 7%, jasa 7%, perdagangan 7%, angkutan 3%, konstruksi 2% dan lainnya 2%.
Tokoh Terkenal
Suhaili Fadhil Thohir, Mantan Bupati Lombok Tengah
Lalu Pathul Bahri, Bupati Lombok Tengah
Lalu Muhamad Iqbal, Duta Besar RI untuk Turki
Lalu Wiratmaja, Mantan Bupati Lombok Tengah
Lalu Normal Suzana, Mantan Wakil Bupati Lombok Tengah
Lalu Rudy Irham Srigede, Komandan Korem 162/Wira Bhakti
Dian Sandi Utama, Staf Khusus Gubernur NTB
Lalu Srigede, Mantan Wakil Gubernur NTB
Lalu Suprapta, Mantan Wakapolda NTB
Nursiah, Wakil Bupati Lombok Tengah
Referensi
Pranala luar
Profil Lombok Tengah di Pemprov NTB
Lombok Timur
Lombok Timur |
4170 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Alor | Kabupaten Alor | Kabupaten Alor adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota Alor berada di Kalabahi. Penduduk Alor berjumlah sekitar 213.994 jiwa (2021), sedangkan luasnya adalah 2.928,88 km². Kabupaten ini berbentuk kepulauan dan dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke Samudera Pasifik. Pada tahun 2006, PAD kabupaten ini sebesar Rp. 13 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi 5,9% dan pendapatan per kapita Rp. 1.200.000,-
Sejarah
Menurut cerita yang beredar di masyarakat Alor, kerajaan tertua di Kabupaten Alor adalah kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Suatu ketika, kedua kerajaan ini terlibat dalam sebuah Perang Magic. Mereka menggunakan kekuatan-kekuatan gaib untuk saling menghancurkan. Munaseli mengirim lebah ke Abui, sebaliknya Abui mengirim angin topan dan api ke Munaseli. Perang ini akhirnya dimenangkan oleh Munaseli. Konon, tengkorak raja Abui yang memimpin perang tersebut saat ini masih tersimpan dalam sebuah goa di Mataru. Kerajaan berikutnya yang didirikan adalah kerajaan Pandai yang terletak dekat kerajaan Munaseli dan Kerajaan Bunga Bali yang berpusat di Alor Besar. Munaseli dan Pandai yang bertetangga, akhirnya juga terlibat dalam sebuah perang yang menyebabkan Munaseli meminta bantuan kepada raja kerajaan Majapahit, mengingat sebelumnya telah kalah perang melawan Abui.
Sekitar awal tahun 1300-an, satu detasmen tentara bantuan kerajaan Majapahit tiba di Munaseli tetapi yang mereka temukan hanyalah puing-puing kerajaan Munaseli, sedangkan penduduknya telah melarikan diri ke berbagai tempat di Alor dan sekitarnya. Para tentara Majapahit ini akhirnya banyak yang memutuskan untuk menetap di Munaseli, sehingga tidak heran jika saat ini banyak orang Munaseli yang bertampang Jawa. Peristiwa pengiriman tentara Majapahit ke Munaseli inilah yang melatarbelakangi disebutnya Galiau (Pantar) dalam buku Negarakartagama karya Mpu Prapanca yang ditulisnya pada masa jaya kejayaan Majapahit (1367). Buku yang sama juga menyebut Galiau Watang Lema atau daerah-daerah pesisir pantai kepulauan. Galiau yang terdiri dari 5 kerajaan, yaitu Kui dan Bunga Bali di Alor serta Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan di pesisir pantai ini diyakini memiliki hubungan dekat antara satu dengan lainnya, bahkan raja-raja mereka mengaku memiliki leluhur yang sama.
Pendiri ke 5 kerajaan daerah pantai tersebut adalah 5 putra Mau Wolang dari Majapahit dan mereka dibesarkan di Pandai. Yang tertua di antara mereka memerintah daerah tersebut. Mereka juga memiliki hubungan dagang, bahkan hubungan darah dengan aliansi serupa yang terbentang dari Solor sampai Lembata. Jalur perdagangan yang dibangun tidak hanya di antara mereka tetapi juga sampai ke Sulawesi, bahkan ada yang menyebutkan bahwa kepulauan kecil di Australia bagian utara adalah milik jalur perdagangan ini. Mungkin karena itulah beberapa waktu lalu sejumlah pemuda dari Alor Pantar melakukan pelayaran ke pulau Pasir di Australia bagian utara. Laporan pertama orang-orang asing tentang Alor bertanggal 8–25 Januari 1522 adalah Pigafetta, seorang penulis bersama awak armada Victoria sempat berlabuh di pantai Pureman, Kecamatan Alor Barat Daya. Ketika itu mereka dalam perjalanan pulang ke Eropa setelah berlayar keliling dunia dan setelah Magelhaen, pemimpin armada Victoria mati terbunuh di Philipina. Pigafetta juga menyebut Galiau dalam buku hariannya. Observasinya yang keliru adalah penduduk pulau Alor memiliki telinga lebar yang dapat dilipat untuk dijadikan bantal sewaktu tidur. Pigafetta jelas telah salah melihat payung tradisional orang Alor yang terbuat dari anyaman daun pandan. Payung ini dipakai untuk melindungi tubuh sewaktu hujan.
Geografi
Kabupaten Alor secara geografis terletak di antara 125°48" -123°48" BT dan antara 8°6"-8°36" LS. Kabupaten ini berada di wilayah timur laut provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah Kabupaten Alor terdiri atas sembilan pulau. Terdapat 3 pulau besar yang telah dihuni penduduk, yakni: Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Pura dan kemudian ada enam pulau kecil, yaitu Pulau Tereweng, Pulau Ternate, Pulau Nuha Kepa, Pulau Buaya, Pulau Kangge dan Pulau Kura. Luas wilayah yang dimiliki Kabupaten Alor adalah 2.928,88 km².
Batas Wilayah
Sebagai daerah kepulauan paling timur Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor berbatasan dengan:
Topografi
Topografi Kabupaten Alor adalah merupakan konfigurasi wilayah daratan yang bergunung dan berbukit dengan iklim yang variatif sehingga cocok untuk pengembangan aneka komoditi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Alor adalah:
Kemiringan di atas 40 derajat: 64,25%
Kemiringan 15–40 derajat: 25,61%
Kemiringan 3–15 derajat: 8,69%
Kemiringan 0–3 derajat: 3,45%
Jenis tanah di Kabupaten Alor temasuk Vulkanik muda sehingga kaya unsur hara dengan struktur tanah yang gembur dan subur. Solum tanah sedang sampai dalam, sehingga tanah lebih stabil dengan kemampuan menahan air tinggi dan dapat diusahakan berbagai jenis tanaman. Kondisi geografi Kabupaten Alor berkonfigurasi bergunung-gunung dan memberikan variasi iklim yang berbeda dan sangat menguntungkan bagi daerah dan rakyat dalam pengembangan tanaman produksi.
Iklim
Seluruh wilayah Kabupaten Alor masuk dalam kategori iklim sabana tropis (Aw). Dalam jangka waktu setahun, durasi musim penghujan berlangsung relatif cukup singkat, yakni dari bulan Desember hingga bulan Maret, sedangkan musim kemarau mempunyai periode yang cukup panjang yakni ≥7 bulan. Oleh karena iklimnya yang cukup kering, periode hari hujan per satu bulannya biasanya ≤20 hari. Suhu udara di wilayah Kabupaten Alor berkisar antara 21°–33 °C dengan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±74%.
Pemerintahan
Bupati dan Wakil Bupati
Bupati adalah pimpinan tertinggi di pemerintahan Kabupaten Alor. Seorang bupati Alor akan bertanggung jawab atas wilayah tersebut kepada gubernur Nusa Tenggara Timur. Saat ini, bupati yang menjabat di Alor ialah Amon Djobo, dan didampingi wakil bupati yakni Imran Duru. Jabatan saat ini menjadi periode kedua bagi Amon dan Imran. Mereka menjadi pemenang dalam Pilkada 2013 dan Pilkada 2018. Untuk periode kedua, Amon dan Imran dilantik oleh gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat, pada 17 Maret 2019 di Kota Kupang, masa jabatan 2019-2024.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Suku bangsa
Pada sensus penduduk Indonesia tahun 2010, jumlah penduduk Alor sebanyak 190.026 jiwa. Sekitar 39.605 jiwa atau 20,84% tinggal di daerah perkotaan dan sebanyak 150.421 jiwa atau 79,16% berada di daerah pedesaan. Sementara pada sensus 2020, jumlah penduduk Alor bertambah menjadi 211.872 jiwa. Jumlah penduduk paling banyak berada di kecamatan Teluk Mutiara di mana ibu kota kabupaten Kalabahi berada. Sementara jumlah penduduk paling sedikit berada di kecamatan Pureman. Penduduk asli kabupaten Alor termasuk orang Abui, dan Alor.
Orang Abui disebut juga sebagai orang Gunung, sementara orang Abui lebih menyukai disebut Abui Laku. Mereka tinggal di daerah gunung dan pedalaman kabupaten Alor. Desa Takpala, yakni sebauh desa di Lembur Barat, kecamatan Alor Tengah Utara, Alor, dihuni oleh orang Abui, yang hidup secara tradisional tanpa aliran listrik. Takpala menjadi salah satu kawasan wisata cagar budaya di Alor. Sebagian besar orang Abui bekerja sebagai petani, tanaman yang umum dikelola yakni jagung dan ubi.
Agama
Sebelum masuknya agama-agama besar, penduduk Alor menganut paham animisme dan dinamisme. Mereka menyembah matahari (Larra/Lera), bulan (Wulang), sungai (Neda/dewa air), hutan (Addi/dewa hutan), dan laut (Hari/dewa laut). Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri hingga 30 Juni 2022, mayoritas penduduk kabupaten Alor adalah penganut agama Kristen sebanyak 74,80% di mana Protestan sebanyak 71,71% dan sebahagian Katolik sebanyak 3,09%. Sementara pemeluk agama Islam juga cukup banyak, sekitar 25,14%, dan selebihnya adalah pemeluk agama Hindu 0,06% dan Buddha, kurang dari 0,01%.
Transportasi
Bandara
Bandara Mali memiliki panjang landasan/arah/PCN: 1.600 x 30 m /03-21/ 22 FCZU. Tergolong kelas IV/A dengan kemampuan bisa untuk mendarat jenis Pesawat C-212, ATR 42, Fokker-50 dan memiliki terminal domestik seluas 600 m2 , Perusahaan penerbangan yang melayani Kupang-Alor-Kupang adalah TransNusa Aviation Mandiri dgn jenis Pesawat Fokker-50 & ATR 42-600. Bandara ini berada di kecamatan Kabola, dan sejak tahun 2020, pesawat jenis Boeing bisa mendarat di bandara Mali, sehingga panjang landasan menjadi 1.850 m.
Pelabuhan
Pelabuhan Baranusa memiliki panjang dermaga dengan panjang 64 meter. Selain Baranusa, terdapat juga pelabuhan laut di Kalabahi dan Maritaing, dalam TA. 2011 dibangun pula pelabuhan duliono di Kota Kalabahi.
Sementara untuk pelabuhan Penyeberangan terdapat di Kalabahi yang dikelola oleh UPT Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Dan dalam TA. 2011 dibangun pula pelabuhan pelabuhan penyeberangan di Pulau Pantar yanitu di Baranusa berdampingan dengan pelabuhan laut yang eksis (Dishub Prov. NTT)
Pariwisata
Wisata budaya
Desa tradisional Takpala terletak di desa Lembur Barat, kecamatan Alor Tengah Utara, Alor. Kampung Takpala dihunia oleh orang Abui, yang masih hidup secara tradisional.
Wisata pantai
Secara geografis, kabupaten Alor berada di pulau tersendiri dengan dua pulau utama, yakni pulau Alor dan Pantar, dan sebagian besar penduduknya berada di Pulau Alor. Dan hal ini memengaruhi potensi pariwisata di kawasan ini, wisata laut atau pantai menjadi salah satu wisata yang mudah ditemukan di kabupaten Alor. Salah satu pantai yang ada di Alor ialah pantai Deere. Pantai Deere dikenal juga sebagai pantai Pasir Putih, kondisi air laut lebih tenang, berlokasi sekitar 15 km dari Kalabahi. Selain Deere, pantai lain yang ada di Alor yakni pantai Maimol, pantai Mali, pantai Batu Putih, pantai Sabanjar, pantai Ling'Al, dan beberapa wisata pantai lainnya.
Kuliner
Kuliner khas Alor adalah kue rambut, kenari, jagung bose dan jagung titi. Kue rambut bentuknya mirip gumpalan rambut dan orang Alor biasanya disajikan bersama dengan kopi atau teh. Kudapan ini terbuat dari adonan tepung tapioka, tepung beras, air gulan pohon lontar, dan gula pasir, kemudian semua bahan dicampur. Cetakan berbahan kaleng yang dasarnya dilubangi seperti saringan lalu diteteskan ke wajan yang telah diisi minyak panas. Adonan dibentuk seperti kerucut dengan melipatnya kemudian digoreng.
Kuliner Jagung bose diolah dari jagung berbiji putih, kemudian direndam di air kapur sirih. Kulit arinya dibuang lalu bulir jagung dijemur, lalu direbus hingga matang kemudian disiram santan. Bubur jagung ini biasanya sebagai pengganti nasi, dan dapat dihidangkan bersama ikan bakar. Sementara kuliner jagung titi, diolah dari jagung yang sudah dipipil bijinya, kemudian disangrai dalam kuali. Berikutnya ditumbuk perlahan atau dititi dengan batu hingga pipih. Biasanya jagung titi ini dihidangkan bersama kenari.
Lihat pula
Bandar Udara Mali
Referensi
Pranala luar
Alor
Alor |
4174 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kupang%20%28disambiguasi%29 | Kupang (disambiguasi) |
Nama tempat
Indonesia
Kabupaten Kupang
Kota Kupang
Kupang, Pagar Gunung, Lahat
Kupang, Tebing Tinggi, Empat Lawang
Kupang, Ambarawa, Semarang
Kupang, Karangdowo, Klaten
Kupang, Curahdami, Bondowoso
Kupang, Jabon, Sidoarjo
Kupang, Jetis, Mojokerto
Kupang, Pakem, Bondowoso
Kupang, Kandangan, Hulu Sungai Selatan
Kupang, Lampihong, Balangan
Kupang, Tapin Utara, Tapin
Kupang Baru, Muara Kaman, Kutai Kartanegara
Kupang Bersih, Pematang Karau, Barito Timur
Kupang Kota, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung
Kupang Nunding, Muara Uya, Tabalong
Kupang Raya, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung
Kupang Rejo, Sungai Pinang, Banjar
Kupang Samhurang, Labuan Amas Utara, Hulu Sungai Tengah
Kupang Teba, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung
Malaysia
Kupang, Malaysia
Singapura
Stasiun LRT Kupang
Lain-lain
Kupang (moluska), sejenis kerang-kerangan
Kupang (makanan), adalah makanan khas dari Jawa Timur dengan bahan dari kerang kupang.
Kupang (keuangan), satuan mata uang masa lalu di bawah ringgit. |
4178 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sumba%20Barat | Kabupaten Sumba Barat | Kabupaten Sumba Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Waikabubak. Kabupaten Sumba Barat pernah mengalami pemekaran wilayah menjadi Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Tengah pada tahun 2007. Jumlah penduduk kabupaten Sumba Barat tahun 2021 sebanyak 149.641 jiwa.
Geografi
Kabupaten Sumba Barat terletak di Pulau Sumba bagian barat dan merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil. Secara geografis, Kabupaten Sumba Barat terletak pada 119° 6’ 43,61” - 119° 32’ 5,87” Bujur Timur dan 9° 22’ 24,27” - 9° 47’ 50,14” Lintang Selatan. Jaraknya sekitar dari 128 Kilometer dari Kota Waingapu. Luas wilayahnya 737,42 km2.
Batas Wilayah
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Topografi
Topografi Kabupaten Sumba Barat berupa pesisir, rangkaian pegunungan dan bukit-bukit kapur yang curam. Sebagian besar wilayah pesisirnya berada di bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Ketinggian wilayahnya antara 0-800 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dengan karakteristik wilayah yang sama dengan wilayah lain di Pulau Sumba tergolong kering. Jenis tanah di Kabupaten Sumba Barat umumnya mediteran dengan jenis batuan batu gamping dengan kemiringan lahan 14°-40°. Sebanyak 94,34% wilayah Kabupaten Sumba Barat digunakan sebagai lahan kering.
Iklim dan hidrologi
Kabupaten Sumba Barat memiliki iklim tropis basah dan kering (Aw) di pesisir dan iklim muson tropis (Am) di pedalaman dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan di Kabupaten Sumba Barat berdurasi ±6 bulan yakni pada bulan November–April, sedangkan musim kemarau berlangsung sejak awal bulan Mei hingga pekan-pekan pertama di bulan November.
Curah hujan tahunan cukup rendah hingga menengah yakni berkisar antara 800–1900 mm per tahun dengan hari hujan sekitar 70-150 hari hujan per tahun. Suhu udara berkisar 25 °C - 33 °C dengan suhu minimum 21,8 °C dan maksimum 33,9 °C di musim kemarau. Sungai-sungai yang melintasi wilayah ini yaitu Sungai Wanokaka (Sungai Labariri), Sungai Kadengar, Sungai Kalada, dan Sungai Watupanggata.
Pemerintahan
Kepala daerah
Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Sumba Barat. Bupati Sumba Barat bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Sumba Barat ialah Nikson Nababan, dengan wakil bupati John Lado Bora Kabba. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Sumba Barat 2020. Yohanis merupakan bupati Sumba Barat ke-14. Yohanis dan John dilantik oleh gubernur Nusa Tenggara Timut, Victor Laiskodat, pada 26 April 2021 di aula Eltari kantor gubernur Nusa Tenggara Timur, untuk periode 2021-2024.
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Penduduk
Jumlah penduduk
Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2019 tercatat 148.916 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 1,7% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga pada tahun 2015 sebanyak 22.929 rumah tangga. Kepadatan penduduk Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2015 sebesar 168 jiwa/km2, dengan Kecamatan Kota Waikabubak merupakan daerah terpadat penduduknya dengan 712 jiwa/km² dan Kecamatan Lamboya Barat merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 50 jiwa/km².
Agama dan suku
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, mayoritas agama yang dianut penduduk Kabupaten Sumba Barat adalah pemeluk Kristen Protestan yakni 70,54%, kemudian Katolik sebanyak 18,60%. Penghayat kepercayaan Marapu sebanyak 6,39%, agama Islam sebanyak 4,31%, dan sebagian memeluk agama Hindu yakni 0,12%. Namun masih banyak warga Sumba Barat yang meyakini ajaran tradisional Marapu sebagai keyakinan turun temurun warga sekitar, mencakup 6,54% penduduk Sumba Barat. Pengaruh adat-istiadat masih cukup kuat bagi sebahagian penduduk Sumba Barat. Selain itu di kabupaten ini masih terdapat masyarakat terasing, yaitu suku bangsa Balikeda di desa Dokakaka, Kecamatan Loli.
Perekonomian
Secara tradisional (renca) sebagian besar penduduk di kabupaten ini bergantung hidup pada sektor pertanian. Karena keadaan tanahnya, tanaman cokelat dan tembakau dapat tumbuh di areal seluas 110 hektare dan 2.280 hektare. Sektor peternakan juga merupakan nafkah tambahan utama penduduk setempat. Kerbau banyak digunakan dalam pelaksanaan upacara adat. Selain itu kerbau juga digunakan untuk menggarap tanah pertanian.
Budaya
Di Kabupaten Sumba Barat masih bisa ditemukan daerah-daerah yang memiliki nilai historis, baik dari segi sejarah maupun sosial budayanya. Kampung Kadung Tana, Watu Karagata dan Bulu Peka Mila merupakan daerah yang terdapat makam-makam megalitik. Juga di desa Tarung yang berjarak setengah kilometer dari Kota Waikabubak, terdapat makam megalitik yang bercirikan tanduk kerbau dan taring-taring babi yang pada masa lalu merupakan hewan sakral.
Di Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanokaka sering dilaksanakan acara perang tanding di atas kuda atau pasola pada bulan Februari dan Maret. Pasola adalah keterampilan menunggang kuda sambil melemparkan tombak kayu berujung tumpul yang di arahkan ke tubuh lawan. Sebelum upacara tersebut berlangsung, diadakan terlebih dahulu acara Nyale, yaitu mencari sejenis cacing yang terdapat di antara batu-batu di tepi pantai saat menjelang subuh kala purnama mulai muncul dan kemudian akan dimakan.
Pariwisata
Beberapa tempat wisata di Sumba Barat:
Taman Nasional Manupeu Tanah Daru
Air Terjun Lapopu
Kampung Adat Praijing
Kampung Adat Tarung
Pantai Nihiwatu
Pantai Nihioka
Pantai Rua
Pantai Lailiang
Pantai Pahiwi
Pantai Watuwawi
Pantai Marangaba
Pantai Dewa
Pustaka
Ensiklopedia Nasional Indonesia.
BPS Kab. Sumba Barat
Referensi
Kabupaten Sumba Barat
Sumba Barat
Sumba Barat
Pendirian tahun 1958 di Indonesia
Sumba |
4182 | https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Kapuas%20Hulu | Kabupaten Kapuas Hulu | Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Putussibau yang dapat ditempuh lewat transportasi sungai Kapuas sejauh 846 km, lewat jalan darat sejauh 814 km dan lewat udara ditempuh dengan pesawat berbadan kecil dari Pontianak melalui Bandar Udara Pangsuma. Memiliki luas wilayah 29.842,03 km² (20% luas Kalimantan Barat) dan berpenduduk 253.740 menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2022.
Sejarah
Masa penjajahan Belanda
Sekitar tahun 1823, Belanda memasuki wilayah Kapuas Hulu dengan izin dari Kerajaan Selimbau. Belanda segera melakukan perjanjian dengan Kerajaan Selimbau. Perjanjian tersebut menegaskan kedaulatan dari Kerajaan Selimbau. Adapun isi dari perjanjian tersebut, antara lain sebagai berikut:
Tiada raja-raja yang lalu di air Hulu Kapuas dari Hulu Negeri Silat, yang lain dari Raja Selimbau dan Negeri Selimbau itulah yang ada bernama negeri dan raja yang berkuasa dari dahulu kala (berdaulat dan diakui).
Tiada raja-raja dan negeri yang lain di air Hulu Kapuas ada yang menerima kontrak lebih dahulu atau bersamaan dari Sri Paduka Gouvernement, melainkan Raja Selimbau yaitu pada zaman Pangeran Suma memegang tahta Kerajaan Negeri Selimbau, sebabnya yang lain tiada memiliki kekuasaan negara yang tiada raja dan kerajaan kedaulatan.
Pada masa Raja Selimbau menerima kontrak yang pertamanya dari Sri Paduka Gouvernement maka semuanya yang ada di Air Kapuas takluk di bawahnya di Negeri Selimbau, dan perintah Raja Negeri Selimbau, dan kontrak yang terberi di Selimbau (tercatat) pada tanggal 15 November 1823 atau 11 Rabiul Awal 1279 Hijriah.
Sebelum adanya kontrak dengan pemerintah Hindia-Belanda yang berkedudukan di Kota Sintang, wilayah Hulu Negeri Silat sebagian berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda. Melalui kontrak yang tertuang dalam surat persaksian perang Raja Negeri Selimbau, maka tidak diragukan bahwa semua wilayah Kapuas Hulu takluk di bawah kekuasaan Raja Negeri Selimbau.
Pada masa pemerintahan Sri Paduka Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Surya Negara, Kerajaan Selimbau kedatangan seorang utusan Belanda yang adalah seorang Asisten Residen Sintang yang bernama Cettersia. Utusan Belanda tersebut datang dengan maksud meminta izin kepada Raja Selimbau untuk menebang kayu yang akan digunakan untuk membangun benteng di daerah Sintang. Keseluruhan hasil kayu tersebut sebanyak 10 persen akan dibagikan kepada Raja Negeri Selimbau. Permohonan izin tersebutpun disetujui.
Dengan mengetahui banyaknya sumber daya alam yang ada di wilayah Kapuas Hulu, maka pemerintah Hindia-Belanda terus berupaya menempatkan dan menambah kekuatan militernya di daerah-daerah potensial dan yang transportasinya lancar. Pemerintah Hindia-Belanda mulai mengintervensi sistem pemerintahan kerajaan di wilayah Kapuas Hulu melalui politik “adu domba”. Dengan menjalankan politik “adu domba” dan kekuatan militer, pemerintah Hindia-Belanda di Kapuas Hulu semakin leluasa menindas rakyat dan menguras kekayaan alamnya.
Raja Selimbau tidak mampu mengendalikan pemerintahannya secara utuh sebab Belanda selalu mencampuri setiap keputusan yang dibuat oleh raja. Pada tahun 1925, setelah Panembahan Haji Gusti Usman mangkat yang juga menandai berakhirnya kedaulatan Kerajaan Selimbau, pemerintah Hindia-Belanda dapat menguasai wilayah Kapuas Hulu secara utuh.
Masa penjajahan Jepang
Jepang masuk ke wilayah Kapuas Hulu pada tahun 1942 dengan membuka pertambangan batu bara di bagian hulu sungai Tebaung dan sungai Mentebah. Pada masa itu, wilayah Kalimantan Barat dipimpin oleh Abang Oesman, K.Kastuki dan Honggo. Pada masa awal kedatangannya, Jepang disambut dengan baik dengan harapan akan membebaskan rakyat dari penjajahan Belanda. Tetapi pada kenyataannya, Jepang bahkan tidak lebih baik dari Belanda. Jepang melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam dan manusia demi kepentingan sepihak. Melihat ketimpangan ini, banyak rakyat yang melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Pada masa Jepang seluruh wilayah Kalimantan berada di bawah kekuasaan angkatan laut Jepang Borneo Menseibu Coka yang berpusat di Banjarmasin, sedangkan untuk Kalimantan Barat berstatus "Minseibu Syuu".
Masa Kemerdekaan
Berdasarkan Keputusan Gabungan Kerajaan-Kerajaan Borneo Barat pada tanggal 22 Oktober 1946 Nomor 20L, wilayah Kalimantan Barat terbagi kedalam 12 Swapraja dan 3 Neo Swapraja. Wilayah Kapuas Hulu termasuk salah satu wilayah Neo Swapraja. Dengan dukungan Besluit Luitenant Gouveneur General Nomor 8 tanggal 2 Maret 1948 yang berisi pengakuan Belanda terhadap status Kalimantan Barat sebagai daerah istimewa dengan pemerintahan sendiri beserta sebuah dewan Kalimantan Barat, maka pada tahun 1948, melalui Surat Keputusan Nomor 161 tanggal 10 Mei 1948 Presiden Kalimantan Barat membentuk suatu ikatan federasi dengan nama Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB).
Dengan adanya tuntutan rakyat, DKIB yang dipandang sebagai peninggalan pemerintah Belanda, kemudian dihapuskan. Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), daerah Kalimantan Barat berstatus sebagai daerah bagian yang terdiri dari Dayak Besar, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Banjar. Setelah bergabung menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No.3 Tahun 1953 dibentuklah Pemerintahan Administrasi Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibu kota Putussibau. Bupati pertama yang menjabat adalah J. C. Oevang Oeray (1951-1955).
Geografis
Kabupaten Kapuas Hulu secara astronomi terletak antara 0,50° Lintang Utara sampai 1,40° Lintang Selatan dan antara 111,40° Bujur Timur sampai 114,10° Bujur Timur. Secara umum Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari arah Barat ke Timur, dengan jarak tempuh terpanjang ±240 km dan melebar dari Utara ke Selatan ±126,70 km. Kabupaten Kapuas Hulu pun merupakan kabupaten paling timur di Provinsi Kalimantan Barat. Jarak tempuh dari ibu kota provinsi Pontianak adalah ±657 Km melalui jalan darat, ±842 Km melalui jalur aliran sungai kapuas dan ± 1,10 jam penerbangan udara. Kabupaten Kapuas Hulu memiliki luas wilayah sebesar 29.842 km².
Batas Wilayah
Batas-batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut:
Iklim
Oleh karena wilayahnya yang dilalui garis khatulistiwa, wilayah Kabupaten Kapuas Hulu beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan pengaruh ekuatorial yang kuat yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Suhu udara di wilayah ini cenderung konstan antara 23°–34 °C di wilayah dataran rendah dan kurang dari 25 °C di wilayah dataran tinggi. Wilayah ini memiliki tingkat kelembapan relatif yang juga tinggi antara 70%–90%.
Pemerintahan
Kepala daerah
Bupati merupakan pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu. Bupati Kapuas Hulu bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Kalimantan Barat atas wilayah Kapuas Hulu. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Kapuas Hulu ialah Fransiskus Diaan, dengan wakil bupati Wahyudi Hidayat. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Kapuas Hulu 2020, untuk periode tahun 2021-2024. Fransiskus dan Wahyu dilantik oleh gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, pada 26 Februari 2021 di Kantor gubernur Kalimantan Barat.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kecamatan
Demografi
Suku bangsa
Sebagian besar penduduk kabupaten Kapuas Hulu berasal dari suku bangsa Dayak dan Melayu. Suku Dayak sendiri terdiri dari beberapa sub suku, yakni Dayak Iban, Dayak Kayan Mendalam, Dayak Embaloh, Dayak Taman, dan Dayak Kantuk. Selain itu, suku pendatang lain seperti Jawa, Bugis, Sunda, Batak, Tionghoa dan beberapa suku lain juga ada di Kapuas Hulu. Pengaruh budaya Dayak dan Melayu sangat kuat di Kapuas Hulu, sehingga tradisi-tradisi suku tersebut memengaruhi adat istiadat Kapuas Hulu.
Kebudayaan Melayu yang terdapat di Kapuas Hulu seperti tarian Jepin, Syair, Pantun, Qasidah dan juga Hadrah, yang sering diadakan pada upacara adat dan pesta perkawinan. Sementara untuk suku Dayak, budaya yang ada di Kapuas Hulu yakni budaya Ngajat dan Sandauari dan Gawai Kenalang dari Dayak Iban, kemudian budaya Baranangis dan Nyonjoan dari Dayak Embaloh. Ada juga budaya Bejande, Betimang dan Bedudu dari Dayak Kantuk, kemudian budaya Mandung dari Dayak Taman, dan Dange’ dari Dayak Kayan Mendalam.
Agama
Penduduk kabupaten Kapuas Hulu memiliki beragam agama dan kepercayaan, dengan mayoritas menganut agama Islam. Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Kapuas Hulu yang menganut agama Islam sebanyak 59,50%. Kemudian penduduk yang menganut agama Kekristenan dengan jumlah signifikan yakni 40,22% dengan mayoritas Katolik sebanyak 32,04%, dan selebihnya Protestan sebanyak 8,18%. Sebagian lagi menganut agama Buddha sebanyak 0,12%, kemudian Konghucu sebanyak 0,10%, dan Hindu serta kepercayaan sebanyak 0,05%. Untuk sarana rumah ibadah masing-masing agama, terdapat 245 masjid, 311 musala, 294 gereja Katolik, dan 210 gereja Protestan.
Ekonomi
Hasil hutan di wilayah Kesatuan Pemangku Hutan Putussibau dan Semitau jadi andalan utama roda perekonomian Kapuas Hulu. Hasilnya berupa kayu bulat yang terbagi dalam tiga kelompok, meranti, rimba campuran dan kayu indah.
Di sektor perikanan, Kapuas Hulu tergolong habitat puluhan jenis ikan hias, seperti arwana dan ulanguli. Habitat ikan ini hanya ada di dalam Danau Sentarum. Di kawasan lain seperti kawasan hulu sungai Kapuas, Embaloh, Mendalam dan Sibau dengan hasil seperti ikan jelawat, semah, toman, tengadak, belida, lais, entokan dan baung.
Transportasi
Transportasi utama menuju dan dari Kabupaten Kapuas Hulu yakni melalui darat dan udara. Transportasi udara, kabupaten Kapuas Hulu memiliki sebuah lapangan terbang atau bandara yang terletak di kelurahan Kedamin Hulu, kecamatan Putussibau Selatan, yakni Bandara Pangsuma. Bandara ini menjadi pintu masuk utama ke Kapuas Hulu. Bandara Pangsuma memiliki Panjang Landasan/Arah/PCN: 1.004 x 23 m / 10-28 / 5 FCZU, dan termasuk bandara Kelas IV dengan kemampuan daya tampung untuk pesawat jenis DHC-6. Luas terminal Domestik bandar ini sekitar 240 m2.
Olahraga
Kabupaten Kapuas Hulu memiliki klub sepak bola, yaitu Persatuan Sepakbola Kapuas Hulu (PSKH). Persatuan Sepak bola Kapuas Hulu saat ini berada di Divisi 1 Liga Amatir Indonesia.
Pariwisata
Secara geografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Kapuas Hulu masih terdiri dari hutan, yang di dalamnya terdapat beragama jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan. Sektor pariwisata di Kapuas Hulu bergerak di bidang budaya dan peninggalan sejarah, serta beberapa wisata alam. Wisata yang ada di Kapuas Hulu diantaranya:
Danau Sentarum di Batang Lupar, berbatasan dengan Malaysia
Bukit Ampan di desa permata dusun nanga pedian kecamatan pengkadan
Gereja Tua Bersejarah St Fedelis di Sejiram
Batu Kapal di Riam Mengelai
Masjid Tua Baiturrahim di Nanga Bunut
Masjid Jami Selimbau di Selimbau
Batu Puja di Semitau
Situs Purbakala di Nanga Balang
Rumah Betang Sawe/suai di Suai
Rumah Betang Melapi 1-5 di desa Malapi
Rumah Betang Inko’ Tambe di Inko’ Tambe
Rumah Betang Lunsa Hilir di Lunsa Hilir
Rumah Betang Lunsa Hulu di Lunsa Hulu
Rumah Betang Semangkok 1-2 di desa Semangkok
Rumah Betang Sibau Hilir di desa Sibau Hilir
Rumah Betang Sibau Hulu di desa Sibau Hulu
Rumah Betang Sei Uluk Palin di esa Palin
Rumah Betang Benua Tengah di desa Benua Tengah
Rumah Betang Panjang Nanga Nyabau di desa Nanga Nyabau
Referensi
Pranala luar
Pariwisata Kapuas Hulu
Kabupaten Kapuas Hulu di Facebook
Komunitas Pariwisata Kapuas Hulu
Kapuas Hulu
Kapuas Hulu |